Anda di halaman 1dari 26

Kajian Barat atas al-Qur’an

Zulhamdani, M.Ag
IAIN Bukittinggi

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Kajian Barat atas al-Qur’an
Orientalisme secara bahasa
• Orient: Dunia Timur/ Bangsa Timur
• Dunia Timur: Kawasan Timur Dekat (Turki dan
sekitarnya), Timur Jauh (Jepang, Korea, Cina,
Timur Tengah hingga Afrika Utara, Asia Selatan
hingga republik Muslim bekas Uni Soviet
• Isme: Aliran, Pendirian, Ilmu, Paham, Keyakinan
dan Sistem
• Orientalisme: Ilmu tentang Ketimuran atau Studi
tentang dunia Timur
Orientalisme secara Istilah
Orientalisme mengacu kepada semua ilmu yang
concern dengan kajian bangsa Timur dalam semua
aspeknya seperti agama, ilmu, sastra, seni dan lain
-lain.

Orientalis adalah orang yang mengkaji dunia Timur


berdasarkan logika ontologi dan epistemologis
Barat, tidak masalah ia orang Barat atau bukan,
Muslim atau bukan.
Faktor Kemunculan Orientalis

Menurut Mustafa al-Siba’i pada awalnya:


1) Faktor Religius dan Fanatisme Buta yang diprop
aganda para pendeta di tengah Masyarakat
Eropa
2) Faktor Politis-Kolonialis-Imperialis
Latar Belakang Orientalisme
• Perang Salib (1096-1271 M)
• Persentuhan Barat dengan Perguruan
Tinggi Islam
• Penerjemahan Manuskrip Arab ke bahasa
Latin
• Kolonialisme dan Imperialisme
• Missionarisme
• Akademik
Siapa outsider pertama yang
mempelajari islam?
Islam di masa Klasik (650-1258 M) merupakan salah satu peradaban
super-power yang ada di dunia. Sedangkan dunia Barat (Eropa)
berada dalam kegelapan.
Siapa outsider pertama yang
mempelajari islam?
❖ John of Damascus (676-749 M) merupakan tokoh Kristen pertama yang mengkaji dan
menyatakan sikap kritis-polemis terhadap Islam dengan menganggapnya sebagai sekte
“bid’ah” dalam karyanya Perì eréseon.
❖ John merupakan teolog/pendeta dari kalangan Kristen Ortodoks yang juga mempelajari
Agama Islam. Ia pernah menjabat sebagai administrator pada Masa awal kepemimpinan
Umayyah sebelum pension pada 725 dan menjadi pendeta.
❖ Dalam tajuk Heresy of the Ishmaelites, John menyatakan beberapa penjelasan terkait
Islam sebagai sekte bid’ah dan nabi Muhammad adalah Nabi Palsu (false prophet) dan anti-
Kristus (anti-Christ). Ajaran Nabi Muhammad menurutnya diadopsi dari Pendeta Arian
(Bahirah) yang menemuinya ketika berumur 12 tahun di Syria.
❖John dengan karyanya merupakan orang pertama yang mencitrakan hal tersebut kepada
Dunia Barat. Pandangan ini kemudian mempengaruhi sikap Gereja Katolik di Eropa.
Orientalisme dalam konteks kontak kebudayaan

Mesopotamia dan Yunani/Asia Minor Alexandria (100


Mesir Kuno (3000- (700 SM-100 SM) SM-500 M)
1000 SM

• Menciptakan • Mewarisi tradisi • Sintesis antara


matematika dan sebelumnya dan Yunani, Warisan
ilmu pengobatan, melahirkan Mesir Kuno dan
dan beberapa banyak tokoh: Tradisi Oriental
teknologi Thales, • Muncul tokoh
sederhana. Fase Phytagoras, seperti Euclid,
ini dikenal Socrates, Ptolemy,
sebagia masa Aristoteles, Plotinus, Galen,
yang sarat Plato, dll. tokoh yang kelak
dengan • Muncul natural menjadi acuan
mitologi/magi sciences dan bagi kemunculan
dalam kacamata filsafat Sains Islam
sains modern
Orientalisme dalam konteks kontak kebudayaan

Islam (700 M-1300 M)


• Sintesis dari seluruh khazanah yang ada dengan
mengikuti format Alexandria; sains dalam nuansa
sacred.
• Khazanah Yunani diselamatkan dan memasuki
universum baru di Islam
ORIENTALISME DALAM KONTEKS KONTAK KEBUDAYAAN
❖ Pelajar di Andalusia datang dari berbagai Kawasan di Eropa; Italia, Prancis, Jerman, Inggris, dsb. Di
antara pelajar itu adalah Gerbert d’Aurillac asal Prancis yang belajar astrologi dan aritmatika di
Cordoba, Sevilla, dan Barcelona/Catalonia. Ia kemudian menjadi Paus Sylvester II di Roma, Italia.
❖ Sejak d’Aurillac menyebarkan propaganda akademik, mulai bermunculan pelajar-pelajar Kristiani
lain yang mulai “melek” belajar. Salah satu geliat intelektual yang terjadi adalah upaya
penerjemahan teks-teks berbahasa Arab ke Bahasa Latin.
❖ Muncullah Peter the Venerable yang menginisiasi terjemahan al-Qur’an ke Bahasa Latin pada 1143
untuk pertama kalinya. Terbitlah secara terbatas Lex Mahumet Pseudoprophete (Perundang-undangan
Muhammad, Sang Nabi Palsu), terjemah Latin al-Qur’an oleh Robert Ketton dan Paul of Toledo atas
patron Peter. Buku ini baru dipublikasikan secara luas pada Abad ke-14 di Swiss.
❖Sejak itu Bahasa Arab menjadi Bahasa Internasional penting dan menjadi pelajaran di berbagai
Lembaga Pendidikan terutama di Italia dan Prancis. Terjemahan al-Qur’an mulai menyusul dalam
bahasa lain (Jerman, Inggris, dll.)
❖Di masa setelahnya, gerakan massif penerjemahan teks Arab ke Latin mulai menggeliat. Karya Ibn
al-Haitam ttg. Optik merupakan teks lengkap yg pertama kali diterjemahkan.
ORIENTALISME DALAM KONTEKS KONTAK
KEBUDAYAAN
❖ Para penerjemah (dan tempat penerjemahan) latin ini berasal dari dua Kawasan
utama:
1. Toledo (Spanyol), dibuka banyak sekolah penerjemah oleh Uskup Raymond.
2. Sisilia (Italia), dan disusul oleh negara Eropa lainnya seperti Inggris, Jerman, dan
Prancis.
❖ Beberapa perguruan tinggi di Eropa kemudian menjadikan Bahasa Arab sebagai
kurikulum di Lembaga Pendidikan; University of Bologna (Italia) tahun 1076,
University of Oxford (Inggris) tahun 1167, University of Paris (Prancis) tahun 1170.
❖ Di fase ini, Bentuk orientalisme pada dasarnya adalah “transfer pengetahuan”
dari khazanah Islam berbahsasa Arab ke dalam Latin-Eropa yang didasari dengan
motif ‘belajar’ kepada episentrum peradaban ketika itu, meski tendensi polemisis
telah dirasakan dalam kubu teolog Kristiani, sejak John of Damascus.
ORIENTALISME DI MASA “POLEMISIS”
❖ Fase ini sebelumnya didahului oleh even Perang Salib (1095 sd. 1492) yang
menyebabkan tendensi polemisis antar keduanya yang kian meningkat. Gelombang
Reconquista di Andalusia sebagai respons lanjutan dari Perang Salib juga mulai
bergulir seiring dengan perkembangan relasi Islam-Kristen yang semakin memburuk.
❖ Meskipun apologi Kristen pertama sebenarnya datang dari John of Damascus di
abad ke-8 M., konfrontasi Perang Salib dan Reconquista semakin memperuncing
konflik antara Islam dan Kristen di Abad Pertengahan.
❖ Pada fase polemisis, karya-karya Barat-Eropa mulai bernada menyerang
terhadap Islam karena pengalaman kekalahan Perang Salib. Carra de Vaux
menggambarkan orang Eropa pada fase ini menggambarkan Nabi Muhammad
sebagai orang yang amoral yang digambarkan sebagai sosok yang liar, pedofilia,
mengidap epilepsi, gila perempuan, dan stigma negatif lainnya.
ORIENTALISME DI MASA POLEMISIS/IMPERIALISME BARAT
❖ Seiring melemahnya kekuatan Islam di Andalusia karena pertikaian internal dan
menguatnya kekuatan musuh, Kristen-Spanyol semakin mendesak umat Islam untuk
kembali menyerahkan seluruh wilayah Andalusia.
❖ Pada 1492 M, Granada takluk di bawah koalisi militer Raja Ferdinand dan Ratu
Isabela. Sejak itu umat Islam terusir dari wilayah Andalusia.
❖Setelah 780 tahun menjadi wilayah taklukan, Spanyol-Portugal/Andalusia tampil
menjadi penguasa samudera dan mulai melakukan ekspansi maritim. Di tahun
penakklukan Granada, 1492, Spanyol langsung memberikan dukungan kepada
Columbus untuk melakukan elspedisi ke Amerika.
❖ Portugis pun juga melakukan hal yang sama dengan mengirim beberapa ekspedisi
seperti Bartolomeus Diaz ke Afrika sampai Alfonso de Albuquerque ke Malaka pada
Tahun 1511 M.
❖Seluruhnya membawa semangat Gold, Glory, dan Gospel yang menandai awal
dominasi imperialisme barat di dunia.
ORIENTALISME DI MASA POLEMISIS/IMPERIALISME BARAT
❖ Pada masa ini orientalisme beriringan dengan upaya pemapanan kolonialisme. Beberapa tokoh
orientalis dikirim untuk mempelajari budaya native di Kawasan taklukan agar dapat mudah dikontrol
dengan baik. Hal ini berlangsung bahkan sampai masa modern.
❖ Orientalisme menjadi salah satu bagian integral dari agenda “civilizing mission” di Kawasan-
Kawasan yang menjadi koloni di kalangan non-Barat-Eropa.
❖ Contoh:
1. Edward Sachau (1845-1930), orientalis Jerman yang mempelajari yurisprudensi/fiqih masyarakat
setempat untuk kepentingan kolonialisme Jerman di Afrika Timur. Ia misalnya menerjemahkan
Hasyiah al-Bajuri ke dalam Bahasa Jerman untuk kepentingan administrator kolonial.
2. Christian Snouck Hurgronje (1857-1936), orientalis Belanda yang menjadi penasihat pemerintah
Hindia-Belanda (Indonesia).
3. Thomas E. Lawrence (1888-1934), orientalis/perwira Inggris yang berada di balik berdirinya
Kerajaan Arab Saudi. Ia menjadi perwira intelejen di Mesir ketika Peperangan antara Inggris dan
Turki Usmani.
4. Bernard Lewis (1916-2018), orientalis Amerika ahli Sejarah Timur-Tengah yang menjadi konsultan
administrator pemerintahan Bush dan penasihat sayap neo-konservatif yang mendukung Perang
Irak.
PERALIHAN DARI KONTEKS “POLEMISIS” KE
ORIENTASI AKADEMIS
❖ Terlepas dari tendensi polemisis dalam orientalisme, harus diakui juga bahwa wacana
tersebut kemudian memasuki ranah akademik-ilmiah.
❖ Secara politis, kecenderungan ini bersamaan dengan munculnya gerakan anti-
imperialisme/anti-kolonialisme, termasuk anti-perbudakan (anti-slavery), dari berbagai
pihak, termasuk dari Barat itu sendiri sejak Abad ke-18 (ex: Marxis, Komunis, Politisi Etis,
Non-Intervensionis) dan dari kalangan negara terjajah (nasionalis pejuang kemerdekaan).
❖ Hal ini berkulminasi pada Perang Dunia I (1914-1918) dan II (1939-1945) yang dalam
satu pihak merupakan implikasi dari gelojak perebutan kekuasaan juga menjadi dan obor
bagi gerakan anti-kolonialisme di sisi lain.
❖ Seluruh gejolak politis ini menjadi latar bagi kemunculan adanya pergeseran baru (a
new departure) dalam wacana orientalisme secara umum.
MAZHAB HISTORIS-KRITIS
❖ Secara epistemologis, perkembangan dalam kajian Orientalisme al-Qur’an dalam
fase ini adalah digunakannya instrumen historis dalam mengkaji al-Qur’an.
❖ Hal ini merupakan implikasi dari popularitas mazhab histioricism/historism yang
telah muncul sejak masa Vico (1668-1744) dan Hegel (1770-1831) serta pengaruh
besar yang diberikan oleh pendekatan modern source-based history yang dipelopori
oleh Leopold von Ranke (1795-1886) di Jerman.
❖ Dalam studi al-Qur’an, orientalis awal yang menandai pergeseran ini adalah
Abraham Geiger, seorang rabbi Yahudi kelahiran Jerman yang menulis “Was hat
Mohammed Aus Dem Judenthume Aufgenommen” (What does Muhammad Borrow from
Judaism) yang dipublikasikan pada tahun 1833.
❖ Karya ini menjadi starting point bagi studi selanjutnya terakait asal-usul kitab suci
al-Qur’an dalam kronologi sejarah, terutama dalam konteks keterpengaruhan
Agama Yahudi dan Kristen, termasuk Gustav-Weil yang mempopulerkan istilah
“Historis-Kritis” dalam Historisiche Kritische Einleitung in den Koran (1844)
FIGURES
MAZHAB HISTORIS-KRITIS
❖ Matriks Historis-Kritis yang focus kajiannya terletak pada analisis sejarah atas
sejarah teks al-Qur’an dengan instrument filologis ini diteruskan oleh beberapa
orientalis di generasi selanjutnya termasuk di antaranya:
1. Aloys Sprenger
2. Theodor Noldeke
3. Hartwig Hirscfeld
4. Josev Horofitz
5. Heinrich Speyer
6. Ignaz Goldziher
7. Johann Fuck
8. John Wansbrough
9. Angelika Neuwirth
MAZHAB HISTORIS-KRITIS
❖ Cakupan kajian dari mazhab ini juga tidak terbatas pada teks al-Quran saja,
akan tetapi juga merambah kepada teks turunan al-Qur’an atau literatur Tafsir
❖ Dilatar belakangi kesadaran untuk memperhatikan lokalitas dalam sejarah
sebagaimana diinisiasi oleh Hodgson dengan gagasan Islamicate nya, muncullah
kajian area-studies.
❖ Dalam wacana ini muncul kajian terkait sejarah tafsir al-Qur’an di berbagai
Kawasan di dunia Islam yang notabene termasuk pinggiran (the edge), termasuk
Indonesia.
❖ Di antara tokohnya adalah: Walid Saleh, Yousef Casewit, Howard Federspiel, AH.
Johns, Peter G. Riddell, Johanna Pink, dll.
MAZHAB FENOMENOLOGIS
❖ Seiring perkembangan kajian, sejak decade 1990-an, muncul sebuah corak baru
dalam wacana orientalisme al-Qur’an yang menjadikan fenomenologi sebagai
basisnya.
❖ Kemunculan “mazhab” ini dilatarbelakangi oleh dominasi “Eoro-sentrisme” dalam
analisis kajian yang dilakukan oleh orientalis sebelumnya. Kesadaran ini telah lebih
dahulu diekspresikan oleh Edward Said – melalui analisis Foucauldian - dalam
Orientalism pada decade 1980-an.
❖ Salah satu implikasi dari kesadaran tendensi akademik “euro-sentris” adalah
munculnya pendekatan fenomenologi dalam studi Qur’an yang pada akhirnya
memunculkan disiplin Living Qur’an yang dianggap lebih obyektif dalam menjelaskan
kitab suci umat Islam sesuai dengan apa yang dipahami oleh pembacanya sendiri,
bukan perspektif Barat-Eropa.
❖ Di antara tokohnya adalah Talal Asad, Neal Robinson, Anna Rasmusen, Anna M.
Gade, dll.
Peta Kajian Barat atas Qur’an
• Penerjemahan al-Qur’an
• Kebahasaan al-Qur’an
• Sejarah Teks al-Qur’an
• Konsep-konsep dalam al-Qur’an
• Pemahaman Muslim terhadap al-Qur’an
• Living al-Qur’an
Thank you

Anda mungkin juga menyukai