Anda di halaman 1dari 12

Top of Form

25 Desember 2009
SEJARAH ORIENTALISME
Berbicara mengenai perihal ketimuran yang dilakukan oleh para orientalisme, maka terlebih dahulu kita
harus mengetahui tentang bagaimana sejarahnya orientalisme.
Sejarah Orientalisme
Kita tidak tahu secara pasti siapa orang Eropa pertama yang memberikan perhatiannya terhadap studi-studi
ketimuran dan kapan pula waktunya. Namun yang jelas ialah bahwa beberapa orang rahib Barat pernah datang
ke Andalusia di masa kejayaannya. Mereka belajar di sekolah-sekolah yang ada di sana, menerjemahkan al-
Qur’an serta buku-buku yang berbahasa Arab ke dalam bahasa-bahasa mereka. Dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang filsafat, kedokteran dan ilmu-ilmu pasti.
Yang paling pertama di antara mereka adalah rahib Jerberi yang terpilih menjadi Paus di Roma pada tahun 999
M, setelah kembali dari studinya di Andalusia. Juga Pierrele Aenere (1156-1092), serta Gerard de Gremone
(1187-1114). Setelah rahib-rahib tersebut kembali ke negerinya masing-masing mereka menyerbarluaskan
kebudayaan Arab serta buah karya ulama-ulama terkenal. Dan mereka pun mendirikan akademi-akademi yang
bergerak di bidang studi-studi ketimuran, seperti sekolah “Baduy” Arabi.
Menjelang pertengahan abad ke-19, bahwa literatur Barat menghantam Islam akarnya kembali pada
pertengahan ideologis, historis, dan kultural antara Kristen dan Islam. Sedangkan pada abad ke-20, bahwa kaum
missionaries adalah dengan mengklaim bahwa agama Kristenlah yang paling banyak berjasa bagi kemajuan
yang telah diraih oleh dunia barat dengan berbagai faktor tersebut.
Perkembangan besar dalam sejarah dengan adanya peristiwa-peristiwa yaitu dengan munculnya gerakan
kebangkitan yang mencapai puncaknya pada abad 15 yaitu pada masa Renaisance, di mana ilmu-ilmu Yunani
dikembangkan dengan para ilmuwan muslim yang telah diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa-bahasa besar
Eropa di bidang fisika, matematika, filsafat dan sebagainya. akan tetapi semua itu belum mampu mempengaruhi
image sejarah, teologi, dan ajaran Islam di mata dunia Barat Kristen. Sedangkan peristiwa yang kedua, bahwa
persatuan dunia Kristen dibawah kepemimpinan Gereja terganggu oleh lahirnya paham nasionalisme dan
kepentingan ekonomi setelah lahirnya revolusi industri.
Dalam Islam dibangunkan oleh Perang Salib modern, ketika Jenderal Alleaby setelah merebut Yerusalem pada
tahun 1917 dari Turki Usmani, dengan mengatakan : “today ended the crusade” (baru sekaranglah berakhir
Perang Salib).
Faktor yang Mendorong Munculnya Orientalisme
Dr. Mustofa as-Siba’iy menerangkan hal-hal yang mendorong kaum orientalis barat untuk menyelidiki dan
mempelajari tentang ketimuran yaitu sebagai berikut :
a. Dorongan keagamaan
Dorongan keagamaan, maka kaum orientalis yang terdahulu telah memanfaatkan hasil penelitiannya tentang
agama Islam dan yang berhubungan dengan agama Islam, secara positif dan negatif. Dan banyak melontarkan
hasil penelitian yang bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya dan membawa pengaruh yang jelek.
b. Dorongan penjajahan
Ketika berakhirnya Perang Salib, dengan kekalahan kaum Salib, pada saat itu merupakan perang agama dan
pada hakekatnya perang penjajahan, orang-orang Barat tidak mudah putus asa untuk kembali menduduki
negeri-negeri Arab dan orang Islam. Sewaktu kekuatan militer dan politik sudah berada dalam tangan mereka,
lalu di antara yang mendorong orientalisme itu ialah untuk melemahkan perlawanan jiwa dan cita-cita dari
kaum muslimin.
c. Dorongan perniagaan dan ekonomi
Dorongan ini nyata sekali bagi negeri-negeri industri yang memerlukan pasaran untuk melemparkan hasil
industrinya. Mereka harus meneliti kesukaan negeri-negeri yang jadi sasarannya. Kaum orientalis yang
terdorong penelitiannya tentang Timur oleh dorongan ekonomi dan perniagaan, harus bekerja keras, agar tidak
ketinggalan. Mereka harus menempuh cara-cara baru yang menguntungkan kedua pihak atau segala pihak,
dengan memberikan pinjaman, persahabatan dan sebagainya demi kepentingan ekonomi dan perniagaan.
d. Dorongan politik
Dorongan ini menonjol pada masa sekarang sesudah negeri-negeri Islam dan negeri-negeri Timur umumnya
mencapai kemerdekaannya. Pada masa sekarang, setelah berkembang blok timur dan blok barat, maka masing-
masing dari mereka berusaha mempengaruhi akan masyarakat di mana mereka ditempatkan untuk keuntungan
politik dari negaranya.
e. Dorongan ilmiah
Dr. Mustafa as-Siba’iy menerangkan lebih lanjut, bahwa golongan yang didorong oleh dorongan ilmiah, sangat
sedikit yang salah pemahamannya tentang Islam dan peninggalan Islam. Karena mereka tidak sengaja untuk
menyelewengkan agama Islam dan memasukkan yang bukan-bukan ke dalam Islam.
Tokoh-tokoh Orientalisme dan Karya-karyanya
Berikut ini secara khusus dikemukakan beberapa tokoh orientalis yang dapat mewakili tokoh-tokoh
orientalisme besar, yaitu di antaranya :
a. Christian Snouck Hurgronje (1857-1936)
Christian berasal dari Belanda, di sekolah menengah selama 5 tahun di Breda, ia masuk di fakultas Theology
Universitas Leiden. Setelah itu ia masuk ke jurusan sastra dengan gelar doktor dengan promosi “cum laude”
pada 24 November 1880.
Karyanya yang berjudul “De Atjehers” (Penduduk Aceh) dalam 2 jilid pada tahun 1893-1894. Dalam buku
disertasinya “Het Mekka anche Feest” dia menerangkan arti haji dalam Islam, asal-usulnya, dan tradisi yang ada
di dalamnya. Kemudian mengakhiri tulisannya dengan kesimpulan bahwa haji dalam Islam merupakan sisa-sisa
tradisi Arab jahiliyah.
b. Harry St. John Philby (1885-1960)
Ia adalah seorang orientalis berkebangsaan Inggris yang mempunyai jiwa imperialisme sangat menonjol dan
membenci Islam, sehingga dipandang banyak berjasa kepada pemerintah kolonial Inggris. Dia dilahirkan di
Srilangka, dan ia lulus dari Universitas Oxford pada jurusan bahasa-bahasa Timur pada tahun 1908. Philby
kemudian mendapatkan tugas untuk menerbitkan harian “Jaridatul Arab” (Arab News) di Bagdad tahun (1917).
Karyanya yaitu Arabian Days terbitan tahun 1948.
c. Evariste Leri Provencal (1894-1956)
Ia adalah seorang orientalis Prancis berdarah Yahudi, yang berjiwa imperialis, dan berprofesi seorang guru
besar. Dia lahir dari sebuah keluarga Yahudi di Aljier ibu kota Aljazair, Afrika Utara, ia tumbuh dalam
lingkungan Yahudi dan belajar di Universitas Aljier. Karya-karya yang ditulis yaitu “Sejarah Spanyol Islam”,
pada tahun 1953.
d. Fritz Krenkov (1872-1953)
Lahir di Jerman bagian utara, namun dibesarkan di Inggris dan mendapat kewarganegaraan. Karyanya sendiri
seperti, Persatuan dalam Islam (1927), Sastra Rakyat Arab (1928), dan beberapa karya terjemahan.
e. Blachere (1900-1973)
Ia belajar di sekolah menengah atas di kota Casablanca (Darul Baidha) Marokko. Dia memasuki fakultas Adab
pada Universitas Aljier (1922). Karya Blachere banyak sekali jumlahnya, baik mengenai kesusastraan maupun
ke-Islaman, di antaranya, Biografi al-Walid Raja Dinasti Umayyah (1935), Perdana Menteri Penyair, Ibnu
Zamrah (1937), Tarikh al-Adab al-Arabi (Sejarah Kesusastraan Arab) di tulis dalam bahasa Perancis terbitan
tahun 1952.
f. Louis Massignon (1883-1963)
Ia banyak belajar dari tokoh-tokoh orientalis berbahaya seperti orientalis Hongaria Goldziher. Selama 3 tahun ia
mengadakan studi lapangan mengenai keadaan sosial dan politik dunia Islam hingga tahun 1954. Kemudian
meneruskan perjalanannya ke Kairo pada tahun 1906-1909, dan belajar di al-Azhar. Karyanya La Passion d’ al-
Hallaj, Martyr Mystique de I’Islam, Aliran Sufi al-Hallaj (1909), al-Hallaj (1911), Sejarah Pengumpulan Rasari
Ikhwan ash-Shafa (1913), Sejarah Ilmu Pengetahuan Kalangan Bangsa Arab (1957), dan lain-lain.
g. Abdul Kareem Germanus (lahir 1884)
Ia lahir di Budapest pada tahun 1884. Kemudian menjadi anggota staff lembaga penelitian di Kairo tahun 1956-
1963 di Baghdad. Karyanya Pengaruh Turki dalam Sejarah Islam (1932), Studi tentang Susunan Bahasa Arab
(1954), Syair Arab Pilihan (1962).
h. David Santillana (1855-1931)
Ia adalah seorang orientalis politis dan akademis berdarah Yahudi. Karyanya at-Tamhid li Tarikh al-Falsafah
al-Islamiyah (Pengantar Filsafat Islam), terbit di Kairo tahun 1904.
KESIMPULAN
Bahwa dari sejarah orientalisme itu ada beberapa faktor yang mendorong munculnya orientalisme dan dimulai
dari Perang Salib yang berawal dari konflik yang terjadi antara Islam-Kristen di Palestina (Jerussalem).
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Musthafa as-Siba’ie, Akar-Akar Orientalisme, alih bahasa oleh Ahmadie Thaha, PT. Bina Ilmu, Surabaya,
1983.
Mutolah Maufur, M.A., Orientalisme Serbuan Ideologis dan Intelektual, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1995.
Prof. H. Ismail Jakub, S.H., Orientalisme dan Orientalis, Faizan, Surabaya, 1983.

Share / Save
Email
Bookmark

FacebookDeliciousGoogle BookmarksMySpaceMessenger TwitterDiggGoogle BuzzRedditStumbleUpon

Powered by AddToAny
Stay Connected
/ Monday, May 02, 2011
Top of Form

Bottom of Form

Home
Berita
Opini
Buku PMIK
Kajian
Travelling
Sastra
Resonansi
Editorial
Kolom
Tentang Kami
Redaksi
Kirim Berita
Kontributor
Pasang Iklan
Iklan Baris
Sejarah Singkat Orientalisme
Apa dan Siapa Orientalisme?
Orientalisme dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu pengetahuan tentang ketimuran atau
tentang budaya ketimuran. Sementara itu dalam buku “Buhûst Fi at Tabsyîr Wa al Istisyrâq”
(Pembahasan Tentang Misionarime dan Orientalisme) karangan Dr. Hasan Abdur Rauf, disebutkan
bahwa kata ‘Orientalisme’ secara umum diberikan kepada orang-orang non-Arab yang mempelajari
ilmu-ilmu tentang ketimuran, baik itu dari segi bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadatnya. Orang
yang mempelajari ilmu itu disebut Orientalis. Khususnya orang-orang yang mempelajari tentang
dunia Arab, China, Persia dan India.
Dari pemaknaan di atas mungkin akan timbul pertanyaan, apakah orang Indonesia yang mempelajari
tentang ketimuran bisa disebut Orientalis? Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar itu buru-
buru membatasi, bahwa sebutan Orientalis diberikan kepada setiap ilmuwan Barat yang mempelajari
segala sesuatu tentang ketimuran. Utamanya, istilah Orientalis diberikan kepada orang-orang
Nasrani yang ingin mempelajari ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab.
Awal Mula Orientalisme
Pembahasan tentang asal mula Orientalisme, sebenarnya masih menjadi perselisihkan oleh para
peneliti sejarah Orientalisme. Dan tidak diketahui secara pasti siapa orang Eropa pertama yang
mempelajari tentang ketimuran dan juga tidak ada yang mencacat kapan terjadinya. Mayoritas
berpendapat, menurut Dr. Hasan Abdur Rauf bahwa Orientalisme dimulai dari Andalusia (Spanyol) di
abad 17 Hijriyah, ketika tekanan Kristen Spanyol kepada masyarakat Islam disana memuncak. Raja
Alfonso penguasa Kristen di propinsi Castilla (baca: Castiya) saat itu, memanggil Michael Scott untuk
mempelajari ilmu-ilmu Islam dan peradabannya. Kemudian Scott mengumpulkan sekelompok
pendeta dari berbagai gereja dekat kota Toledo untuk membantu tugas-tugasnya.
Pendapat lain mengatakan, Orientalisme dimulai ketika beberapa pendeta dari Barat datang ke
Andalusia (Spanyol) saat kerajaan Islam itu berada dipuncak kejayaanya. Kemudian mereka
mempelajari berbagai ilmu Islam di sana. Menterjemahkan Al Qur’an dan buku-buku berbahasa Arab
ke dalam bahasa mereka, tidak ketinggalan mereka juga berguru kepada para ulama-ulama Islam
yang ada di Andalusia waktu itu dari berbagai disiplin ilmu. Khususnya ilmu Filsafat, kedokteran dan
Matematika. Dua pendapat di atas sepertinya tidak banyak berbeda dan kita sepertinya tidak perlu
terlalu jauh untuk mempermasalahkannya.
Tercatat beberapa orang pendeta yang datang ke Andalusia saat itu, di antaranya:
Gerbert, seorang pendeta dari Perancis atau lebih dikenal dengan gelar kepausannya, Sylvester II,
yang terpilih menjadi Paus Roma pada tahun 999 M dan berkuasa sampai tahun 1003 M. Ia terpilih
sekembali ke negaranya setelah belajar dari berbagai sekolah di Andalusia.
Pendeta Petrus yang mulia (1092 – 1156 M).
Pendeta Gerrad Kremmen (1114 – 1187 M).
Sekembali ke negaranya, para pendeta itu menyebarkan ilmu Arab Islam dan menyebarkan buku–
buku hasil karangan ulama–ulama Islam terkenal. Tidak sebatas itu, para pendeta itu juga mendirikan
sekolah–sekolah yang mempelajari dunia Arab dan Islam (Islamic Studies). Sekolah–sekolah itu juga
mengajarkan kepada murid-muridnya buku dari bahasa Arab yang sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa setempat atau latin.
Berbagai universitas di Barat juga mengajarkan tentang berbagai materi keislaman serta menjadikan
buku-buku bahasa Arab sebagai rujukan utamanya. Dan itu berlangsung sekitar enam abad. Dari
semenjak itulah tak pernah berhenti ada saja orang-orang Barat yang terus mempelajari Islam dan
bahasa Arab, menterjemahkan Al Qur’an, sebagian besar buku-buku ilmiah dan buku-buku sastra.
Memasuki Abad ke-18 yang merupakan abad permulaan Barat menjajah negeri-negeri Islam dan
menguasai sumber kekayaannya. Dengan jumlah ilmuwan Barat yang tak sedikit, mereka
menjadikan kajian tentang dunia Timur sebagai suatu keharusan. Menjiplak manuskrip-manuskrip
peninggalan Islam dan membelinya dari orang-orang yang tidak tahu-menahu tentang nilai sejarah.
Jika cara itu tidak bisa ditempuh, maka mereka mencurinya dari perpustakaan-perpustakaan yang
ada di negeri-negeri Islam. Banyak dari manuskrip-manuskrip langka berbahasa Arab yang ‘pindah’
ke perpustakaan-perpustakaan di Eropa. Di awal abad ke-19 saja tercatat ada sekitar 250.000 jilid
buku, dan itu terus berlansung sampai hari ini. Di penghujung abad ke-19 tepatnya tahun 1873
Masehi, di Paris berlangsung muktamar pertama untuk para Orientalis.
Sebab–Sebab Munculnya Orientalisme
Ada banyak hal yang menjadi penyebab lahirnya Orientalisme menurut para peneliti kajian ketimuran.
Tetapi penting untuk kita ketahui apa sebab-sebab utama dan faktor pendukung munculnya
Orientalisme.
A. Perang Agama
Dari sekian faktor penyebab lahirnya Orientalisme adalah faktor agama atau sentimen keagamaan.
Seperti yang telah penulis sebutkan di atas bahwa Orientalisme dimulai dari pendeta–pendeta
kemudian menjadi kelompok besar Orientalis, yang kesemuanya bertujuan untuk merusak eksistensi
agama Islam, mengaburkan otensitasnya dan memutarbalikan kebenarannya. Sambil terus
meyakinkan kepada orang-orang yang mengikutinya bahwa Islam adalah agama yang jauh dari
kemajuan, kotor, kasar, dan sumber teroris.
Ketika para Orientalis mendirikan yayasan–yayasan misionaris, hal utama yang menjadi tujuan
mereka adalah menjadikan seorang Muslim pindah haluan kepada Kristen. Jika tujuan itu tidak
tercapai, setidaknya seorang Muslim jauh dari agamanya atau bahkan kalau perlu menjadikannya
tidak bertuhan (Atheis) dan sebagai penyembah materi.
Mereka juga menjadikan pemuda Muslim tidak bangga kepada Islam, menjadi orang yang ragu-ragu
terhadap kebenaran Islam dan juga menyerang dasar-dasar agama. Selanjutnya para Orientalis
memoles bahwa sesungguhnya metodologi yang ada pada agama mereka lebih baik. Sebagai
contoh adalah Teori Hermeunetika yang banyak dikagumi intelektual dan akademisi negara kita.
B. Kolonialisme
Setelah kekalahan Kristen yang menyakitkan di perang Salib, menjadikan mereka berpikir dua kali
jika harus melawan Islam dengan kekuatan senjata. Lalu Kristen Barat pun merubah metode mereka
untuk menaklukkan Islam dengan pemikiran atau yang biasa disebut dengan istilah ‘invasi pemikiran’.
Metode ini dilakukan atas wasiat Raja Louis dari Perancis, pemimpin Nasrani pada perang Salib ke
delapan yang berakhir dengan kekalahan. Bahkan Raja Louis sendiri berhasil ditawan oleh pasukan
Islam di propinsi Mansurah, Mesir. Untuk kekuar dari tawanan itu Raja Louis harus membayar upeti
yang sangat besar.
Sekembali ke Perancis, Louis memiliki keyakinan bahwa kekuatan militer dan senjata terbukti tidak
membuat Islam gentar. Karena konsep mati syahid dan jihad yang tertanam kuat dalam prajurit-
prajurit Islam. Maka dipelajarilah segala sesuatu yang berkaitan dengan negeri yang akan mereka
taklukkan, mulai dari agama, budaya sampai kekayaannya. Di sinilah kaum intelektual Barat
(Orientalis) berperan.
C. Politik
Setelah negeri-negeri terjajah di Timur merdeka dari cengkraman kolonialis, ada target lain yang
menjadi incaran negara-negara penjajah yaitu meletakkan kedutaan atau konsulatnya dibekas
negara jajahannya. Tujuan dari itu adalah untuk memata-matai aktivitas politik negara tersebut lewat
jasa intelejen yang mereka buat, dengan begitu memudahkan mereka untuk mengoalkan tujuan-
tujuan politiknya semacam isu teroris dan penguasaan informasi. Sedang kaum intelektualnya atas
nama duta negara mempelajari agama dan budayanya.
D. Ekonomi
Dari sekian faktor yang ada, faktor ekonomi merupakan faktor yang paling kuat untuk melahirkan
Orientalis. Karena dengan menguasai ilmu ketimuran lewat para cendikiawannya, Barat dengan
mudah memiliki data kekayaan negeri-negeri yang ada di Timur. Maka bukan hal aneh jika negara
adidaya seperti Amerika begitu bernafsu menduduki negara-negara Timur dan Arab seperti Irak,
Afganistan, bahkan Indonesia secara tidak langsung. Selain faktor kekuasaan mereka menyimpan
misi untuk menguasai kekayaan, namun sebenarnya tujuan yang lebih jauh dari itu adalah
menguasai pasar dunia.
E. Sumber Ilmu
Ilmu pengetahuan Islam adalah hal utama yang dibidik para Orientalis untuk menguasai umat ini.
Tentu, misi utama mereka mempelajari ilmu-ilmu Islam bukan untuk mencari kebenaran, tetapi
memutarbalikkan fakta dan menghembuskan berbagai syubhat agar kaum Muslimin ragu pada
agamanya. Memang diantara para Orientalis itu ada sebagian yang berpikir obyektif tentang Islam
dan ada beberapa orang yang akhirnya memeluk Islam. Beberapa karya Orientalis juga menyebar di
negara-negara Timur Tengah dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, serta diizinkan oleh
ulama setempat untuk dipelajari dengan tetap bersikap kritis. Seperti buku “Târikh Mazâhib at-Tafsîr
al-Islâmy” karangan Orientalis ternama, Goldziher.
Perkembangan Orientalisme
Di awal abad ke–13 Hijriyah atau akhir abad ke–18 Masehi, para Orientalis mengubah taktik mereka
dalam mencapai misi-misinya. Yaitu menjadikan Orientalisme sebagai tujuan murni penelitian dan
kebutuhan akademis. Sebelumnya Orientalisme dan Misionarisme adalah dua pekerjaan yang
memiliki satu tujuan.
Untuk merubah tujuannya itu mereka mendirikan pusat-pusat studi ketimuran di berbagai ibu kota
negara Eropa, seperti London, Paris, Leiden dan sebagainya. Dari pusat-pusat itu lahir jurusan
khusus yang mempelajari bahasa Arab dan beberapa bahasa–bahasa negeri Islam semisal bahasa
Persia, Turki dan Urdu. Tujuan awal pendirian studi Islam itu adalah untuk memperkuat basis
kekuasaan militer di negara–negara jajahan dengan intelijen yang menguasai wawasan keislaman.
Kemudian mereka mengajak pelajar dan mahasiswa yang tertarik dengan pusat–pusat studi di Eropa
untuk belajar di sana. Pastinya dengan iming-iming beasiswa dan tunjangan selama hidup di negeri
itu. Bukan berarti kita tidak boleh sekolah di sana, namun sikap kritis dan ‘awas’ sebagai seorang
Muslim harus tetap kita jaga. Karena, banyak pelajar dan mahasiswa itu dirubah cara pandangnya
tentang Islam, kemudian tidak sedikit dari mereka setelah menyelesaikan studinya menjadi intelektual
yang sangat kritis terhadap dasar-dasar Islam.
Sikap dan Kewajiban Kita Selaku Muslim
Sudah menjadi kewajiban umat ini mengembalikan dan menjaga keaslian ajaran Islam. Ini memang
pekerjaan besar tidak cukup jika dikerjakan segelintir orang. Meminjam kata-kata Yusuf Qardhawi
dalam salah satu ceramahnya, yang kita butuhkan sekarang ini adalah kesadaran berpikir tentang
Islam. Dan menurut penulis, kesadaran ini sebagai modal awal membangun peradaban Islam.
Kesadaran berpikir itu juga meliputi strategi dan sikap kita melawan invasi pemikiran. Ada beberapa
hal yang terkait dengan sikap dan kewajiban kita terhadap Orientalisme menurut DR. Hasan Abdur
Rauf:
Pertama, adanya sekeolompok ulama, pemikir dan peneliti yang spesialisasi pekerjaannya adalah
menulis tentang tema-tema ilmiyah, kemudian mempersembahkannya untuk umat Islam secara
keseluruhan. Dengan perspektif dan sudut pandang yang sesuai dengan ajaran Islam
Kedua, hendaknya karya ilmiah ini benar-benar memenuhi syarat-syarat karya ilmiah dan jauh dari
kesalahan. Mulai dari segi kebenaran tulisan, pengkajian yang luas dan analisa yang dalam. Serta
tepat dengan sumber-sumber referensi yang menjadi rujukannya.
Ketiga, ulama, pemikir dan peneliti tadi hendaknya mempublikasikan karya-karya Orientalis dan
memberikan kritikan secara ilmiah. Kemudian memberikan penjelasan kepada pelajar, mahasiswa
atau masyarakat tentang kebatilan dan kesalahan-kesalahan berpikir para Orientalis dengan tetap
bersikap obyektif dan tawadhu’.
Keempat, bagi lembaga-lembaga dakwah atau kajian ilmiah menerbitkan majalah-majalah yang
berkaitan tentang Orientalisme dan Oksidentalisme (kajian tentang Barat) untuk menyeimbangi
media-media Barat yang mendeskreditkan Islam.
Kelima, upaya pemurnian kembali tentang Turâst (peninggalan) Islam dan pengetahuannya dari
berbagai syubhat. Terutama kajian tafsir Qur’an yang mulai terdistorsi oleh pemikiran dan metodologi
Hermeunetika yang berasal dari Barat.
Kelima sikap dan kewajiban ini merupakan tanggung jawab kita selaku Muslim dan kita hendaknya
selalu berdoa ada banyak jiwa-jiwa yang tergerak untuk selalu meninggikan agama ini. Wallâhu Alam
Penulis: Yasin Elgehad, Lc. Mahasiswa America Open Univ., Cairo.
Berita Terkait:
Gerbang Kota Kairo; bukti sejarah betapa kuatnya pertahanan militer masa itu

Facebook comments:
Leave a Reply

Top of Form
Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website

Type the two words:Type what you hear:Incorrect. Try again.

Submit Comment
Bottom of Form

[Inner pages]
Recent Entries
Pasca Evakuasi, AMPIBI Mansuro Tetap Beraksi
Kritik Studi Al Qur’an Kaum Liberal
Darul Qur’an untuk Pecinta Qur’an
PKS Mesir Bersihkan Wisma Nusantara
Dubes: Kita ini Tamu
Risalah Rindu
Saya Harus Golput di Pemilu Politik Mesir!
Marhalah Bizantium Adakan Kebersihan Sekitar Madinatul Bu’uts
SINAI Analisa Nasib Akhir Revolusi Arab
Masisir Pasca Revolusi Mesir?
Berita
Opini
Buku PMIK
Kajian
Travelling
Sastra
Resonansi
Editorial
Kolom
Tentang Kami
Redaksi
Kirim Berita
Kontributor
Pasang Iklan
Iklan Baris
RSS
Dilarang mengcopy isi website ini kecuali atas izin dari redaksi. Website ini dilindungi undang-undang
Designed by Gabfir themes

Loading...

Orientalisme adl gelombang pemikiran yg mencerminkan berbagai studi ketimuran yg islami. Yang dijadikan
objek studi ini mencakup peradaban agama seni sastra bahasa dan kebudayaan. Gelombang pemikiran ini telah
memberikan andil besar dalam membentuk persepsi Barat terhadap Islam dan dunia Islam. Caranya ialah dgn
mengungkapkan kemunduran pola pikir dunia Islam dalam rangka pertarungan peradaban antara Timur dgn
Barat . Sejarah Berdiri dan Tokoh-tokohnya Awal Kemunculannya Sunguh sulit menentukan secara pasti awal
tumbuhnya Orientalisme. Sebagian sejarawan cenderung bahwa Orientalisme bermula dari zaman daulah
islamiah di Andalusia . Sebagian lain mengatakan bahwa organisasi ini bermula ketika terjadi Perang Salib.
Khusus tentang Orientalisme Ketuhanan keberadaannya sudah tampak secara resmi sejak dikeluarkannya
keputusan Konsili Gereja Viena tahun 1312 M dgn memasukkan materi bahasa Arab ke berbagai Universitas di
Eropa. Orientalisme muncul di Eropa pada penghujung abad 18 M. Pertama kali muncul di Inggris tahun 1779
M; di Prancis tahun 1799 dan dimasukkan ke dalam Kamus Akademi Prancis pada tahun 1838. Gerbert de
Oraliac seorang pendeta Venezia pergi ke Andalusia. Di sana ia belajar kepada seorang profesor. Setelah
kembali ia terpilih sebagai pendeta agung dgn gelar Silvester II . Dengan demikian ia adl paus pertama dari
Prancis. Tahun 1130 M kepala uskup Toledo menerjemahkan beberapa buku ilmiah Arab. Kemudian jejak ini
diikuti oleh Gerard de Cremona dari Italia. Ia pergi ke Toledo dan menerjemahkan buku tidak kurang dari 87
judul di bidang filsafat kedokteran astronomi dan geologi. Di Prancis muncul Pierre le Venerable seorang
pendeta Venezia dan kepala biarawan Cluny membentuk kelompok penerjemah utk mendapatkan pengetahuan
objektif tentang Islam. Ia sendiri adl orang pertama yg menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Latin .
Adapun penerjemahan kedalam bahasa Inggris dilakukan pertama kali oleh Robert of Ketton. Juan de Sevilla
Yahudi yg masuk Kristen ini muncul pada pertengahan abad ke-12 dan menaruh perhatian pada bidang
astronomi. Ia telah menyadur empat buah buku berbahasa Arab karya Abu Ma’syur al-Balkhi yg tugas
penerjemahannya dibantu oleh Adelard. Roger Bacon dari Inggris menuntut ilmu di Oxford dan Paris dan
meraih gelar doktor di bidang teologi. Ia menerjemahkan buku berbahasa Arab Mir’at al-Kimia tahun 1251 M.
Orientalis-Orientalis yg Objektif Hardrian Roland adl profesor bahasa-bahasa Timur pada universitas Utrecht
Belanda. Ia menulis buku Muhammadanism dua jilid dalam bahasa Latin . Tetapi gereja-gereja Eropa
memasukkan buku tersebut sebagai buku terlarang padahal tuisan-tulisannya objektif. Johann J. Reiske seorang
orientalis Jerman pertama yg patut diingat dituduh zindik krn sikapnya yg positif terhadap Islam. Ia sangat
berjasa dalam mengembangkan dan menampilkan Arabic Studies di Jerman. Silvestre de Sacy seorang orientalis
yg menekuni sastra dan nahwu menghindar utk terlibat dalam pengkajian Islam. Ia juga sangat berjasa dalam
menjadikan Paris sebagai pusat pengkajian Islam. Salah seorang yg pernah berhubungan dgn beliau adl Syekh
Rifa’ah Thanthawi. Thomas Arnold dari Inggris menulis buku yg berjudul Preaching in Islam telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Turki Urdu dan Arab. Gustac le Bon dikenal sebagai orientalis dan filosof
materialis. Ia tidak pernah percaya kepada agama. Pada umumnya kajian dan buku-bukunya menyoroti
peradaban Islam. Kajian-kajiannyalah yg menyebabkan orang-orang Barat tidak mempedulikan dan tidak
menghargainya. Z. Honke adl penulis yg karyanya dinila objektif krn menampilkan pengaruh peradaban Arab
terhadap Barat. Matahari Arab Bersinar di Barat adl di antara bukunya yg termasyhur. Jakck Burke Anne
Marie Simmel Thomas Carlyle Renier Ginaut Dr. Granier dan Goethe adl orientalis-orientalis yg tergolong
moderat. Orientalis Fanatik Goldziher orientalis berdarah Yahudi penulis buku Sejarah Aliran-Aliran Tafsir
dalam Islam adl tokoh Islamic Studies di Eropa. Ketokohan dan sekaligus kefanatikannya tidak dapat diingkari.
J. Maynard orientalis Amerika yg sangat fanatik ini termasuk salah seorang anggota dewan redaksi majalah
Islamic Studies. S.M. Zwemer orientalis dan zending Kristen adl pendiri majalah Islamic Memasung Akidah
terbit tahun 1908 M dan Al-Islam yg merupakan kumpulan makalah yg disampaikan pada muktamar
Kristenisasi II tahun 1911 M di Lucknow India. G. Von Grunebaum Yahudi berkebangsaan Jerman yg belajar
di universitas-universitas Amerika. Ia menulis Upacara-Upacara Agama Muhammad yg terbit tahun 1951 M
dan beberapa studi tentang sejarah kebudayaan Islam diterbitkan tahun 1854 M. A.J. Wensinck adl orientalis yg
sangat memusuhi Islam. Bukunya yg berjudul Akidah Islam yg terbit tahun 1932 mengandung banyak kecaman
terhadap Islam. K. Cragg orientalis Amerika yg sangat fanatik ini menulis buku Dakwah dan Menara Azan yg
terbit tahun 1956 M. L. Massignon adl salah seorang zending Kristen berkebangsaan Prancis yg pernah menjadi
penasihat pada Departemen Koloni Prancis Urusan Afrika Selatan. Bukunya yg terkenal ialah Hallaj Shufi yg
Shahid dalam Islam terbit tahun 1922 M. D.B. Mac Donald berkebangsaan Amerika adl seorang orientalis dan
zending Kristen yg terkenal fanatik. Ia menulis buku Perkembangan Ilmu Kalam Fikih dan Teori Undang-
Undang Negara terbit pada tahun 1930 M dan Sikap Agama Terhadap Kehidupan Menurut Islam terbit tahun
1908 M. M. Green sekretaris dewan redaksi majalah Timur Tengah. D.S. Margoliouth orientalis Inggris yg
sangat fanatik ini pernah menelorkan Thaha Husain dan Ahmad Amin dari sekolahnya. Buku-bukunya antara
lain -Perkembangan Baru dalam Islam terbit tahun 1943 M. -Muhammad Menjelang Kelahiran Islam terbit
tahun1905 M. -Universitas Islam terbit tahun 1912 M. A.J. Arberry juga orientalis Inggris yg sangat fanatik
memusuhi Islam. Bukunya yg terkenal antara lain -Islam Dewasa ini terbit 1943 M. -Tashawwuf terbit 1950 M.
Baron Carra de Vaux orientalis Prancis yg sangat fanatik memusuhi Islam dan termasuk tokoh penting dewan
redaksi Ensiklopedia Islam. H.A.R. Gibb orientalis Inggris menulis buku Mohammedanizm terbit tahun 1947 M
dan Aliran-Aliran Modern dalam Islam terbit 1947 M. R.A. Nicholson orientalis Inggris yg menolak
kespiritualan Islam menganggap Islam sebagai agama materialistik dan tidak mengakui keluhuran manusia.
Bukunya yg terkenal ialah Shufi-Shufi Islam tahun 1910 dan Sejarah Kesusastraan Arab tahun 1930 M. Henry
Lammens orientalis fanatik menulis buku Al-Islam dan Tha’if. Ia juga termasuk dewan redaksi Ensiklopedia
Islam. J. Schacht penulis buku Ushul Fikih Islam terkenal sebagai orientalis Jerman yg sangat fanatik memusuhi
Islam. Blachere pernah bekerja pada Departemen Luar Negeri Prancis sebagai staf ahli utk urusan Arab dan
umat Islam. Alfred Guillaume orientalis Inggris yg sangat fanatik memusuhi Islam penulis buku Al-Islam.
Pemikiran dan Doktrin-doktrinnya Pertama Motivasi Orientalisme 1. Motivasi Agama Motivasi agamalah yg
melatarbelakangi pertumbuhan orientalisme yg berlangsung begitu lama. Sasaran-sasaran gerakan orientalisme
antara lain
menumbuhkan keragu-raguan terhadap keyakinan umat atas kerasulan Muhammad saw. dan menganggap hadis
Nabi sebagai perbuatan umat Islam selama tiga abad pertama;
menumbuhkan keraguan terhadap kebenaran Alquran dan memutarbalikannya;
memperkecil nilai fikih Islam dan menganggapnya sebagai adopsi dari hukum Romawi;
memojokkan bahasa Arab dan menjauhkannya dari ilmu pengetahuan yg semakin berkembang;
menampilkan Islam kepada sumber Yahudi dan Nasrani; dan
mengkristenkan umat Islam.
2. Motifasi Ekonomi dan Penjajahan Lembaga-lembaga keuangan perusahaan-perusahaan raksasa dan pihak
pemerintah sendiri telah mengeluarkan biaya sangat besar utk para penelitei dalam rangka mengenal lbh jauh
kondisi negara-negara Islam melalui laporan lengkap mereka. Penelitian tersebut sangat digalakkan terutama
pada masa sebelum penjajahan Barat dalam abad ke-19 dan ke-20 M. 3. Motivasi Politik -Melemahkan
semangat ukhuwah islamiah dan memecah-belah umat agar mudah dikuasai.-Menghidupkan bahasa Arab
‘amiyyah dan mengkaji adat istiadat yg berlaku. -Para pegawai di negara-negara diarahkan utk mempelajari
bahasa asing agar memahami seni dan agama penjajah tujuannya agar mereka mudah dipengaruhi dan dikuasai.
4. Motivasi Keilmuan Sebagian orientalis ada yg mengarahkan peneliteian dan analisisnya semata-mata utk
pengetahuan. Sebagian yg lain ada yg sampai kepada esensi Islam dan bahkan masuk Islam seperti Thomas
Arnold yg telah mempunyai andil dalam menyadarkan kaum muslimin dgn bukunya The Preaching in Islam
dan Dinet yg telah masuk Islam dan tinggal di Aljazair. Ia menulis buku Sinar Khusus Cahaya Islam. Ia
meninggal di Prancis dan di kubur di Aljazair. Kedua Karya Tulis Orientalis yg Penting -Sejarah Kesusastraan
Arab Carl Brockelmann . -Ensiklopedia Islam cetakan pertama terbit dalam bahasa Inggris Prancis dan Jerman
antara tahun 1913 - 1938 M. Cetakan berikatnya diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Prancis saja 1945 - 1977
M. -Mu’jam Mufahras li Alfazhi Al-Hadis sebuah kamus utk mencari lafaz-lafaz hadis. Mu’jam ini mencakup
Kutub al-Sitta kumpulan hadis yg terhimpun dalam kitab yg enam ditambah dgn Musnad Darimi Muwaththa’
Imam Malik Musnad Imam Ahmad bin Hambal. Mu’jam ini terdiri atas tujuh jilid dan beredar sejak tahun 1936
M sampai sekarang. Ketiga Muktamar dan Organisasi Pada tahun 1873 di Paris telah diselengggarakan
Muktamar orientalis pertama. Setelah itu muktamar sejenis diselenggarakan berkali-kali. Hingga sekarang tidak
kurang dari 30 kali muktamar tingkat internasional telah diselenggarakan belum lagi berupa diskusi seminar dan
pertemuan-pertemuan yg bersifat regional seperti muktamar orientalis Jerman yg diselenggarakan di kota
Dresden Jerman Barat tahun 1849 M. Sampai sekarang muktamar seperti itu masih tetap berlangsung. Dalam
kegiatan itu hadir ratusan ilmuwan orientalis. Dalam muktamar Oxford misalnya telah hadir tidak kurang dari
900 ilmuwan dari 25 negara 80 universitas dan 69 lembaga ilmiah. Kegiatan itu ditunjuang oleh lembaga-
lembaga orientalisme seperti lembaga Asiatik di Prancis yg didirikan tahun 1822 M. lembaga Hak Milik Asia di
Inggris didirikan tahun 1823 M; lembaga Orientalisme Amerika didirikan tahun 1842 M dan lembaga
Orientalisme Jerman didirikan tahun 1845 M. Keempat Majalah-Majalah Orientalis Mereka memiliki majalah
dan penerbitan dalam jumlah besar lbh dari 300 majalah dan bentuknya yg beraneka ragam dan dalam berbagai
bahasa antara lain -The Muslim World didirikan oleh Samuel Zwemer di Inggris. Ia menjadi ketua gerakan
kristenisasi di Timur Tengah tahun 1911 M. -Mir Islama terbit di Petersburg tahun 1912 M tetapi majalah ini
tidak berumur panjang. -Sumber Air Timur diterbitkan di Wina 1809 - 1818 M. -Islam terbit di Paris 1895 M.
Pada tahun 1906 M majalah ini diubah menjadi majalah Islamic World yg diterbitkan oleh misi ilmiah Prancis
di Maroko terakhir kemudian berubah lagi menjadi majalah Islamic Studies. - Tahun 1910 M di Jerman terbit
sebuah majalah berbahasa Jerman Des Islam. Kelima Orientalis Mengabdi Penjajah Carl Heinrich Becker adl
pendiri majalah Islam di Jerman. Ia melakukan kajian tentang Timur utk kepentingan penjajahan di Afrika.
Barthold pendiri majalah The Muslim World Rusia melakukan peneliteian utk kepentingan Rusia di Asia
Tengah. Snouck Horgronje dari Belanda pernah datang ke Mekah tahun 1884 dgn nama Abdul Ghaffar. Ia
tinggal di Mekah selama kurang lbh setengah tahun. Kemudian kembali dgn membawa sejumlah laporan utk
kepentingan penjajahan di dunia Islam bagian Timur. Sebelumnya ia pernah tinggal di Indonesia selama 17
tahun. Lembaga bahasa-bahasa Timur di Prancis didirikan tahun 1885 M bertugas sebagai pengumpul data dan
informasi tentang negara-negara Timur utk memudahkan penjajah menancapkan kukunya di kawasan-kawasan
tersebut. Keenam Ide-Ide Orientalisme yg Sangat Berbahaya George Sale dalam kata pengantar terjemahan
Alqurannya menyatakan bahwa Alquran adl produk dan karangan Muhammad ini kata dia tidak dapat dibentah.
Richard Bell menganggap Muhammad dalam menyusun Alquran telah mengambil sumber Yahudi khususnya
Perjanjian Lama dan sumber Nasrani. Reinhart Dozy menganggap bahwa Alquran mengandung selera sangat
buruk di dalamnya tidak ada yg baru kecuali sedikit. Selain gaya bahasanya yg tidak menarik kalimat-
kalimatnya terlalu panjang dan membosankan. Menteri urusan koloni di Inggris di dalam salah satu isi
laporannya yg disampaikan kepada kepala pemerintahan pada 9 Januari 1938 menyatakan “Kami telah
mengambil pelajaran dari perang ternyata persatuan Islam adl sangat berbahaya. Ini harus diperangi oleh
Kerajaan. Bukan hanya kerajaan yg merasakan demikian tetapi juga Prancis. Kami sangat bahagia krn khilafah
islamiyyah telah hilang dari peredaran. Saya berharap semoga tidak akan muncul kembali.” Saledon Amous
berkata “Ajaran Muhammad hanyalah merupakan perundang-undangan Romawi bagi sebuah kerajaan Timur
terutama dalam soal politik dan peraturan hak milik.” Ia berkata lbh lanjut “Perundang-undangan Muhammad
tidak lain hanyalah perundang-undangan justinianus yg berbaju Arab.” Filosof Prancis Ernest Renan berkata
“Filsafat Arab adl filsafat Yunani yg ditulis dgn huruf Arab.” Sedangkan Louis Massignon tokoh perusak ini
menganjurkan agar bahasa Arab ditulis dngan huruf latin dan menggunakan bahasa ‘Amiyyah. Catatan Meski
demikian orang-orang orientalis cukup berjasa dalam menggali buku-buku warisan Islam dan disebarkannya
setelah ditahqiq dan disistematikkan. Banyak di antara mereka yg memiliki metodologi ilmiah dan keteliteian
dalam mentahqiq menyaring dan menelusuri persoalan. Orang yg jernih pemikirannya dan objektif di dalam
menilai Islam kebanyakan mereka justru memeluk Islam. Kini perkembangan orang-orang Barat dalam
memeluk Islam semakin kuat. Dengan demikian meskipun di satu sisi pemikiran para orientalis itu
mengacaukan bagi umat Islam tetapi di sisi lain karya-karyanya mengembangbiakkan penganut Islam di
sarangnya sendiri. Orang yg berpikiran rasional akan menelitei lbh jauh tentang tulisan yg bersifat tidak
rasional. Dari sinilah para intelektual Barat banyak yg mengkaji tentang Islam. Akhirnya melihat betapa
tingginya nilai yg terkandung di dalam Alquran mereka banyak yg masuk Islam. Seorang muslim hendaknya
kritis dalam menelaah karya-kerja mereka seraya berhati-hati terhadap hal-hal yg merusak dan menyimpang.
Bagi para pelajar yg masih pemula dalam memahami Islam diharapkan utk tidak membaca buku-buku karya
mereka krn akan membahayakannya. Orang yg dalam taraf belajar biasanya fanatik kepada apa yg telah
dibacanya apalagi melihat buku yg dibacanya tebal dan ditulis oleh seorang pakar. Oleh krn belum memiliki
daya pikir utk menilai suatu bacaan seorang pelajar akan mempercayai hasil bacaannya tanpa mengkaji lbh
jauh. Seorang muslim harus membuang yg salah atau membongkar kesalahannya kemudian dilakukan
penolakan. “Hikmah adl barang hilang milik kaum muslimin. Di mana saja ia ditemukan kaum muslimin berhak
memilikinya.” Akar Pemikiran dan Sifat Idiologinya Sebenarnya orientalisme adl akibat gesekan yg terjadi
antara Timur dan Barat pada masa Perang Salib melalui delegasi-delegasi resmi ataupun melalui perjalanan-
perjalanan. Pendorong utamanya adl teologi Nasrani yg berambisi menghancurkan Islam dari dalam dgn cara
tipu daya dan kecurangan. Pada masa-masa terakhir ini orientalisme bagaimanapun juga mulai tampak
melepaskan diri dari belenggu tersebut dan beralih mendekati semangat ilmiah. Penyebaran dan Kawasan
Pengaruhnya Barat merupakan arena gerakan kaum orientalis. Mereka terdiri atas orang-orang Jerman Inggris
Prancis Belanda dan Hongaria. Mereka sebagian muncul di Italia dan Spanyol. Sekarang Amerika merupakan
pusat orientalisme dan pengkajian Islam. Pemerintah lembaga-lembaga ekonomi yayasan dan bahkan gereja
tidak segan-segan menguras dana keuangan dan dukungan. Mereka juga menyediakan fasilitas utk pengkajian
keislaman di universitas-universitas sampai jumlah orientalis menjadi ribuan orang. Gerakan orientalisme
diciptakan utk mengabdi kepada gerakan Kristenisasi dan penjajahan. Terkahir gerakan ini dimanfaatkan kaum
Yahudi dan Zionisme utk kepentingannya dalam rangka melumpuhkan Timur dan menancapkan dominasinya
baik langung maupun tidak lansung. Sumber Diadaptasi dari Gerakan Keagamaan dan Pemikiran; Akar
Idiologis dan Penyebarannya WAMY Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
sumber file al_islam.chm

Bottom of Form

Anda mungkin juga menyukai