Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANALISA KIMIA ORGANIK

PENGENDALIAN LABORATORIUM DI PT INDOFOOD CBP


SUKSES MAKMUR Tbk
DIVISI NOODLE – PABRIK BANDUNG

DISUSUN OLEH :

ISTIQOMAH
KELAS : 4 Kimia Analisis 1

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1


TEMANGGUNG
Jalan Kadar Maron, Temanggung Kode Pos 56221 Telepon 0293-4901639
Faksimile 0293-4901639 Surat Elektonik smkn1_marontmg@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata pelajaran Kimia Terpadu dengan judul
“Pengendalian Laboratorium di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle –
Pabrik Bandung”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padalarang ,26 Agustus 2019

Istiqomah
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah tempat atau ruangan dimana para ilmuwan bekerja


dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu bahan atau
benda (Procter, 1981). Kegiatan di laboratorium meliputi kegiatan yang sangat
kompleks mulai dari pengukuran, pengamatan, pengujian,penyelidikan, penelian dan
sebagainya. Dalam mempelajari dan melakukan percobaan analisis di laboratorium,
diperlukan suatu alat atau instrumentasi, yang sangat penting guna memperlancar
dalam melakukan percobaan- percobaan. Salah satu instrument yang penting dalam
menunjang kegiatan analisis di laboratorium adalah alat ukur. Alat ukur merupakan
suatu alat yang kita gunakan untuk mengetahui nilai ataupun besar dari satuan yang
kita ukur. Alat ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur massa, volume, suhu,waktu
dan lain sebagainya. Alat ukur merupakan ujung tombak dalam kualitas produk yang
dihasilkan, karena langsung berhubungan dengan proses, sehingga perlu dipelihara
untuk mendapatkan umur (life time) yang panjang. Alat ukur ini banyak digunakan
dalam berbagai kegiatan di laboratorium terutama untuk melakukan proses
pengukuran dalam suatu analisis kuantitatif. Pengukuran adalah penentuan besaran,
dimensi,atau kapasitas,biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran.
Pengukuran adalah berupa proses menyatakan suatu angka secara empirik dan
objektif pada kejadian nyata sedemikian rupa, sebagai angka tadi dapat menjadikan
gambaran yang jelas mengenai objek atau kejadian tersebut. Pengukuran tidak
hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur
hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian. Di
dalam pengukuran suatu alat ukur tidak ada satupun hasil pengukuran yang
mempunyai nilai kebenaran mutlak. Oleh karena itu laboratorium pengujian perlu
mengetahui tentang nilai ketidakpastian dari alat ukur yang digunakan. Cara untuk
mengetahui nilai ketidakpastian dari alat ukur yang digunakan adalah dengan
melakukan kalibrasi.

Kalibrasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencari hubungan antara nilai
yang ditunjukkan oleh alat ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui, yang
berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, atau bisa dikatakan
kalibrasi sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap
standar yang tertelusur. Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi
alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan
membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Seringkali hasil pengukuran
yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang
sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini diperbesar
lagi dengan adanya pengaruh lingkungan, operator, serta metode pengukuran.
Padahal dalam menghasilkan hasil pengukuran tersebut sangat diharapkan bahwa
setiap alat ukur yang digunakan dimanapun memberikan hasil ukur yang sama
dalam kaitannya dengan keperluan keamanan, kesehatan, transaksi, dan
keselamatan. Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur dengan keabsahan yang
sama, alat ukur tersebut perlu mempunyai ketelusuran kepada standar nasional atau
standar internasional. Setiap instrumen alat ukur sebelum digunakan atau setelah
digunakan pada periode tertentu (6 bulan atau 12 bulan), harus dilakukan
pengukuran dan dikalibrasi sesuai standar nasional ataupun internasional. Untuk
proses kalibrasi, perlu ada pengukuran terlebih dahulu pada objek yang ada
misalnya pada temperatur proses. Ada beberapa metode dalam kalibrasi antara lain
simulasi, perbedaan fasa. Umumnya yang banyak digunakan berupa metode
kalibrasi perbandingan untuk membandingkan kalibrator standar alat ukur terhadap
beban ukur yang dipakai, baru dilakukan perhitungan deviasi berdasarkan standar.
Cara ini memerlukan standar kalibrator yang harus dikalibrasi di Lembaga Kalibrasi
KAN/LIPI sehingga harganya mahal. Dalam penerapan standar ISO/IEC 17025 :
2005, kiranya upaya-upaya untuk menyamakan persepsi bagi semua pihak terkait
perlu dilaksanakan. Ketelusuran pengukuran tidak hanya sekedar menjadi
persyaratan administratif, melainkan telah menjadi kebutuhan teknis yang mendasar
terutama dengan diwajibkannya mencantumkan estimasi ketidakpastian dalam hasil
uji. Bagi dunia industri (perusahaan), layanan kesehatan, dan pendidikan yang
menerapkan sistem manajemen mutu ISO (misalnya ISO 9000:2008), kalibrasi alat
ukur merupakan syarat mutlak dalam usaha menjamin mutu dan daya saing produk
sesuai standar nasional maupun internasional. Dalam bidang layanan medis,
Undang – Undang No. 44 Pasal 16 tentang Rumah Sakit Tahun 2009 telah
mewajibkan bahwa setiap peralatan medis di rumah sakit dan laboratorium harus
dilakukan pengujian dan kalibrasi. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan bukan hanya sekedar mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan atau
mematuhi Undang-Undang, tetapi yang lebih penting lagi adalah dalam rangka
menjamin kualitas pelayanan dan keamanan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kalibrasi ?


2. Bagaimana prinsip dari kalibrasi ?
3. Apakah tujuan dari kalibrasi ?
4. Apakah manfaat dari kalibrasi ?
5. Bagaimana periode kalibrasi ?
6. Apa saja contoh instrument yang dikalibrasi di lab medis ?
7. Apa saja istilah-istilah dalam pengukuran dan kalibrasi ?
8. Apa saja contoh kasus yang terjadi dalam pengukuran dan kalibrasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalibrasi.


2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip dari kalibrasi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kalibrasi.
4. Untuk mengetahui manfaat dari kalibrasi.
5. Untuk mengetahui bagaimana periode kalibrasi.
6. Untuk mengetahui contoh instrument yang dikalibrasi di lab medis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kalibrasi

Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International


Metrology (VIM), kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan
antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang
berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.

Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran


konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar
nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan
bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Dalam melakukan kalibrasi tidak mungkin suatu alat ukur dengan ketepatan lebih
besar dari standar kalibrasi pembanding. Suatu aturan yang sering diikuti adalah
suatu standar kalibrasi yang paling sedikit mempunyai ketepatan 10 kali alat ukur
yang dikalibrasi. Jadi adalah amat penting bahwa orang yang melakukan kalibrasi
alat ukur harus yakin bahwa standar kalibrasi mempunyai ketepatan yang memadai
sebagai pembanding.

Pada penggunaan yang berkesinambungan, mungkin terjadi bawhwa setelah


beberapa waktu alat ukur mengalami kesalahan penyetelan menyebabkan
kesalahan nilai nol. Jadi bagi semua jenis alat ukur kalibrasi angka nol dan jangka
waktunya perlu dilakukan. Penting pula bagi pemakai untuk mengetahui bagaimana
kalibrasi dilakukan.

2.2 Prinsip Kalibrasi

• Obyek Ukur (Unit Under Test)

• Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu


ke standar kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri
oleh laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi))
• Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai
kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat))
• Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol,
Gangguan faktor lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber
ketidakpastian pengukuran)

Hasil kalibrasi dikatakan memenuhi standar apabila berisi informasi


sebagai berikut:

a. Nilai Obyek Ukur  

b. Nilai Koreksi/Penyimpangan.

c. Nilai Ketidakpastian Pengukuran

d. Sifat metrologi lain,faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.

TUR ( Test Uncertainty Ratio ) adalah perbandingan antara ketidakpastian


karakteristik ( specified) dari instrumen yang dikalibrasi terhadap
ketidakpastian instrumen kalibratornya. Spesifikasi alat bisa dianggap
sebagai ketidakpastian terbesar.

2.3 Tujuan Kalibrasi

• Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat


dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer
nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak
terputus.

• Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu


instrument ukur terhadap nilai nominalnya atau definisi dimensi nasional
yang seharusnya untuk suatu alat/bahan ukur.

• Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun


Internasional.

• Menjamin dan meningkatkan nilai kepercayaan didalam


proses pengukuran.
2.4 Manfaat Kalibrasi

• Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya.

• Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada


peralatan laboratorium dan prod uksi yang dimiliki.
• Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan
harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.

• Menjaga konsistensi mutu hasil produk yang dihasilkan.

• Mengurangi kegagalan hasil produk.

• Meningkatkan daya saing dalam pasar global.

2.5 Periode Kalibrasi

Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur
dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor
antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian,
pemeliharaan atau penyimpanan dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat
ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan
dari keduanya.

Secara umum selang / interval kalibrasi dapat ditentukan berdasarkan :

1. Jenis alat ukur 

2. Frekuensi pemakaian

3. Stabilitas

4. Kondisi pemakaiaan

5. Batas kesalahan yang ada hubungannya dengan akurasi alat.

Selang kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu :

1. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali, 1(satu) tahun
sekali, dst.
2. Dinyatakan dalam waktu pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, 5000 jam pakai,
dst.

3. Kombinasi carapertama dan kedua, misalnya 6 bulan atau 1000 jam


pakai,tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

Anda mungkin juga menyukai