Anda di halaman 1dari 28

NAMA : DEVINA DWI ANANDA

KELAS : BKI 4 KM B
UAS : PENYANDANG MASALAH SOSIAL
DOSEN : FITRIANA, S.Pd.I.,M.Pd.,Kons

A. IDENTITAS
Nama : U ( Inisial )
Jenis kelamin : Laki laki
Tempat tanggal lahir : 22 April 2008
Usia : 12 Th
Asal : Indragiri Hilir
Agama : Islam
Hubungan : Orang tua angkat

B. HASIL WAWANCARA
Menjadi anak jalanan bukan pilihan yang diinginkan setiap orang, terutama untuk
masalah keamanan. Anak jalanan sering dianggap sebagai sebuah masalah, dan belum
ada peraturan yang dapat untuk mengatasi fenomena ini.Tulisan ini menggunakan
studi literatur untuk mengeksplorasi penyebab, tatanan hidup, dan kerentanan yang
dihadapi anak jalanan sehingga cenderung berperilaku menyimpang. Hasil kajian
menunjukkan keberadaan anak jalanan disebabkan oleh kemiskinan, penyimpangan
kepribadian, dan faktor luar dari anak tersebut. Mereka memiliki tatanan hidup sendiri
dan seringkali dianggap sebagai sampah masyarakat. Kehidupan jalanan yang tidak
kondusif dan kurangnya pengawasan dari keluarga menjadikan anak jalanan sangat
rentan terhadap berbagai bentuk tindak kekerasan. Oleh karenanya, untuk
menanggulangi masalah anak jalanan diperlukan perubahan menyeluruh agar mereka
tidak kembali hidup dan bekerja di jalanan lagi.
U adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang biasa saja. U adalah
seorang anak yatim piatu, yang mana kedua orang tua U meninggal saat U duduk di
kelas 2 SD. Setelah kedua orang tuanya meninggal, U diangkat oleh sebuah keluarga
kecil yang tidak lain juga masih memiliki hubungan keluarga dengan U.

1
Keluarga yang mengangkat U adalah keluarga yang mengurus U hingga sekarang.
Semenjak ikut dengan orang tua angkatnya, U tidak pernah melanjutkan kembali
sekolahnya. IR yaitu orang tua angkat U bekerja sebagai pemulung. Perekonomian
yang begitu sulit bagi keluarga U, akhirnya melibatkan U untuk ikut mencari nafkah.
U pun mencari nafkah memulung barang barang bekas. Dalam sehari U dapat
menghasilkan uang Rp. 10.000- hingga Rp. 20.000,- perharinya. Dalam mencari
nafkah dengan bekerja sebagai pemulungs, hasil yang diperolehnya selalu
disetorkannya sebagian kepada orang tua angkatnya yaitu IR. U yang seharusnya
masih duduk dibangku sekolah, saat diwawancarai U mengaku bahwa ia lebih suka
menjadi seorang pemulung dari pada bersekolah, bahkan ia pun sama sekali tidak
ingin kembali duduk di bangku sekolah. Menurutnya, lebih asyik menjadi pemulung
karena bisa menghasilkan banyak uang, minimal seharinya bisa menghasil Rp.
15.000,-.
Dalam kesehariannya, U cerita bahwa ia senang bergaul dengan teman – temannya
tempat ia bekerja. Ia bisa bergaul dengan baik dan dapat diterima dengan baik oleh
sekelilingnya, karena U tidak suka memilih – milih teman dalam bergaul. Sebagai
pemulung, U mengalami berbagai suka duka. Namun, ia tetap menyenangi
pekerjaannya sebagai pemulung.
Selain itu, ketika ia sedang bekerja di wilayah pasar raya, ia juga sering
mendapatkan duka, yaitu dimana para preman liar dipasar raya sering memalak
(palak) uang milik U yang merupakan hasil kerja U. Akan tetapi, karena U hanya
sebagai seorang pemulung kecil hanya bisa menurut kepada preman – preman yag
memalak dirinya.Sehingga, dari hasil dengan anak jalanan yang berprofesi sebagai
pemulung tersebut dapat dikategorikan sebagai children on the street.

C. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan


Di Indonesia penyebab meningkatnya anak jalanan dipicu oleh krisis ekonomi
yang terjadi pada tahun 1998. Pada era tersebut selain masyarakat mengalami
perubahan secara ekonomi, juga menjadi masa transisi pemerintahan yang
menyebabkan begitu banyak permasalahan sosial muncul. Secara langsung dampak
krisis ekonomi memang terkait erat dengan terjadinya peningkatan jumlah anak
jalanan di beberapa kota besar di Indonesia

2
Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan, kami mendapatkan informasi
mengenai hal-hal yang melatarbelakangi timbulnya anak jalanan, di antaranya sebagai
berikut :
1. Pertama adanya faktor ekonomi. Pada dasarnya anak jalanan timbul karena
adanya keterpaksaan dalam memenuhi kebutuhan hidup, yang biasanya dilatar
belakangi oleh minimnya pendapatan orang tua yang menyebabkan keterbatasan
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal inilah yang kemudian dijadikan
sebuah alasan untuk terjun ke jalanan guna mendapatkan sebuah penghasilan.
2. Hal lain yang menjadi sebuah alasan adalah bahwa dengan turun ke jalanan,
mereka bisa mendapatkan kebebasan beraktualisasi dengan lingkungan luar,
menghibur diri, dan berinteraksi dengan anak-anak yang memiliki latar
belakang yang sama.
Dari kedua alasan tersebut, timbullah sebuah motivasi (keinginan) terhadap anak
jalanan untuk memiliki uang sendiri. Dengan begitu mereka dapat meminimalisir
beban kebutuhan sehari-hari yang seharusnya dipenuhi oleh orang tua mereka.
3. Faktor ketiga adalah faktor lingkungan. Lingkungan sekitar menjadi hal
pemicu yang dapat mempengaruhi pemikiran-pemikiran seorang anak pada
umumnya. Dalam hal ini, anak-anak jalanan biasanya terjun bekerja dijalanan
karena adanya pengaruh dari teman sebaya, sehingga mereka merasa memiliki
teman yang mempunyai latar belakang yang sama.
4. Dan faktor keempat timbulnya anak jalanan adalah karena pendidikan yang
sangat minim. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa pendidikan tinggi
memang penting tetapi tidak terlalu perlu dilaksanakan. Sebagian besar, anak
jalanan memiliki cita-cita yang sama dengan orang tuanya, menurut mereka
tidaklah rumit apabila mereka melanjutkan pekerjaan orang tuanya, misalnya
mengamen, pemulung, dan lain sebagainya. Sedikit sekali anak jalanan yang
memiliki harapan tinggi, sehingga sangat sulit untuk memberi kesadaran pada
mereka arti pentingnya pendidikan, karena merekapun menutup diri tentang hal
tersebut.

3
D. ANALISIS DAMPAK

1. KONSEP DIRI
Jumlah Responden Berdasarkan Alasan Turun ke Jalan dan Konsep Diri

1. Anak jalanan memiliki konsep diri cenderung positif kecuali konsep diri
kestabilan emosi yang cenderung sedang.
2. Ada perbedaan antara konsep diri anak jalanan berdasarkan karakteristik sosial
ekonomi anak jalanan seperti usia, jenis kelamin dan alasan turun ke jalan.
Semakin bertambah usia maka konsep diri anak jalanan cenderung negatif,
anak jalanan perempuan memiliki konsep diri cenderung positif dibandingkan
dengan anak laki-laki, dan anak jalanan yang turun ke jalan untuk tambahan
uang saku dan rekreasi mempunyai konsep diri cenderung positif
dibandingkan karena alasan ekonomi. Namun perbedaan tingkat pendidikan
dan jenis pekerjaan tidak menyebabkan perbedaan pada konsep diri anak
jalanan karena konsep diri anak jalananan cenderung tinggi pada setiap
pendidikan dan jenis pekerjaan anak jalanan cenderung sama yaitu pengamen.
3. Konsep diri anak jalanan yang cenderung positif belum nampak dalam tingkah
laku keseharian mereka seperti pada saat pemilihan pekerjaan dan ketika
berhubungan dengan orang lain yang tidak bekerja sebagai anak jalanan atau
tidak senasib dengan mereka.
4. Konsep diri anak jalanan ternyata tidak selalu berhubungan dengan tingkah
laku dan ada faktor lainnya yang mempengaruhi seperti keterbatasan ekonomi,
budaya jalanan dan rasa malas.

4
2. HUBUNGAN SOSIAL
Oleh karena itu, banyaknya fenomena yang terjadi dalam masyarakat, terutama pada
anak-anak menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan bagi masyarakat pada
umumnya dan pada peneliti pada khususnya. Dalam hal ini, jika diamati ada
sekurang-kurangnya empat tipologi perlakuan atau sikap masyarakat terhadap anak-
anak jalanan.
 Antipati, melihat anak jalanan ibarat sampah, sumber masalah (dehumanisasi).
 Acuh tak acuh atau bahkan tidak peduli atas nasib anak jalanan dikemudian
hari.
 Toleran sehingga merelakan sedikit harta bendanya untuk diberikan kepada
anak-anak jalanan.
 Orang yang punya komitmen terhadap masadepan anak-anak jalanan.
Orang yang masuk kategori yang terahir ini senantiasa berusaha memberi kail
kepada anak jalanan. Harapan, manakala ikan yang dikonsumsi anak jalanan
habis, anak jalanan ini akan kembali berusaha mengailnya sendiri karena punya
sarana sendiri yang memadai untuk itu. (Ambar Adriyanto,2005:163).

Kondisi dan permasalahan mereka juga beragam mulai dari keterbatasan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar, kesehatan yang buruk, partisipasi pendidikan rendah
serta kondisi sosial, mental dan spiritual tidak kuat atau rapuh. Selain itu, dari tahun
ke tahun jumlah anak jalanan bukan semakin berkurang akan tetapi justru semakin
bertambah. Melihat kondisi tersebut seharusnya ada penanganan yang lebih spesifik
tentang anak jalanan. Sesuai dengan Undang-Undang dasar tahun 1945 Pasal 34 ayat
(1) yang berbunyi :
“ Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Negara yang dalam
arti pemerintah berkewajiban menjamin kehidupan yang layak bagi fakir
miskin dan anak terlantar. Anak terlantar yang dimaksud adalah anakanak
yang tidak terpenuhi kebutuhan baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial
(Undang-undang Perlindungan Anak No 23 tahun 2002).

5
3. MASYARAKAT
Selain itu peran masyarakat juga sangat penting dalam keikutsertaannya
menyelesaikan masalah sosial yang timbul dari anak jalanan. Hal tersebut juga
ditegaskan dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 Pasal 25; kewajiban dan
tanggung jawab masyarakat terhadap penanganan anak jalanan dilaksanakan melalui
kegiatan peran lembaga swadaya masyarakat. bentuk peran tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan penanganan kepada anak
jalanan ;
“Pemerintah dan masyarakat menyelenggarakan penanganan anak melalui
pusat pengembangan layanan anak jalanan, panti sosial anak, rumah singgah,
rumah perlindunagan anak, rumah belajar, pusat kegiatan masyarakat, melalui
organisasi soaial, yayasan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). (Undang-
undang No. 23 Tahun 2002 Pasal 4)

4. EKONOMI
Faktor ekonomi merupakan faktor utama penyebab terjadinya eksploitasi secara
ekonomi terhadap anak jalanan. Dalam teori yang dikemukakan oleh Mannheim
menjelaskan bahwa kehidupan ekonomi merupakan hal yang fundamental bagi
seluruh struktur sosial dan kultural, dan karenanya menentukan semua urusan dalam
struktur tersebut. Kondisi-kondisi dan perubahan-perubahan ekonomi mempunyai
pengaruh besar dalam terjadinya kejahatan.
Beberapa anak jalanan mengakui bahwa orang tuanya hanya bekerja sebagai nelayan,
pemulung, tukang becak, pengemis, dan bahkan ada yang tidak bekerja. Hasil yang
didapatkan dari pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga mereka sehari-hari sehingga dampaknya anak-anak mereka dijadikan
sebagai alat untuk membantu kedua orang tua mereka mencari nafkah.

5. PENDIDIKAN
Eksploitasi secara ekonomi terhadap anak jalanan disebabkan oleh rendahnya
tingkat pendidikan yang didapatkan oleh orang tua mereka. Rata-rata tingkat
pendidikan yang pernah didapatkan oleh orang tua anak jalanan hanya sampai pada
tingkat sekolah dasar (SD) saja. Hal ini menyebabkan orang tua anak jalanan kesulitan
dalam memperoleh pekerjaan yang layak sehingga taraf perekonomian mereka

6
menjadi rendah. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan orang tua anak jalanan
mengakibatkan ketidaktahuan mereka mengenai fungsi dan peran sebagai orang tua
serta pemahaman mengenai hak-hak anak.

E. RANCANGAN KONSELOR & SARAN


Rancangan Konselor : Saya akan membberikan masukan kepada masyarakat ataupun
pemerintah akan Beberapa kebutuhan hidup anak jalanan yang belum terpenuhi
sampai saat ini agar pemerintah bisa memahami akan situasi dan kondisi anak
jalanan, antara lain:

1. Kebutuhan akan Lingkungan yang Sehat


Berbagai kegiatan yang dilakukan anak jalanan di luar rumah sesungguhnya
membawa risiko bagi kondisi fisik dan kesehatan anak jalanan. Biaya untuk makan
saja sulit, apalagi untuk memikirkan alokasi dana berjaga-jaga ketika sakit di
kemudian hari. Di sisi lain kehidupan penuh resiko di jalan raya, seperti penuh polusi,
panas terik, hujan, juga sangat memengaruhi kondisi fisik mereka. Kondisi rumah di
bawah kolong jembatan dan sanitasi buruk, menyebabkan anak jalanan sangat rentan
terserang penyakit seperti penyakit kulit, infeksi saluran napas, dan diare. Selain itu,
mereka juga rentan mengidap penyakit menular seksual akibat pergaulan bebas
dengan lawan jenis dan kelompok risiko tinggi menularkan penyakit tersebut.
Dalam hal berpakaian terdapat kecenderungan perbedaan antara anak jalanan yang
masih mendapatkan perhatian keluarga dengan anak jalanan yang kurang atau tidak
mendapatkan perhatian dari keluarga. Anak jalanan yang masih mendapatkan
perhatian dari keluarganya memiliki penampilan relatif lebih baik. Sebaliknya, untuk
anak jalanan yang kurang atau tidak mendapatkan perhatian keluarga, memiliki
penampilan relatif tidak terurus.

2. Kebutuhan untuk Memperoleh Pendidikan


Banyaknya anak jalanan yang tidak bisa mendapatkan pendidikan formal di sekolah
cenderung disebabkan oleh praktik diskriminasi yang dilakukan pihak sekolah
terhadap mereka. Banyak alasan yang dikemukakan sekolah untuk menolak
keberadaan anak jalanan menempuh pendidikan di sekolahnya. Umumnya sekolah
formal tidak mau menerima anak-anak jalanan karena dianggap sebagai “biang”

7
masalah, bahkan sikap dan perbuatan mereka dinilai sekolah dapat memengaruhi
siswa lainnya. Namun demikian, seharusnya ini tidak berlaku untuk semua anak
jalanan. Pada kasus-kasus tertentu ada anak-anak jalanan yang berpotensi dan
berprestasi seperti anak-anak lainnya. Ini yang belum diakomodir oleh pemerintah
sebagai bentuk penghapusan diskriminasi anak jalanan dalam dunia pendidikan.

3. Desakan ekonomi semakin membuat mereka mengurungkan niatnya untuk


bersekolah.
Hal ini menyebabkan mereka tidak pernah berubah ke arah yang lebih baik, karena
mereka sama sekali tidak tersentuh oleh pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
hampir semua anak jalanan mengalami putus sekolah bahkan tidak pernah
mengenyam pendidikan. Jangankan untuk sekolah, untuk makan sehari tiga kali saja
sudah sulit. Meskipun saat ini sudah ada biaya sekolah yang lebih murah karena
pemerintah telah memberikan banyak bantuan seperti beasiswa, Biaya Operasional
Siswa (BOS), dan sebagainya, tetapi belum mampu mendorong minat anak jalanan
untuk bersekolah. Permasalahannya adalah biaya yang lebih murah tersebut apakah
juga berlaku lebih murah pada anak jalanan?

4. Kebutuhan mengembangkan Kemampuan Sosial, Menta dan Spiritual


Sebagian besar anak jalanan memiliki relasi sosial yang baik dengan orang tua dan
anggota keluarga lainnya. Hal ini terutama bagi bagi anak jalanan yang masih kembali
ke rumah setelah melakukan aktivitas di jalanan, bahkan orang tua juga terlibat dalam
penjadwalan tersebut. Umumnya memang orang tua memberikan dukungan dengan
menyiapkan keperluan anak melakukan aktivitas di jalanan. Namun demikian, tidak
sedikit anak jalanan mengalami tekanan psikis akibat perlakuan dari orang tua mereka
sendiri seperti perlakuan salah, tindak kekerasan, penelantaran, dan dieksploitasi
secara ekonomi. Ini terjadi bila anak pulang ke rumah tidak membawa penghasilan
sesuai target yang telah ditentukan oleh orang tuanya.

8
F. HASIL DOKUMENTASI

Nama : U, Umur : 12 th

2. PERBEDAAN KONSELING MANULA&WANITA TINDAK KEKERASAN

RANCANGAN PROGRAM KONSELING LOGO TERAPI UNTUK LANSIA


1. Rasionalisasi (Alasan Pentingnya Konseling Bagi Lansia)
1. Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan
hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak
lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia
yang hidup dilingkungan yang beranggota keluarga yang cukup banyak tetapi
mengalami kesepian.
2. Duka cita (bereavement), pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat
rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang
lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya
perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu periode
depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting.

9
3. Depresi, persoalan hidup yang mendera lansia seperti kemiskinan, usia, stress yang
berkepanjangan, penyakit fisik yang tidak kunjung sembuh, perceraian atau kematian
pasangan, keturunan yang tidak bisa merawatnya dan sebagainya dapat menyebabkan
terjadinya depresi. Gejala depresi pada usia lanjut sedikit berbeda dengan dewasa
muda, dimana pada usia lanjut terdapat gejala somatik. Pada usia lanjut rentan untuk
terjadi: episode depresi berat dengan ciri melankolik, harga diri rendah, penyalahan
diri sendiri, ide bunuh diri, penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara
faktor-faktor psikologik, sosial dan biologik. Seorang usia lanjut yang mengalami
depresi bisa saja mengeluhkan mood yang menurun, namun kebanyakan menyangkal
adanya depresi. Yang sering terlihat adalah hilangnya tenaga/energi, hilangnya rasa
senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa sakit dan nyeri kecemasan dan perlambatan
motorik, (Stanley&Beare, 2002).
4. Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan ganggua obstetif-
kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat.
5. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada lansia,
baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.
6. Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada
lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya
mencuri barang- barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parafrenia biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
7. Sindroma diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan
penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta
berbau karena lansia ini sering bermain-main dengan urin dan fesesnya. Lansia sering
menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur.
8. Pemahaman dan pengalaman hidup terhadap agamat kurang.
9. Ketergantungan terhadap orang lain.
10. Menurunnya daya ingat (sering lupa), komunikasi menjadi lambat.
11. Most power syndrom, biasanya dialami seorang lanjut usia yang ketika mudanya
mempunyai jabatan atau kedudukan yang tinggi, namun ketika sudah tua, tenaganya
sudah tidak dibutuhkan lagi, seperti pensiun dari TNI atau kepolisian, dsb.

10
12. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi
fisik.
13. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau isteri yang telah meninggal atau
pergi jauh atau cacat.
14. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
15. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
16. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk
orang dewasa.
17. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut
dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan yang lebih cocok.
18. Ketakutan atau kesiapan dalam menghadapi kematian.

Lansia adalah masa dimana sesorang memiliki berbagai kegelisahan, dan rasa
diabaikan. Dewasa ini, banyak sekali para manula yang tidak bisa menemukan makna
kehidupannya (the meaning of life) untuk orang lain sekitarnya bahkan untuk keluarganya.
Kebingungan-kebingungan seperti itulah yang banyak menjadikan para lansia tidak bisa
mengendalikan dirinya dan memunculkan sisi mental yang negatif. Oleh karena itu kami
menggunakan logo terapi sebagai metode pendekatan konseling terhadap lansia yang
berfungsi untuk pencarian makna hidup agar para lansia bisa lebih mengerti dirinya dan
lingkungannya, sehingga tidak akan terjadi kebingungan dalam mencari makna hidup yang
sebenarnya.

2. Tujuan Konseling Logo Terapi Terhadap Lansia


Tujuan dari teori konseling pendekatan logoterapi adalah agar setiap pribadi, khusunya
pribadi lanjut usia :

1. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada
setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan
diabaikan bahkan terlupakan;
3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk
mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan
diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

11
PROSES BIMBINGAN KONSELING TERHADAP WANITA KDRT
Nurhayati menjelaskan bahwa peran konselor adalah menyadarkan korban atas
kekerasan yang telah dialami dan kekerasan tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja.
bantuan yang diberikan kepada korban tidak terbatas hanya pada bantuan dari segi fisik
semata, akan tetapi harus pula mempertimbangkan dampak mental dan psikis yang diderita
korban. Korban juga membutuhkan bantuan ekstra dari sisi psikologis, mental, spiritual,
dari psikolog maupun konselor.
Peran utama konselor dalam konseling dengan menggunakan landasan normatif agama
adalah sebagai pengingat, yaitu sebagai orang yang mengingatkan individu yang dibimbing
dengan cara Islam. Mengingat esensi konseling dengan pendekatan ini adalah upaya
membantu individu belajar mengembangkan fitrah apa yang sudah tuhan berikan dan
kembali kepada fitrahnya sebagai manusia. Dari sini tampak bahwa peran konselor tidak
lebih sebagai pendamping, orang yang didampingi tentu dekat dengan yang didampingi,
dan pendamping duduk dan berdiri setara dengan yang didampingi.

Ada dua tahapan konseling yang harus dilalui perempuan korban kekerasan dalam
rumah tangga yaitu konseling individu dan kelompok. Konseling individu diberikan oleh
konselor kepada korban melalui beberapa langkah. Pertama yang harus dilakukan adalah
konselor sebagai pendamping harus berusaha membangun hubungan baik dengan korban
supaya korban dapat terbuka terhadap semua permasalahannya. Kedua, berusaha
mengklarifikasi masalah korban dengan pertanyaanpertanyaan sehingga pembahasan lebih
fokus. Ketiga, selanjutnya konselor berusaha mencari titik temu permasalahan dan
menentukan keputusan apa yang akan diambil oleh korban. Dari semua proses yang dilalui
saat konseling tujuan yang diharapkan yaitu: pertama, korban bisa sadar apa yang telah
dialami bahwa tidak dibenarkan. Kedua, pemberian informasi apa saja hak-hak korban
yang bisa di dapatkan. Ketiga, korban dapat menentukan langkah apa yang akan di ambil
dengan paham resikonya agar tidak ada penyesalan

12
Analisis Pelaksanaan Bimbingan Konseling terhadap Perempuan Korban KDRT
1. Bimbingan Konseling Individual
Tujuan konseling adalah menghapus kekerasan, membantu korban mengenali
prilaku, dan mengenali prilaku yang tidak sesuai (mal-adjusted) untuk pertimbangan
bersama, memelihara kualitas adaptif dalam hubungan, dan memusatkan pada aspek
interaksi pasangan suami isteri. Ketika situasi kekusutan telah normal kembali,
pasangan suami isteri dapat diajak mendiskusikan tanggung jawab bersama, menilai
kemampuan pasangan terlibat dalam treatment, mengomunikasikan perasaan
mengamati prilaku, dan bekerja ke arah pemecahan masalah.
Dalam menyelidiki permasalahan konselor harus menghindari menyalahkan korban,
dan harus menyadari pula bagaimana korban dengan mudah dipermasalahkan oleh
pelaku, karena filosofi dan nilai-nilai pribadi konselor sering masuk dalam treatment
menjadi bagian dari proses terapi. Konselor harus juga mengenal isu gender,
mencakup undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, tanda klinis
korban, mengetahui dimana korban harus meminta bantuan dan perlindungan, dan
umumnya bagaimana intervensi ketika seorang klien mengadukan suatu masalah
potensi kekerasan dalam rumah tangganya

2. Bimbingan Konseling Kelompok (Support Group)


Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi di antara anggota kelompok,
masalah yang dialami oleh masing-masing individu dicoba dientaskan. Peranan
konselor dalam konseling perorangan diperkuat oleh peranan dinamika interaksi sosial
dalam suasana kelompok. Dengan demikian, proses pengentasan masalah individu
dalam konseling kelompok mendapatkan dimensi yang lebih luas. Kalau dalam
konseling perorangan klien hanya memetik manfaat dari hubungannya dengan
konselor saja, dalam konseling kelompok klien memperoleh bahan-bahan bagi
pengembangan diri dan pengentasan masalahnya baik dari konselor maupun rekan-
rekan anggota kelompok.Konseling kelompok terfokus pada pembahasan masalah
pribadi individu sebagai peserta kegiatan layanan konseling kelompok dalam upaya
pemecahan masalah. Tujuan tersebut diantaranya:
a. Dapat berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada
tingkah laku, khususnya dalam bersosialisasi atau komunikasi.

13
Dapat memecahkan masalah individu bersangkutan dan diperolehnya jawaban
pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain anggota konseling kelompok
(support group)

3.PARADIGMA DALAM MENGANALISA MASALAH SOSIAL

1. Berdasarkan Klarifikasi masalah diatas, terdapat lima paradigma penelitian, yaitu


positivisme, konstruktivisme, pragmatisme, subjektivisme, dan kritis.

2. PositivismeJenis ini memercayai bahwa realitas dan kebenaran dari suatu


fenomena bersifat tunggal. Realitas tersebut dapat diukur menggunakan instrumen
yang valid dan reliabel. Karena itu, penelitian positivistik biasanya menggunakan
pendekatan kuantitatif.

3. Konstruktivisme Berkebalikan dengan positivisme, konstruktivisme justru


menganggap bahwa tidak ada realitas ataupun kebenaran tunggal. Realitas sosial
diinterpretasikan oleh individu maupun kelompok, sehingga hasil yang didapat
akan beragam. Penelitian konstruktivistik umumnya memakai pendekatan
kualitatif.

4. Pragmatisme Paradigma pragmatisme memercayai bahwa realitas tidaklah bersifat


tetap karena terus-menerus dinegosiasikan, diperdebatkan, dan diinterpretasi.
Paradigma ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari pandangan positivisme
dan konstruktivisme. Biasanya, penelitian jenis ini menggunakan pendekatan
gabungan kualitatif dan kuantitatif.

5. Subjektivisme Subjektivisme beranggapan bahwa realitas adalah apa yang


diyakini oleh peneliti sebagai kenyataan. Karena itu, pandangan dan interpretasi
peneliti dianggap penting dalam penelitian. Paradigma subjektivisme umumnya
digunakan dalam metode analisis wacana, arkeologis, genealogis, dan
dekonstruktivisme.

14
6. Kritis Paradigma kritis meyakini bahwa realitas sosial merupakan suatu sistem
yang dikonstruksi dan berada di bawah sekelompok pihak yang berkuasa. Jenis-
jenis penelitian yang mengadopsi paradigma ini di antaranya adalah analisis
wacana kritis, kritik ideologi, hingga etnografi kritis.

4. UPAYA PENGENTASAN NAFZA&KORUPTOR


Penyalahgunaan narkoba atau napza adalah penggunaannya bukan untuk tujuan
pengobatan, tetapi agar dapat menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih, secara
kurang lebih teratur, berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan
fisik, gangguan kesehatan jiwa, dan kehidupan sosialnya (Lydia Harlina Martono dan
Satya Joewana, 2006 : 43). Lebih lanjut dikemukakan bahwa penyalahgunaan Narkoba
atau Napza menjadi masalah yang memprihatinkan, karena terutama menimpa generasi
muda sehingga berpengaruh terhadap masa depan bangsa. Menurut laporan Rumah Sakit
Ketergantungasn Obat (RSKO) di Jakarta, dari penderita yang umumnya berusia 15 - 24
tahun, banyak yang masih aktif di SMP dan SMA, bahkan perguruan tinggi. Dengan
demikian berarti generasi muda merupakan sasaran strategis mafia perdagangan narkoba
atau napza. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan atau preventif dilakukan
secara aktif melalui pembinaan masyarakat dengan mengadakan penyuluhan dan
bimbingan.
Pencegahan adalah kegiatan penyuluhan dan bimbingan untuk memberi pengetahuan
dan kesadaran, tentang akibat buruk/bahaya penyalahgunaan napza, untuk meningkatkan
ketahanan daya tangkal perseorangan, keluarga atau masyarakat terhadap masalah
penyalahgunaan napza. Upaya pencegahan ini dilaksanakan melalui kegiatan diskusi,
peningkatan kemampuan teknis, penyuluhan sosial (Depsos RI; 2003: 119). Lebih lanjut
dikemukakan bahwa tujuan dari upaya pencegahan ini, yaitu :

a) terhindar dan terbebasnya generasi muda dari penyalahgunaan napza,


menumbuhkan, memulihkan, dan mengembangkan keberfungsiaan sosial eks korban
penyalahgunaan napza sehingga dapat hidup secara wajar sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat; dan
b) meningkatnya peran aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan napza sehingga masyarakat memiliki ketahanan sosial dan daya tangkal
terhadap permasalahan penyalahgunaan napza.

15
Disamping upaya preventif atau pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba atau
napza, juga pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan nwajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dikemukakan pada Pasal 54 dalam
UndangUndang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika. Lebih lanjut pada Pasal 55 ayat (1) dalam Undang-Undang tersebut
dikemukakan: orang tua atau wali dari pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib
melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan atau lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk
mendapatkan pengobatan dan atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial. Rehabilitasi medis pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh
Menteri. Pada Pasal 57 disebutkan, selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis,
penyembuhan pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau
masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional. Sedangkan rehabilitasi sosial
mantan pecandu narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh
masyarakat.
Kita mempunyai keinginan agar generasi muda terhindar dari bahaya penyalahgunaan
Narkotika. Jika mereka terjerat benda haram itu, maka aset bangsa berupa sumber daya
manusia produktif terganjal, akibatnya melemah daya pikir. Karena itu kita harus
mendorong agar generasi muda memiliki semangat anti penyalahgunaan Narkoba. Mereka
menjadi bagian dari Granat alias gerakan anti narkotika. Jika mereka aktif menjadi bagian
dari kelompok yang anti narkoba, maka mereka menjadi bagian dari para pemantau
penyalahgunaan narkoba di masyarakat, dan sekaligus menjadi mitra kerja petugas
keamanan, baik polisi maupun lainnya (Yuanita Fachril, 2007: 101-102). Lebih lanjut
Yuanita Fachril menyatakan bahwa yang menjadi sasaran tindakan preventif ini ada tiga
lembaga, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Keluarga

a. Peran keluarga dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan napza


membentuk pribadi yang baik. Tiada alasan repot mengurus soal pekerjaan
sehingga orang tua tidak sempat memperhatikan kehidupan anak yang hidup tanpa
kasih sayang. Ayah dan ibu mempunyai kekuasaan sepenuhnya untuk membentuk
pribadi yang baik terhadap kehidupan anakanak. Kebiasaan hidup, hormat
menghormati, sopan santun terhadap orang tua harus dimulai sejak masih kanank-

16
kanak. Dalam hal kehidupan beragama pun orang tua yang harus memulainya dari
kecil. Mereka harus dibimbing mengenai Tuhan, mengenai kewajiban, belajar
agama sehingga mengetahui berbagai perintah dan larangan Tuhan.

b. Para orang tua wajib melarang anakanaknya untuk tidak merokok dan tidak
minum minuman keras. Sebagai pintu gerbang penyalahgunaan narkotika itu
kebiasaan merokok dan meminum minuman keras. Dari kebiasaan merokok akan
menanjak maju pada taraf mengisap ganja dan sampai ia menghisap morfin,
kemudian menginjeksi atau menyuntikan barangbarang berbahaya itu ke dalam
tubuhnya.

c. Kontrol Orang tua mengawasi sikap, tingkah laku, dan kebiasaan anak-anak secara
terus menerus , apa yang dibawa anak, apa isi tas sekolah anak, perlu dikontrol dan
bila terdapat hal-hal yang tidak sewajarnya, anak harus diberi peringatan.
Demikian pula siapa teman bermain anak dan kemana mereka pergi perlu diketahui
oleh orang tua.

d. Orang tua mengisi waktu luang anak jangan dibiarkan kosong sehingga ia
berkesempatan untuk berbuat iseng. Isilah waktu luang anak dengan acaraacara
sesuai bakat dan minat yang berguna untuk meningkatkan keterampilan anak.

2. Sekolah

Anak sekolah dari kelompok umur 13 – 20 tahun, masih sangat rentan terhadap
bahaya penyalahgunaan narkoba/napza, mereka berupaya mencari jati diri.
Perkembangan biologi masa pubertas, perkembangan kejiwaan, rasa ingin tahu yang
tinggi dapat menyeret mereka pada pengalaman yang tidak semestinya. Jadi penting
artinya membentengi mereka dengan langkah-langkah yang tepat.

Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari para pendidik atau para
guru untuk menangkal bahaya penyalahgunaan narkoba/napza di sekolah adalah
sebagai berikut.
a. Perlu diadakan penyuluhan dan bimbingan terhadap masalah napza oleh tenaga
ahli semisal dokter sehingga memiliki imunitas atau kekebalan terhadap bahaya
napza .

b. Perlu diadakan kontrol terhadap tempat-tempat yang mencurigakan di sekolah dan


sekitarnya serta diadakan informan khusus. Sekali-sekali diadakan razia narkoba,
baik oleh para guru maupun dibantu oleh petugas dari kepolisian.

17
c. Hubungan yang harmonis antara pendidik dan siswa, atau antara guru dan murid,
sehingga komunikasi menjadi lancar. Demikian juga perlu dibina hubungan kerja
sama antara pendidik atau para guru dengan orang tua murid, terutama dalam
usaha pengebalan atau imunitas terhadap bahaya napza.

d. Jika terdapat siswa yang menjadi penghisap ganja atau morfinis lainnya, para guru
tak usah panik, takut akan ancaman anak-anak. Pihak sekolah harus segera
menghubungi pihak kepolisian yang terdekat untuk penyelidikan lebih lanjut.
Demikian pula terhadap tua murid harus segera diberi tahu agar tidak terjadi salah
paham.

e. Murid-murid yang gemar membolos, bandel, berlaku tidak sopan kiranya perlu
mendapat perhatian khusus karena gejala tersebut merupakan gejala
penyalahgunaan napza.

3. Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat komponen kerohanian seperti ulama, tokoh


masyarakat, pemimpin kepemudaan, dan lain-lain. Para tokoh masyarakat tersebut
bekerjasama member wawasan dari masing-masing tokoh masyarakat untuk memberi
bekal menangkal penyalahgunaan napza. Ada tiga hal yang perlu disampaikan kepada
remaja, yaitu : (1) apa dan bagaimana napza itu; (2) siapa yang berwenang memiliki;
dan (3) mengedar dan memakainya dan bagaimana segi hukum pemakai napza
ditinjau dari sudut agama dan hukum pidana.

Mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan nafza, dipandang efektif apabila


kita dapat memerangi pemasok barang haram berupa napza dan memberi pencerahan
serta menanamkan kesadaran terhadap para remaja sebagai pengguna napza. Namun
akan lebih efektif lagi apabila dalam upaya mencegah dan menanggulangi
penyalahgunaan napza melibatkan peranserta masyarakat sebagaimana tertuang dalam
UndangUndang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 104 dan 105, serta
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1977 Tentang Psikotropika Pasal 54 ayat (1,
2, dan 3 ).

18
UPAYA PENGENTASAN KORUPSI
1. Upaya Pencegahan

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pemberantasan
korupsi adalah melalui tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan agar
masyarakat memiliki benteng diri yang kuat guna terhindar dari perbuatan yang
mencerminkan tindakan korupsi di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Upaya
pencegahan tindakan korupsi dilakukan oleh permerintah berdasarkan nilai-nilai dasar
Pancasila agar dalam tindakan pencegahannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai dari
Pancasila itu sendiri. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka melakukan upaya pemberantasan korupsi di wilayah negara Indonesia diantaranya:
1. Penanaman Semangat Nasional
Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam
bentuk penyuluhan atau diksusi umum terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadian
bangsa Indonesia. Kepribadian yang berdasarkan Pancasila merupakan kepribadian yang
menjunjung tinggi semangat nasional dalam penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan adanya penanaman semangat nasional Pancasila dalam diri masyarakat,
kesadaran masyarakat akan dampak korupsi bagi negara dan masyarakat akan bertambah.
Hal ini akan mendorong masyarakat Indonesia untuk menghindari berbagai macam bentuk
perbuatan korupsi dalam kehidupan sehari-hari demi kelangsungan hidup bangsa dan
negaranya.
2. Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Rerbuka
Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh
pemerintah dapat dilakukan melalui penerimaan aparatur negara secara jujur dan terbuka.
Kejujuran dan keterbukaan dalam penerimaan pegawai yang dilakukan oleh pemerintah
menunjukkan usaha pemerintah yang serius untuk memberantas tindak pidana korupsi
yang berkaitan dengan suap menyuap dalam penerimaan pegawai. Pemerintah yang sudah
berupaya melakukan tindakan pencegahan dalam penerimaan pegawai perlu disambut baik
oleh masyarakat terutama dalam mendukung upaya pemerintah tersebut.

Jika pemerintah telah berupaya sedemikian rupa melakukan tindakan pencegahan korupsi
dalam penemerimaan aparatur negara tapi masyarakat masih memberikan peluang
terjadinya korupsi, usaha pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dapat menjadi sia-
sia. Selain itu, jika perilaku masyarakat yang memberikan peluang terjadinya tindakan

19
korupsi dalam penerimaan pegawai diteruskan, maka tidak dapat dipungkiri praktik
tindakan korupsi akan berlangsung hingga dapat menimbulkan konflik diantara masyarakat
maupun oknum pemerintah.
3. Himbauan Kepada Masyarakat
Himbauan kepada masyarakat juga dilakukan oleh pemerintah dalam upaya melakukan
pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi di kalangan masyarakat.
Himbauan biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan di
lingkup masyarakat kecil dan menekankan bahaya laten adanya korupsi di negara
Indonesia. Selain itu, himbauan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat
menekankan pada apa saja yang dapat memicu terjadinya korupsi di kalangan masyarakat
hingga pada elite pemerintahan
4. Pengusahaan Kesejahteraan Masyarakat
Upaya pemerintah dalam memberantas korupsi juga dilakukan melalui upaya pencegahan
berupa pengusahaan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan pemerintah. Pemerintah
berupa mensejahterakan masyarakat melalui pemberian fasilitas umum dan penetapan
kebijakan yang mengatur tentang kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat yang
diupayakan oleh pemerintah tidak hanya kesejahteraan secara fisik saja melain juga secara
lahir batin. Harapannya, melalui pengupayaan kesejahteraan masyarakat yang dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup dapat memberikan penguatan kepada masyarakat untuk
meminimalisir terjadinya perbuatan korupsi di lingkungan masyarakat sehingga dapat
mewujudkan masyakarat yang madani yang bersih dari tindakan korupsi dalam kehidupan
sehari-hari
5. Pencatatan Ulang Aset
Pencatan ulang aset dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memantau sirkulasi aset yang
dimiliki oleh masyarakat. Pada tahun 2017 ini, pemerintah menetapkan suatu kebijakan
kepada masyarakatnya untuk melaporkan aset yang dimilikinya sebagai bentuk upaya
pencegahan tindakan korupsi yang dapat terjadi di masyarakat. Pencatatan aset yang
dimiliki oleh masyarakat tidak hanya berupa aset tunai yang disimpan di bank, tetapi juga
terhadap aset kepemilikan lain berupa barang atau tanah. Selain itu, pemerintah juga
melakukan penelurusan asal aset yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengetahui apakah
aset yang dimiliki oleh masyarakat tersebut mengindikasikan tindak pidana korupsi atau
tidak.

20
5. Urgensi Bimbingan dan Konseling Agama Islam bagi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Manusia adalah mahluk multidimensional (bio-psiko-sosio-spiritual). Dimensi-
dimensi tersebut tentunya harus dipenuhi kebutuhannya agar setiap individu dapat tumbuh
dan berkembang menjadi pribadi yang sehat secara sempurna. Telah diuraikan sebelumnya
bahwa PMKS adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki keterbatasan fungsi
sosialnya akibat tidak terpenuhi berbagai kebutuhan (bio-psiko-sosio-spiritual) secara
wajar. Kondisi ini mengharuskan mereka mendapatkan rehabilitasi sosial yang
komprehensif baik fisik, psiko, sosial dan spiritualnya sebagaimana telah diatur dalam
peraturan pemerintah No. 39 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan sosial.
Implementasi rehabilitasi sosial pada dimensi spiritual yang diatur dalam peraturan
tersebut, secara eksplisit dijelaskan dalam bentuk bimbingan mental spiritual. Bimbingan
mental spiritual pada dasarnya merupakan dua bimbingan yang berbeda. Sebagaimana
dijelaskan “Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial” Pusdatin Kesostahun 2013
yang menyatakan bahwa bimbingan mental adalah bimbingan yang menumbuhkan dan
mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta memperbaiki sikap hidup klien.
Sedangkan bimbingan spiritual adalah bimbingan untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman klien tentang agama yang diyakininya, sehingga dapat menerapkannya ke
dalam kehidupannya. Bimbingan mental spiritual ini memiliki peranan penting bagi
perkembangan dan kehidupan individu tak terkecuali PMKS.
Apalagi telah diakui bahwa kebutuhan spiritual adalah kebutuhan dasar manusia.
Sebagaimana dikatakan Dr. Howard Clinebell, spiritualitas merupakan kebutuhan dasar
manusia (basic spiritual needs) tidak hanya bagi mereka yang beragama, tetapi juga bagi
mereka yang sekuler sekalipun. Lebih lanjut dijelaskan ada 10 butir kebutuhan dasar
spiritual manusia yaitu:

1) Kebutuhan akan kepercayaan dasar atau basic trust, yang senantiasa terus menerus
diulang untuk membangkitkan kesadaran bahwa hidup adalah ibadah, maka manusia
tidak perlu risau manakala mengalami kesusahan, kesedihan atau kehilangan karena
semau itu adalah cobaan keimanan. Sebaliknya manusia harus bersyukur atas
kenikmatan hidup.

21
2) Kebutuhan akan makna hidup, tujuan hidup dalam membangun hubungan yang selaras
serasi, seimbang dengan Tuhannya (vertikal), dan dengan sesamanya (horisontal),
serta alam sekitarnya.

3) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dalam hidup keseharian.


Pengalaman agama hendaknya integratif antara ritual dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak pemeluk agama dan melaksanakan hanya secara ritual,
mereka kehilangan hikmah karena dalam menjalankan kehidupan kemasyarakatan
tidak menjalankan norma, moral, serta etika yang tidak bersumber dari agama.

4) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan selalu secara teratur mengadakan


hubungan dengan Tuhan. Hal ini dimaksudkan agar kekuatan iman dan takwa
senantiasa tidak melemah.

5) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa. Rasa bersalah dan berdosa
merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik untuk kesehatan jiwa.

6) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self-acceptence dan selfestem). Dua
hal tersebut sangat penting bagi kesehatan jiwa seseorang. Setiap orang ingin diterima
dan dihargai oleh lingkungannya, tidak ingin dilecehkan atau dipinggirkan.

7) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin, dan keselamatan terhadap harapan masa depan.
Bagi orang yang beriman hidup ada dua tahap, yaitu jangka pendek hidup di dunia,
dan jangka panjang hidup di akhirat.

8) Kebutuhan akan tercapainya derajat dan martabat yang semakin tinggi sebagai pribadi
yang utuh (integrated personality). Bagi orang yang beriman akan senantiasa
mendekatkan diri pada Tuhan sehingga diharapkan derajat dan martabatnya di mata
sesama manusia akan lebih tinggi.

9) Kebutuhan akan terperiharanya interaksi dengan alam dan sesamanya. Setiap orang
membutuhkan berinteraksi dengan orang lain. Demikian pula dengan lingkungan yaitu
menjaga kelestarian dan keamanan. Kedua interaksi yang harmonis ini akan
memberikan pemenuhan kebutuhan dasar yang penting artinya bagi kesehatan jiwa
seseorang.

10) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang syarat dengan nilainilai religius.
Komunitas keagamaan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan
seseorang.

22
Mengingat pentingnya perhatian terhadap kebutuhan religius ini pelaksanaan
pelayanan bimbingan mental spiritual seharusnya dapat dilakukan secara maksimal, baik
dari sisi kuantitas maupun kualitas bimbingan. Karenanya memadukan pelayanan
bimbingan dan konseling agama merupakan salah satu langkah yang tepat dilakukan. Hal
ini didasarkan pada tujuan bimbingan dan konseling seperti kesehatan mental, pribadi yang
efektif, problem solving dan perubahan perilaku.
Pencapaian tujuan tersebut tentunya dikaitkan dengan tuntutan agama yang dianut.
Selain mencakup problem kehidupan secara umum, bimbingan dan konseling agama juga
berupaya membantu individu yang memiliki problem kehidupan keagamaan seperti
ketidakberagamaan, pemilihan agama, kegoyahan iman, perbedaan paham dan pandangan,
ketidakpamahaman ajaran agama dan pelaksanaan agama.
Dengan memperhatikan dua aspek tersebut pelayanan bimbingan dan konseling
agama tentunya diarahkan pada pencapaian tujuan peningkatan pengetahuan, pemahaman
dan pengalaman agama bagi penganutnya. Dalam konteks ini tentunya bagi para
penyandang masalah kesejahteraan sosial, agar mereka menjadi lebih merasakan manfaat
agama dalam hidupnya bukan hanya sebagai terapi jiwa tetapi way of life (cara hidup).

23
24
BERTEKAD MENCAPAI SUKSES
Inspired : Basrizal Koto
Oleh : Devina Dwi Ananda

5 Hal dan 3 Kunci yang Melejitkan Orang-Orang (Biasa) Menjadi Sukses Kenapa
keberhasilan tampak begitu mudah hampiri orang lain dan tidak pada diri Anda? Kenapa
orang lain tampak begitu gampang mendapat apapun yang diinginkannya, sedangkan
Anda sekalipun merasa sudah berusaha sangat keras, bahkan mungkin jungkir balik ke
sana kemari namun yang didapat hanya secuil. Apa benar itu karena takdir? Apa mungkin
mereka lebih beruntung dari Anda? Tentang orang-orang yang berhasil, dari pengamat
saya, mereka memiliki beberapa kesamaan: Mencintai yang dilakukan. Orang-orang an
sukses biasanya berhasil di bidang yang dicintainya. Karena senang dengan yang
dilakukannya, mereka akan menjalaninya dengan riang gembira. Tanpa ada paksaan.
Itulah kenapa misalnya seseorang seperti Ahmadun Yosi Herfanda dan Jonru bisa menjadi
penyair dan penulis hebat. Karena mereka menyangi apa yang dilakukannya. Lakukan apa
yang Anda cintai. Makin Anda lakukan, makin bersemangat dan nikmat menjalaninya.
Berorientasi pada tujuan Orang-orang sukses selalu berorientasi pada tujuan. Tahu
mengapa harus melakukan sesuatu. Dan mem fokuskan usahanya untuk mencapai tujuan
itu. Ketahui di mana Anda sekarang dan kemana akan melangkah, dan tahu bagaimana
cara mencapainya. Selanjutnya justaction! Berkumpul di lingkungan orang sukses Nasihat
lama mengatakan kalau ingin harum ber- kumpullah dengan penjual minyak warngi.
Berkumpul di lingkungan yang sesuai, bisa mendorong Anda mencapai apa yang Anda
inginkan. Percaya diri Orang-orang sukses memiliki kepercayaan diri. Tanpa ragu mereka
akan mengatakan kepada orang di sekeli- lingnya mengenai tujuan-tujuannya. Mereka
mengata- kan apa saja yang akan mereka lakukan dan hasilkan. Jangan ragu, percayalah
pada diri Anda. Anda bisa! Bekerja keras dan cerdas Sekalipun berbisnis internet yang
tiap harinya hanya menghadap komputer, namun tak berarti tak perlu kerja keras dan
cerdas.

25
Karena sekalipun saya bisa saja tak bekerja apapun sepanjang waktu, namun tiap
hari- nya saya tetap mengalokasikan waktu bekerja. Sekali- pun ada beberapa karyawan
yang membantu, saya tetap action. Saya tak keberatan bangun tengah malam sekalipun
untuk mengecek email, blog, dan situs web. Ya karena saya menyukainya.
Saya mencintai apa yang saya lakukan. Keberhasilan, kesuksesan atau apapun namanya
ada- lah sebuah proses. Proses yang tak datang hanya dengan sekali ucap "simsalabim"
maka berubahlah segalanya.
Sukses adalah buah dari komitmen dan proses terus menerus untuk mencapai
sebuah tujuan. Seperti besi yang ditempa dalam api, sampai akhirnva menjadi pisau atau
benda lain yang lebih berguna Kesetiaan menjalani proses Dalam hidup segala sesuatunya
memang tak selalu berjalan sempurna. Namun bukan berarti kita harne terdiam dan
menyerah berpangku tangan pada nasib. Bangkit dan mari action!
LANGKAH UNTUK MEWUJUDKANNYA

“Jika Anda dapat memimpikannya, Anda dapat melakukannya"


----WALT DISNEY, 1901-1966---

Kesuksesan tidaklah hanya dibangun dengan satu kaki, melainkan dengan dua kaki
yang bekerja bersama sama. Serupa dengan ber diri, kita kuat jika kita berdiri di atas dua
kaki. Mengapa Tuhan menciptakan kaki kita berpasangan? lawabannya adalah satu kaki
untuk berdiri sendiri dan satunya lagi untuk mendirikan orang lain. Dengan kata lain, satu
kaki untuk menolong diri sendiri dan satu lagi untuk menolong orang lain. "Ada sebuah
rencana besar yang Tuhan inginkan mengapa kita harus menjadi orang sukses. Salah satu
jawabannya adalah agar kita bisa mengangkat orang lain untuk ikut sukses karena kita
baru bisa disebut sukses ketika kita bisa membantu orang lain untuk sukses Saya
menyebutnya sebagai "Basko Cycle", yang terdiri atas 4 langkah. yakni langkah-langkah
untuk mewujudkan impian. Langkah yang pertama adalah:
(1) Yakin:
(2) Suara hati:
(3) Pilih tim terbaik:
(4) Fokus.

26
1. Langkah pertama adalah "Yakin" langan pernah main-main dengan keyakinan
Anda. lika Anda yakin, alam semesta dan seluruh isinya akan mengikuti dan
mendukung Anda. Sebalik nya, ka Anda tidak yakin. alam semesta akan
mewujudkan ketidakyakinan Anda melalui orang orang atau hal-hal yang
memengaruhi Anda sehingga Anda menjadi tidak berhasil ketika Anda tengah
menjalankan semua aktivitas yang menurut Anda mengarah ke kesuksesan. Seperti
pintu yang tertutup rapat, para pembisik kegagalan sulit memengaruhi Anda jika
Anda yakin. Sebaliknya, jika Anda membuka diri Anda untuk dipengaruhi maka
siapa pun bisa memengaruhi Anda. Hal inilah vang menjadi kunci pertama Basko,
jika ia telah yakin maka ia akan rapatkan hatinya untuk mendukung keyakinannya.
Alhasil, semua teori yang mungkin saja beratus-ratus teori manajemen dikalahkan
oleh satu kata, yakni keyakinan terdalam dari hati
2. Langkah kedua adalah "Suara hati". Suara hati adalah kejernihan hati kita. lika hati
kita sering dijernihkan maka ia akan mudah memberikan sinyal kepada diri kita
jika kita dalam posisi yan8 salah atau buruk. Salah satu cara tercepat mengasah
suara hati adalah dengan memberikan ruang dialog antara kita dan diri kita sendiri,
memperbanyak "Tafakkur dan Tadabbur", membaca diri dengan mengkaji
kesalahan dan kekurangan diri sendiri dan membaca orang lain. Diri kita adalah
naskah yang harus kita baca untuk mencapai kondisi manusia di atas rata-rata.
Basko sering melakukan perenungan setiap kali akan mermulai bisnisnya. Maklum
saja, sejak bisnisnya dimulai, banyak orang meragukan
3. Langkah ketiga adalah Pilihlah Tim terbaik inilah keahlian dari Basko. Menyadari
bahwa ia tidak luius sekolah SI untuk membangun bisnisnya Basko mengambil
orang-orang terbaik dalam bidangya, Basko menilai kemampuan dan
professonalitas mereka dalam menjalankan bianisnya. Untuk itu ia didukung oleh
para ahli dari berbagai bidang-para wartawan terbaik untuk semua harian yang ia
miliki, untuk RAM (peternakan sapi) ia bahkan tidak sungkan mempekerjakan
orang luar negeri un- tuk menjadi konsultan di bidang ini. Ini pun berlaku untuk
urus an bisnisnya yang lain, ia dikelilingi oleh tim ahli.

27
4. Dalam memilih karyawan, hal pertama yang ia utamakan adalah kejujuran.
Baginya, kejujuran adalah modal terpenting untuk membentuk diri terbaik
5. Langkah keempat adalah Fokus. Inilah penutup hukum ke suksesan dari Basko.
Terkadang, kita ingin menguasai dunia dengan melakukan banyak hal semampu
kita. Basko memulai usaha satu demi satu. Ketika satu perusahaan sudah selesai,
baru sa membangun usaha yang baru. Fokus ternyata jauh lebih etekti
dibandingkan jika kita ingin memiliki semuanya dalam waktu yang bersamaan.
Dalam fokus juga terdapat ketekunan dan kesabaran dalam menjalani proses
kesuksesan tersebut.

Perjalanan seribu langkah bermula dan satu langkah


LAo TZe.

28

Anda mungkin juga menyukai