Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah arteri secara terus menerus
lebih dari satu periode. Hipertensi merupakan factor resiko, primer yang menyebabkan
penyakit jantung dan stroke. Hipertensi juga disbut the silent disease karena tidak ditemukan
tanda – tanda fisik yang dapat dilihat. Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan
kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan anggota
gerak, namun kerusakan yang paling sering adalah gagal ginjal.
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering ditemukan
pada usia lanjut atau kira – kira 65 tahun keatas. Apabila dalam satu keluarga ada anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi, maka dapat timbul beberapa masalah. Dalam
pelaksanan tugas – tugas kesehatan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pemeliharaan kesehatan bagi anggota keluarga yang mnderita penyakit hipertensi.
1.2 Batasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam laporan ini mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.N
yang mengalai hipertensi di Kelurahan Bali sadhar tengah dengan Asuhan Keperawatan
Hipertensi.
1.3 Tujuan Penyusunan Laporan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mengembangkan pola fiker ilmiah dalam melakukan Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi melalui proses keperawatan keluarga.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melaksanakan pengkajian terhadap keluarga dengan salah satu anggota
keluarga menderita Hipertensi.
2) Mampu menentukan masalah yang dihadapisalah satu anggota keluarga yang
menderita hipertensi.
3) Mampu menentukan prioritas dan menentukan alternative pemecahan masalah
bersama keluarga.
4) Mampu melakukan tindakan keluarga dengan menggunaka segala potensi yang
dimiliki keluarga.
5) Mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.
6) Mampu menyusun hasil Asuhan Keperawatan Keluarga dalam bentuk laporan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan.
1.4 Metode dan Sistematika Penulisan

1.4.1 Metode Penulisan

1. Metode Diskriptif
Dengan menggunakan studi kasus pendekatan proses keperawatan dengan langkah -
langkah yaitu pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, penatalaksanaan, evaluasi.
2. Tehnik Pengumpulan Data
a. Anamnesa
Dengan melaksanakan wawancara secara langsung.
b. Pemeriksaan Fisik
c. Observasi
Pengamatan langsung pada keluarga dan lingkungan untuk menentukan masalah.
d. Dokumentasi
Pengumpulan data-data baik dilakukan melalui pengkajian ke rumah keluarga.
1.4.3 Sistematika Penulisan
Agar tinjauan kasus ini mudah dipahami oleh pembaca, maka penulis membagi laporan
ini menjadi 4 BAB yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB 1 : Pendahuluan tersusun atas unsur yaitu latar belakang
masalah, tujuan penulisan, manfaat, batasan masalah,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka tersusun atas konsep Asuhan Keluarga,
Konsep Hipertensi.
BAB 3 : Tinjauan kasus meliputi pengkajian perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
BAB 4 : Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran. Lampiran terdiri
dari : HE dan Leaflet, SAP dan POA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Menurut Depkes RI (2015) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang berdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah,mampu memenuhi kebutuhan kehidupan spiritual dan material yang layak
bertakwakepada Tuhan,memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN,2018)
a. WHO (2016)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melaluipertalian
darah,adopsi dan perkawinan.
b. Duval (2015)
Keluarga adalah sekumpulan oran yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social dari tiap anggota keluarga.
2.1.1. Tahapan Keluarga
Berdasarkan kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dasar, psikososial,
ekonomi, dan aktualisasi.
a. Keluarga Prasejahtera
1. Belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu, kebutuhan,
pengajaran, agama,pangan, sandang, papan dan kesehatan.
2. Belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
1. Dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal.
2. Belum dapat memenuhi secara keseluruhan kebutuhan social
psikologiny:pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan,
dan transportasi.
c. Keluarga Sejahtera Tahap II
1. Dapat memenuhi kebutuhan dasar secara maksimal
2. Dapat memenuhi seluruh kebutuhan
3. Belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan: menabung dan memperoleh
informasi.
d. Keluarga Sjahtera Tahap III
1. Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, social psikologis, pengembangan.
2. Belum dapat berkontribusi secara maksimal terhadap masyarakat secara teratur
dalam bentuk material atau keuangan, berperan aktif dengan mengurus lembaga
kemasyarakatan, yayasan social, keagamaan, pendidikan, dll.
e. Keluarga Tahap Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik dasar, social, psikologis, ataupun
pengembangan, serta mampu memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi
masyrakat.
2.1.2. Tahapan Keluarga
Berdasarkan kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dasar, psikososial,
ekonomi, dan aktualisasi.
f. Keluarga Prasejahtera
3. Belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu, kebutuhan,
pengajaran, agama,pangan, sandang, papan dan kesehatan.
4. Belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
g. Keluarga Sejahtera Tahap I
3. Dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal.
4. Belum dapat memenuhi secara keseluruhan kebutuhan social
psikologiny:pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan,
dan transportasi.
h. Keluarga Sejahtera Tahap II
4. Dapat memenuhi kebutuhan dasar secara maksimal
5. Dapat memenuhi seluruh kebutuhan
6. Belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan: menabung dan memperoleh
informasi.
i. Keluarga Sjahtera Tahap III
3. Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, social psikologis, pengembangan.
4. Belum dapat berkontribusi secara maksimal terhadap masyarakat secara teratur
dalam bentuk material atau keuangan, berperan aktif dengan mengurus lembaga
kemasyarakatan, yayasan social, keagamaan, pendidikan, dll.
j. Keluarga Tahap Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik dasar, social, psikologis, ataupun
pengembangan, serta mampu memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi
masyrakat.
sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyrakat.
2.1.3. Ciri-Ciri Keluarga
Menurut Robert Mac Iver dan Carles Horton dalam Setiadi 2018, cirri-ciri keluarga
adalah sebagai berikut:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga berbentuk kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang
sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Noman Clatur) termasuk perhitungan
garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai struktur ekonomi yang dibentuk anggota-anggotanya berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal, rumah, atau rumah tangga.
2.1.4. Tipe-Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Efendy,2018:
a. Tradisional
1. The Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2. The Died Family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
3. Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah
memisahkan diri.
4. The Childess Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengajar karier/ pendidikan yang
terjadi pada wanita.
5. The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah,
seperti nuclear family disertai, paman, tante, orang tua dan keponakan.
6. The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari orang tua dengan anak hal ini terjadi melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (mengalami hukum pernikahan)
7. Comutter Family
Kedua orangtua bekerja dikota yang berbeda,tetapi salah satu kota sebagai tempat
tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bias berkumpul pada anggota
keluarga pada saat”weekend”.
8. Multigeneration Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
9. Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh; dapur,
kamar mandi, televise, dan telephone)
10. Blended Family
Duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
11. The Single Adult Living Alone/Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihanya atau
perpisahan.
b. Non Tradisional
1. The Unmarried Teenager Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2. The Stephparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.

3. ComuneFamily
Beberapa pasangan keluarga dengan anaknya yang tidak ada hubungan saudara
yang hidup bersama keluarga dalam satu rumah, sumber dan fsilitas yang sama,
sosialisasi anak dengan anak melalui aktifitas kelompok/ membosankan anak
bersama.
4. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5. Gay and Lesbian Families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks yang hidup bersama sebagaimana
“marital partner”.
6. Cohabitng Couple
Orang dewasa yang hidup bersam diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan
tertentu.
7. Group-Marriage Family
Beberapa orng dewasa yang menggunakan alat alat rumah tangga bersama yang
saling merasa telah menikah satu sama lainya, berbagai sesuatu seksual dan
membesarkan anak.
8. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan atau nilai, hidup berdekatan satu sama
lain dn saling menggunakan barang satu sama lain, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya.
9. Faster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan dengan keluarga atau saudara
dalam waktu sementara saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
10. Homeles Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yng dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11. Gang
Sebuah keluarga yang desteuktif dari orang orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan criminal dalam kehidupanya.
2.1.5. Struktur Keluarga
Menurut Friedman dalam EFendi, 2018 struktur keluarga terdiri dari:
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi ada yang tidak \, hal ini bias disebabkan
oleh beberapa factor yang ada dalam omponen komunikasi seperti serider, chanel
media, message, environment, dan receiver. Komunikasi keluarga yang berfungsi
adalah:
1. Karakteristik pengirim yang berfungsi
a) Yakin ketika menyampaikan pendapat
b) Jelas dan berkualitas
c) Meminta feedback
d) Menerima feedback
2. Pengirim yang tidak berfungsi
a) Lebih menonjolkan asumsi(perkiraan tanpa menggunakan dasar dan dat yang
obyektif).
b) Ekspresi yang tidak jelas
c) Jugmental ekspresion yaitu ucapan yang memutuskan sesuatu yang tidak didasari
pertimbangan yang matang.
d) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan.
e) Komunikasi yang tidak sesuai.
3. Karakteristik penerima yang berfungsi
a) Mendengar
b) Feedback
c) Memvalidasi
4. Penerima yang tidak berfungsi
a) Tidak bias mendengar dengan jelas
b) Diskualifikasi
c) Offensive
d) Kurang mengeksplorasi
e) Kurang memvalidasi
5. Pola komunikasi didalam keluarga yang berfungsi
a) Menggunakan emosional
b) Komunikasi terbuka dan jujur
c) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
d) Konflik keluarga dan penyelesaianya
6. Pola komunikasi didalam keluarga yang tidak berfungsi
a) Fokus pembicaraan hanya pada satu orang
b) Semuamenyetujui tanpa adanya diskusi
c) Kurang empati
d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
e) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
f) Komunikasi tertutup
g) Bersifat negative
h) Mengembangkan gosip
b. Struktur Peran
Pesan adalah serangakaian perilaku yang diharpkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi adalah posisi individu dalam masyarakat,
missal status sebagai suami atau istri atau anak. Perilaku peran:
1. Peran Ayah
Pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman kepala keluarga, sebagai anggota
dan keompok social serta anggota masyarakat.
2. Peran Ibu
Mengurus anak, pengasuh dan pendidik anak, pelindung sebagai salah satu anggota
kelompok dan peran social serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya serta
sebagai pencari nafkah tambahan.
3. Peran Anak
Melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik
fisik, mental, social, dan spiritual.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dan individu. Untuk
mengendaliakn atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan :
1. Legitimate Power / authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap
anak)
2. Referent Power (seseorang yang ditiru)
3. Resounce or expert power (pendapat ahli)
4. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
5. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginan)
6. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
7. Affective power (pengaruh yang di berikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga seperti :
1. Konsesus
2. Tawar menawar atau akomodasi
3. Kompromi atau de facto
4. Paksaan
5. Nilai- Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pendoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2.1.6. Fungsi Keluarga
Menurut beberapa sumber keluarga adalah sebagai berikut :
Fungsi pokok keluarga menurut Friedman dalam Setiadi (2008) adalah :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisi
Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berkehidupan sosial dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsumgan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan dalam meningkatkan penghasilan untuk
memnuhi keluarga.
e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan
Fungsi mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
Fungsi keluarga menurut BKKBN (2017)
a. Fungsi keagamaan
Memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam
kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada
kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia
ini.
b. Fungsi sosial budaya
Membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
c. Fungsi cinta kasih
Memberika kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota
keluarga.
d. Fungsi melindungi
Melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga angota keluarga
merasa terlindungi dan merasa aman.
e. Fungsi reproduksi
Meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan
merawat anggota keluarga.
f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Mendidik anak sesuai dengan tingklat perkembangannya, menyekolahkan anak,
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota keluarga masyarakat
yang baik.
g. Fungsi ekonomi
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
manabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang.
h. Fungsi pembinaan lingkungan
Fungsi keluarga dengan usila :
Fungsi keluarga harus di modifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang spesifik pada
usila dan memfokuskan pada :
1. Memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh.
2. Memberikan kenyamanan dan support.
3. Mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat.
4. Menanamkan perasaan pengertioan hidup.
5. Manajemen krisis.
2.1.7. Sistem Keluarga
Keluarga di pandang sebagai sistem sosial terbukayang ada dan berinteraksi dengan
sistem yang besar (supra sistem) dari masyarakat (misal : politik, agama, sekolah dan
pemberian pelayanan kesehatan). Sistem keluarga terdiri dari bagian yang saling berhubungan
(anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam pola interaksi (subsitem). Seperti pada
seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai dua tujuan baik implisit maupun ekslisit, yang
berbeda berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga, nilai keluarga dan kepedulian
individual anggota keluarga. Karakteristik dari sistem keluarga (sistem terbuka):
a. Komponen
Dalam suatu keluarga masing-masing anggota keluarga meempunyai sifat
interdependensi, interaktif dan mutual.
b. Batasan
Dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter) yang digunakan untuk menyelaksi
informasi yang masuk dan keluar. Batasan masing-masing keluarga akan berbeda
tergantung dari beberapa faktor seperti: sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain.
c. Keberadaan
Keluarga merupakan bagian dari sitem yang lebih luas yaitu : masyarakat.
d. Terbuka (batas yang permeabel) di mana di dalam keluarga terjadi pertukaran antar
sistem.
e. Mempunyai masing-masing keluarga organisasi, struktur yang akan berpengaruh di
dalam fungsi yang ada dari anggotanya.
2.1.8. Tumbuh Kembang Keluarga
Keluarga sebagaimana individu berubah dabn berkembang setiap saat. Masing-masing
tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri dan meliputi
tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang selanjutnya. Menurut
Duval tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Dimuali dari pernikahan yang dilanjutkan dengan membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak
merupakan kebanggan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi (0-1 th)
Keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada
tahap ini kehidupan bayi sangat tergantung pada kedua orang tuanya.
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah (1-4 th)
Pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah memulai bergaul
dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dengan masalah kesehatan. Anak sensitif
terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-
norma kehidupan norma-norma agama, norma-norma sosial budaya
e. Tahap menghadapi anak sekolah (5-12 th)
Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol
tugas-tugas sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja (12-18 th)sangat diperlukan. Komunikasi
Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam
membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan. Komunikasidan saling pengertian antara orang tua dengan anak perlu di
pelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepas anak ke masyarakat (20-28 th)
Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam
tahap ini anak memulai kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kembali (40-50 th)
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri tinggalah suami
dan istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat
menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua (50-60 th)
Tahap ini masuk ketahap lansia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia fana ini.
Mc Goldrick dan Carter mengembangkan model tahap kehidupan keluarga yang
didasari oleh ekspansi, kontraksi dan penyusunan kembali (realigment) dari hubungan
keluarga yang memberikan support terhadap masuk, keluar dan perkembangan anggota
keluarga. Model ini diberikan dengan menggunakanaspek emosional, transisi, perubahan dan
tugas yang diperlukan untuk perkembangan keluarga.
Tahap lingkaran kehidupan keluarga proses emosional transisi perubahan status
keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan :
a. Keluarga dengan anak dewasa yang belum menikah menerima pemisahan dengan
orang tua.
b. Mengembangkan hubungan saudara yang intim
c. Pemisahan dengan keluarga mampu bekerja sendiri.
d. Keluarga yang baru menikah komitmen dengan sistem baru.
e. Membentuk sistem keluarga.
f. Menyusun kembali hubungan dengan extended family dan teman-teman.
g. Keluarga dengan anak muda/anak yang masih kecil menerima generasi baru dari
anggota yang ada dalam sistem mengambil peran orang tua.
h. Menyusun kembali hubungan dengan extended family terhadap peran orang tua dan
kakek nenek.
i. Menyediakantempat untuk anaknya.
j. Keluarga dengan anak remaja meningkatkan fleksibilitas keluarga dan
ketergantungan anak.
k. Perubahan hubungan orang tua anak dari masuk remaja ke arah dewasa.
l. Memfokuskan kembali pada masa mencari teman dekat dan karir.
m. Memulai perubahan perhatian untuk generasi yang lebih tua.
n. Keluar dan pindahnya anak-anak menerima sistem yang keluar dan masuk dalam
jumlah yang banyak ke dalam keluarga.
o. Membicarakan kembali sistem perkawinan sebagai keluarga.
p. Mengembangkan hubungan orang dewasa ke orang dewasa diantara anak-anak yang
sudah besar dengan orangtua.
q. Menyesuaikan hubungan termasuk kepada menantu dan cucu.
r. Menerima ketidakmampuan dan kematian dari orangtua (kakek/nenek).
s. Keluarga lansia menerima perubahan dari peran generasi.
t. Mempertahankan diri sendiri dan atau pasangan dalam fungsi dan minat dalam
menghadapi penurunan fisiologis, eksplorasi terhadap keluarga baru dan pilihan
peran sosial.
u. Mendukung lebih banyak peran sentral untuk generasi pertengahan.
v. Membuat ruang sistem untuk hal-hal yang bijaksana dan pengalaman pada saat
dewasa akhir, mendukung generasi yang lebih tua tanpa memberikan fungsi yang
berlebihan kepada mereka.
w. Menerima kehilangan pasangan, sibling dan teman sebaya dan mempersiapkan untuk
kematian diri sendiri, menerima dengan pandangan dan keutuhan.
2.1.9. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman dan Setiadi (2018) adalah:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarganya.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit, atau yang tidak dapat membantu
dirinya karena cacat atau usianya terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan. Dengan kata lain pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada.
2.1.10. Keperawatan Kesehatan Keluarga
Health Care Activities, health believe and health values merupakan bagian yang
dipelajari dari sebuah keluarga. Sehat dan sakit merupakan bagian dari kehidupan perilaku
individu yang menunjukkan sebagaimana anggota keluarga yang harus dipelajari. Friedman
(2015) mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat pada
keluarga (family-centered nursing care) yaitu:
a. Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama lainnya
(interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah satu sakit maka
anggota keluarga yang lain juga merupakan bagian yang sakit.
b. Adanya hubungan yang kuat diantara keluarga dengan status kesehatan anggotanya,
maka anggota keluarga sangat penting peranannya dalam setiap pelayanan
keperawatan.
c. Tingkat kesadaran anggota keluarga sangat signifikan dengan aktifitas didalam
promosi kesehatannya.
d. Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi problem yang
sama didalam anggota yang lainnya.
Perawatan kesehatan keluarga (family health nursing) adalah tingkat perawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu
kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuannya dan memulai perawatan sebagai
sarannya. Dalam perawatan kesehatan masyarakat, yang menerima pelayanan perawatan
dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
a. Tingkat Individu
Perawat memberi pelayanan perawatan kepada individu dengan kasus-kasus tertentu,
misalnya pasien dengan TBC, pasien dengan DM, Ibu hamil, dan lain sebagainya
yang mereka jumpai di poliklinik. Perawat melihat kasus ini sebagai individu dengan
memperhatikan atau tanpa memberi perhatian kepada keluarag atau masyarakat
dimana pasien ini adalah anggotanya. Individu yang menjadi sasaran perawatan dan
yang menjadi pusat perhatian adalah masalah kesehatan individu itu serta pemecahan
masalahnya. Keluarga pasien tidak mutlak diikutsertakan dalam pemecahan masalah.
b. Tingkat Keluarga
Dalam tingkatan ini yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan adalah keluarga.
Yang dimaksud keluarga disini adalah dua atau lebih dari dua individu yang
bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain didalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam
tingkatan ini, anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akan dirawat
sebagai anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan adalah keluarga. Maka
perawat akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil, keluarga dengan
ayah berpenyakit TBC, keluarga dengan anak retardasi mental, dan lain-lain.
c. Tingkat Komunitas
Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Kata masyarakat mengandung
arti geografis dan sosio-budaya. Yang menjadi obyek dan subyek perawatan adalah
kelompok masyarakat pada daerah tertentu dengan permasalahan kesehatan,
misalnnya masyarakat dengan kejadian demam berdarah atau cholera.
2.1.11. Langkah-langkah dalam Perawatan Kesehatan Keluarga
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap utama dari proses keperawtan yang digambarkan
sebagai proses pengumpulan data secara sistematis, terorganisasi dan berbagai
sumber data. Metode pengumpulan data:
1. Observasi Langsung
Dengan menggunakan panca indera, perawat dapat mengumpulkan data tentang:
a) Keadaan fisik dari setiap anggota dan respon perilakunya.
b) Pola komunikasi yang dipakai.
c) Peran setiap anggota keluarga.
d) Keadaan rumah dan keluarga.
2. Wawancara
a) Dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai tanggung jawab terhadap
masalah yang terkait.
b) Wawancara terhadap kolega yang memerikan pelayanan terhadap keluarga.
c) Terhadap masyarakat atau kerabat bila perlu.
3. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan tipologi masalah kesehatan yang
terdiri dari tiga kelompok kesehatan :
a) Ancaman Kesehatan (Health Treast)
Merupakan kondisi atau situasi yang dapat menimbulkan penyakit, kecelakaan
atau tidak mengenal potensi kesehatan, meliputi:
1) Riwayat penyakit keturunan : Hipertensi, asma bronkhiale
2) Penyakit menular : TBC, Hepatitis, gonore
3) Jumlah keluarga yang berhubungan dengan sumber daya keluarga.
4) Kecelakaan
5) Nutrisi
6) Stress
7) Kesehatan lingkungan
8) Kebiasaan personal
9) Riwayat kesehatan
10) Status imunisasi
11) Peran
b) Sakit/ Kurang Sehat
Merupakan suatu keadaan gagal mempertahankan kesehatan termasuk:
1) Keadaan sakit yang belum atau sudah didiagnosa
2) Keadaan tumbuh kembang secara normal
3) Gangguan kepribadian
c) Krisis
Adalah saat-saat keadaan terlampau banyak dari individu atau keluarga dalam
hal penyesuaian maupun dalam hal sumber daya mereka meliputi :
1) Penghasilan
2) Kehamilan, persalinan dan masa nifas
3) Menjadi orangtua
4) Penambahan anggota keluarga
5) Abortus
6) Anak masuk sekolah
7) Kehilangan pekerjaan kematian anggota keluarga
8) Pindah rumah
9) Kelahiran diluar perkawinan
b. Skoring Diagnosa Keperawatan
Skoring diagnosa keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978) dalam Setiadi
(2018) :

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah:
Skala :
a. Aktual 3 1
b. Ancaman/resiko 2
c. Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
a. Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

c. Perencanaan
1. Menentukan saran
Adapun tujuan umum merupakan hasil akhir yang dicapai melalui semua usaha.
2. Menentukan tujuan (obyektif)
Merupakan pernyataan yang spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
keperawatan.
3. Menentukan intervensi keperawatan
4. Menentukan rencana evaluasi
a) Kriteria evaluasi
Adapun tanda-tanda indikator yang merupakan obyektif telah dicapai.
b) Standart evaluasi
Adalah tingkat performen yang menunjukkan dikaitakan dengan kriteria.
d. Implementasi
1. Merupakan salah satu tahap proses pemerataan keluarga dimana perawat
mendapat kesempatan untuk membangkitkan minat.
2. Keluarga mengadakan perbaikan.
e. Evaluasi
1. Harus berorientasi pada tujuan
2. Metode evaluasi
a) Observasi langsung
b) Memeriksa laporan (record)
c) Wawancara
d) Latihan stimulasi
2.1. Konsep Masalah Medis
2.2.1. Konsep Hipertensi
2.2.1.1. Definisi
Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten Pada orang dewasa
rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan diastolik sama atau di atas
90 mm Hg
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolic lebih dari 90 mmHg (Nugroho.W. 2018).
Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas
normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg.
(Smeltzer & Bare, 2017)
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg. (Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2017)
Hipertensi adalah tekanan darah sistolok lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90
mmHg.(Arief Mansjoer; 2018)
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung,
infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N Ejournal keperawatan
volume 4 nomor 1, Mei 2016)
2.2.1.2. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik : Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau ransport Na.
2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3) Stress Lingkungan.
4) Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek
dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress. Begitu pula sesorang yang berada
dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit
tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa
mengalami tekanan darah tinggi.

2) Hipertensi Sekunder
Yaitu hipertensi yang penyebab spesifiknya diketahui seperti : penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Hipertensi dibedakan menjadi 2 faktor :
1) Pengeluaran rennin
Pengeluaran rennin oleh ginjal menyebabkan angiotensinogen I. Hal ini
menyebabkan ekskresi aldosteron meningkat dan kontraksi arteriol yang dapat
menimbulkan peningkatan tahanan perifer dan retensi natrium dan air dimana hal ini
dapat menyebabkan volume darah meningkat yang menyebabkan tekanan darah
meningkat
2) Stress
Stress dapat merangsang system saraf simpatis yang menyebabkan denyut nadi
meningkat, vasokontriksi jantung meningkat yang menyebabkan pembuluh darah
perifer meningkat dan kardiak output jantung meningkat dalam hal ini menyebabkan
terjadinya tekanan darah meningkat.
2.2.1.3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah >
140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.
2.2.1.4. Pemerikasaan Diagnostik
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
5) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
8) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung
2.2.1.5. Komplikasi
1) Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain mata
2) berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,
3) gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
4) Dapat menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas badan (stroke)
5) Secara mekanis dapat merusak pembuluh darah dan mulai terjadi insufisiensi jantung dan
dapat menyebabkan berkurangnya perfusi dalam pembuluh darah otak yang sudah
menyempit karena arteriosclerosis
6) Penyakit jantung iskemik
2.2.1.6. Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan :
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis
a) Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas
c) Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan
medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau
berenang.
2) Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d) Tidak menimbulakn intoleransi.
e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angiotensin.
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
2.2.1 Identitas
1. Nama pasien
Dimaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan pasien
lain.
2. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko pada
epilepsi karena faktor umur dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan
untuk epilepsi.
3. Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan agama dan kepercayaan dari
pasien dan keluarganya.
4. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota keluarga terutama
orang tua dalam memberi informasi perencanaan pulang bagi anak sekolah dengan
masalah kesehatan epilepsi.
2.2.2 Komposisi keluarga
Dimaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi, apakah terdapat anggota
keluarga yang terkena penyakit yang serupa/penyakit turunan.
2.2.3 Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perhatian dan
peraswatan yang diberikan pada anggota atau anak yang mengalami sakit.
1. Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
kesanggupan keluarga untuk memodifikasi proses penyembuhan penyakit pada anak
dan pemanfaatan sarana kesehatan bagi anak yang sakit.
2. Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada
dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah
bila diperlukan.
3. Aktivitas rekreasi keluarga
Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenfaatkan aktifitas rekreasi keluarga
yang digunakan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan sehari-harinya.
2.2.4 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti.
4. Riwayat keluarga sebelumnya.
2.2.5 Lingkungan
1. Karakteristik rumah.
2. Karakteristik lingkungan.
3. Mobilitas keluarga.
4. Hubungan keluarga dengan lingkungan.
5. Sistem sosisl yang mendukung.
2.2.6 Struktur keluarga
1. Pola komunikasi.
2. Pengambilan keputusan.
3. Peran anggota keluarga.
4. Nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
5. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1. Identitas anak.
2. Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
3. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
5. Tumbang saat ini (termasuk kemampuan yang dicapai).
6. Pemeriksaan fisik.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. PENGKAJIAN
1.1. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga :Tn.N
2) Alamat :Kelurahan Bali Sadhar Tengah,Kecamatan
Banjit,Kabupaten Waykanan
3) Pekerjaan :Wirausaha
4) Pendidikan :SMA
5) Komposisi keluarga
Status Imunisasi * Ket
Hub
Jenis B POLI D Hepatiti Cam
No Nama dengan Umur Pendidikan
kelamin C O P s pak
KK
G T
1 Ny.K p Istri 44Thn SD √ √ √ √ √ Sehat
2. An.P L anak 28Thn S1 √ √ √ √ √ Sehat
P
3. An.K anak 21Thn Mahasiswa √ √ √ √ √ Sehat
4. An.K L anak 13Thn sekolah √ √ √ √ √ Sehat

Ket : * diisi dengan menambahkan tanda cek ()


6) Genogram : (dilengkapi dengan keterangan dan dibuat minimal 3 generasi)
Genogram :
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: HubunganPernikahan
55 53 : Keturunan
: Meninggal
28 211 13 : Tinggal serumah
: Pasien

7) Tipe Keluarga : Keluarga inti


8) Suku Bangsa :indonesia/Bali
9) Agama :Hindu
10) Status Sosial Ekonomi Keluarga :
Tn.N Membuka usaha sendir dirumah
11) Aktifitas Rekreasi Keluarga :
Keluarga tidak pernah rekreasi, hanya menonton TV di rumah dan terkadang
mengunjungi saudara.
1.2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :Keluraga dalam masa Remaja dewasa
2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi :
Tahap perkembangan keluarga semua sudah terpenuhi
3) Riwayat Keluarga Inti :
Tn. N mempunyai masalah kesehatan yaitu Hipertensi sejak ± 1 tahun, Tn.N sering
mengeluh kepala pusing, leher cengeng. Tn. N juga sering mengeluh badan linu -
linu

4) Riwayat Keluarga Sebelumnya :


Keluarga mempunyai penyakit keturunan yaitu hipertensi yang didapat dari ibu Tn.
N

1.3. Lingkungan
1) Karakteristik Rumah :
Rumah permanent, milik sendiri. Luas rumah yang ditempati 9 x 10 m2, terdiri
dari teras depan, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga dan 1 ruang makan 1 dapur, 3
kamar tidur disetai jendela kecil, 1 kamar mandi/WC.disertai jendela kecil.
Keadaan rumah secara umum bersih dan cukup ventilasi .

2).Denah Rumah

Keterangan:
1 = Teras rumah
2 1 2 = Kamar Tidur 1
3 = Kamar Tidur 2
4 = Ruang Tamu
5 = Kamar Tidur 3
3 6 = Ruang Keluarga
4 7 = Kamar Mandi
8 = Dapur
9 = Ruang Makan

6 5

U
7 8 9 T
B

2) Karakteristik Lingkungan :
Lingkungan tetangga umumnya berasal dari desa yang sama dan masih ada
hubungan keluarga, keluarga sering duduk didepan rumah tetangga.
3) Mobilitas Geografis Keluarga:
Keluarga ini pernah berpindah-pindah tempat tinggal pada tahun 2000 dan sekrang
menetap diKelurahan Bali Sadhar Tenga,Kecamatan Banjt,Kabupaten Waykanan.
4) Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat :
Tn. N dan Ny. K dalam hubungan berinteraksi dengan masyarakat lebih banyak
dilakukan di lingkungan sekitar rumah.
5) Sistem Pendukung Keluarga:
Tn. N mengatakan bahwa ia mempunyai tabungan untuk keperluaan sehari-hari dan
hal –hal yang mendadak, bisa juga membantu keluarga yang lain.
1.4. Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi
Dalam keluarga Tn. N komunikasi menggunakan bahasa bali dan bahasa
indonesia, menerapakan pola keterbukaan, memberi peluang untuk berbicara
antara seluruh anggota keluarga baik istri, dan anak-anaknya komunikasi antara
anggota keluarga dilakukan secara langsung.
2) Struktur Kekuatan Keluarga
Pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala keluarga dan biasanya dapat
dilakukan secara musyawarah .
3) Struktur Peran (Formal Dan Informal)
Tn. N : ayah, suami, kepala keluarga seorang pemimpin dalam keluarga (pencari
nafkah utama dalam keluarga)
Ny. K : istri, ibu bagi anak-anak, tidak berkerja, pekerjaan sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga, tugas utamanya terutama mengurus urusan rumah tangga.

4) Nilai Dan Norma Keluarga


Kelurga percaya, bahwa Ny. K dan Tn. N akan sehat bila Kontrol rutin

1.5. Fungsi Keluarga


1) Fungsi Afektif
Tn. K dan Ny. K dengan anaknya dalam hubungan sosial emosi sangat baik
2) Fungsi Sosial
Keluarga mengatakan menyerahkan segala sesuatu ketangan Tuhan yang Maha Esa,
leih banyak melakukan kegiaatan –kegiaatan keagamaan lingkungan rumah sendiri
3) Fungsi Perawatan Keluarga
a. Kemampuan untuk mengenal masalah
Keluarga Tn. N mengatakan tidak mengetahui masalah kesehatan (seputar
pengertian, tanda dan gejala serta solusi untuk mengatasi sakitnya) dan sering
bertanya apakah Hipertensi itu berbahaya, namun Tn.K mengetahui baru
mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh dianya sendiri setelah
mendapatkan penjelasan dari petugas kesehatan.
b. Kemampuan untuk mengambil keputusan
Keluarga Tn. N mengatakan Pengambil Keputusan dilakukan oleh rundingan
keluarga Saat ada anggota yang mengalami gangguan kesehatan Tn. K
memutuskan untuk langsung ke Rumah Sakit jika masalah kesehatan dirasakan
berat, namun jika ringan Keluarga Tn. K mengatakan biasanya hanya membeli
obat diapotik untuk mengurangi gejala.
c. Kemampuan untuk merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Ny.K mengatakan belum mampu merawat anggota keluarga yang
sakit, keluarga mengetahui sakit yang dialami Tn. N, belum mengetahui juga
perawatan yang harus dilakukan, Dan saat dilakukan pengkajian didapatkan Tn.
N tidak pernah kontrol serta tidak rutin minum obat.
d. Kemampuan memelihara/memodifikasi lingkungan
Keluarga Tn. N mengatakan sudah mampu memelihara lingkungan dan
menyiapkan lingkungan yang dapat mencegah penyakit. Bagian depan rumah
terlihat bersih dan penempatan barang didalam rumah kurang sesuai . ventilasi
didalam rumah sangat kurang.

e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga Tn. N mengatakan mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan yang
dapat dijangkau dan dipergunakan. Selama ini keluarga Tn.N percaya setiap
informasi yang didapat dari petugas kesehatan. BPJS tidak pernah digunakan
oleh keluarga untuk berobat
4) Fungsi Reproduksi :
keluarga mengatakan sudah sangat cukup dengan 3 orang anak dan sekarang Ny. K
sementara KB
1.6. Stress Dan Koping Keluarga
1) Stress Jangka Panjang Dan Jangka Pendek
Untuk mengatasi penyakit Tn. N, Tn. N selalu memeriksakan diri ke Rumah Sakit
Menurut Tn. N bila ada masalah mereka menyelesaikan dengan pelan – pela, tidak
usah di buat stres
2) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi / Stressor
keluarga dalam usaha mengobati penyakitnya selalu pergi ke Rumah sakit.
3) Strategi Koping Yang Digunakan
Dalam menyelesaikan masalah keluarga Tn. K selalu berdoa dan menyerahkan
semua kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan di dukung oleh keluarga .
4) Strategi Adaptasi Disfungsional
Terkadang Tn. K maupun istri dapat berputus asa akan usaha-usaha yang mereka
lakukan yang tidak tampak terlalu membuahkan hasil.

1.7. Pemeriksaan Fisik


NO NAMA ANGGOTA KELUARGA HASIL TTD
1 Tn.N Tn.N akhir-akhir ini merasa
pusing, dibagain tengkuk
terasa berat, cenut-cenut
seperti tertimpa benda berat
Tn.N mengatakan sulit untuk
tidur
Kulit tampak kering
Tn.N mengatakan sering
mengonsumsi makanan yang
mengandung santan.
Tn.N kadang juga
mengonsumsi kopi sehari 1
kali.Tn.N tampak cemas
BB : 87 kg, S : 36 C, P : 80
x/mnt, N : 20 x/mnt, TD :
180/80 mmHg
2 Ny.K Kulit tampak bersih
Mata agak sedikit
cowong,rambut berwarna
hitam
BB : 70 kg, S : 36,4 C, P : 80
x/mnt, N : 20 x/mnt, TD :
110/80 mmHg
3 An.P Rambut berwarna hitam,kulit
putih,tinggi konjungtivita tidak
anemis
BB : 67 kg, S : 36 C, P : 80
x/mnt, N : 20 x/mnt, TD :
120/60 mmHg
4 An.K Kulit bersih ,rambut berwarna
hitam ,konjungtivita tidak
NO NAMA ANGGOTA KELUARGA HASIL TTD
anemis
BB : 50 kg, S : 36 C, P : 80
x/mnt, N : 20 x/mnt, TD :
110/60 mmHg
5 An.K Kulit sawo matang ,rambut
berwarna hitam
BB:45 KG,S36,C, P:84
x/menit N:20 x/menit
,TD:110/70 mmHg

Anda mungkin juga menyukai