Anda di halaman 1dari 22

Makalah Kimia Klinik

“Gangguan Fungsi Endoktrin”

Nama : Putri Zulaika

Nim : 18053

Tingkat : 3a

Dosen Pembimbing : Sholeha Rezekiyah, SKM.,M.Biomed

Poltekkes Kemenkes Jambi

D-III Analis Kesehatan

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur  saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas
segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan judul “Gangguan Fungsi Endoktrin”

Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini  semoga Tuhan
senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

            Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
perbaikan dan kelengkapan  penyusunan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua .

Jambi, 14 Oktober 2020

Putri Zulaika

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i


DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................................. 2
D. Manfaat................................................................................................................ 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Endoktrin ................................................................................................. 3
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin.............................................................. 4
C. Sistem Hormon ................................................................................................... 5
D. Manifestasi Sistem Endoktrin.............................................................................. 6
E. Gangguan Sistem Endoktrin................................................................................ 8
F. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 18
B. Saran.................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans untuk
digunanakn di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap
beredar dan bekerja didalam tubuh. Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan
fungsi tubuh dan metabolisme tubuh, jika terjadi ganguan endokrin akan
menimbulkanmasalah yang kompleks.
Kelenjar tiroid termasuk salah satu kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia, terletak tepat dibawah laring dan berada disebelah depan dari trakea. Kelenjar
ini menghasilkan dua hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), hormon
tersebut berperan dalam mengatur metabolisme tubuh. Pembentukan hormon tiroid
diatur oleh Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior.
Kelainan tiroid merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami perubahan
fungsi maupun perubahan bentuk estetik dari kelenjar tiroid. Perubahan fungsi dari
kelenjar tiroid dapat berupa hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Sebagian besar dari
kelainan tiroid merupakan pembesaran kelenjar yang dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu pembesaran dalam bentuk difus (pembesaran kelenjar yang merata) atau
bentuk nodul (pembesaran kelenjar berupa benjolan).
Kelainan pada kelenjar tiroid dapat berupa pembesaran kelenjar yang bersifat
jinak maupun ganas. Untuk kasus yang jinak seperti pada nodul koloid, tiroiditis
Hashimoto, kista hemoragik, adenoma folikulare dan tiroiditis subakut. Sedangkan yang
ganas yaitu pada karsinoma papilare, karsinoma folikulare, karsinoma anaplastik,
karsinoma medulare, atau metastasis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem endokrin ?
3. Apa pengertian dan fungsi dari hormon T3, T4, TSHs ?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari sistem endokrin ?
5. Apa saja penyakit-penyakit dan gangguan dari sistem endokrin ?

1
6. Bagaimana proses penyebaran atau patogenesis dari penyakit sistem endokrin ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem endokrin
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem endokrin
3. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi dari hormon T3, T4, TSHs
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari sistem endokrin
5. Untuk mengetahui penyakit-penyakit dan gangguan dari sistem endokrin
6. Untuk mengetahui proses penyebaran atau patogenesis dari penyakit sistem
endokrin

D. Manfaat
Pembuatan dari makalah ini, baik bagi penulis maupun pembaca sebagai sarana
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai beberapa hal mengenai Gangguan
fungsi Hati.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Endoktrin
Kelenjar endokrin adalah kumpulan/sejumlah kelenjar yang fungsi utamanya
menghasilkan hormon kemudian melepaskan hormon tersebut langsung kedalam aliran
darah.
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati
duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Sedangkan hormon adalah zat kimia yang di lepaskan kedalam darah yang
mempengaruhi kegiatan di dalam sel. Hormon merupakan zat kimia yang bersifat
kalatalis (pengubah), di mana hormon tidak mengalami perubahan dalam zatnya, jika
sedang mengubah komposisi-komposisi dalam sel. Hormon berperan sebagai pembawa
pesan untuk mengkoordinasikan sejumlah kegiatan berbagai organ tubuh.
Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon
(hormon tunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam
hormon atau hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang
lain.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino
dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang
merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu
respon tubuh yang sangat luas.
Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara
hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada
akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan, diataranya:
1) Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan
dan ciri-ciri seksual.
2) Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan
energy.

3
3) Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam
darah.
Beberapa jenis hormon hanya mempengaruhi satu atau jenis kinerja organ, tetapi
pada hormon lainnya dpat mempengaruhi seluruh kinerja tubuh. Contoh hormon TSH
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya mempengaruhi kelenjar tiroid.
Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi hormon ini
mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pulau pankreas dan
mempengaruhi metabolisme gula, protein serta lemak di seluruh tubuh.
Dalam banyak hal, organisasi fungsional dari sistem saraf paralel dengan sistem
endokrin. Refleks endokrin dipicu oleh:
1) stimulus humoral (perubahan komposisi cairan ekstraselular,
2) stimulus hormonal dan
3) stimulus neural.
Pada banyak kasus refleks endokrin dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatif
dimana stimulus memicu produksi hormon yang secara langsung atau tidak langsung
memberikan pengaruh mengurangi intensitas stimulus. Refleks endokrin yang lebih
kompleks melibatkan 1 atau lebih tahapan dengan 2 atau lebih hormon

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau
gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh
kapiler. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan
kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya
dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh
sistem saraf. Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak
melaui saluran, tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya
hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek

4
hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran
khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah. Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar
endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin
murni artinya hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal,
kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar  paratiroid, kelenjar adrenal
suprarenalis, dan kelenjar timus.
C. Sistem Hormon
Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk hormon
tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini merupakan asam amino dengan
sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino.
1. Tiroksin (T4)
Hormon tiroksin (T4) mengandung empat atom iodium dalam setiap molekulnya.
Hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-
sel kelenjar tiriod; pelepasannya ke dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan. Kurang
lebih 75% hormon tiroid terikat dengan globulin pengikatprotein (TBG; thyroid-binding
globulin). Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan terikat dengan albumin dan
prealbumin pengikat tiroid.
Bentuk T4 yang terdapat secara alami dan turunannya dengan atom karbon asimetrik
adalah isomer L. D-Tiroksin hanya memiliki sedikit aktivitas bentuk L.
Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma,
diantaranya :
a. Globulin pengikat tiroksin (tbg).
b. Prealbumin pengikat tiroksin (tbpa).
c. Albumin pengikat tiroksin (tba).
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang paling spesifik.
Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini di
bandingkan dengan triiodotironin.
Secara normal 99,98% T4 dalam plasma terikat atau sekitar 8 µg/dL (103
nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2ng/dL. Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin.
Waktu paruh biologiknya panjang (6-7 hari), dan volume distribusinya lebih kecil jka

5
dibandingkan dengan cairan ekstra seluler (CES) sebesar 10L, atau sekitar 15% berat
tubuh.

2. Triiodotironin (T3)
Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung
molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya mengandung tiga atom iodium
saja dalam setiap molekulnya.
Hormon tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer melalui deiodinasi T4. Hormon
triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin (T4). T4 dan T3 disintesis di
dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul-molekul tirosin yang terikat pada
linkage peptida dalam triglobulin. Kedua hormon ini tetap terikat pada triglobulin
sampai disekresikan.
Triiodotironin mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap protein pengikat
TBG dibandingkan dengan tiroksin, menyebabkan triiodotironin lebih mudah berpindah
ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktivitas metabolik
triiodotironin lebih besar.T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT)
dengan diidotirosin (DIT).
Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa beriodium untuk T3
adalah 7%. Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 4 µg (7 nmol) T3. Kadar T3
plasma adalah sekitar 0,15 µg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15 µg/dL yang secara normal
terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam keadaan bebas. Sisa 99,8%
terikat pada protein, 46% pada TBG dan sebagian besar sisanya pada albumin, dengan
pengikatan transtiretin sangat sedikit.
D. Manifestasi Sistem Endoktrin
Kelenjar endokrin adalah kumpulan/sejumlah kelenjar yang fungsi utamanya
menghasilkan hormon kemudian melepaskan hormon tersebut langsung kedalam aliran
darah.
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati
duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.

6
Sedangkan hormon adalah zat kimia yang di lepaskan kedalam darah yang
mempengaruhi kegiatan di dalam sel. Hormon merupakan zat kimia yang bersifat
kalatalis (pengubah), di mana hormon tidak mengalami perubahan dalam zatnya, jika
sedang mengubah komposisi-komposisi dalam sel. Hormon berperan sebagai pembawa
pesan untuk mengkoordinasikan sejumlah kegiatan berbagai organ tubuh.
Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon
(hormon tunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam
hormon atau hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang
lain.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino
dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang
merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu
respon tubuh yang sangat luas.
Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara
hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada
akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan, diataranya:
1) Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan
dan ciri-ciri seksual.
2) Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan
energy.
3) Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam
darah.
Beberapa jenis hormon hanya mempengaruhi satu atau jenis kinerja organ, tetapi
pada hormon lainnya dpat mempengaruhi seluruh kinerja tubuh. Contoh hormon TSH
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya mempengaruhi kelenjar tiroid.
Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi hormon ini
mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pulau pankreas dan
mempengaruhi metabolisme gula, protein serta lemak di seluruh tubuh.
Dalam banyak hal, organisasi fungsional dari sistem saraf paralel dengan sistem
endokrin. Refleks endokrin dipicu oleh:
1) stimulus humoral (perubahan komposisi cairan ekstraselular,

7
2) stimulus hormonal dan
3) stimulus neural.
Pada banyak kasus refleks endokrin dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatif
dimana stimulus memicu produksi hormon yang secara langsung atau tidak langsung
memberikan pengaruh mengurangi intensitas stimulus. Refleks endokrin yang lebih
kompleks melibatkan 1 atau lebih tahapan dengan 2 atau lebih hormon

E. Gangguan sistem endoktrin


Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu banyak atau
terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut ketidakseimbangan hormon.
2. Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam sistem
endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi tingkat hormon penyakit.
Sistem umpan balik endokrin yang membantu mengontrol keseimbangan hormon
dalam aliran darah. Sebuah ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem
umpan balik memiliki kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam
aliran darah, atau jika tubuh tidak membersihkan mereka keluar dari aliran darah
dengan benar.
Jenis-Jenis Gangguan Endokrin
Ada berbagai jenis gangguan endokrin. Diabetes adalah gangguan endokrin yang
paling umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan endokrin lainnya meliputi:
1. Dwarfisme
Gejala hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada masa anak-anak yang
menyebabkan cebol. Seorang manusia dewasa dikatakan mengalami dwarfisme bila
tinggi badannya hanya mencapai kisaran 147 cm atau lebih pendek. Kondisi ini lebih
sering disebut dengan perawakan tubuh yang pendek dibandingkan penyebutan
dwarfisme atau dwarf karena dianggap mendiskriminasi kondisi penderita.
a. Komplikasi
Dwarfisme memiliki beberapa komplikasi yang umum terjadi akibat kondisi ini,
misalnya pada kehamilan. Perempuan hamil yang memiliki kondisi dwarfisme
disproporsional cenderung mengalami gangguan pernapasan selama masa kehamilan.

8
Prosedur kelahiran Caesar juga seringnya diharuskan bagi perempuan dengan kondisi
seperti ini, karena bentuk dan ukuran tulang panggul yang membuat melahirkan secara
normal menjadi berisiko tinggi.
b. Pengobatan
Mengobati dwarfisme bisa melibatkan berbagai macam dokter spesialis, sesuai
dengan kondisi penderita kondisi ini. Kebanyakan perawatan dwarfisme tidak bisa
memperbaiki postur tubuh. Perawatan dilakukan untuk mengurangi gangguan yang
muncul akibat komplikasi dari kondisi ini. Beberapa pilihan perawatan yang ada, yaitu
terapi hormon.
Terapi hormon. Sebuah hormon sintetis akan disuntikkan untuk membantu
hormon pertumbuhan yang kurang pada penderita dwarfisme. Suntik hormon ini
dilakukan hingga beberapa kali selama masa remaja, setidaknya hingga tinggi badan
maksimum dari tinggi rata-rata di keluarga pasien tercapai. Selain tinggi badan, suntikan
juga dilakukan untuk memastikan tubuh dapat tumbuh sesuai dengan kapasitas
pertumbuhan yang seharusnya. Perawatan ini dapat dilengkapi dengan terapi hormon
lain, misalnya hormon estrogen bagi penderita sindrom Turner.
2. Gigantisme (acromegaly)
Gigantisme (acromegaly) adalah Gangguan endokrin yang terjadi karena
kelebihan growth hormone sebelum pubertas. Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan
hormon pertumbuhan berlebihan pada masa anak-anak dan remaja (sebelum pubertas).
Jika kelenjar pituitary memproduksi hormon pertumbuhan terlalu banyak, tulang anak
dan bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan
terlalu rendah, seorang anak bisa berhenti tumbuh di ketinggian.
a. Komplikasi
Gigantisme yang tidak ditangani atau tindakan pengobatan dengan prosedur
operasi dapat menyebabkan menurunnya hormon kelenjar hipofisis lainnya sehingga
penderita berisiko terhadap penyakit-penyakit tertentu, seperti berkurangnya sekresi
hormon atau kegiatan fisiologis pada ovarium atau testis (hipogonadisme), retardasi
pertumbuhan dan perkembangan mental pada anak dan dewasa sebagai akibat rendahnya
aktivitas kelenjar tiroid (hipotiroidisme), insufisiensi adrenal, dan kasus langka diabetes
insipidus.

9
b. Pengobatan
Banyaknya hormon pertumbuhan penyebab gigantisme dapat ditangani dengan
cara mengendalikan produksinya. Bagaimanapun juga, belum ada terapi pengobatan yang
sukses mengontrol produksi hormon pertumbuhan secara stabil. Untuk tumor kelenjar
pituitari, tindakan operasi transsphenoidal bisa dilakukan sebagai upaya pengobatan
pertama.
3. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)
Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti obesitas, impaired
glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang berakibat pada
berlebihnya rasio serum hormon kortisol.
Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol) dan hormon
androgen serta aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom cushing bisa terjadi pada
orang, terutama anak-anak, yang mengambil dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit
Chusing yang ditandai dg kelebihan kortikotropin yg diproduksi oleh kelejar hipofisis
(80% kasus).
a. Pengobatan
Pengobatan sindrom Cushing dilakukan dengan cara menangani faktor yang
mendasarinya. Apabila lonjakan jumlah hormon kortisol secara tidak wajar di dalam
tubuh disebabkan oleh efek samping penggunaan kortikosteroid, maka dokter dapat
menurunkan dosis atau bahkan menghentikan penggunaan dan menggantinya dengan
obat lain.
Namun jika hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa sindrom Cushing
disebabkan oleh tumor yang bersarang di dalam kelenjar adrenal atau hipofisis, maka
salah satu penanganan yang mungkin dilakukan adalah prosedur operasi untuk
mengangkat tumor tersebut atau pengobatan lainnya untuk menyusutkannya, misalnya
radiasi atau pemberian obat-obatan.
4. Goiter (gondok)
Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun hiperfungsi tiroid.
Penyakit gondok adalah kondisi dimana terjadi pembengkakan kelenjar tiroid. Kelenjar
tiroid adalah organ berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat di bawah jakun. Kelenjar ini

10
memiliki fungsi penting, yaitu untuk memroduksi hormon tiroid yang berperan dalam
berbagai proses-proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh.
Pada kondisi normal, kinerja kelenjar tiroid cenderung tidak kita sadari sama
seperti organ-organ dalam yang lain. Tetapi jika terjadi pembengkakan, kelenjar tiroid
akan membentuk benjolan pada leher. Benjolan ini akan bergerak naik dan turun saat
anda menelan.
a. Jenis-jenis
Terdapat dua jenis gondok, yaitu gondok difus dan nodul. Pengelompokan ini
berdasarkan tekstur benjolannya. Benjolan pada gondok difus terasa mulus saat disentuh.
Sementara pada gondok nodul, benjolan terasa tidak rata dan bergumpal. Permukaan
yang tidak rata tersebut disebabkan oleh adanya satu atau lebih benjolan berukuran kecil
atau apabila terdapat cairan dalam benjolan.
b. Gejala
Tidak semua penderita gondok mengalami gejala. Namun apabila terjadi gejala ,
maka munculnya benjolan abnormal atau pembengkakan pada leher adalah tanda utama
yang akan dikeluhkan oleh pasien.
Ukuran benjolan gondok berbeda-beda pada tiap penderita. Benjolan yang
berukuran kecil biasanya tidak akan menimbulkan keluhan apapun. Meski demikian,
benjolan tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta menyebabkan penderita sulit
menelan jika ukurannya bertambah besar.
Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai pembengkakan meliputi tenggorokan
yang terasa membengkak, perubahan suara (misalnya menjadi serak), batuk-batuk, serta
kesulitan bernapas dan menelan.
c. Komplikasi
Apabila terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan baik, gondok mungkin
dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti:
Penekanan pita suara (trakea). Hal ini dapat terjadi apabila gondok berukuran cukup
besar sehingga menekan jaringan sekitarnya, terutama trakea. Selain suara menjadi serak,
pasien juga dapat mengalami kesulitan bernapas.
d. Pengobatan
1) Obat penurun hormon tiroid

11
Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid dengan menghambat proses
produksinya. Obat ini digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme. Efek sampingnya
meliputi mual, nyeri pada sendi, ruam ringan, serta penurunan jumlah sel darah putih
secara mendadak.
2) Terapi penggantian hormon
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme dengan menggantikan
hormon tiroid dan umumnya harus dijalani seumur hidup. Contoh obatnya adalah
levothyroxine.
3) Terapi yodium radioaktif
Terapi ini juga termasuk penanganan untuk hipertiroidisme. Yodium radioaktif
yang dikonsumsi akan menghancurkan sel-sel tiroid. Metode pengobatan ini terbukti
dapat mengecilkan ukuran benjolan, tapi juga bisa memicu hipotiroidisme.
4) Langkah operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu pernapasan dan menyebabkan
penderita sulit menelan umumnya ditangani dengan operasi. Langkah ini akan dilakukan
dengan tiroidektomi, yaitu prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
Prosedur ini juga disarankan bagi penderita yang diduga memiliki benjolan tiroid yang
mengandung sel-sel kanker.
5. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid (PTH), hormon asam
amino polipeptida. Perubahan patologis yang terjadi akibat hiperparatiroidisme adalah:
tulang mudah patah.
a. Pengobatan
Di langkah awal penanganan, dokter biasanya menyarankan untuk menunggu dan
melihat kondisi pasien selama beberapa waktu. Hal ini terutama dilakukan jika kadar
kalsium hanya meningkat sedikit, tidak ada kerusakan pada ginjal, dan tidak ada gejala
lain yang perlu diterapi.
Pengobatan hiperparatiroidisme tergantung dari jenisnya. Pada kasus
hiperparatiroidisme primer yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh tumor jinak
adenoma, pengobatan yang paling efektif adalah melalui operasi pengangkatan tumor

12
tersebut dari kelenjar paratiroid. Selain itu, dokter juga kadang-kadang akan memberikan
obat penurun kadar kalsium yang disebut bisphosphonate melalui infus.
Jika Anda penderita hiperparatiroidisme primer, bukan berarti Anda harus
menghindari makanan yang mengandung kalsium sepenuhnya. Yang harus Anda hindari
adalah makanan-makanan berkadar kalsium tinggi. Tidak mengonsumsi kalsium justru
bisa menyebabkan tulang mengalami defisiensi kalsium dan akhirnya memicu
osteoporosis. Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk minum air putih dalam jumlah yang
cukup agar tubuh tidak dehidrasi.
6. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak memproduksi
hormon tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi.
Kelenjar kurang aktif dapat menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak.
Beberapa jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan akibat hipotiroidisme
adalah Kretinisme.
a. Pengobatan
Pengobatan penyakit melibatkan kurangnya kompensasi untuk hormon
tiroid.Dokter mengatur sebuah formulasi tablet tertentu.Hormon - T4 (L -tiroksin,
eutiroks) - hormon tiroid sintetis asal digunakan dalam produk praktek terbuat dari
kelenjar tiroid hewan yang telah dikeringkan sebelumnya.Tapi dia tidak dianggap ideal,
karena tidak mungkin untuk benar-benar diukur.Dalam setiap tablet mungkin nomor yang
berbeda dari T3 hormon.
Lansia untuk memulai dosis lemah diresepkan hormon tiroid, sebagai dosis tinggi
hormon dapat menyebabkan efek samping ireversibel. Meningkat dosis dokter secara
bertahap, memastikan bahwa thyroid-stimulating hormone dalam darah kembali normal.
Obat pasien tersebut menerima hidup.Jika koma, hormon ini diberikan secara intravena.

7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak, menyebabkan penurunan
berat badan, denyut jantung yang cepat, berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum

13
untuk tiroid yang terlalu aktif adalah suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit
Grave.
a. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan terhadap penderita hipertiroidisme bergantung pada faktor
usia, gejala yang dialami, dan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dalam
darah. Di bawah ini adalah jenis pengobatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi
hipertiroidisme, yaitu:
1) Thionamide
Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk menekan produksi
hormon tiroksin dan triiodotironin. Contoh obat-obatan thionamide adalah carbimazole
dan propylthiouracil. Obat ini perlu dikonsumsi sekitar 1-2 bulan agar bisa dilihat
perubahan pada kondisi hipertiroidisme.
Dosis obat ini akan diturunkan secara perlahan setelah produksi hormon oleh kelenjar
tiroid bisa dikendalikan. Efek samping yang jarang terjadi akibat obat ini adalah sakit
persendian dan ruam kulit yang gatal. Risiko mengalami hipotiroidisme (kelenjar tiroid
yang kurang aktif) akibat pengobatan ini lebih kecil dibandingkan radioterapi.
2) Radioterapi Radioiodine adalah sejenis prosedur radioterapi untuk mengobati
hipertiroidisme. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid akan berkurang ketika
iodine radioaktif (dalam tingkat rendah dan tidak berbahaya) menyusutkan
kelenjar tiroid. Pengobatan radioiodine dapat konsumsi dalam bentuk obat cair
atau kapsul.
3) Beta-blocker diberikan setelah produksi hormon kelenjar tiroid bisa dikendalikan
oleh thionamide. Efek samping yang paling umum akibat obat ini adalah mual,
kaki dan tangan menggigil, insomnia, dan selalu merasa lelah.
4) Operasi tiroid Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi disebut
parsial jika hanya sebagian yang diangkat dan total jika seluruhnya jaringan
kelenjar diangkat. Berikut ini adalah beberapa alasan perlu dilakukannya prosedur
operasi pengangkatan kelenjar tiroid, yaitu:
5) Jika hipertiroidisme muncul kembali setelah sebelumnya menjalani penanganan
dengan thionamide.
6) Terjadi pembengkakan yang cukup parah pada kelenjar tiroid.

14
7) Tidak bisa dilakukan pengobatan radioiodine karena sedang hamil atau menyusui,
serta tidak bisa dan/atau tidak mau melewati prosedur pengobatan dengan
thionamide.
8) Pasien menderita gejala mata yang parah akibat penyakit Graves.
9) Untuk menghilangkan kemungkinan kambuh atau muncul kembali, disarankan
untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid yang ada. Mereka yang menjalani
operasi tiroidektomi total diharuskan mengonsumsi obat-obatan seumur hidup
untuk mengatasi hilangnya fungsi kelenjar tiroid di dalam tubuh.
10) Komplikasi Akibat Hipertiroidisme
11) Jika Anda menderita hipertiroidisme dan tidak ditangani, Anda berisiko
mengalami komplikasi. Berikut ini beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:
12) Oftalmopati Graves. Gangguan mata ini disebabkan oleh penyakit Graves. Gejala
yang bisa muncul adalah mata kering atau mengeluarkan air mata berlebihan,
penglihatan kabur dan sensitivitas berlebihan terhadap cahaya.
13) Keguguran dan eklampsia. Wanita hamil dengan riwayat penyakit Graves atau
yang menderita hipertiroidisme lebih berisiko mengalami komplikasi seperti
keguguran, eklampsia (kejang-kejang pada masa kehamilan), kelahiran prematur,
dan bayi dengan berat badan rendah.
14) Hipotiroidisme. Dampak dari pengobatan terhadap hipertiroidisme adalah kelenjar
tiroid menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroksin dan triiodotironin. Sebagai
akibatnya, terjadilah hipotiroidisme. Beberapa gejala hipotiroidisme adalah
kelelahan berlebihan, konstipasi dan peningkatan berat badan.
15) Badai tiroid. Ini adalah kondisi munculnya gejala yang parah dan tiba-tiba akibat
sistem metabolisme yang berjalan terlalu cepat. Ini bisa terjadi ketika
hipertiroidisme tidak ditangani atau tidak terdiagnosis. Selain itu, badai tiroid bisa
terjadi karena beberapa hal, misalnya infeksi, kehamilan, tidak mengonsumsi obat
sesuai anjuran dokter, dan kerusakan kelenjar tiroid akibat cedera pada leher. Ini
adalah kondisi darurat, maka jika Anda mencurigai ada orang di sekitar Anda
yang mengalaminya, segera bawa ke rumah sakit terdekat. Beberapa gejalanya
adalah nyeri dada, diare, demam, menggigil, berhalusinasi dan sakit kuning.

15
16) Gangguan jantung. Komplikasi yang serius dari hipertiroidisme berkaitan dengan
gangguan jantung, seperti detak jantung cepat, kelainan ritme jantung, dan gagal
jantung kongestif.
17) Osteoporosis atau tulang rapuh. Kekuatan tulang bergantung kepada jumlah
kalsium dan mineral lain di dalamnya. Tubuh akan kesulitan memasukkan
kalsium ke dalam tulang ketika terganggu dengan banyaknya hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid.

F. Pemeriksaan Endoktrin
Terdapat berbagai macam pemeriksaan endokrin. Beberapa jenis tes yang umum
meliputi:
1. Tes darah
Tes darah merupakan prosedur pemeriksaan awal untuk mengevaluasi
kadar senyawa tertentu dalam tubuh pasien. Tindakan medis ini dilakukan dengan
cara:
a. Petugas medis akan mencari pembuluh darah vena mana pada bagian lengan yang
terlihat paling jelas, biasanya di bagian dalam lipat siku.
b. Tali elastis lalu dipasangkan di lengan atas pasien agar darah terkumpul dan vena
mudah ditemukan.
c. Pasien bisa diminta untuk mengepalkan tangan supaya pembuluh darah vena lebih
tampak.
d. Petugas medis kemudian membersihkan area pengambilan darah dengan cairan
antiseptik untuk mencegah infeksi.
e. Jarum kemudian ditusukkan pada vena pasien.
f. Tabung khusus akan dipasang di belakang jarum untuk menamppung darah.
g. Saat jumlah darah sudah cukup, jarum akan dilepaskan.
h. Lokasi penusukan lalu dibersihkan dan ditutup dengan plester steril.
i. Tabung bersisi sampel darah pasien akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis
lebih lanjut.
2. Pencitraan

16
Pada penyakit endokrin tertentu, dibutuhkan pemeriksaan pencitraan. Tes
ini bertujuan memastikan diagnosis dan dilakukan dengan langkah-langkah
berikut:
a) USG

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi massa atau cairan pada jaringan lunak. USG
umumnya disarankan guna mengevaluasi nodul tiroid dan pembesaran kelenjar getah bening di
leher, serta mengidentifikasi pembesaran kelenjar paratiroid.

b) Endoscopic ultrasound

Endoscopic ultrasound menggunakan alat bernama endoskop untuk mendeteksi masalah


pada organ endokrin, khususnya pankreas. Endoskop memiliki lampu dan kamera di ujungnya
agar dokter bisa melihat kondisi organ secara langsung.

c) CT scan

CT scan akan memberikan gambar struktur organ endokrin yang lebih jelas daripada
USG. Pasien bisa berbaring atau duduk selama proses ini berlangsung, tergantung pada bagian
tubuh yang diperiksa.

d) Sestamibi scan

Pemeriksaan ini menggunakan zat pewarna radioaktif guna mendeteksi pembesaran


kelenjar paratiroid. Pewarna akan disuntikkan ke dalam pembuluh darah pasien, lalu pemindaian
akan dilakukan.

e) PET scan

PET scan menggunakan zat kontras khusus yang keberadaannya dapat dilacak di dalam
tubuh ketika dan diserap oleh beberapa jaringan atau organ.

f) Octreoscan

Octreoscan menggunakan obat octreotide. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan untuk


mendeteksi tumor karsinoid dan tumor pankreas.

g) Meta iodo benzo guanidine scan

17
MIBG scan bertujuan mendeteksi feokromositoma dan paraganglioma, serta kanker yang
telah menyebar ke organ tubuh lain.

3. Biopsi

Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel, baik jaringan maupun cairan. Pada
pemeriksaan endokrin, biopsi yang dilakukan biasanya adalah fine needle
aspiration (FNA).Di Indonesia, FNA lebih dikenal dengan istilah biopsi jarum halus
(BJH). Pada biopsi jenis ini, jarum berukuran tipis ditusukkan ke dalam area yang akan
diperiksa. Misalnya, di nodul kelenjar tiroid.

Pemeriksaan endokrin bisa memberikan hasil normal atau tidak normal


(abnormal). Pada  tes laboratorium, hasil dikatakan tidak normal bila angkanya di luar
rentang nilai ideal yang sudah ditentukan.Sedangkan pada pencitraan, hasil tes dikatakan
tidak normal ketika gambar menunjukkan adanya massa abnormal atau kelainan tertentu
pada organ endokrin yang diperiksa.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistemsaraf, mengontrol dan memadukan


fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu.
Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin),
payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan
sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin termasuk :
1. Pulau Langerhans pada Pankreas
2. Gonad (ovarium dan testis)

18
3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus
Organ endokrin yang terdapat, yaitu Kelenjar Hipofisis, Kelenjar Tiroid dan
paratiroid,Kelenjar Suprarenal, kortex dan medulla, dan Kelenjar Timus dan biasanya juga
badan Pineal.
Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3)
mengandung tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan
dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon
yang lebih aktif daripada T4.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin. Pemeriksaan Laboratorium dan Interpretasi pada GR. 2011. Jakarta

Sari, Mutiara, Indah. Hormon Tiroid. 2007. Universitas Sumatra Utara: Medan

Wirawan, Riadi. Hormon Tiroid. 1983. Biomedika: Jakarta

http://panduan-pemeriksaan-laboratorium.blogspot.co.id/2013/10/pemeriksaan-tiroid.html?m=1
diunduh pada tanggal 14 Oktober 2020

http://sawittoku.blogspot.co.id/2012/07/makalah-pemeriksaan-laboratorium.html?m=1 diunduh
pada tanggal 14 Oktober 2020

19

Anda mungkin juga menyukai