Anda di halaman 1dari 11

NAMA: SOVI APRILLIA MARDIA

NIM : 18046184
MATKUL: SEJARAH KONTEMPORER

Perkembangan Poltik serta Strategi Perjuangan Untuk Mempertahankan


Kemerdekaan Indonesia

A. Pemberontakan PKI Madiun

Penyebab pemberontakan ini bisa jauh diliha ketika presiden Soekarno menunjuk Amir
Syarifuddin untuk membentuk kabinet. Amir dikirim untuk kemudian dilaksanakan
perundingan dengan Belanda diatas kapal perang milik Amerika Serikat, USS. Renville saat
lego jangkar di Tanjung Periok, pada 8 Desember 1947. Meskipun di nilai banyak Pihak
merugikan bangsa Indonesia dan dianggap kemenangan telak diplomasi Belanda, faktanya
perjanjian renville tetap ditanda tangani tanggal 17 Januari 1948. Hal inilah yang membuat
partai masyumi dan PNI berbalik mengecam nya dan menarik menteri-menteri parpol dan
koalisi dari Kabinet. Dalam hal ini keadaan sosial dan ekonomi di Jawa Tengah danJawa
Timur seperti Madiun menjadi memburuk ketika Agresi Militer Belanda I terjadi dengan
blockade Yang dilakukan oleh Belanda. Harga-harga melambung tinggi, wabah penyakit
menyebar dimana-mana, pemuda di front tidak mendapat logistic karena sulit.

Sesudah Kabinet Amir Syarifuddin jatuh, presiden Soekarno menunjuk wakil presiden
Moh.Hatta untuk membentuk kabinet baru. Akhirnya pada tanggal 31 januari 1948 Kabinet
Hatta diumumkan dengan Hatta sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan.
Kabinet ini didukung oleh Masyumi, PNI, partai khatolik, dan parkindo. Amir Syarifuddin
yang tersingkir dari pemerintahan melancarkan oposisi terhadap Kabinet Hatta. Di Madiun,
Ia membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang merupakan gabungan partai dan
organisasi kiri, yakni Partai Sosialis (PS), Partai Komunis Indonesia (PKI), Pemuda Sosialis
Indonesia (Pesindo), Serikat organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), dan Barisan Tani
Indonesia (BTI). FDR di Madiun dipimpin oleh Soemarno, pemimpin Pesindo dan Ketua
BKPRI. FDR menuntut agar kabinet Hatta dibubarkan, diganti dengan kabinet parlementer.
Mereka juga menuntut agar persetujuan Renville yang justru diarsiteki oleh Amir Syarifuddin
,dibaltalkam, perundingan dengan Belanda dihentikan, dan semua milik asing di
nasionalisasikan tanpa ganti rugi.

Menurut Soemarno, FDR mempunyai pegaruh yang luar biasa di Madiun dibandingkan
dengan daerah-daerah lain karena FDR di daerah ini mempunyai pasukan bersenjata. Setelah
gagal menjatuhkan kabinet dengan memanfaatkan program nasional, pada bulan juli itu juga
FDR menyusun program sendiri yang mereka sebut “Menginjak Tingkat Perjuangan Militer
Baru”. Program ini ada dua tahap, yang pertama adalah Tahap parlementer denngan cara
mempengaruhi BP KNIP agar mengeluarkan mosi untuk menjadikan program nasional
sebagai program pemerintah yang harus dijalankan oleh kabinet parlementer. Tahap kedua
yang berarti penggunaan kekerasan untuk merebut pemerintahan akan dilaksanakan jika
tahap pertama gagal. Untuk melaksanakannya FDR melakukan persiapan. Mereka menarik
pasukan mereka yang terkabung dalam TNI dan garis depan, memindah kan pasukan
kedaerah yang dianggap basis dan meninggalkan daerah yang tidak mungkindi pertahankan
lagi, mereka juga membentuk tentara rakyat sebagai tambahan kekuatan dan menarik
pasukan mantan laskar yang tergabung dalam TNI. Termasuk pula persiapan menjadikan
daerah Madiun sebagai pangkalan gerilya untuk jangka panjang dan Solo sebagai daerah
kacau.

Pada tanggal 19 September 1948, kabinet Hatta memutuskan untuk menghadapi dengan
kekuatan senjata. Di Yogya dilakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PKI, antara lain, Ir.
Sakirman, Abdulmadjid, dan Tan Ling Djie. Penangkapannya juga di markas besar SOBSI
dan BTI. Surat-surat kabar kiri, revolusioner, patriot, dan buruh dilarang terbit. Dan beberapa
wartawan seperti Gajus Siagian, ditangkap . Malam tanggal 19 September Soekarno
menyampaikan pidato radio ditambah satu batalion Mobiele Brigade Polisi. Pada tanggal 30
September 1948 pasukan TNI memasuki Madiun tanpa perlawanan dari pihak pemberontak.

B. Agresi Militer Belanda II

1. Perundingan pasca- renville

Salah satu program kabinet hatta dan merupakan progrm pertama ialah melanjutkan
perundingan indonesia belanda atasdasar persetujuan renville. Mr. Moh roem diangkat
sebagai ketua delegasi RI. Sedangkan delegasi belanda dipimpn oleh abdulkadir
widjojoatmojo. Pertemuan pertama antara kedua delegasi berlangsung di kliurang pada
tanggal 21 februari 1948. Dalam peremuan itu disepakati bahwa pertemuan pertemuan
berikutnya diadakan di dua tempat secara berganti-ganti yakni sekali tiga minggu di aliurang
dan jakarta.

. Pada tanggal 9 november 1948 hatta menyampaikan aide memoire, yang memuat hal-
hal berikut :

1. RI bersedia bekerja sama dengan belanda untuk membentuk pemerintah federal


sementara pada tanggal 1 desember 1948 dengan ketentuan sbb :

a. lembaga pemerintah federal sementara terdiri atas dewan menteri dibawah pimpina
seorang perdana menteri.

b. Dewan perwkilan sementara terdiri atas wakil-wakil negara bagian wakil-waki RI.

c. Dalam dewan federal jumlah wakil RI seperdua dari jumlah seluruh anggota.
2. Pemilihan umum untuk membentuk kontituante yang selanjutnya akan bertindak
sebagai parlemen, diadakan enam bulan setelah pemerintahan federal sementara
terbentuk. Konstituante yang akan memilih presiden.

3. Perwakilan RI diluar negeri ditampung oleh pemerintah federal sementara. 1.


(Sejarah nasional Indonesia jilid VI halaman 246).

Sebagai penutup dari nota tersebut pemerintah belanda menyatakan bhwa perundingn
di bawah KTN tidak berfaedah, krena pada hakikatnya RI tidak mau mengakui perjanian
gencatan senjata dan persetujuan renville. Pada tanggal 13 desember 1948 hatta menulis surat
kepada Cochran. Dalam surat itu dinyatakan bahwa RI bersedia menunda penyerahan
kedaulatan oleh belanda kepada negara indonesia serikat (NIS) walaupun sudah menyimoang
dari waktu yang ditetapkan sebelumnya yakni 1 januari 1949.

2. Reorganisasi dan Rasionalisasi Angkatan Perang

Rencana untuk melaksanakan reorganisasi dan rasionalisasi di lingkungan angkatan


perang lebih dikenal dengan istilah Rera diajukan dalam bentuk mosi oleh Z. Baharudin,
angota fraksi sayap kiri dalm KNIP pada tanggal 20 Desember 1947. Oleh karena dianggap
masuk akal hal tersebut disetujui KNIP. Mosi tersebut mengandung dua hal pokok. Pertama,
merasionalisasikan kesatuan , komando, dan pimpinan angkaan perang. Kedua, menteri
pertahanan diberi tanggung jawab atas semua kesalahan angkatan perang baik yang
menyangkut politik pertahanan maupun siasat militer.

3. Konsep Pertahanan

Dengan berakhirna pemberontakan PKI, Pimpinan angkatan perang mulai


memikirkan kembali kemungkinan serangan militer belanda. Berdasarkan perkiraan setelah
diterimanya persetujuan renville , belanda berusaha mengepung republik indonesia, secara
politis, ekonomis dan militer. Sebagai tanggapan atas tindakan bellanda ini pimpinan
angkatan perang menyusun konsep pertahanan RI. Adapun konsepsi npertahanan yang dianut
adalah konsep pertahanan rakyat semesta. Yang artinya pelaksanaan perang bukan hanya
semata-mata untuk angkatan perang melainkan oleh seluruh rakyat dengan dengan angkatan
perang sebagai intinya. Namun konsepsi ini baru dijabarka dalam tingkat politis dan belum

1
dijabarkan secara nyata. Penjabaran tersebut didasarkan pada pengalaman menghadapi
belanda dalam agresi militer 1.

4. Serangan ke Ibu Kota Yogyakarta

Seperti yang kita ketahui pada peundingan lanjutan renville tidak terdapat titik temu
antara delegasi Belanda, hal ini menyebabkan bangsa belanda kehilangan kesabaran dan akal
sehat. pada tanggal 13 desember 1948 J.A Sassen yang pada masa itu menjbt sebagai menteri
daerah seberang lautan menyampaikan perintah kepada wakil tinggi mahkota belanda Dr.
L.J.M. Beel untuk melanarkan aksi milier yang dimlai pada 17 Desember. Akan tetapi, isi
surat yang ditulis oleh hatta yang dikawatkan oleh Elink Schuurman (keu delegasi belanda
pada masa itu) diterima oleh pemerintah belanda di Den Haag. Dalam surat itu hatta sendiri
menyatakan bahwa Ri sudah cukup banyak memberikan konsesi kepada belanda. RI bersedia
menunda penyerahan kedaulatan oleh belanda kepada NIS sampai waktu yang akan
ditetapkan kemudian, walaupun sudah menyimpang dari tanggal yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Hatta juga menyatakan bahwa RI Bersedia mengakui kedaulatan belanda selama
masa peralihan ..

5. Gerilya dan pemerintah militer.

Dengan adannya pemerinahan militer, perjuangan dapat lebih terkoordinasi dan aksi-
aksi gerilya dapat lebih ditingkatkan. Serangan tidak lagi ditujukan hanya erhadap pos-pos
belanda yang terpencil atau penghadang terhadap konvoi-konvoi. Akan tetapi, perang gerila
bukanlah perang yang menentukan. Kemenangan dalam perang hanya dapa dicapai melalui
gerakan ofensif reguler. Untuk mencapai ke tahap itu tentara gerilya memerluka waktu yang
lama. Secara bertahap mereka harus menstranformasikan diri menjadi tentara reguler. Aksi-
aksi gerilya dihentikan oleh diplomasi

6. PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK INDONESIA (PDRI)

Mendengar berita bahwa tentara Belanda telah menduduki ibu kota Yogyakarta dan


menangkap sebagian besar pimpinan Pemerintahan Republik Indonesia, tanggal 19 Desember
sore hari, Mr. Syafruddin Prawiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima Tentara dan
Teritorium Sumatra, mengunjungi Mr. Teuku Mohammad Hasan, Gubernur Sumatra/Ketua
Komisaris Pemerintah Pusat di kediamannya, untuk mengadakan perundingan. Malam itu
juga mereka meninggalkan Bukittinggi menuju Halaban, daerah perkebunan teh, 15 Km di
selatan kota Payakumbuh.
Dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI), dengan susunan sebagai berikut:

 Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/ Menteri


Penerangan/Menteri Luar Negeri ad interim
 Mr. T. M. Hassan, Wakil Ketua PDRI/Menteri Dalam Negeri/Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan/Menteri Agama,
 Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Keamanan/Menteri Sosial,
Pembangunan, Pemuda dan Pemburuhan
 Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan/Menteri Kehakiman,
 Ir. Mananti Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan,
 Ir. Indracaya, Menteri Perhubungan/Menteri Kemakmuran.
 Mardjono Danubroto, Sekretaris PDRI
 Letnan Jendral Sudirman , Panglima Besar Angkatan Perang
 Kolonel A.H Nasution, Panglima Tentara Teritorial Jawa
 Kolonel Hidayat, Panglima Tentara Teritorial Sumatera
 Kolonel Nazir, Kepala Staff Angkatan Laut
 Kolonel H. Sujono, Kepala Staff Angkatan Udara
 Komisaris Besar Polisi Umar Said menjadi, Keoala Jabatan Kepolisian Negara

 Yang hadir lainnya diangkat menjadi Staf PDRI. 2


Dengan demikian lengkaplah terbentuk susnan PDRI yang segera dikumandangkan ke
segenap pelosok Tanah Air dan Ke Luar Negeri dan sebaliknya. Perwira perwira muda yang
betul betul berjasa dalam menghadapi Belanda tanpa meminta balasan dan jasa. Selama lebih
kurang tujuh bulan PDRI memimpin perjuangan dan mempertahankan eksistensi RI dan pada
tanggal 13 Juli 1949 Syarifuddin mengembalikan mandate kepada Presiden Soekarno.

B. Roem Royen Statement- Konferensi Inter dan Antar Indonesia

1.Roem Royen Statemet

A.Jalan menuju perundingan

2
Mulai awal Maret perdebatan masalah Indonesia oleh dewan keamanan PBB
memasuki tahap penting. Mulanya Belanda masih bersikap keras terhadap DK PBB 28
Januari 1949 di antaranya:

1. Perintah gencatan senjata bagi kedua belah pihak yang bersengketa


2. Membebaskan tanpa syarat semua tawanan politik RI
3. Mengembalikan hak-hak politik dan pemerintahan RI ke Yogyakarta
4. pembentukan RIS melalui masa peralihan dan penyerahan kedaulatan kepada
Indonesia oleh Belanda.

Akan ada lagi perundingan atas inisiatif UNCI yang mempunyai tugas mendekatkan
dua belah pihak yang bersengketa yaitu Indonesia dan Belanda.Tetapi Soekarno dan Hatta
yang berada di tempat pengasingan di Bangka dan Sultan Hamengkubuwono XI yang berada
di Keraton Yogyakarta tetap menolak setiap perundingan yang keluar dari inisiatif para
federalis dalam BFO dan inisiatif Belanda.Usaha kedua belah pihak yang pertama dengan
maksud adanya perundingan Bangka_BFO tentang pelaksanaan pemerintahan interim atas
dasar undang-undang Belanda yang bernama BIO dan undangan KMB dalam bulan Maret
1949.Buat memenuhi janji Ratu Wilhelmina tanggal 7 Desember 1941, macam kontak
dengan Belanda dan berpegang teguh kepada politik nonkoperasi..

B.Perundingan di Jakarta Di Mulai

Perundingan di Jakarta dimulai dalam suasana pesimistis.para pejuang di kantong-


kantong gerilya sangat membenci dan mencurigai Muhammad Rum sebagai ketua pihak
bangsa, menyatakan pada permulaan perundingan bahwa tipis harapan tercapainya
persetujuan. Mengingatkan pada persetujuan Belanda yang begitu menguntungkan Belanda
dalam perjanjian Linggarjati dan Renville dan mengingat betapa sengsaranya rakyat
indonesia akan agresi militer Belanda ke-1 dan ke-2.

Pihak UNCI terutama wakil Amerika serikat sangat sibuk berusaha mendekatkan
kedua belah pihak. Juga ketua delegasi Belanda Van royen menunjukkan sikap manis
terhadap pihak republik dan selalu mengatakan bahwa ada harapan tercapai pendapat.Belanda
menyatakan kesediaannya mengembalikan pemerintahan Republik ke Yogyakarta dengan
syarat Republik lebih dahulu harus mengeluarkan perintah case fire dan bersedia turut serta
dalam KMB.sebaliknyaRepublik hanya bersedia membicarakan pengembalian pemerintahan
republik ke Yogyakarta.
C Tercapainya Persetujuan

Tanggal 6 Mei 1949 Ketua Delegasi Republik Indonesia, Mr. Mohammad Roem
bertolak ke Bangka untuk berkonsultasi dengan Presiden dan Wakil Presiden Soekarno-Hatta
yang tengah berada di pengasingan, Roem berupaya meminta persetujuan kepada kedua
pemimpin Republikmengenai naskah pernyataan yang telah disetujui bersama antara Mr.
Mohammad Roem dan Dr. J.H. van Roijen, atas bantuan Merle Cochran yang tengah
menjalankan tugasnya untuk melaksanakan ruling Dewan Keamanan LBB pada tanggal 23
Maret 1949.

Adapun Soekarno dan Hatta segera menyetujui rencana naskah pernyataan itu dan
Mohammad Roem memperolehwewenang untuk menandatangani naskah tersebut. Setelah
selesai melakukan konsultasi, maka pada hari itu juga Mr.Mohammad Roem kembali ke
Jakarta dan esok harinya dilangsungkanpenandatanganan naskah pernyataan hasil
perundinganitu. Akhirnya tercapai juga persetujuan pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal
dengan persetujuan Roem royen yaitu diantaranya:
Pihak delegasi republik Indonesia menyatakan kesediaannya untuk:

1. Mengeluarkan perintah kepada pengikut republik yang bersenjata untuk


menghentikan perang gerilya3
2. Bekerjasama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan
3. Turut serta dalam KMB di den Haag,dengan maksud untuk mempercepat penyerahan
kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada negara Indonesia serikat dengan tidak
bersyarat.

Sedangkan pihak delegasi pemerintahan Belanda menyatakan kesediaannya untuk:

1. Menyetujui kembali pemerintahan RI ke Yogyakarta


2. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan
politik
3. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang
dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948 dan tidak akan meluaskan negara atau
daerah dengan merugikan republik
4. Menyetujui adanya republik Indonesia sebagai bagian dari NIS

3
5. berusaha dengan sungguh-sungguh supaya KMB segera diadakan sesuai perintah
republik kembali ke Yogyakarta.

2.Konferensi inter dan antar Indonesia

A. Konferensi inter Indonesia

Pada tanggal 14 April 1949 BFO mengadakan rapat untuk membahas rencana
penyerahan kedaulatan Belanda kepada bangsa Indonesia dan untuk menindaklanjutihasil
kerja komisi perhubungan. Di dalam rapat itu, anak Gde Agung kembali melanjutkan gagasan
untuk mengadakan sebuah konferensi yang mempertemukan pihak RI dan BFO dalam rangka
menyongsong KMB.Tujuannya adalah untuk menyamakan pandangan dari pihak RI dan BFO
untuk menghadapi pemerintahan Belanda dalam KMB. Pertemuan ini dikenal dengan
konferensi inter- Indonesia.

Sebagai tindak lanjut,ketua BFO mengirim Mr Kosasih Purwanegara ke Yogyakarta


untuk melakukan koordinasi dengan pihak RI mengenai teknik pelaksanaan konferensi inter
-Indonesia.Akhirnya dicapai kesepakatan konferensi inter-Indonesia akan dilangsungkan dua
kali yang pertama di Yogyakarta pada 20 sampai 22 Juli, kemudian diteruskan di Jakarta pada
31 Juli_2 Agustus.

B. Konferensi -antar Indonesia

Sejak kembalinya para pemimpin RI ke Yogyakarta pada tanggal 16 Juli 1946


perundingan dengan BFO yang telah dirintis di Bangka dimulai lagi.Yang dibahas dalam
perundingan ini adalah pembentukan pemerintahan peralihan sebelum terbentuknya negara
Indonesia serikat, kemudian pada tanggal 19 sampai 22 Juli 1949 diadakan perundingan
antara kedua belah pihak yang disebut konferensi antar_Indonesia. Konferensi itu devide et
impera Belanda untuk memisahkan daerah-daerah di luar republik dari Republik Indonesia,
mengalami kegagalan.Padakonferensi_antar Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta
itu dihasilkan persetujuan mengenai bentuk negara dan hal-hal bertalian dengan
ketatanegaraan Indonesia Serikat. Diantaranya

1. Indonesia serikat disetujui dengan nama republik Indonesia serikat RIS berdasarkan
demokrasi dan federalisme
2. RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden konstitusional dibantu oleh menteri-
menteri yang bertanggung jawab kepada dewan perwakilan rakyat.
3. Akan dibentuk dua badan perwakilan yaitu sebuah dewan perwakilan rakyat dan
sebuah dewan perwakilan negara bagian (senat) pertama kali akan dibentuk dewan
perwakilan rakyat sementara.
4. Pemerintah federal sementara akan menerima kedaulatan bukan sipil dan pihak negara
Belanda melainkan pada saat yang sama juga dan republik Indonesia.

C. Konferensi Meja Bundar

Pada tanggal 23 Agustus 1949 KMB dimulai di den Haag konferensi selesai pada
tanggal 2 November 1949. KMB (Konferensi Meja Bundar). Suatu konferensi yang diadakan
di den haag Belanda yg dalam bahasa Belanda Nederlands Indonesische
Rondetafelconferentie antara Indonesia - Belanda dan BFO pada 23 Agustus - 2 November
1949. Konferensi meja Bundar merupakan perundingan yg kesekian kalinya setelah
kegagalan dari beberapa perundingan terdahulu seperti Linggarjati (1947), renville (1948),
dan Roem Royen (1949). KMB sudah direncanakan pada 1 Agustus yg juga telah dibicarakan
Pada konferensi inter dan antar Indonesia dan baru bisa dibuka pada 23 Agustus 1949.

Ketua delegasi KMB untuk Indonesia adalah Moh. Hatta dengan beberapa
anggotanya seperti Mr. Moh. Roem, Prof Dr. Mr. Soepomo, Mr. Ali Sastroamidjojo, Ir.
Djuanda dll. Pembukaan Konferensi berlangsung di gedung Ridderzaal (Gedung Kesatrian )
den Haag. Konferensi secara resmi dibuka oleh perdana menteri Belanda Willem Drees
selaku ketua KMB (hal 521) Drees mengemukakan bahwa " Jikalau pihak Indonesia dapat
memulai konferensi ini dengan keyakinan bahwa soal pembentukan negara Indonesia serikat
dan penyerahan kedaulatan bagi pihak Belanda sangat mengharapkan agar pihak Indonesia
berusaha untuk menciptakan suatu landasan kerjasama yang langgeng dengan Belanda demi
tercapainya suatu keberhasilan yang akan menguntungkan kedua belah pihak.

Proses Selama Perundingan

Meskipun pengaturan tata laksana KMB sudah dipersiapkan sedemikian rupa dalam
praperundingan Juni 1949 semuanya masih perlu penyempurnaan dan pengesahan setelah
memasuki hari-hari pertama Konferensi. Itulah tugas pertama yang dikerjakan peserta
delegasi Pada hari-1 setelah mendengarkan pidato-pidato pembukaan dari masing-masing
Ketua Delegasi.

Pada tanggal 24 Agustus 1949 komisi pusat mengadakan rapat untuk membentuk
berbagai komisi dan agenda kerja yaitu :
1. Komisi untuk urusan politik dan konstitusional

2. komisi untuk urusan keuangan dan ekonomi

3. komisi untuk urusan militer

4. Komisi untuk urusan kebudayaan

5. Komisi untuk urusan Sosial

SUMBER

Sartono Kartodirdjo,cs (1997). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta : Balai Pustaka

Rasyid, S.M. (1982).Sekitar PDRI(Pemerintahan Darurat Republik Indonesia). Jakarta :

N.V Bulaan Bintang

Taufik Abdullah dan A.B Lapian (2012). Indonesia dalam Arus Sejarah 6. Pasca Revolusi.

Jakarta: PT Ichtiar Baru van hoeve

Anda mungkin juga menyukai