Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

Desti Yusria Avina

J2014901051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep kebutuhan
1.1 Definisi/deskripsi kebutuhan
Aktifitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktifitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja.
Kemampuan aktifitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system pernafasan
dan musculoskeletal.(Heriana,2014)
Aktifitas sendiri sebagai suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi,2008).
Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktifitas merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
1.2 Fisiologi system/fungsi normal system
Gerakan terjadi melalui kombinasi kerja system musculoskeletal dan system saraf.
tidak hanya terbatas pada gerakan fisik yang dapat kita lihat. Ini juga meliputi
aktifitas bertahan hidup yang tidak dapat dilihat secara kasat mata (misalnya
pernapasan, pencernaan, sirkulasi). Komponen kunci dari gerakan meliputi tulang,
otot, sendi, dan saraf. Tulang memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang
rapuh memiliki kerangka kerja yang buruk dan dapat memperburuk kapan saja dan
selanjutnya dapat menghalangi gerak. Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga
jenis sendi berbeda sinartrosis atau sendi serabut yang tidak mengizinkan gerakan
amfiartrosis atau sendi kartilago yang mengizinkan gerakan ringan (tulang belakang)
dan diartrosis atau sendi synovial yang mengizinkan gerakan maksimal. Sendi
synovial paling banyak mendukung aktifitas. Ligament merupakan kumpulan
jaringan serabut fleksibel yang menghubungkan tulang satu dengan yang lain.
Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon untuk menghasilkan
gerak. Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan tendon,otot tidak
dapat bergerak tanpa bantuan system saraf pusat. Mengendalikan kontraksi dan
relaksasi otot, yang pada gilirannya menyebabkan fleksi (bengkok) dan ekstensi
(lurus), yang pada akhirnya menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dengan baik.
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system
1.3.1 Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
aktifitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari
1.3.2 Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan
aktifitas karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh
1.3.3 Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktifitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan aktifitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang
mengalami gangguan aktifitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang
beraktifitas
1.3.4 Tingkat energy, energy dibutuhkan untuk melakukan aktifitas
1.3.5 Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat
gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intoleransi aktifitas/penurunan
kekuatan dan stamina, depresi mood.
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system
1.4.1 Kerusakan otot, meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika
terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot
terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung
oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau
ligament, radang dan lainnya.
1.4.2 Gangguan pada skelet, rangka yang menjadi penopang sekaligus poros
pergerakan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu
pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk,
ukuran maupun fungsi dari system rangka diantaranya adalah fraktur,
radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
1.4.3 Gangguan pada system persyarafan, syaraf berperan penting dalam
menyampaikan impuls ke otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan
koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka
akan terjadi gangguan penyampaian impuls ke organ target. Dengan tidak
sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
B. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan aktifitas
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat aktifitas dan olahraga
b. Toleransi aktifitas
c. Jenis dan frekuensi olahraga
d. Factor yang mempengaruhi mobilitas
e. Pengaruh imobilitas
2.1.2 Pemeriksaan fisik data focus
a. Kesejajaran tubuh, mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara inspeksi pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna
mengamati :
 Bahu dan pinggul sejajar
 Jari-jari kaki mengarah kedepan
 Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
b. Cara berjalan, dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan
resiko cedera akibat jatuh.
 Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
 Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
 Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di
sisi yang berlawanan
 Gaya berjalan halus, terkoordinasi
c. Penampilan dan pergerakan sendi,pemeriksaan meliputi inspeksi,
palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif.
Hal yang dikaji yaitu :
 Adanya kemerahan
 Deformitas
 Adanya nyeri tekan
 Krepitasi
 Peningkatan temperature di sekitar sendi
 Derajat gerak sendi
d. Kemampuan dan keterbatasan gerak,hal yang dikaji antara lain:
 Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien
untuk bergerak
 Adanya hambatan dalam bergerak
 Keseimbangan dan koordinasi klien
 Kenyamanan klien
e. Kekuatan dan massa otot, perawat harus mengkaji kekuatan dan
kemampuan klien untuk bergerak, langkah ini diambil untuk
menurunkan resiko tegang otot dan cedera tubuh baik pada klien
maupun perawat.
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan diagnostic, foto rontgen ( untuk menggambarkan
kepadatan tulang, tekstur dan perubahan hubungan tulang), CT Scan
(untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit untuk dievaluasi), MRI (untuk melihat abnormalitas tumor,
penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang)
b. pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan darah dan urine, pemeriksaan
hb
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
(Minimal 2 diagnosa keperawatan yang sering muncul, penjelasan berdasarkan buku
saku diagnose keperawatan)
Diagnosa 1 : hambatan mobilitas fisik
2.2.1 Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah
2.2.2 Batasan karakteristik
1) Dyspnea setelah beraktifitas
2) Gangguan sikap berjalan
3) Gerakan lambat
4) Keterbatasan rentang gerak
5) Ketidaknyamanan
6) Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motoric kasar
7) Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motoric halus
8) Tremor akibat bergerak
2.2.3 Faktor yang berhubungan
1) Agens farmaseutikal
2) Ansietas
3) Depresi
4) Gangguan metabolism
5) Gangguan musculoskeletal
6) Gangguan neuromuscular
7) Intoleran aktifitas
8) Kurang dukungan lingkungan
9) Penurunan kekuatan otot

Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas

2.1.1 Definisi
Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan
atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
ingin dilakukan
2.1.2 Batasan karakteristik
1) Dyspnea setelah beraktifitas
2) Keletihan
3) Ketidaknyamanan setelah beraktifitas
4) Perubahan EKG
5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktifitas
6) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas
2.1.3 Faktor yang berhubungan
1) Gaya hidup kurang enak
2) Imobilitas
3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4) Tirah baring
2.2 Perencanaan
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) berdasarkan NOC (lihat
daftar rujukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya
dengan kriteria hasil :
a. Pasien tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah
b. Pasien menunjukkan peningkatan mobilitas
c. Pasien mempertahankan koordinasi optimal
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional : berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat mobilisasi 1. Menunjukkan perubahan
pasien (tingkatan 0-4) tingkatan mobilisasi setiap
hari
2. Kaji kekuatan 2. Menentukan perkembangan
otot/kemampuan fungsional peningkatan otot/mobilitas
mobilitas sendi dengan sendi pasien sebelum dan
menggunakan skala kekuatan sesudah dilakukan latihan
otot rentang gerak (ROM)
3. Intruksikan/bantu pasien 3. Meminimalkan atrofi otot,
melakukan latihan ROM meningkatkan sirkulasi dan
aktif/pasif secara konsisten meningkatkan pemulihan
fungsi kekuatan otot dan
sendi
4. Pertahankan istirahat tirah 4. Istirahat iskemik dianjurkan
baring/duduk jika diperlukan selama eksaserbasi akut
untuk mencegah kelelahan
5. Intruksikan pasien dan 5. Meningkatkan kemampuan
keluarga untuk melakukan aktifitas mandiri pasien,
aktifitas sesuai dengan harga diri dan peran diri
kemampuannya pasien sehari-hari
6. Ubah posisi minimal tiap 2 6. Menurunkan resiko
jam (telentang, miring dan terjadinya trauma
sebagainya)
7. Berikan lingkungan yang 7. Menghindari cedera akibat
aman, misalnya menaikkan kecelakaan/jatuh
kursi,menggunakan
pegangan, penggunaan alat
bantu mobilitas

Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas


2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) berdasarkan NOC (lihat
daftar rujukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
masalah intoleran aktifitas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
b. Mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri
c. Tanda-tanda vital normal
d. Energy psikomotor
e. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional : berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)

Intervensi Rasional
1. Tentukan penyebab 1. Untuk menghindari
keletihan (misalnya terjadinya letih
perawatan, nyeri dan
pengobatan)
2. Pantau respon oksigen 2. Membantu derajat
misalnya denyut nadi, irama dekompensasi jantung
jantung, dan frekuensi penurunan TD, takikardia,
pernapasan terhadap disritmia takipnea adalah
aktifitas perawatan indikasi intoleransi jantung
terhadap aktifitas
3. Bantu klien untuk 3. Aktifitas yang berlebihan
mengidentifikasi pilihan akan memperburuk keadaan
aktifitas klien
4. Bantu dengan aktifitas fisik 4. Jika beraktifitas dengan
teratur teratur maka terhindar dari
cedera
5. Ajarkan kepada pasien dan 5. Untuk bertanggung jawab
orang terdekat tentang terhadap kesehatan sendiri
teknik perawatan diri yang tentang teknik yang akan
akan meminimalkan meminimalkan konsumsi
konsumsi oksigen oksigen
6. Ajarkan rentang pengaturan 6. Untuk bertanggung jawab
aktifitas dan teknik terhadap kesehatan sendiri
manajemen waktu untuk tentang manajemen waktu
mencegah kelelahan untuk mencegah kelelahan
7. Kolaborasi dengan ahli 7. Dengan melakukan terapi
terapi okupasi fisik fisik dapat menghilangkan
rasa letih dan lemah pada
klien
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Nurarif A.H dan Kusuma,H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jakarta :Mediaction

NANDA Internasional Inc. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017,
Edisi 10, Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul dazn Musrifatul Uliyah.(2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba Medika

Lia Nurul, dkk. (2018). Implementasi Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas Sehari-
hari Pasien Stroke di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan RS PKU Muhammadiyah
Gamping. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol.2, No.2

Anda mungkin juga menyukai