2834 17859 1 PB PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

MEMBANGUN REVOLUSI BERPIKIR MAHASISWA PLS

MELALUI PENDEKATAN HEUTAGOGI

Silvia Mariah H
Dosen Jurusan PLS FIP UNIMED
Surel : silviamariahgmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan
kelompok pretest-posttest control. Tujuan penelitian: untuk mendeskripsikan
revolusi berpikir mahasiswa dengan pendekatan heutagogi, konvensional dan
mendeskripsikan perbedaan revolusi berpikir dengan kedua pendekatan tersebut.
Berdasarkan hasil uji t pada pre-test diketahui bahwa nilai rata-rata yang
diperoleh mahasiswa pada kelompok eksperiman yaitu 78,53, yang berarti lebih
tinggi daripada nilai rata-rata pada kelompok kontrol yaitu 71,83. Pada uji t
didapatkan nilai tHitung = -3,880; sedangkan tTabel, yaitu tdf=29; ∝=0,05 = 2,045. Hal ini berarti bahwa tHitung < tdf=29; ∝=0,05. Maka
pada pre-test nilai rata-rata tidak berbeda nyata. Pada post test, nilai rata-rata mahasiswa pada kelompok eksperimen lebih

tinggi dibandingkan nilai rata-rata mahasiswa pada kelompok kontrol. Pada uji t
didapatkan nilai statistik tHitung = -7,319; sedangkan tTabel, yaitu tdf=29; ∝=0,05 = 2,045; yang berarti bahwa tHitung > tdf=29; ∝=0,05.
Maka, kedua nilai rata-rata tersebut berbeda nyata. Berdasarkan uji statistik diketahui: (1) hasil belajar pendekatan

secara signifikan lebih tinggi; (2) terjadi peningkatan kemampuan berpikir


mahasiswa yang dapat dilihat dari hasil belajar dan nilai rata-rata pada kelompok
mahasiswa.

Kata Kunci : Revolusi Berpikir, Heutagogi, Konvensional

PENDAHULUAN menyenangkan. Oleh karena itu,


Tujuan umum pendidikan pembelajaran di dalam kelas harus
nasional yaitu untuk menciptakan menjadi tempat belajar yang mampu
manusia dan masyarakat Indonesia yang mengubah pola pikir dan menyedot
maju, mandiri, dan sejahtera lahir dan perhatian peserta didik untuk belajar,
batin. Manusia dan masyarakat yang berpendapat, mengambil inisiatif, atau
maju tercermin dari semakin tingginya berinteraksi.
tingkat pendidikan dalam arti luas Melalui kegiatan pembelajaran
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang inovatif, atmosfer kelas tidak akan
mental), kesehatan dan pendapatan, menjadi kaku dan monoton. Para
serta nilai budaya yang berorientasi peserta didik diajak untuk berdiskusi,
masa depan. berinteraksi, dan berdialog sehingga
Seiring dengan kurikulum mereka mampu mengkonstruksikan
pendidikan yang terus berevolusi, konsep-konsep dan kaidah-kaidah
pendidik tidak perlu lagi hanya berteori pengetahuan yang mereka pelajari. Para
kepada peserta didik. Peserta didik perlu peserta didik juga dibiasakan untuk
diperlakukan sebagai pebelajar yang berbeda pendapat sehingga mereka
dapat menyerap pengalaman dari proses menjadi sosok yang cerdas dan kritis.
pembelajaran yang menarik dan

20
Salah satu bentuk inovasi pendidikan luar sekolah dapat
pembelajaran untuk membangun mengambil peran di masyarakat dalam
revoulusi berpikir mahasiswa yaitu bidang kepemudaan seperti
pendekatan heutagogi. mengkoordinasikan kegiatan gotong
Heutagogi adalah studi tentang royong di lingkungan tempat tinggal
self-detrmined learning. Heutagogi masing-masing. Contohnya lagi dalam
merupakan suatu upaya untuk kegiatan karang taruna, mahasiswa
menghasilkan ide baru tentang belajar dapat memberikan sumbangsih gagasan-
dan pembelajaran yang masih berpusat gagasan cemerlang untuk
pada guru, Bill Ford (1997) memaksimalkan potensi sumber daya
menyebutnya sebagai “berbagi alam di lingkungan sekitar sebagai bukti
pengetahuan” bukan “penimbunan bahwa apa yang dipelajari di bangku
pengetahuan”. Dalam hal ini heutagogi perkuliahan memang memliki manfaat
1
melihat ke masa depan dimana praktis.
mengetahui cara belajar akan menjadi Besar kecilnya peran mahasiswa
keterampilan dasar yang menjadi untuk dapat menjadi sesuatu yang
tahapan inovasi, perubahan struktur bermanfaat bagi masyarakat tergantung
masyarakat, dan tempat bekerja. bagaimana sikap mahasiswa tersebut
Mahasiswa memiliki peranan mengkondisikan diri dan pemikirannya
yang penting dalam pembangunan untuk menjadi manusia yang bermanfaat
masyarakat. salah satunya di bidang bagi lingkungan sekitarnya. Akan tetapi,
pendidikan. Sebagai agent of change, tidak semua mahasiswa sadar akan peran
mahasiswa harus mampu membawa mereka ini. Berdasarkan
sesuatu yang bernilai lebih pada pemikiran-pemikiran di atas, penulis
2
masyarakat. Mahasiswa dididik untuk tertarik untuk mengadakan penelitian
memiliki jiwa kepemimpinan, tanggung tentang Membangun Revolusi Berpikir
jawab, akhlak mulia, dan berbudi Mahasiswa PLS Melalui Pendekatan
pekerti baik. Mahasiswa harus Heutagogi.
senantiasa berpartisipasi dan
mengembangkan ilmunya ke dalam Rumusan Masalah
lingkungannya. Mahasiswa diharapkan Berdasarkan masalah umum
dapat menjadi pencetus revolusi ide-ide tersebut, maka dapat dirumuskan
sekaligus pengeksekusi ide tersebut. permasalahan sebagai berikut :
Mahasiswa harus senantiasa 1. Bagaimanakah revolusi berpikir
berbaur dengan masyarakat dalam mahasiswa dengan pendekatan
proses pembangunan. Sesuai dengan heutagogi?
bidang studi masing-masing, para 2. Bagaimanakah revolusi berpikir
mahasiswa harus mampu mahasiswa dengan pendekatan
mengaplikasikan apa yang telah mereka konvensional?
dapatkan di bangku perkuliahan uttuk 3. Apakah terdapat perbedaan revolusi
mendukung proses pembangunan. berpikir antara mahasiswa yang
Sebagai contoh, mahasiswa jurusan menggunakan pendekatan

21
konvensional dengan mahasiswa Jika dilihat dari tiga jalur modus
yang menggunakan pendekatan penyampaian pesan pembelajaran,
heutagogi? penyelenggaraan pembelajaran
konvensional lebih sering menggunakan
Pendekatan Konvensional modus telling (pemberian informasi),
Ujang Sukandi (2003), ketimbang modus demonstrating
mendefenisikan bahwa pendekatan (memperagakan) dan doing direct
konvensional ditandai dengan guru performance (memberikan kesempatan
mengajar lebih banyak mengajarkan untuk menampilkan unjuk kerja secara
tentang konsep-konsep bukan langsung). Dalam kata lain, guru lebih
kompetensi, tujuannya adalah peserta sering menggunakan strategi atau
didik mengetahui sesuatu bukan mampu metode ceramah atau drill dengan
untuk melakukan sesuatu dan pada saat mengikuti urutan materi dalam
proses pembelajaran peserta didik lebih kurikulum secara ketat. Guru berasumsi
banyak mendengarkan. Di sini terlihat bahwa keberhasilan program
bahwa pendekatan konvensional yang pembelajaran dilihat dair ketuntasannya
dimaksud adalah proses pembelajaran menyampaikan seluruh meteri yang ada
yang lebih banyak didominasi gurunya dalam kurikulum.
sebagai “pentransfer ilmu, sementara Berdasarkan penjelasan di atas,
peserta didik lebih pasif sebagai maka pendekatan konvensional dapat
“penerima” ilmu. dimaklumi sebagai pembelajaran yang
Philip R. Wallace (dalam lebih banyak berpusat pada guru,
Sunarto, 2009) memandang komunikasi lebih banyak satu arah dari
pembelajaran ekspoisitori adalah proses guru ke peserta didik, metode
pembelajaran yang dilakukan sebagai pembelajaran lebih pada penguasaan
mana umumnya guru membelajarkan konsep-konsep bukan kompetensi.
materi kepada peserta didiknya. Guru Meskipun banyak terdapat kekurangan,
berperan sebagai pemberi ilmu model pembelajaran konvensional ini
pengetahuan kepada peserta didik, masih diperlukan, mengingat model ini
sedangkan peserta didik lebih banyak cukup efektif dalam memberikan
sebagai penerima. Sistem pembelajaran pemahaman kepada para murid pada
yang konvensional ini kental dengan awal-awal kegiatan pembelajaran.
suasana instruksional dan kurang sesuai
dengan perkembangan ilmu Pendekatan Heutagogi
pengetahuan dan teknologi yang Heutagogi merupakan studi
dinamis. Di samping itu sistem tentang belajar yang ditentukan oleh diri
pembelajaran konvensional ini kurang pembelajar sendiri, konsep ini pertama
fleksibel dalam mengakomodasi kali diciptakan oleh Steward. Heutagogi
perkembangan kompetensi peserta didik berpusat pada perbaikan belajar cara
karena guru harus intensif belajar, dua keluk belajar, kesempatan
menyesuaikan materi pelajaran dengan belajar universal, proses non-linier, dan
tuntutan perkembangan teknologi. arah sejati diri pelajar. Heutagogi

22
mensyaratkan inisiatif pendidikan mendorong guru berpikir lebih pada
termasuk peningkatan keterampilan. proses ketimbang isi, memungkinkan
Heutagogi dibangun dari pembelajaran lebih memahami dunia
pendekatan humanistik dan pendekatan mereka daripada dunia gurunya,
belajar. Heutagogi merupakan suatu memaksa guru pindah ke dunia
studi tentang pembelajaran yang pembelajar, serta memungkinkan guru
ditentukan secara mandiri oleh melampaui disiplin mereka dan teori-
pembelajar, dapat dilihat sebagai suatu teori yang ada. Heutagogi menempatkan
perkembangan alamiah dari metodologi pelajar benar-benar bertanggung jawab
pendidikan sebelumnya, terutama dari atas apa yang dipelajari dan kapan
perkembangan kemampuan dan mereka belajar, serta menyediakan
mungkin menyediakan pendekatan kerangka kerja bagi pembelajaran yang
optimal untuk belajar di abad 21. menempatkan orang dewasa yang
Manusia esensinya memiliki bertanggung jawab untuk lebih maju.
semangat belajar. Berkaitan dengan ini Konsep kunci dalam heutagogi
Roger (dalam Danim, 2010) yaitu putaran ganda pembelajaran dan
mengemukakan bahwa orang ingin refleksi diri (Argyris & Schon, 1996,
belajar dan memiliki kecenderungan dalam Hase & Kenyon, 2000). Dalam
alami untuk melakukannya sepanjang putaran ganda pembelajaran, peserta
hidup. Roger berpendapat bahwa didik mempertimbangkan masalah dan
pembelajaran berpusat pada guru telah tindakan yang dihasilkan dan hasil
ada sejak dulu. pembelajaran, kemudian merefleksikan
Heutagogi menawarkan proses pemecahan masalah dan
bagaimana orang belajar, menjadi bagaimana hal itu mempengaruhi
kreatif, memliki efektivitas diri tinggi, keyakinan dan tindakan peserta didik itu
dapat menerapkan kompetensi dalam sendiri (lihat Gambar 1).
situasi kehidupan, dan dapat bekerja
sama dengan orang lain. Belajar dan
kontrak belajar adalah dua contoh dari
proses yang dirancang untuk
memungkinkan orang menjadi mampu.
Membantu orang-orang untuk menjadi Sumber : Blaschke, L.M. (2012).
“mampu” memerlukan pendekatan baru
Dalam pembelajaran heutaagogi,
Gambar 1. Double-loop Learning
pada pengelolaan belajar. penting bahwa peserta didik
Pendekatan heutagogi memperoleh kompetensi yang baik
menekankan pada sifat manusiawi (Stephenson, 1994 dalam McAuliffe et
sumber daya manusia, nilai diri, al, 2008, hal 3; Hase & Kenyon, 2000,
kemampuan, serta mengakui sistem 2007). Kompetensi dapat dipahami
antar lingkungan dan kegiatan belajar sebagai kemampuan dalam memperoleh
sebagai lawan dari mengajar. pengetahuan dan keterampilan,
Pendekatan ini menantang cara berpikir sementara kemampuan ditandai dengan
tentang “belajar dan belajar”, keyakinan peserta didik terhadap

23
kompetensinya, dan hasil akhirnya yaitu Heutagogy Keberlanjutan dari
kemampuan untuk mengambil tindakan Andragogi
yang tepat dan efektif untuk Sebuah atribut kunci dari
merumuskan dan memecahkan masalah andragogi adalah self-directed learning
dan terbiasa dengan perubahan "(Cairns, yang didefinisikan oleh Knowles (1975)
2000, hal. 1, dalam Gardner, Hase, sebagai suatu proses dimana individu
Gardner, Dunn, & Carryer, 2007, hal. mengambil inisiatif dengan atau tanpa
252), yang dapat dilihat dengan ciri-ciri bantuan orang lain dalam mendiagnosis
sebagai berikut: kebutuhan belajar mereka, merumuskan
1) self-efficacy, mengetahui bagaimana tujuan pembelajaran, mengidentifikasi
cara belajar yang baik dan mampu sumber daya manusia dan material
merefleksikan proses pembelajaran; untuk belajar, memilih dan menerapkan
2) komunikasi dan keterampilan kerja strategi pembelajaran yang tepat, dan
sama secara berkelompok, terbuka, mengevaluasi hasil belajar.
dan komunikatif; Peran pendidik dalam
3) kreativitas, khususnya dalam pendekatan andragogi adalah bahwa
menerapkan kompetensi untuk guru dan mentor, dan instruktur
situasi baru dan asing, dan mampu mendorong peserta didik dalam
beradaptasi dengan fleksibel; mengembangkan kapasitas untuk
4) memiliki nilai-nilai positif (Hase & menjadi lebih mandiri dalam belajar.
Kenyon, 2000; Kenyon & Hase, Instruktur memperlihatkan kepada
2010;. Gardner et al, 2007). peserta didik tentang bagaimana
Apabila peserta didik mampu menemukan informasi yang berkaitan
mereproduksi pengetahuan dan informasi dengan pengalaman belajar,
keterampilan dalam situasi yang asing, dan kemudian menempatkan fokus pada
maka ini disebut double-looping. pemecahan masalah dalam situasi dunia
Kemampuan ini merupakan refleksi nyata (McAuliffe et al., 2008).
kompetensi diri seseorang, dan tanpa Instruktur menetapkan tujuan dan
kompetensi tidak mungkin ada kurikulum berdasarkan masukan peserta
kemampuan. Melalui proses double- didik dan tanggung jawab untuk
looping, peserta didik akan menyadari belajar terletak sepenuhnya pada
pendekatan belajar dimana mereka peserta didik.
mudah beradaptasi ssehingga membuat Pendekatan heutagogi dapat
peserta didik menjadi lebih mampu. dilihat sebagai perkembangan dari
Dengan fokus pada kompetensi dan pedagogi ke andragogi. Peserta didik
kemampuan, heutagogi bergerak yang lebih dewasa membutuhkan lebih
selangkah lebih dekat menuju arah yang sedikit kontrol dari instruktur dan tentu
lebih baik untuk menangani kebutuhan saja mereka akan menjadi lebih mandiri
pelajar dewasa di lingkungan kerja yang dalam belajar, sementara peserta didik
kompleks dan dinamis (Bhoryrub et al., yang kurang matang membutuhkan
2010). lebih banyak bimbingan dari instruktur
Perkembangan kognitif peserta didik

24
dapat diintegrasikan dalam piramid
berikut ini. Tabel 1. Heutagogi sebagai Lanjutan
dari
Sumber: Blaschke, L.M. (2012)

Revolusi Berpikir Mahasiswa


Mahasiswa merupakan salah
satu agent of change dalam
pembangunan bangsa. Tugas utama
Sumber: Blaschke, L.M. (2012). agen pembaharu adalah melancarkan
Gambar 2. Perkembangan Pedagogi, jalannya arus inovasi melalui proses
Andragogi, dan Heutagogi
komunikasi yang efektif. Fungsi utama
Dengan berdasar pada agen pembaharu adalah sebagai
andragogi, heutagogi merupakan penghubung antara pengusaha
kontinum dari andragogi (Tabel pembaharuan (change agency) dengan
2). Dalam andragogi, kurikulum, klien, tujuannya agar inovasi dapat
pertanyaan, diskusi, dan penilaian diterima atau diterapkan oleh klien
dirancang oleh instruktur sesuai dengan sesuai dengan keinginan pengusaha
kebutuhan peserta didik; dalam pembaharuan. Kunci keberhasilan
heutagogi, peserta didik menetapkan diterimanya inovasi oleh klien terletak
program pembelajaran, merancang dan pada komunikasi antara agen pembaharu
mengembangkan peta belajar dari dengan klien. Jika komunikasi lancar
kurikulum untuk penilaian (Hase, dan efektif proses penerimaan inovasi
2009). Heutagogy menekankan akan lebih cepat dan semakin mendekati
pengembangan kemampuan selain tercapainya tujuan yang diinginkan.
kompetensi. Tabel 2 memberikan Sebaliknya jika komunikasi terhambat
gambaran tentang sifat-sifat yang makin tipis harapan diterimanya inovasi.
membantu menunjukkan bahwa
heutagogy dibangun berdasarkan Pendidikan memiliki peran yang
andragogi. sangat penting dalam membentuk
watak, kepribadian, karakter serta
budaya anak bangsa. Untuk tercapainya
perubahan dalam proses pendidikan
perlu adanya agen-agen perubahan yang
selalu siap dalam menghadapi tantangan
perkembangan dunia pendidikan.
Peran pendidik dalam mengelola
kelas sangat menentukan terjadinya

25
perubahan pada diri peserta didik. buruk bagi kelangsungan bangsa.
Penguasaan pendidik terhadap Negara kita akan mengalami
perkembangan teknologi dalam bidang kehancuran jika para mahasiswanya
pendidikan akan sangat mendukung tidak mampu mengembangkan potensi
perkembangan pengelolaan kelas di era globalisasi ini. Mahasiswa akan
maupun pengelolaan materi pelajaran. mengalami kebangkrutan ide dan daya
Teknologi baru akan mampu saingnya.
memberikan warna baru dalam Disadari atau tidak, mahasiswa
pengelolaan kelas dan strategi belajar merupakan generasi penerus
mengajar. kepemimpinan. Maka sudah seharusnya
Hal pokok yang harus dilihat kita sadar bahwa tongkat estafet
dari perubahan adalah bahwa setiap kepemimpinan di negeri ini selanjutnya
individu harus berusaha mengatasai akan diteruskan oleh mahasiswa.
permasalahan yang dihadapi. Pertama Disamping mahasiswa sebagai penerus
yaitu untuk mempertimbangkan kepemimpinan, mahasiswa juga
berbagai masalah yang terjadi secara berperan sebagai agent of change dalam
general sebagai konsekuensi dari pembangunan. Tugas mahasiswa tidak
perubahan sosial dalam masyarakat. akan berhenti ketika pemerintahan
Kedua, penguraian makna subjektif dari berjalan dengan baik, mahasiswa harus
perubahan individu dalam bidang senantiasa berperan untuk menjadi
pendidikan. Ketiga, pengorganisasian oposisi dengan tetap mengawal
ide secara lebih komprehensif untuk pemerintahan untuk meneruskan
memperoleh deskripsi objektif dari kinerjanya. Saat pemerintah mengalami
perubahan dan komponen-komponen penurunan kinerja, sudah
perubahan pendidikan. Keempat, sepatutnya mahasiswa bergerak untuk
menguraikan implikasi dari realita senantiasa mengingatkan tentang
subjektif dan objektif dari pemahaman bagaimana pemerintah seharusnya
perubahan pendidikan. bekerja.
Mahasiswa harus tangguh Keadaan seperti sekarang ini
menciptakan inovasi yang baru dan membuat semakin vitalnya peran
diterima oleh masyarakat. Mahasiswa mahasiswa dalam mengawal bangsa ini
harus berlomba-lomba untuk untuk semakin baik. Adanya tugas yang
menciptakan ide-idenya yang akan diemban oleh mahasiswa sekarang
seakan-akan sudah menghilang, hal ini
dikembangkan untuk kemajuan bangsa.
disebabkan oleh adanya aksi-aksi
Mahasiswa harus mampu melakukan 11
penelitian dan mengembangkannya anarkisme yang melibatkan mahsiswa
lebih mendalam mengenai produk- dan terkadang aksi-aksi ini terjadi antar
produk yang berkembang. Kelangkaan mahasisiwa sendiri. Secara sosial
barang harus menjadi pemicu politik, mahasiswa merupakan
mahasiswa untuk berkreativitas lebih. kelompok strategis dalam masyarakat
Tertinggalnya mahasiswa dari yang memiliki peranan sebagai
dunia luar akan memberikan dampak pengganti dan penerus perjuangan

26
bangsa. Oleh karena itu, dapat antara kelas pembanding dan kelas
dikatakan, pada satu sisi dia bisa perlakuan.
menjadi “aset” tetapi disisi lain dia bisa
menjadi unsur liability. Aset dalam arti Pelaksanaan Pembelajaran
bahwa mahasiswa adalah pewaris Setelah dilakukan pre-test,
perjalanan perjuangan suatu bangsa kemudian dilakukan proses
dalam mencapai cita-citanya. Sedangkan pembelajaran dengan materi Konsep
sebagai unsur ‘liability’, lebih kepada Dasar Inovasi PLS dan Proses Inovasi
“segolongan” masyarakat yang harus PLS. Pembelajaran pada kelompok
mempunyai tanggung jawab (secara perlakuan menggunakan pendekatan
moral) akan perjalanan bangsa ini heutagogi; sementara pembelajaran
menuju harapan yang lebih baik dalam pada kelompok pembanding hanya
menggapai cita-citanya. Dalam menggunakan pendekatan konvensional.
dinamika pendidikan tinggi, mahasiswa Durasi waktu pembelajaran untuk kedua
mengembangkan dirinya dalam berbagai kelompok sama, yaitu 8 kali 50 menit
organisasi dan kelompok studi atau untuk materi Konsep Dasar Inovasi PLS
diskusi. Di kelompok studi inilah dan materi Proses Inovasi PLS. Hal
mahasiswa dapat menajamkan sense of yang dapat dicermati dalam tahapan ini
intellectual, baik yang dilakukan yaitu bahwa mahasiswa pada kelas
melalui diskusi maupun ide-ide yang eksperimen lebih antusias terhadap
dituangkan dalam bentuk tulisan. materi pembelajaran dibandingkan
dengan mahasiswa pada kelas kontrol.
HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan Pre-Test Pelaksanaan Post-Test
Pelaksanaan pre-test dilakukan Sama halnya seperti pada
terhadap kedua kelompok perlakuan pretest, post-test pada penelitian ini juga
dengan jenis soal yang sama. Soal pre- dilakukan terhadap dua kelompok
test ini berbentuk tes tertulis pilihan perlakuan dengan materi, jumlah, dan
ganda dengan empat opsi. Jumlah soal opsi pertanyaan yang sama. Pertanyaan
sebanyak 20 butir dengan durasi waktu pada instrumen post-test juga berupa tes
mengerjakan 50 menit (1 SKS). Bobot terulis dengan 4 opsi pilihan ganda.
untuk setiap butir soal sama yaitu 5 Jumlah pertanyaan yang diberikan juga
(lima). Jadi, nilai maksimum yang sama yaitu sebanyak 20 butir dengan
didapatkan siswa adalah 100. Kemudian durasi 50 menit, dengan bobot untuk
hasil pre-test tersebut diperiksa dan setiap butir pertanyaan sama, yaitu 5
berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut (lima). Jadi, nilai maksimum yang dapat
dicari: nilai terendah, nilai tertinggi, dan diperoleh mahasiswa yaitu 100. Hasil
nilai rata-rata. Kemudian, dengan post-test kemudian diperiksa dan
menggunakan nilai rata-rata tersebut dilakukan perbandingan: nilai terendah,
dilakukan uji perbedaan nilai rata-rata nilai tertinggi, dan nilai rata-rata. Untuk
untuk mendapatkan kepastian perbedaan nilai rata-rata kemudian dilakukan uji
hipotesis untuk penarikan kesimpulan

27
apakah pendekatan heutagogi dapat
Tabel 4. Paired Samples Statistics Pre-Test
meningkatkan kemampuan berpikir
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
mahasiswa pada mata kuliah Inovasi
Pair 1 Kontrol 71.8333 30 6.75729 1.23371
PLS. Eksperimen 78.5333 30 7.12322 1.30052

Analisis Hasil Pre-Test Tabel 5. Paired Samples Correlations Pre-Test

Pre-test dilakukan untuk N Correlation Sig.

Pair 1 Kontrol &


mengetahui kompetensi awal yang Eksperimen
30 .072 .705

dimiliki peserta didik berkaitan dengan


Tabel 6. Paired Samples Test for Pre-Test
topik Konsep Dasar Inovasi PLS dan Paired Differences
Proses Inovasi PLS. Selain itu, pre-test 95% Confidence
Sig.
Interval of the
dalam penelitian ini dilakukan untuk Difference (2-
Std. Std. Error tailed
mendapatkan kepastian bahwa Mean Dev Mean Lower Upper t df )

mahasiswa pada kedua kelompok Pa Kontrol - - 9.4582 - - -


ir Eksperim 6.7000 6 1.72683 10.23177 3.16823 3.880 29 .001
kontrol dan eksperimen memiliki 1 en 0

kompetensi yang tidak jauh berbeda


untuk materi tersebut. Rangkuman hasil
analisis terhadap nilai pre-test disajikan Berdasarkan hasil analisis di
pada tabel berikut. atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
yang diperoleh mahasiswa pada
kelompok eksperiman yaitu 78,53, yang
Tabel 3.Descriptive Statistics Pre-Test berarti lebih tinggi daripada nilai rata-
rata pada kelompok kontrol yaitu 71,83.
N Min Max Mean Std. Dev Variance Skewness Kurtosis Namun demikian, pada perhitungan Uji
Statistic
Statisti Statisti
c c Statistic Statistic Statistic
Statisti
c
Std. Std.
Error Statistic Error
t didapatkan nilai statistik tHitung = -
Kontrol 30 60.00 85.00 71.8333 6.75729 45.661 .258 .427 -.585 .833
3,880; sedangkan tTabel, yaitu tdf=29; ∝=0,05
Eksperimen = 2,045. Hal ini berarti bahwa tHitung <
30 60.00 90.00 78.5333 7.12322 50.740 -.661 .427 .316 .833
tdf=29; ∝=0,05. Dengan demikian, dapat
Valid N
(listwise) 30
ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan
hasil perhitungan statistik kedua nilai
Pada tabel diatas dapat dilihat rata-rata tersebut tidak berbeda nyata.
bahwa pada saat pre-test, nilai minimum Artinya bahwa kompetensi mahasiswa
dalam topik Konsep Dasar PLS dan
yang diperoleh untuk kelas kontrol dan Proses Inovasi PLS pada kedua
kelas eksperimen yaitu 60, sedangkan kelompok tersebut tidak berbeda secara
nilai maksimum untuk kelas kontrol dan nyata.
eksperimen masing-masing 85 dan 90.
Nilai mean untuk kelas kontol sebesar Analisis Hasil Post-Test
71,83 dengan nilai statistik standar Setelah dilaksanakannya proses
deviasi sebesar 6,76, sedangkan untuk pembelajaran terhadap kedua kelompok
kelas eksperimen nilai mean yang dilakukan ujian tengah semester
diperoleh sebesar 78,53 dengan nilai sekaligus post-test dalam penelitian.
statistik standar deviasi sebesar 7,12.

28
Ujian tengah semester atau post-test Tabel 9. Paired Samples Correlations

dilakukan dengan tujuan, (1) untuk N Correlation Sig.

mengukur kompetensi mahasiswa dalam Pair 1 Kontrol & Eksperimen 30 .044 .818

materi Konsep Dasar Inovasi PLS dan


Tabel 10. Paired Samples Test
Proses Inovasi PLS setelah mahasiswa Paired Differences
menyelesaikan proses pembelajaran; (2) 95% Confidence Interval
of the Difference
untuk membandingkan hasil belajar Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
mahasiswa setelah mengikuti proses Pair 1 Kontrol - -
pembelajaran. Kemudian, setelah Eksperimen -1.18333E1 8.85548 1.61678 15.14002 -8.52664 -7.319 29 .000

pelaksanaan post-test dilakukan analisis


terhadap hasil post-test. Perhitungan Dari tabel di atas juga dapat
hasil analisis nilai post-test dapat dilihat dilihat bahwa nilai rata-rata yang
pada lampiran. Berikut ini disajikan diperoleh mahasiswa pada kelompok
rangkuman hasil analisis nilai post-test eksperimen lebih tinggi jika
mahasiswa. dibandingkan dengan nilai rata-rata
yang diperoleh mahasiswa pada
Tabel 7. Descriptive Statistics kelompok kontrol. Kemudian, pada
N Range Min Max Sum Mean Std. Dev Var perhitungan Uji t didapatkan nilai
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Kontrol 30 25.00 60.00 85.00 2300.00 76.6667 .99808 5.46672 29.885
statistik tHitung = -7,319; sedangkan tTabel,
51.983 yaitu tdf=29;
Eksper 30 30.00 70.00 100.00 2655.00 88.5000 1.31634 7.20991 ∝=0,05 = 2,045. Hal ini berarti

Valid N
30 bahwa tHitung > tdf=29; ∝=0,05. Dengan
(listwise)

Pada tabel diatas dapat dilihat demikian, dapat dikatakan bahwa secara
bahwa berdasarkan hasil post-test, nilai statistik kedua nilai rata-rata tersebut
minimum untuk kelas eksperimen dan adalah berbeda nyata. Hal ini berarti,
kelas kontrol masing-masing sebesar 60 pada post-test, nilai rata-rata yang
dan 70, kemudian nilai maksimum yang diperoleh mahasiswa pada kelompok
diperoleh kedua kelompok masing- eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-
masing 85 dan 100. Nilai rata-rata yang rata yang diperoleh mahasiswa pada
diperoleh untuk kelas kontrol yaitu 76,7 kelompok kontrol. Oleh karena itu,
dan untuk kelas eksperimen yaitu 88,5 dapat dikemukakan bahwa selain dapat
dengan nilai statistik standar deviasi meningkatkan kemampuan berpikir,
masing-masing 5,47 dan 7,20. Hal ini pendekatan heutagogi pada materi
menunjukkan bahwa pendekatan Konsep Dasar Inovasi PLS dan Proses
heutagogi dapat meningkatkan Inovasi PLS juga mampu membantu
kemampuan berpikir mahasiswa. mahasiswa memperoleh nilai rata-rata
hasil belajar yang lebih tinggi daripada
Tabel 8. Paired Samples Statistics nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean yang dalam proses pembelajarannya
Pair 1 Kontrol 76.6667 30 5.46672 .99808
menggunakan pendekatan konvensional.
Eksperimen 88.5000 30 7.20991 1.31634

29
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel diatas, nilai
Selanjutnya untuk pembahasan rata-rata yang diperoleh mahasiswa
yang lebih lanjut, selain setelah pembelajaran juga mengalami
membandingkan hasil post-test pada kenaikan. Nilai rata-rata yang diperoleh
kedua kelompok, juga dilakukan mahasiswa pada kelompok eksperimen
perbandingan hasil pre-test dan post-test meningkat dari 78,5 pada saat pre-test
pada masing-masing kelompok. Hasil menjadi 88,5 pada saat post-test.
perhitungan perbandingan kedua tes Berdasarkan hasil uji statistik,
untuk masing-masing kelompok dapat perbedaan nilai rata-rata pre-test dan
dilihat pada lampiran. Rangkuman hasil post-test yang terjadi pada kedua
perhitungan tersebut disajikan pada kelompok mahasiswa dapat dikatakan
tabel berikut ini. nyata atau signifikan. Hal ini berarti
Tabel 11. Rangkuman Hasil Analisis terhadap bahwa pembelajaran pada kedua
Nilai Pre-Test dan kelompok mahasiswa dapat
Post-Test Kelompok Kontrol
meningkatkan kemampuan berpikir dan
nilai rata-rata yang diperoleh
Ukuran Pre-Test Post-Test mahasiswa. Sehingga dapat
Jumlah dikemukakan bahwa peningkatan
mahasiswa 30 30
kemampuan berpikir dan nilai rata-rata
Nilai Terendah 60 60
hasil pembelajaran dengan pendekatan
Nilai Tertinggi 85 85
heutagogi lebih tinggi dibandingkan
Nilai Rata-rata 71,83 76,67
dengan hasil pembelajaran dengan
pendekatan konvensional.
Setelah mengikuti pembelajaran,
Pembelajaran dengan pendekatan
nilai rata-rata mahasiswa pada kedua
konvensional dilihat dari hubungan
kelompok pada materi Konsep Dasar
pedagogik antara guru dan peserta didik.
PLS dan Proses Inovasi PLS mengalami
Pada prakteknya, biasanya
peningkatan. Sebagaimana dapat dilihat
selalu guru yang memutuskan apa
pada tabel diatas, kemampuan
yang dibutuhkan peserta didik dan
mahasiswa pada kelompok eksperiman
bagaimana pengetahuan dan
naik dari 71,83 pada saat pre-test
keterampilan harus diajarkan. Dalam
menjadi 76,67 pada saat post-test.
tiga puluh tahun terakhir ini telah cukup
sebuah revolusi dalam pendidikan
Tabel 12 . Rangkuman Hasil Analisis
terhadap Nilai Pre-Test dan melalui penelitian bagaimana orang
Post-Test Kelompok Eksperimen belajar, dan apa yang dihasilkan dari
proses tersebut. Disisi lain, Andragogi
Ukuran Pre-Test Post-Test (Knowles, 1970) memberikan banyak
Jumlah Siswa 30 30 pendekatan berguna untuk
Nilai Terendah 60 70 meningkatkan metodologi pendidikan,
Nilai Tertinggi 90 100 dan telah diterima hampir secara
Nilai Rata-rata 78,5 88,5 universal, hal ini masih memiliki
korelasi dengan hubungan antara guru

30
dan peserta didik. Pesatnya perubahan didik dan tidak hanya menanamkan
kebutuhan pendidikan dalam keterampilan berbasis disiplin dan
masyarakat dan ledakan informasi yang pengetahuan.
diterima melalui teknologi,
menunjukkan bahwa sekarang KESIMPULAN
dibutuhkan suatu pendekatan Berdasarkan hasil observasi
pendidikan dimana peserta didik itu selama pemelitian, temuan pada
sendiri yang menentukan apa dan pelaksanaan pembelajaran, dan analisis
bagaimana pembelajaran harus terhadap kemampuan berpikir
dilakukan. mahasiswa sebelum dan sesudah
Dalam menanggapi kondisi ini, pembelajaran untuk materi Konsep
telah muncul beberapa pendekatan Dasar Inovasi PLS dan Proses Inovasi
inovatif yang mengatasi kekurangan dari PLS dapat diambil kesimpulan sebagai
pedagogis dan pendekatan andragogi. berikut:
Heutagogy adalah suatu studi tentang 1. Kemampuan berpikir mahasiswa
pembelajaran mandiri yang pada materi Konsep Dasar Inovasi
diakumulasikan dengan beberapa ide PLS dan Proses Inovasi PLS
yang disajikan oleh berbagai pendekatan sebelum pembelajaran secara
belajar. Hal ini juga merupakan upaya signifikan tidak berbeda.
untuk menantang beberapa ide tentang 2. Kemampuan berpikir mahasiswa
pengajaran dan pembelajaran yang pada materi Konsep Dasar Inovasi
masih berlaku di teacher centered PLS dan Proses Inovasi PLS setelah
learning. Dalam hal ini heutagogy pembelajaran secara signifikan
melihat ke masa depan dimana berbeda
mengetahui cara belajar akan menjadi 3. Antusiasme dan kesungguhan
keterampilan mendasar mengingat laju mahasiswa di dalam kelas ketika
inovasi dan perubahan struktur mengikuti pembelajaran dengan
masyarakat dan kebutuhan lapangan menggunakan pendekatan heutagogi
pekerjaan. lebih tinggi dibandingkan dengan
Pendekatan heutagogical mahasiswa yang mengikuti
mengakui kebutuhan untuk bersikap pembelajaran pendekatan
fleksibel dalam belajar dimana guru konvensional.
menjadi narasumber kemudian peserta 4. Hasil belajar yang dilihat dari nilai
didik menentukan desain pembelajaran. rata-rata hasil ujian mahasiswa
Dengan demikian peserta didik dapat dalam mengikuti pembelajaran
membaca isu-isu kritis dan menentukan dengan menggunakan pendekatan
apa yang menarik dan relevan dengan heutagogi secara signifikan lebih
kondisi mereka. Dalam hal ini, penilaian tinggi dibandingkan dengan
dilakukan melalui pengalaman belajar. mahasiswa yang mengikuti
Sebagai guru kita harus menyibukkan pembelajaran dengan menggunakan
diri dengan mengembangkan pendekatan konvensional.
kemampuan peserta

31
5. Terjadi peningkatan kemampuan Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta:
berpikir mahasiswa yang dapat Gajah Mada Uniersiti Press.
dilihat dari hasil belajar dan nilai Hake, R.R. (1999). Analyzing
rata-rata pada kelompok mahasiswa Change/Gain Score. Woodland
yang mengikuti pembelajaran Hills: Dept of Physics, Indiana
dengan menggunakan pendekatan University. [Online].
keutagogi lebih tinggi dibandingkan http://www/physics.indiana.du/~sdi
dengan kelompok mahasiswa yang / Analyzing Change-Gain.pdf [3
mengikuti pembelajaran dengan Januari 2011].
menggunakan pendekatan Hase, S. and Kenyon, C. (2000). From
konvensional. andragogy to heutagogy. Ultibase,
RMIT.
DAFTAR RUJUKAN http://ultibase.rmit.edu.au/Articles/
Blaschke, L.M. (2012). Heutagogy and dec00/hase2.htm.
lifelong learning: A review of Sudarwan Danim.(2010). Pedagogi,
heutagogical practice and self- Andragogi, dan Heutagogi.
determined learning. International Bandung : Alfabesta
Review of Research in Open and Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur
Distance Learning, 13(1), 56-71. Penelitian Suatu Pendekatan
Retrieved from: Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
http://www.irrodl.org/index.php/irr ________________. Manajemen
odl/article/view/1076/2113 Penelitian, Cetakan V. Jakarta:
Rineka Cipta.
Burhan Nurgiyantoro Gunawan. (2002). Sutrisno Hadi. (2002). Metodologi
Statistik Terapan untuk Penelitian Research II. Yogyakarta: Andi.

32

Anda mungkin juga menyukai