Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN ULANGAN AKHIR SEMESTER

ETIKA DAN FILSAFAT POLITIK

Kartinia Indah Pratiwi (1910413047)

Sistem Politik Indonesia Kelas A

Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Anwar Ilmar, S.Sos., M.I.P.

1. Sebutkan minimal 4 (empat) hal yang menjadi prinsip dari demokrasi liberal!
Berikan penjelasan saudara secara tepat dan akurat.

Demokrasi liberalisme sendiri memiliki beberapa prinsip di antaranya adalah menerapkan


kebebasan individu dengan membatasi pemerintah. cara-cara pemerintah yang baik
membatasi kekuasaan pemerintahan,

Prinsip demokrasi satu ini memiliki konsep-konsep yang memisah-misahkan kekuasaan


seperti pemisahan kekuasaan, kedaulatan, konsitutionalisme, kewarganegaraan, aturan
hukum. Warga negara berhak memeriksa pemerintah karena pemerintahan yang baik
memastikan bahwa kekuasannya dibuat untuk sepenuhnya bertanggung jawab kepada rakyat

Prinsip dari sistemnya adalah semua berdasarkan suara rakyat. Pemerintahan yang baik
mewakili suara prinsip rakyat dengan menegakkan pemerintahan perwakilan,
mempertahankan hak suara demokratis dan menciptakan masyarakat yang demokratis.

Demokrasi liberal juga memunculkan hadirnya kontrak sosial yang memberikan hak kepada
warga negara untuk membentuk sebuah lembaga negara yang memiliki sikap adil dan juga
moderat. Sistem dari semokrasi yang liberal ini juga menganut masyarakat pasar bebas.

Pasar bebas adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada penawaran dan permintaan dengan
sedikit atau tanpa kendali pemerintah. Masyarakat pasar bebas adalah deskripsi singkat dari
semua pertukaran yang terjadi di lingkungan ekonomi tertentu. Di pasar bebas, hukum dan
kekuatan penawaran dan permintaan bebas dari intervensi siapa pun dan apapun baik itu oleh
pemerintah atau otoritas lain. Demokrasi liberalisme, sesuai dengan judulnya, memiliki
karakteristik yang sesuai dengan filosofi politik liberal dan demokrasi.

Karakteristik ini sulit dijabarkan (tidak diragukan lagi ada negara-bangsa yang
mengidentifikasi sebagai demokrasi liberalisme yang memiliki perbedaan besar dalam cara
mereka menjalankan berbagai hal).

 Prinsip Kebebasan Individual


Dalam sistem demokrasi liberal, kebebasan individu merupakan hal yang sangat penting.
Sistem ini menganggap kalau kebebasan individu akan membuat seseorang menemukan jati
dirinya sebagai manusia yang kreatif, manusia yang kritis, dll. Selain itu, menurut paham
demokrasi liberal, masyarakat yang dikekang kebebasannya itu tidak ada bedanya dengan
budak. Adanya kebebasan akan membuat individu tersebut lebih berani untuk mengambil
inisiatif.

 Kontrak Sosial

Menurut Michael Margolis, kontrak sosial merupakan pandangan politik yang bersifat liberal.
Kontrak sosial mengingatkan hak-hak rakyat dan memberi pembenaran politis untuk
membentuk lembaga sesuai dengan keinginan rakyat (masyarakat), seperti yang terjadi di
negara Amerika Serikat dan Inggris.

 Prinsip Masyarakat Pasar Bebas

Dalam demokrasi liberal, segala sesuatu yang dianggap dapat menimbulkan kehidupan orang
banyak ditentukan sepenuhnya melalui proses negosiasi atau proses tawar-menawar. oleh
sebab itu keputusan penting ditentukan oleh pasar secara bebas. Dalam bidang ekonomi
misalnya, produk-produk konsumtif ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar bebas.

 Mengutamakan Hak Asasi Yang Berkaitan Dengan Kebebasan

Demokrasi liberal mengfokuskan hak asasi manusia yang saling berkaitan dengan kebebasan
individul. Perlu kalian ketahui, liberal adalah suatu ideologi atau filsasat yang mendasarkan
pada suatu pemahaman yang menjunjung tinggi kebebasan. Pengutamaaan hak asasi yang
berkaitan dengan kebebasan adalah cita-cita yang dirancangkan oleh negara agar
mewujudkan masyarakat yang bebas dari segala hal.

2. Bagaimana pandangan Karl Marx mengenai hubungan antara negara dan


kapitalisme? Berikan penjelasan saudara secara analitis.

Menurut Marx, negara secara hakiki merupakan negara kelas yang berarti negara secara
langsung ataupun tidak langsung dikuasai oleh kelas yang menguasai bidang ekonomi. Oleh
sebab itu, negara bukanlah lembaga yang mengatur masyarakat tanpa pamrih, tetapi
merupakan alat bagi kelas atas untuk mengamankan kekuasaan mereka. Kedudukan negara
tidak netral, melainkan berpihak pada kelas tertentu. Negara hanya berpura-pura bertindak
atas nama kesejahteraan rakyat, tetapi sebenarnya hanya siasat untuk mengelabui kelas
pekerja.

Hal ini dapat kita lihat karena pada saat ini negara di dunia yang menguasai segala bidang
baik ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan ideologi kebanyakan adalah negara yang
memiliki kekuasaan lebih di bidang tersebut, dan tentunya masyarakat di negara yang
memiliki kekuasaan itu telah diberi bekal yang cukup berupa ilmu pengetahuan yang
bertujuan untuk dapat menguasai sekaligus menjajah negara beserta masyarakat lain yang
memiliki kekuatan yang kurang. Makanya dapat kita lihat juga bahwa saat ini banyak negara
secara tak langsung menjajah negara lain bukan lewat peperangan melainkan lewat
penyusupan melalui ilmu dan penguasaan ekonomi yang bertujuan untuk memperkaya negara
yang lebih berkuasa.

3. Menurut kaum utilitarian, hukum disusun untuk menjamin prinsip kebahagiaan


terbesar manusia dapat terwujud. Menurut saudara, apakah penyusunan hukum di
Indonesia sudah menjamin prinsip utilitarianisme tersebut? Berikan analisis
saudara dengan contoh kasusnya.

Utilitarianisme yang berkeyakinan bahwa hukum mesti dibuat secara utilitaristik. Hukum
yang seperti ini dapat dicapai dengan menggunakan seni dari legislasi yang membuat kita
bisa meramalkan hal mana yang akan memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalkan
penderitaan masyarakat. Aliran ini memperkenalkan kemanfaatan hukum sebagai tujuan
hukum yang ketiga, disamping keadilan dan kepastian hukum. Tujuan hukum bukan hanya
untuk kepastian hukum dan keadilan, tetapi juga ditujukan untuk memberikan manfaat bagi
masyarakat. Disamping menyatakan tentang tujuan hukum yang ketiga tersebut, aliran ini
juga berbicara tentang keadilan. Penganut aliran ini mendefenisikan keadilan dalam arti luas,
bukan untuk perorangan atau sekedar pendistribusian barang seperti pendapat Aristoteles.
Adil atau tidaknya suatu kondisi diukur dari seberapa besar dampaknya bagi kesejahteraan
manusia (human welfare).

Aliran Utilitarianisme mempunyai pandangan bahwa tujuan hukum adalah harus ditujukan
untuk mencapai kebahagiaan tertinggi dengan cara melengkapi kehidupan, mengendalikan
kelebihan, mengedepankan persamaan dan menjaga kepastian. Sehingga, hukum itu pada
prinsipnya ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat, disamping untuk
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Dalam
mencapai tujuan hukum yang telah dirumuskan tersebut peranan proses legislasi sangat
menentukan dapat atau tidaknya dicapai tujuan hukum tersebut. Bagaimana setiap produk
perundang-undangan yang dihasilkan memberikan ruang bagi setiap orang untuk mengejar
kebahagiaannya. Dalam hal ini, tugas legislator adalah menghasilkan keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan pribadi. Dengan demikian, legislasi merupakan proses
kunci untuk mewujudkan hukum yang dapat mendatangkan manfaat bagi individu. Proses
legislasi akan menghasilkan hukum yang akan dipatuhi oleh semua warga negara, termasuk
penyelenggara negara sendiri. Hukum inilah nantinya yang akan dijadikan alat untuk
memberikan ruang bagi individu mencapai kebahagiaannya.

Di Indonesia hingga saat ini berkembang aliran positivisme hukum selama hampir setengah
abad lebih undang-undang sebagai hukum negara menjadi hukum utama yang diberlakukan
dalam masyarakat. Hukum ini sebagaimana sifatnya memiliki unsur pemaksa dari pembuat
dan pelaksana undang-undang. Untuk itu, aliran Utilitarianisme memberikan sumbangsih
pemikiran hukum pada hukum, dalam hal ini hukum di Indonesia. Relevansinya itu
merupakan salah satu pemikiran yang mengkaji bagaimana tujuan hukum itu sendiri yakni
memberi kemanfaatan kepada sebanyak-banyaknya orang. Kemanfaatan disini diartikan
sebagai kebahagiaan (happinnes). Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum,
bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.
Kebahagiaan ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap individu. Tetapi jika tidak mungkin
tercapai dan pasti tidak mungkin diupayakan agar kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak
mungkin individu dalam masyarakat (bangsa) Indonesia tersebut.

Melihat keadaan Indonesia yang sedang menuju negara moderen, hal itu dapat dilihat dengan
ikut campur tangan negara dalam mengurusi kepentingan masyarakat. Negara berperan aktif
mengatur urusan rakyat. Begitu banyak produk hukum yang tercipta untuk mengatur
kepentingan warga negara dengan tujuan hukum yang ingin dicapai adalah menjaga
kestabilan dan ketertiban hukum. Perkembangan yang berlangsung mengakibatkan
perubahan secara mendasar atas peranan dan fungsi-fungsi yang diselenggarakan pemerintah.
Negara selaku integritas kekuasaan, sudah tentu membutuhkan suatu tingkat kestabilan
khusus dalam sistem sosialnya untuk tetap mempertahankan keseimbangan antara peranan
atau penyelenggaraan fungsi-fungsinya dengan tujuan yang dicapai. Dalam upaya mencapai
hal tersebut, tidak saja diperlukan keselarasan atas tujuan tujuan yang dikehendaki oleh
kelompok kelompok sosial maupun kelompok ekonomi yang terdapat pada negara, akan
tetapi juga kreativitas untuk menciptakan secara terarah berbagai kondisi kesejahteraan sosial
yang dikehendaki masyarakat.

Pemerintah Indonesia diharapkan dapat menginplementasikan prinsip aliran Utilitarianisme


dalam setiap produk hukum yang ingin dibuat dengan senantiasa mempertimbangkan tujuan
hukum kemanfaatan untuk masyarakat. Meskipun kenyataan yang terjadi saat ini pencapaian
tujuan hukum modern di Indonesia menurut aliran Utilitarianisme mengarah ke arah yang
lebih baik namun dinilai masih kurang efektif. Hal itu dikarenakan negara tidak mungkin bisa
menjamin kesehjateraan tiap rakyatnya (tiap indivudu), dan dalam pembentukan hukum
masih banyak dipengaruhi oleh kepentingan elit politik atau kepentingan penguasa sehingga
hukum tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya dan tidak dapat sepenuhnya
memberi kemanfaatan. Olehnya, dalam setiap proses pembentukan hukum kiranya
pemerintah dan legislatif lebih mengedepankan tujuan kemanfaatan dan kebahagiaan
masyarakat seluruhnya sebagai tujuan utama dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang
adil, makmur dan sejahtera.

Untuk contoh kasus, kita dapat melihat sendiri bahwa penyusunan hukum di Indonesia rerata
harus memperhatikan kebahagiaan masyarakat banyak agar hasilnya dapat dinikmati orang
banyak, misalnya dalam UUD pasal 33 sendiri dijelaskan bahwa perekenomian masyarakat di
Indonesia harus adil agar hasilnya dinikmati orang banyak melalui hukum yang berlaku, akan
tetapi PT Freeport yang merupakan milik asing tidak memperhatikan prinsip utilitarisme
yang berlaku di Indonesia sehingga mereka melakukan pelanggaran eksploitasi tambang dan
masyarakat di daerah papua dan juga merugikan negara karena hasil pendapatan hanya untuk
negara pemilik PT Freeport, hingga presiden mau tidak mau harus turun tangan negosiasi
kepada pihak perusaahan untuk membagi pendapatan secara adil.

4. Maraknya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menunjukkan bahwa


meskipun peradaban semakin modern, namun penindasan masih kerap terjadi
terhadap perempuan terutama di wilayah privat. Coba saudara sebutkan apa yang
menjadi faktor-faktor penyebabnya menurut perspektif feminisme?

Dalam masyarakat patriarki, relasi gender cenderung lebih memberi tempat yang utama bagi
laki-laki, sehingga bila dicermati maka dalam banyak bidang kehidupan menempatkan
perempuan pada posisi subordinasi. Perempuan seakan menjadi warga kelas dua (second
class), dan hal ini menjadi akar ketimpangan relasi gender. Ketimpangan tersebut sering tidak
disadari oleh anggota masyarakat dan dianggap sebagai kodrat perempuan. ebagian
masyarakat terhegemoni oleh kaidah-kaidah yang ada. Peran dan posisi perempuan yang
subordinat dianggap merupakan hal yang wajar. Dalam masyarakat patriarkhi juga, relasi
gender cenderung lebih memberi tempat yang utama pada laki-laki, sehingga bila dicermati
secara teliti maka dalam banyak bidang kehidupan menempatkan perempuan pada posisi
subordinasi. Laki-laki dianggap lebih berkuasa dan di atas segalanya dari seorang perempuan.
Dalam lingkup domestik, anggapan ini menimbulkan sikap adanya ketergatungan perempuan
(istri) kepada suami serta perempuan merasa dirinya lemah dan tidak berdaya.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan bentuk pengontrolan terhadap pasangan yang
dapat terjadi di setiap masyarakat dan keluarga pada kelas sosial ekonomi manapun, yang
terjadi karena adanya anggapan bahwa laki-laki adalah superior dan posisi perempuan adalah
inferior. Hal ini menyebabkan suami memiliki hak untuk memaksakan kehendaknya kepada
istri karena ia adalah seorang kepala keluarga. Selain itu, anggapan gender bahwa seorang
istri seharusnya bekerja di wilayah domestik dan laki-laki bekerja di wilayah publik
menyebabkan istri terjebak dalam rutinitas domestik sehingga posisinya termarjinalkan dan
tersubordinasi di dalam rumahnya sendiri.

Kekerasan demi kekerasan yang dialami oleh perempuan ternyata meninggalkan dampak
traumatik yang sangat berat. Pada umumnya korban merasa cemas, stres, depresi, trauma
serta menyalahkan diri sendiri. Sedangkan akibat fisik yang ditimbulkan adalah memar, patah
tulang, kerusakan bagian tubuh bahkan kematian. Walaupun perempuan (istri) sebagai korban
kekerasan, mereka cenderung bertahan. Hal ini disebabkan karena istri dalam situasi yang
terancam, tidak ada tempat berlindung, untuk kepentingan anak, takut dicerca masyarakat
karena aib akan ditimpakan pada perempuan, serta alasan demi mempertahankan perkawinan

Seperti yang kita tahu bahwa dimasyarakat menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga pada masyarakat adalah perselingkuhan, masalah
ekonomi, budaya patriarki, campur tangan pihak ketiga, bermain judi, dan perbedaan prinsip.
Faktor utama yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga adalah perselingkuhan yang
dilakukan suami dengan perempuan lain. Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh
survivor adalah kekerasan fisik (ditampar, dijambak, ditempeleng, diinjak-injak), kekerasan
psikis (caci maki, ancaman), dan penelantaran rumah tangga. Beberapa survivor mengambil
sikap diam atas kekerasan yang dialaminya. Hal ini dikarenakan mereka tidak mau terjadi
peristiwa yang lebih parah lagi dan tidak menghendaki permasalahan semakin berlarut-larut.
Selain bersikap diam, beberapa survivor bersikap melawan terhadap suami atas kekerasan
yang menimpanya. Perlawanan tersebut sebagai upaya perlindungan atas serangan suami
yang mengakibatkan luka fisik maupun nonfisik. Hal ini jelas menyulitkan untuk
menuntaskan masalah KDRT di Indonesia karena prinsip patriarki dan dan faktor rasa
kekeluargaan dan patuh terhadap suami yang kuat jelas menyulitkan kita untuk menuntaskan
masalah ini.

Anda mungkin juga menyukai