Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS 57

TUGAS NARASI

KETUHANAN YANG MAHA ESA

Oleh

KHOIRUL ABAS WIJAYA

171903101028

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2020
Falsafah Negara Pancasila, Sila Pertama Disebut Ketuhanan yang Maha Esa
Masalah ke-Tuhanan merupakan suatu hal yang pokok atau dasar dalam setiap
agama, sehingga suatu agama yang tidak ada atau tidak Jelas Tuhannya maka
bukanlah agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa (tunggal) yang
dalam istilah agama disebut Tauhid artinya meng-Esakan Tuhan yaitu Allah
SWT.Demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha Esa tersebut mempunyai penafsiran
yang berbeda di antara satu agama dengan agama lainnya, baik itu dalam islam,
Kristen, Hindu maupun Budha. Perbedaan-perbedaan tersebut harus diterangkan,
agar supaya berdasarkan pengertian tentang adanya perbedaan itu akan timbul
saling pengertian dan hargamengharagi antara satu sama lain, sehingga tidak
menimbulkan pertengkaran/perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat.

Tetapi bagi agama, kesatuan alam semesta dan kestuan akal, kedua-duanya
menunjukkan kepada adanya kesatuan yang terakhir darimana kedua kesatuan
itu’pikiran dan benda- bersumber. Pikiran manusia, secara psikologis, juga
merupakan satu kesatuan. Apakah sebenarnya fikiran itu, apakah mind; dalam
bahasa inggris ataukah jiwa;, tetapi satu hal tak dapat dibantah, ialah bahwa ia itu
merupakan pengalaman atau appercepsi;. Menurut Islam semua yang ada dalam
alam ini dihubungkan dengan satu hukum atau dengan satu kemauan yang kreatif,
sebab Sang Penciptanya adalah satu. Profesor Hoffding, seorang ahli sejarah
filsafat yang terkenal itu, menyatakan bahwa di dunia Barat kepercayaan pada
monotheisme mendapat kemajuan yang besar karena kemajuan science yang
didasarkan kepada kesatuan eksistensi, yang dapat dibuktikan dengan penemuan
demi penemuan ilmiah. Monisme dari science dan monotheisme dari pada agama
adalah sangat dekat satu sama lain.

Dalam perjalanan sejarah, manusia seringkali mulai dengan kepercayaan tentang


banyak Tuhan, yang Tuhan satu sama lain tidak ada hubungannya sama sekali,
atau bahkan Tuhan yang satu bermusuhan dengan Tuhan yang lainnya, tetapi
akhirnya mereka sampai kepada idea tentang Esanya Tuhan. Demikian juga
penemuan-penemuan alami dimulai dengan penemuan-penemuan
kebanyakragaman dari alam semesta ini, hingga akhirnyasamapi kepada satu idea
tentangkesatuanalamsemestaini.Dimanamerekamenemukanbahwaberbagai
macam penomena alami yang paling jauh diketahui tunduk kepada satu hukum yang
sama dan saling berhubungan kausal satu sama lain. Di samping akal dan dunia,
Tuhan juga terasa dalam kesadaran moral manusia. Immanuel Kant menyatakan
bahwa hal yang menakutkan dia; langit yang bertaburan bintang-bintang di atas dan
hukum moral yang ada di dalam dirinya sendiri. Dalam kedua dunia ini; dunia atas
dan dunia dalam ia berusaha untuk menemukan kesatuan dan uniformnya hukum
yang menguasainya. Rupa-rupanya ia mendapatkan kesukaran untuk menyatukan
dua kesatuan itu dalam satu kesatuan yang fundamental, darimana kedua-duanya
itu bersumber. Ia meninggalkan hal itu dalam bidang kepercayaan, dengan
memegang teguh thesisnya bahwa agama baru mulai dimana filsafat berhenti. B.
Agama Islam adalah Monotheisme Menurut Islam, Tuhan yang benar adalah
monotheistic dan semua nabi-nabi mengajarkanmonotheis.

Al-Qur’an dengan khusus menyebutnya nabi Ibrahim AS yang mengajarkan


monotheisme dalam bentuk yang amat tegas lagi jelas dan Nabi Muhammad SAW
sendiri menyatakan berulang kali bahwa ia mengambil jalan yang benar
sebagaimana jalan yang dilalui oleh Nabi Ibrahim AS yang menolak penyembahan
berhala dan menolak anggapan berbagai macam gejala alam sebagai Tuhan.
Sebagaimana firman Allah SWT menyatakan Lantaran itu, turutlah agama Ibrahim
yang lurus; dan bukanlah ia seorang daripada kaum musyrik;. (Al-Imran: 95).
kemudian kami wahyukan kepadamu hendaklah engkau turut agama Ibrahim yang
lurus, dan bukanlah ia daripada golongan musyrik;. (An-Nahl: 123). Di dalam agama
Hindu, kita juga melihat perkembangan yang lama dan berangsur-angsur dari
polytheisme dan penyembahan gejala alam kepada monotheisme dan monisme
spiritual. Demikian juga agama Kristen. Yesus atau Isa Bin Maryam, adalah seorang
monitheis dan banyak juga dari orang-orang Kristen yang tetap monotheis. Tetapi
ajaran trinitas mengaburkan monotheisme agama Kristen dengan memasukan
ajaran inkarnasi dan ajaran adanya tiga oknum yang co-eternal dan sejajar, yang
semuanya itu adalah satu, tetapi dalam waktu yang sama adalah juga tiga. Ajaran ini
karena tidak bisa dipahami oleh agama Kristen dikatakan Mystery; (ajaran yang
rahasia). Inilah sebabnya, maka Professor Willfred Cantwell Smith, seorang Guru
Besar Perbandingan Agama di McGill University Canada menyatakan bahwa orang-
orang Kristen membuat kesalahan fundamental lagi sangat keji, ialah mereka
menyembah utusan Tuhan (Jesus) dengan mengabaikanajaran-ajarannya.
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengaku agama yang
paling pertama yang mengajarkan monotheisme atau ke-Esaan Tuhan. Sebaliknya
islam menekankan bahwa kepercayaan tentang ke-esaan Tuhan itu adalah sama
tuanya dengan lahirnya manusia dan itulah kebenaran agama. Islam mengajarkan
bahwa semua nabi-nabi mengajarkan kebenaran yang fundamentil itu dan semua
kitab-kitab suci agama mengajarkan tentang ajaran monotheisme itu. Tetapi
kepercayaan itu dari waktu ke waktu oleh tangan manusia, dan nabi demi nabi
diutus oleh Allah kepada berbagai macam bangsa dan kelompok umat manusia
untuk mengembalikan kebenaran yang asasi itu. Oleh karena itu kesatuan asasi
daripada seluruh agama adalah merupakan salah satu ajaran islam. Ajaran agama-
agama besar satu sama lain berbeda dalam cara-cara peribadatannya dan hukum-
hukumnya, karena bedanya lingkungan, waktu dan tempat, tetapi kepercayaan
tentang keesaan Tuhan adalah sama pada seluruh agama. Menurut Al-Qur’an
kepercayaan tentang ke-esaan Tuhan itu dan usaha untuk menyempurnakan
kebaktian Tuhan itulah merupakan pokok daripada semua agama yangbenar.

Demikian pula kesatuan moral adalah juga merupakan akibat yang langsung
daripada kepercayaan tentang ke-Esaan Tuhan. Sekalipun bangsa-bangsa dan
kelomopok-kelompok ummat manusia berbeda dalam adat kebiasaan dan tatacara
hidupnya, namun seharusnya ada satu ukuran moralitas yang obyektif bagi mereka
semua itu. Islam menekankan bahwa manusia seluruhnya adalah satu, kode
moralnya pun harus satu pula. Dalam ayat-ayat A-Qur’an berhubungan dengan
moral maka Allah dalam firman-Nya selalu membarengkan antara lelaki dan wanita
dan hanya dalam ajaranajaran moral yang bukan esensi maka ayat-ayat Al-Qur’an
mempunyai anjuran-anjuran yang khusus untuk lelaki dan anjuran yang khusus
untuk wanita. Jadi kesatuan hukum morak adalah akibat yang langsung daripada
kesatuan ummat manusia adalah akibat langsung daripada ke-EsaanTuhan.

Dalam deretan sifat-sifat Tuhan maka sifat ke-Esaan Tuhan inilah yang paling
ditekankan dalam Al-Qur’an. Sifat inilah kalau dibandingkan dengan sifat-sifat Tuhan
yang paling mudah dipahami. C. Keesaan Tuhan sebagai Problem Theologi Karena
tidak demikian mudahnya memahami soal-soal yang berhubungan dengan
Ketuhanan, maka timbullah berbagai macam aliran pikiran dalam theology. Dalam
islam juga ada aliran-aliran theology, demikianjuga dalam agama Kristen .
diantaranya sebab-sebab yang pokok ialah karenaTuhan tak terbatas itu tidak dapat
dipahami oleh akal yang terbatas dan kerana Tuhan Yang Mutlak itu tak dapat
dipahami oleh sesuatu yang relative (nisbi). Untuk mengetahui dunia secara
kwalitatif dan kwantitatif orang dilengkapi dengan organisme dengan indera-indera
yang khusus yang dengan itu dapat mencapai tujuan-tujuan yang sifatnya biologis.
Akalpun berurat berakar pada indera kerja, kerja akal itu hanya merupakan
eksistensi daripada indera. Akal orang adalah merupakan alat perjuangannya untuk
eksistensinya dan adaptasi terhadap keadaan sekitarnya. Indera-indera dan akal
adalah terbatas dan nisbi ini menggarap soal-soal yang terbatas dan nisbipula.

Dan sekalipun pemilihanyya itu seringkali ditentukan oleh perasaan dan responsi
individual, namun kecenderungan itu seringkali malahan diatur secara institusionil
seperti umpamanya dikalangan sekte calvinisme dan Quakerisme. Di dalam islam
ketegangan batin itu juga tampak. Dalam Al-Qur’an transendennya Allah itu
berkalikali ditekankan dengan segala kemutlakan, yang rupa-rupanya tidak
memberikan lobang sama sekali untuk ajaran immanent. Sekalipun demikian, ajaran
transenden ini tidak menolak sifat asih dan dekatnya Tuhan, dimana Tuhan Yang
Maha Suci itu sangat erat hubungannya dengan kehidupan rohani orang, hingga
tuhan adalah lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.
Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan secara singkat tentang masalah ke-Esaan Tuhan
menurut Al-Qur’an, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1.
Pengertian ke-EsaanTuhan,menurut Al-Qur’an adalah telah jelas dan tegas,bahwa
Tuhanitu adalah Esa/ahad sebagaimana dinyatakan Al-Qur’an dalam Surat Al-ikhlas.
Penegasan tentang hal ini menunjukkan bahwa islamlah agama yang benar-benar
menganut faham monotheisme yang murni. Dan hal inilah kiranya yang merupakan
cirri khusus Islam yang tidak akan ter pengaruh karena perubahan zaman atau
tempat. 2. Pengertian ke-Esaan Tuhan, menurut agama-agama selain islam, dapat
dikataka pengakuan Esa, tetapi tidak murni. Hal ini karena masih mengakui Ilah-ilah
(Tuhan-tuhan) yang lain. Sehingga tidak monotheistic lagi, bahkan lebih tepat
dikatakan menganut paham Polytheime. 3. Bahwa ke- Esaan Tuhan menurut Al-
Qur’an bukanlah sesuatu yang dogmatis dan irasionil, tetapi bahkan sesuatu
pengertian yang rasional yang masuk dab dapat dimengerti oleh akal pemikiran
yang sehat, karena Tuhan itu maha Kuasa, Maha Sempurna, maka secara otomatis
Dia harus Esa/Tinggal, sebab jika lebih dari satu, maka tentunya tidak Esalagi.

Anda mungkin juga menyukai