Anda di halaman 1dari 1

 Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukan masukan atau saran kedalam suatu sub

pembahasan yang sudah ada, yaitu dimana anak melakukan penyesuaian atau
mengasimilasikan lingkungan ke dalm suatu skema atau langkah-langkah.
 Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru., yakni anak
menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.Proses penyerapan ini saling berkaitan,
sebagai contoh ketika seorang anak belum mengetahui/mengenal api, suatu hari anak merasa
sakit karena terpercik api, maka berdasarkan pengalamannya terbentuk struktur penyesuaian
skema pada struktur kognitif anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan
oleh karena itu harus dihindari, ini dinamakan adaptasi. Dengan demikian, ketika ia melihat api,
secara refleks ia akan menghindar. Semakin anak dewasa, pengalaman anak tentang api
bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak memakai api, ketika anak melihat
bapaknya merokok menggunakan api, maka skema yang telah terbentuk disempurnakan, bahwa
api bukan harus dihindari tetapi dapat dimanfaatkan. Proses penyesuaian skema tentang api
yang dilakukan oleh anak itu dinamakan asimilasi. Semakin anak dewasa, pengalaman itu
semakin bertambah pula. Ketika anak melihat bahwa pabrik-pabrik memerlukan api, setiap
kenderaan memerlukan api, dan lain sebagainya, maka terbentuklah skema baru tentang api.
bahwa api bukan harus dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat dimanfaatkan, akan tetapi
api sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia.
 ekuilibrasi menunjuang adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih
komplek.melalui kedua penyesuaian (asimilasi dan akomodasi sistem kognisi seseorang
berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga terkadang mencapai equilibrium,
yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan. Sebagai
anak-anak yang sedang tumbuh terkadang mereka berhadapan dengan situasi yang tidak dapat
menjelaskan secara luas tentang dunia dalam terminology yang dipahami saat ini. Kondisi
demikian menimbulkan konflik kognitif atau disequilibrium, yakni semacam ketidaknyamanan
mental yang mendorongnya untuk mencoba membuat pemahaman tentang apa yanag mereka
saksikan. Dengan melakukan penggantian, mengorganisasi kembali atau mengintegrasikan
secara baik skema-akema atau langkah-langkah mereka (dalam kata-kata lain, melalui
akomodasi), anak-anak akhirnya mampu memecahkan konflik, mampu memahami kejadian-
kejadian yanag sebelumnya membingungkan, serta kembali mendapatkan keseimbangan
pemikiran.

Anda mungkin juga menyukai