HUKUM ACARA PERATUN

D.R. HYRONIMUS BUYANAYA, S.H., M.H.

1. NEGARA HUKUM

❑ ISTILAH/KONSEP NEGARA HUKUM ADA DUA, YAKNI REHTSSTAAT DAN THE RULE OF LAW.
❑ MESKI KEDUA KONSEP INI BWRLATAR BELAKANG YANG BERBEDA, TETAPI KEDUANYA MEMILIKI SATU
SASARAN YANG SAMA, YAKNI JAMINAN PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA (HAM).
❑ INTI DARIPADA NEGARA HUKUM ADALAH JAMINAN DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA.
❑ NEGARA HUKUM INDONESIA BERBEDA LATAR BELAKANG DARI KEDUA KONSEP NEGARA HUKUM
RCHTSSTAAT MAUPOUN THE RULE OF LAW.
❑ KARAKTER NEGARA HUKUM NDONESIA BUKAN LAHIR DARI KONSEP NEGARA HUKUM RECHTSSTAAT DAN
THE RULE OF LAW, MELAINKAN SESUAI DENGAN PRINSIP-PRINSIP DAN NILAI-NILAI YANG TERDAPAT
DALAM JIWA DAN SEMANGAT BANGSA INDONSIA, YAKNI PANCASILA. NEGARA HUKUM INDONESIA
ADALAH NEGARA HUKUM PANCASILA. PRINSIP DASAR : KESERASIAN, KESEIMBANGAN HUBUNAN ANTARA
PEMERINTAH DAN RAKYAT BERDASARKAN ASAS KERUKUNAN.
❑ BERSUMBER DARI ASS KERUKUNAN,BERKEMABNAGN ELEMEN LAIN DARI KONSEP NEGARA HUKUM
PANCASILA, YAKNI TERJALINNYA HUBUNGAN FUNGSIONAL YANG PROPORSIONAL ANTARA KEKUASAAN
NEGARA, PENYELESAIAN SENGKETA BERDASARKAN MUSYAWARAH, SEDANGKAN PERADILAN
MERUPAKAN SARANA TERKAHIR DAN KETENTUAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA TIDAKLAH HANYA
MENEKANKAN HAK ATAU KEWAJIBAN, MELAINKAN TERJALINNYA KESEIMBANGAN ANTAR HAK DAN
KEWAJIBAN.
2. PERADILAN TATA USAHA NEGARA
2.1. PENGATURAN PERATUN
❑ MERUPAKAN PE, TAHUN 1986 MELALUI UNDANG-UNDANG NOMOR 5
TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA UASAHA NEGARA DISAHKAN
TANGGAL 29 DESEMBER 1986 (LN TAHUN 1986 NOMOR 77 DAN TLN R.I.
NOMOR 3344)
❑ LAHIR SEBAGAI RESPON ATAS BERBAGAI PERSOALAN YANG MENYANGKUT
KEPENTINGAN RAKYAT BERKENAAN DENGAN TINDAKAN PEMERINTAH YANG
SEMAKIN MENINGKAT SEBAGAI AKIBAT SEMAKIN MENGUTANYA PERAN
PEMERINTAH DALAM MENGELUARKAN PRODUK PENGATURAN. SALAH SATU
PENYEBAB MUNCULNYA PERBENTURAN KEPENTINGAN ANTARA RAKYAT
DENGAN PEMERINTAH.
 3. EKSISTENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA
3.1. EKSISTENSI PTUN MENURUT PASAL 10 UU NOMOR 4 TAHUN 2004

❑ PASAL 10 UU NOMOR 4 TAHUN 2004 :

Sambungan

A. PENGATURAN DALAM UUD 1945 :

▪ KEKUASAAN KEHAKIMAN MERUPAKAN KEKUASAAN YANG MERDEKA YANG DILAKUKAN
OLEH SEBIAH MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN DI BAWAHNYA UNTUK
MENYELENGGARAKAN PERADILAN, GUNA MENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN.
▪ UUD 1945 MERUPAKAN LANDASAN FUNDAMENTAL PENGATURAN LEBIH KLANJUT TERHADAP
PERADILAN DI INDONESIA, YAKNI : PASAL 24 uud 1945. YAKNI :
1. KEKUASAAN KEHAKIMAN MERUPAKAN KEKUASAAN YANG MERDEKA UNTUK
MENYELENGGARAKAN HUKM DANKEADILAN.
2. KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH SEBUAH M.A, DAN BADAN-BADAN PERADILAN
DI BAWAHNYA DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM, PERADILAN AGAMA, PERADILAN
MILITER, DAN LINGKUNGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
3. BADAN-BADAN LAIN YANG FUNGSINYA BERKAITAN DENGAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG. LANDASAN FUNDAMENTAL INILAH MELAHIRKAN UU
PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
Sambungan

❑ DARI SEGI PENGATURAN, SEBELUM UU NOMOR 5 TAHUN 1986, PERBENTURAN

KEPENTINGAN PEMERINTAH DENGAN RAKYAT DIATUR OLEH PERADILAN UMUM
SAAT ITU ATAU DIBIARKA BEGITU SAJA TANPA JAMINAN PERLINDUNGAN HUKUM
YANG MEMADAI BAGI RAKYAT.
❑ DUA ALASAN, PERTAMA, PERADILAN SAAT ITU TIDAK MEMILIKI KOMPTENSI YANG
JELAS; KEDUA, RAKYAT BELUM MENDAPATKAN DAYA DUKUNG YURIDIS YANG
MEMADAI DALAM MENGHADAPI PEMERINTAH DI PENGADILAN.
❑ ATAS DASAR INI LAHIR UU NOMOR 5 TAHUN 1986, JELAS DALAM KONSIDERANS :
KONDSI YANG DIHARAPKAN AKAN DATANG, YAKNI OEMBANGUNAN NASIONAL
HENDAK MENCIPTAKAN SUATU KONDISI SETIAP WARGA M ASYARAKAT DAPAT
MENIKMATI SUASANA SERTA IKLIM KETERTIBAN DAN KEPASTIAN HUKUM YANG
BERINTIKAN KEADILAN.
Sambungan

B. PENGATURAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970 TENTANG

KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN JO UU NOMOR 4
TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN :
▪ PASAL 10 UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970 JO SEKARANG PASAL
10 UU NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN
MENETAPKAN : KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH BADAN
PERADILAN DALAM LINGKUNGAN PERADILAN UMUM, LINGKUNGAN
PERADILAN AGAMA, LINGKUNGAN PERADILAN MILITER DAN LINGKUNAN
PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
▪ KEEMPAT LINGKUNGAN PERADILAN TERSEBUT, MEMILIKI LINGKUNGAN
WEWENANG (KOMPETENSI) YANG TERTENTU. KEEMPA LINGKUNGAN
PERADILAN TERSEBUT BERPUNCAK PADA MAHKAMAH AGUNG.
Sambungan

C. PENGATURAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986

❑ UU NOMOR 14 TAHUN 1970 JO UU NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG
KEKUASAAN KEHAKIMAN MERUPAKAN UU POKOK KEUASAAN KEHAKIMAN
❑ UU NOMOR 14 TAHUN 1970 JO UU NOMOR 4 TAHUN 2004 MERUPAKAN
DASAR KEBERLANJUTAN PENGATURAN TERHADAP PERADILAN TATA USAHA
NEGARA. PEMBENTUKAN PERATUN MERUPAKAN HURGENSI. TAM MPR
NOMOR 1V/MPR/1978 TENTANG GBHN DITEGASKAN BAHWA : PERLU
DIBENTUK DENGAN DSEGERA ADANYA PERADILAN TATA USAHA NEGARA”
❑ PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN) HAKIKATNYA MERUPAKAN
PERWUJUDAN PRINSIP NEGARA HUKUM .
Sambungan

❑ ARTI PENTING PERATUAN BAGI RAKYAT : PENINGKTAN PERLINDUNGAN HUKUM

BAGI RAKYAT SEBAGAI KONSEKWENSI DARI MEINGKATNYA INTERVENSI NEGARA
DALAM SEGALA ASPEK KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT.
❑ SEMAKIN BESAR INTERVENSI NEGARA, MAKA SEMAKIN BESAR PULA JUMLAH
INSTRUMEN YURIDIS BAIK BERFUNGSI SEBAGAI PENGATUR DAN PENGURUS
BAGIMASYARAKAT, YANG DAPAT MENIMBULKAN PERBENTURAN KEPENTINGAN
ANTAR PEMERINTAH DNEGAN RAKYAT.
❑ KEHADIRAN PERATUN DENGAN PERTIMBANGAN BAHWA TERJADI
KETIDAKSEIMBANGAN KEDUDUKAN ANTARA PEERINAH DAN RAKYAT PENCARI
KEADILAN DIBANDINGKAN DENGAN PERADILAN YANG LAIN. MASYARAKAT
DAPAT MENGGUGAT PEMERINTAH.
❑ PERATUAN MENJADI SARANA YURIDIS PENYEIMBANG ATAS KEDUDUKAN YANG
TIDAK SETARA INI. PERATUN MNEJADI HAKIM DALAM MEYELESAKAN SENGEKTA
MENJADI PENENTU DALAM MENEMUKAN KEBENARAN DANKEADILAN.
 D. PENGATURAN DALAM UU NOMOR 9 AHUN 2004 TENTANG
PERUBAHANA ATAS UU NOMOR 5 TAHUN 1986 .

❑ PERTIMBANGAN TERJADINYA PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 5 TAHUN 1986

ADALAH UNTUK MENYESUAIKAN TERHADAP UU NOMOR 4 TAHUN 2002
TENTANG KEKUASAAN KEGAKIMAN DAN UU NOMOR 14 TAHUN 1999
TENTANG MAHKAMAH AGUNG SERTA UU NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK
KEPEGAWAIAN.
❑ KEHADIRAN PERATUAN DALAM RANKGA ANTISIPASI PEMERINTAH DALAM
MENGHADAPI KEMUNGKINAN TERJADINYA PERBENTURAN KEPENTINGAN,
PESELISIHAN ATAU SENGKETA ANTAR BADAN/PEJABA TATA USAHA NEGARA
DENGAN MASAYRAKAT.
 3. EKSISTENSI PERATUN
3.1. EKSISTENSI PERATUAN MENURUT PASAL 10 UU NOMOR 4 TAHUN 2004 DAN
PASAL 1. AYAT (4) UUNOMOR 5 TAHUN 198

▪ PASAL 10 UU NOMOR 4 TAHUN 2004 : “KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH BADAN

PERADILAN DALAM LINGKUNGAN PERADILAN UMUM, LINGKUNGAN PERADILAN
AGAMA, LINGKUNGAN PERADILAN MILITER DAN LINGKUNAN PERADILAN TATA
USAHA NEGARA”
▪ KETENTUAN PASAL 10 MENEMPATKAN PERATUN BERKEDUDUKAN YANG SETARA DENGAN
LINGKUNGAN PERADILAN LAINNYA YANG SAMA-SAMA BERPUNCAK PADA MAHKAMAH
AGUNG.
▪ PASAL 1 AYAT (4) MERUMUSKAN BAHWA SENGKETA TATA USAHA NEGARA ADALAH
SENGKETA YANG TIMBUL ALAMBIDANG TATA USAHA NEGARA ANTARA ORANG ATAU
BADAN HUKUM PERDATA DENGAN BADAN/PEJABAT TATA USAHA NEGARA SEBAGAI
AKIBAT DIKELUARKANNYA KEPAUTUSANTATA USAHA NEGARA”.PASAL INI
MENUNJUKKAN TENTANG PEMBATASAN KOMPETENSI PTUN, YAKNI HANA BERKENAAN
DENGAN SENGKETA SEBAGAI AKIBAT LAHIRNYA KTUNKEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA
(KTUN), DI LUAR PRODUK HUKUM PEMERINTAH YANG BERSIFAT MENGATUR UMUM ( P.P.,
PERATURAN DAERAH/PERDA, PERMENTERI DAN SEBAGAINYA).
▪ SIMPULAN : PASAL 1 (4) UU NOMOR 5 TAHUN 1986 HANYALAH SUATU PERADILAN TATA
USAHA NEGARA KHUSUS KTUN.
 4. ISTILAH-ISTILAH DALAM PERADILAN TATA USAHA
NEGARA

1. HUKUM ACARA PERADILANTATA USAHA NEGARA

❑ MERUPAKAN SUATU TAHAPAN, PROSEDUR, DALAM PROSES DI PENGADILAN TATA USAHA
NEGARA.
❑ DALAM HUKUM ACARA DITENTUKAN PULA TENTANG PARA PIHAK, TEMPAT PENGADILAN,
SERTA KETENTUAN TENTANG BATAS WAKTU MENGGUGAT.
2. TATA USAHA NEGARA (TUN) :
❑ ADMINISTRASI NEGARA YANG MELAKSANAKAN FUNGSI PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN BAIK DI TINGKAT PUSAT MAUPUN DAERAH. URUSAN PEMERINTAHAN
ADALAH KEGIATAN YANG BERSIFAT EKSEKUTIF; ORGAN ADMINISTRASI NEGAA ADALAH
FUNGSI/TUGAS MEYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN. MAKA HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA/HUKUM TATA USAHA NEGARA ADALAH KESELURUHAN ATURAN
HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN;
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN ADALAH PEMERINTA YANG MENURUT PASAL
1 AYAT (2) DILAKSANAKAN OLEH ORGAN PEMERINTAH YANG SECARA UMUM DIBAKUKAN
NAMANYA YAKNI PARA BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA. URUSAN
PEMERINTAHAN DI BELANDA MENGGUNAKAN ISTILAH “BESTUUR”, YAKNI LINGKUNGAN
KEKUASAAN NEGARA DI LUAR LEGISLASI (REGELGEVING) DAN PERADILAN (RECHTSPRAAK)
. JARANG DIGUNAKAN ISTILAH “UITVOERENDEMACHT”(PELAKSANAAN UU) (PHILIPUS M.
HADJON, 1985).
Sambungan

3. BADAN TATA USAHA NEGARA DAN PEJABAT TATAUSAHA NEGARA :

❑ ADALAH BADAN DAN PEJABAT YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN
BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU (PASAL 1 ANGKA 2
uu Nomor 5/1986).
❑ PENJELASAN PASAL 1 ANGKA 2 MENYATAKAN : YANG DIMAKSUDKAN DENGAN URUSAN
PEMERINTAHAN ADALAH KEGAIATAN YANG BERSIFAT EKSEKUTIF, SEDANGAKN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANGBERLAKU ADALAH SEMUA PERATURANYANG BERSIFAT
MENGIKAT SECARA UMUM, YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN PERWAKILAN RAKYAT
BERSAMA PEMERINTAH BAIK DI TINGAKT PUSAT MAUPUN DI DERAH; SERTA SEMUA
KEPUTUSAN BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA =, BAIK DI ITNGKAT PUSAT
MAUOUN DI TINGKAT DAERAH, YANG BRSIFAT MENGIKAT SECARA UMUM.
❑ PEJABAT TUN MISALNYA : PRESIDEN, MENTERI, GUBERNUR, BUPATI, WALIKOTA, KEPALA
DINAS, KEPALA DESA. BADAN TUN MISALNYA : BPN, BAPEK, BAKN, BKKBN DSB.
4. KEPUTUSAN TATA USAHAN NEGARA (BESCHIKKING) :
❑ PASAL 1 ANGKA 3 UU NOMOR 5 TAHUN 1986 : KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA ADALAH
SUATU PENETAPAN TERTULIS, YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAUPUN PEJABAT TATA
USAHA NEGARA, YANG BERISI TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA, YANG
BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, YANG BERSIFAT
KONKRIT, INDIVIDUAL, DAN FINAL,YANG MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANGA
TAU BADANHUKUM PERDATA.
❑ PENETAPAN TERTULIS MENUNJUK PADA ISI DAN BUKAN BENTUK YANG DIKELUARKAN
BADAN/PEJABAT TUN. YANG DIPERSYARATAKAN TERTULIS TETAPI BUKAN BENTUK
FORMALNYA, SEPERTI SK PENGANGKATAN DLL,. PERSYARATAN TRTULIS DIMAKSUDKAN
UNTUK KEMUDAHAN PEMBUKTIAN. KARENA ITU, SEBUAH MEMO ATAU NOTA DPAT
MEMENUHI SYARAT TERTULIS. MEMO MERUPAKAN KTUN, JIKA JLAS : (a) BADAN/PEJABAT
MANA YANG MENGELUARKAN; (b) MAKSUD SERTA MENGENAI HAK APA ISI TULISAN ITU; ©
KEPADA SIAPA TUKISAN ITU DITUJUKAN DAN APA YANG DITETAPKAN DI DALAMNYA.
Sambungan

❑ UNSUR PENETAPAN TERTULIS : PASAL 1 ANGKA 3 MAKA UNSUR-UNSUR : A. PENETAPAN TERTULIS ; B. DIKELUARKAN OLEH
BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA; C. TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA; D. KONKRIT, INDIVIDUAL DAN
FINAL; E MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA.
❑ ELEMEN YANG MEMBUTUHKAN KAJIAN ADALAH ANTARA LAIN : (1) KTUN YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT
TUN .YANG MENJADI PROBLEM YURIDIS,YAKNI :BADAN ATAU PEJABAT TATA USAHA NEGARA.
TUGAS : (I)APAKAH SUATU BUMN DAPAT DIGUGAT KE PENGADILAN TATA USAHA NEGARA?
JAWABAN BERDASARKAN :
(i) peraturan perundang-undangan tentang pembentukan BUMN (perjan, persero, dan perum) masing-masing dibentuk
dengan peraturan perundang-undangan tersendiri);
(ii) apakah tujuan dari pembentukan masing-masing BUMN tersbut. Dari maksud dan tujuan pendirian BUMN tersebut akan
Nampak jelas pemberian tugas dan wewenang pemerintahan bagi BUMN, yang bersifat atributif yang secara umum
dirumuskan dalam Pasal-Pasal landasan yuridis tersebut.
(iii) Malahan dalam penjelasan peraturan tersebut, lebih ditegaskan lagi tenatng kedudukan BUMN yakni sebagai “aparatur
perekonomian negara” yang merupakan lembaga yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan di bidang usaha negara.
Atas dasar tersebut buatkan kesimpulan dari pertanyaan tugas yang diberikan, apakah BUMN badan atau Pejabat TUN atau
tidak?
Sambungan

2. TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA :

❑ TINDAKAN HUKUM TATA USAHA NEGARA ADALAH SUATU KEPUTUSAN YANG MENCIPTAKAN, ATAU MNETUKAN
MENGIKATNYA ATAU MENGHAPUSKAN SUATU HUBUNGAN HUKUM TUN YANG TELAH ADA.
❑ KARENA ITU, UNTUK DIPANDANG SEBAGAI SUATU PENETAPAN TERTULIS (KEPTUSAN TATA USAHA NEGARA),
MAKA KEPUTUSAN TUN HARUSMERUPAKAN SUATU TINDAKAN HUKUM, ARTINYA TINDAKN ITU DIMAKSUDKAN
UNTUK MENIMBULKAN SUATU AKIBAT HUKUM TUN.
❑ PROBLEM YURIDIS TENATNG KEPUTUSAN TUN YANG MERAGUKAN YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN/PEJABAT
TUN ANTARA LAIN :
▪ KEPUTUSANYANG DIMAKSUDKAN UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN MATERIAL;
▪ PENOLAKAN UNTUK MENGULANG PENETAPAN TERTULIS YANG PERNAH DILAKUKAN;
▪ PEMBERIAN INFORMASI SECARA TERTULIS;
▪ PERBUATAN-PERBUATA PERSIAPAN TERTULIS YANG MENDAHUI DIKELUARKANYA KETETAPANTERTULIS YANG
SEBENARNYA;
▪ KEPUTUSAN YANG BELUM DIMAKSUDKAN SEBAGAI KEPUTUSAN YANG DEFINITIF DAN MENGIKAT;
▪ PENOLAKAN UNTUK MEMBERI IZIN (MISALNYA, CERAI BAGI ASN, MELIHAT SURAT-SURAT RESMI;
▪ KEPUTUSANYANG SEBENARYA HANYA SEKEDAR MENUNJUK KEPADA HUBUNGAN HUKUM YANGTELAH ADA;
▪ KEPUTUSANYANG BERKAITAN DNEGAN SUATU PENERTIBAN (PKL).