Anda di halaman 1dari 14

PARASITOLOGI

“NEMATODE USUS (NECATOR AMERICANUS DAN ANKYLOSTOMA


DUODENALE)”

DOSEN PEMBIMBING :

I Nyoman Jirna ,SKM.,M.Si.

DISUSUN OLEH :

Yosefa Sastriani P07134019111


I Nyoman Rama Widiantar P07134019129
Paulina Selviana D.Madeira P07134019139
Ni Putu Ananda Savihri. Ms P07134019140
Ida Ayu Krisna Dwipayanti P07134019145
Anastaysia Annisa Haribaik P07134019147
Ni Luh Ika Ayu Lestari P07134019148
Ni Kadek Deonita Gita Saraswati P07134019151

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

DENPASAR 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat
pada waktunya.

Makalah ini berjudul “Nematode Usus ( Necator Americanus Dan Ankylostoma


Duodenale )”, untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah yaitu
Patofisiologi. Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber
pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang Nematode Usus
( Necator Americanus Dan Ankylostoma Duodenale ). Makalah ini dibuat dengan
meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya menjadi kesatuan yang sistematis.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi
kami.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami selaku penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Denpasar,20 Oktober 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................4

PENDAHULUAN............................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................5

1.3 TUJUAN............................................................................................................5

1.4 METODE..........................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................6

2.1 SEJARAH..........................................................................................................6

2.2 KLASIFIKASI..................................................................................................6

2.3 HOSPES DAN PENYAKIT.............................................................................7

2.4 MORFOLOGI..................................................................................................7

2.5 SIKLUS HIDUP................................................................................................9

2.6 PATOLOGI.....................................................................................................10

2.7 PENCEGAHAN..............................................................................................11

2.8 EPIDEMIOLOGI...........................................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................13

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................13

3.2 SARAN............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Parasitologi merupakan ilmu yang berisi kajian tentang organisme (jasad hidup)
yang hidup dipermukaan atau didalam tubuh organisme lain untuk sementara waktu
atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya
dari organisme lain tersebut. (Parasitologi kedokteran, 2010). Parasitisme merupakan
hubungan antara dua organisme, yang satu diantaranya mendapat keuntungan dan yang
lain dirugikan.

Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Stadium
dewasa cacing-cacing yang termasuk Nemethelminthes (kelas nematoda) berbentuk
bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat.
Cacing ini memiliki alat kelamin terpisah. (Parasitologi kedokteran,1998). Dalam
parasitologi kedokteran diadakan pembagian nematoda menjadi nematoda usus yang
hidup di rongga usus dan nematoda jaringan yang hidup di jaringan beberapa alat tubuh.
(Parasitologi Kedokteran,1998).

Nematoda intestinal yaitu nematode yang berhabitat disaluran pencernaan manusia.


Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada
nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Infeksi cacing ini
dapat ditularkan melaui vektor atau kontak langsung. Diantara nematoda intestinal
terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted
helmints”, yaitu nematoda yang siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif,
memerlukan tanah dalam kondisi tertentu. Salah satu nematoda golongan Soil
Transmitted Helmints adalah jenis cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale).
Insidens tinggi infeksi cacing tambang ditemukan pada penduduk Indonesia, terutama
di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan
yang langsung berhubungan tanah, mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan
defekasi ditanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (diberbagai daerah tertentu)
penting dalam penyebaran infeksi.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus)
dengan suhu optimum untuk Necator americanus 28o – 32oC, sedangkan Ancylostoma
duodenale lebih rendah 23o – 25oC. pada umumnya A.duodenale lebih kuat

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Bagaimana Sejarah Necator Americanus dan Ankylostoma Duodenale?
2) Bagaimana Klasifikasi dari Necator Americanus dan Ankylostoma Duodenale?
3) Apa Hospes dan Penyakit yang ditimbulkan oleh Necator Americanus dan
Ankylostoma Duodenale?
4) Bagaimana Morfologi dari Necator Americanus dan Ankylostoma Duodenale?
5) Bagaimana Siklus Hidup dari Necator Americanus dan Ankylostoma
Duodenale?
6) Apa dan Bagaimana Patologi Necator Americanus dan Ankylostoma
Duodenale?
7) Bagaimana Cara Pencegahan Necator Americanus dan Ankylostoma
Duodenale?
8) Bagaimana Epidemiologi Necator Americanus dan Ankylostoma Duodenale ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Sejarah Necator Americanus dan Ankylostoma Duodenale
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi dari Necator Americanus dan Ankylostoma
Duodenale
3. Untuk Mengetahui Hospes dan Penyakit yang ditimbulkan oleh Necator
Americanus dan Ankylostoma Duodenale
4. Untuk Mengetahui Morfologi dari Necator Americanus dan Ankylostoma
Duodenale
5. Untuk Mengetahui Siklus Hidup dari Necator Americanus dan Ankylostoma
Duodenale
6. Untuk Mengetahui Patologi Necator Americanus dan Ankylostoma Duodenale
7. Untuk Mengetahui Cara Pencegahan Necator Americanus dan Ankylostoma
Duodenale
8. Untuk Mengetahui Epidemiologi Necator Americanus dan Ankylostoma
Duodenale
1.4 METODE

Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu Metode Deskriptif, dimana
penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas pada bab pembahasan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH

Necator Americanus dan Ankylostoma Duodenale termasuk dalam golongan


“Cacing Tambang” karena pada zaman dahulu cacing tersebut ditemukan di Eropa pada
pekerja pertambangan, yang belum mempunyai fasilitas sanitasi yang memadai.
(Parasitologi kedokteran, 1998). Necator Americanus banyak ditemukan di Amerika,
Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, Tiongkok, dan Indonesia. Sementara, Ankylostoma
Duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian.
Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling
sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang
buruk. Bentuk infektif dari cacing tersebut adalah bentuk filariform. Setelah cacing
tersebut menetas dari telurnya, munculah larva rhabditiform yang kemudian akan
berkembang menjadi larva filariform.

Taksonomi dari Cacing Tambang

 Filum : Nemathelminthes
 Kelas : Nematoda
 Sub kelas : Secernantea
 Ordo : Strongylida
 Famili : Ancylostomatidae
 Genus : Ancylostoma dan Necator
 Spesies : Ancylostoma Duodenale (Afrika) dan Necator Americanus
(Amerika)
2.2 KLASIFIKASI
a. Klasifikasi Necator Americanus
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Super family : Rhabditoidea
Genus : Necator
Species : Necator americanus
b. Klasifikasi Ancylostoma Duodenale
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Rhabditida
Super family : Rhabditoidea
Genus : Ancylostoma
Species : Ancylostoma duodenale

2.3 HOSPES DAN PENYAKIT

Hospes definitif kedua cacing ini, adalah manusia. Cacing ini tidak mempunyai
Hospes perantara.Tempat hidupnya ada di dalam usus halus terutama Jejunum dan
Duodenum.Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini yaitu :

a) Nekatoriasis
b) Ankilostomiasis

2.4 MORFOLOGI
1) Ancylostoma Duodenale
 Cacing jantan berukuran 8 sampai 11 mm x 0,4 sampai 0,5 mm.
Ujung posterior tubuh melebar dan membentuk bursa yang ditunjang
oleh batang-batang bursa yang berotot dengan pola susunan yang
karakteristik.
 Cacing betina berukuran 10 sampai 13 x 0,6 mm. Ujung posterior
tubuh berakhir lancip atau tumpul, mengeluarkan telur seban
 Ancylostoma Duodenale mengeluarkan telur kira-kira 10.000 butir

2) Necator Americanus

 Memiliki plat-plat pemotong sentral besar serta licin dan semi lunar
bentuknya sepanjang pinggir bebas.
 Jantan ukurannya 6-8 mm dan betina ukurannya 10-12 mm (Corry
Jeb Kucik,2004)
 Vulva, sedikit ke arah anterior dari pertengahan tubuh.
 TidakTidak ada duri pada ujung ekor.
 Necator Americanus mengeluarkan telur kira-kira 9000 butir

Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari,
keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh
menjadi larva filoariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup dalam 7-8
minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron,
berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel.
Larva rabditiform panjangnya kira-kira 250 mikron, sedangkan larva filariform
panjangnya kira-kira 600 mikron.

2.5 SIKLUS HIDUP


a) Ancylostoma Duodenale

Telur dibuahi dalam feses, pada saat di dalam tanah ia berkembang menjadi
larva, dalam waktu 24 jam di tanah yang lembab, dan suhu hangat, menetaslah
larva rhabditiform dari telur tersebut kemudian larva tersebut tumbuh dan dalam
waktu kira-kira satu minggu menjadi larva filariform. Larva masuk ke dalam
kulit hospes.
b) Necator Americanus

Cacing ini mempunyai daur hidup umum sama dengan Ancylostoma duodenale,
kecuali bahwa larva Necator yang berimigrasi meninggalkan kapiler-kapiler
paru-paru hospes, menembus jaringan paru-paru dan memasuki rongga-rongga
udara. Dari paru-paru larva berjalan menuju ke atas menuju trakea kemudian ke
mulut dan tertelan sehingga tiba di usus kecil. Penyisihan terakhir terjadi, dan
cacing muda melekatkan diri pada dinding usus, mulai menghisap darah dan
masak menjadi stadium dewasa.
2.6 PATOLOGI
a. Ancylostoma Duodenale
Penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit anemia, dan kurang gizi. Gejala
yang ditimbulkan pusing, karena kekurangan darah serta pendarahan.

b. Necator Americanus
Larva yang menembus kulit dapat menimbulkan rasa gatal. Bila larva dalam
jumlah besar melewati paru-paru, mungkin terjadi bronchitis (radang paru-paru)
atau pneumonitis.
 Ancylostomiasis pada hakekatnya menahun sering menimbulkan gejala
akut, dan biasanya tidak nampak sampai adanya anemia defisinesi besi.
 Gejala lainnya merasa lemah, pucat, jantung menunjukan hipertrofi, dan
nadi yang cepat.
 Anak-anak yang mengalami infeksi berat ada kemungkinan menunjukan
keterbelakangan fisik, mental dan seksual.
 Hati dan ginjal mengalami kerusakan.

2.7 PENCEGAHAN
1. Ancylostoma Duodenale
 Menjaga kebersihan diri
 Menghindari kontak langsung dengan tanah dan tempat kotor lainnya
 Selalu menggunakan sandal atau alas kaki ketika bepergian
 Meminum vitamin B12 dan asam folat

2. Necator Americanus
 Hendaknya pembuangan feses pada tempat/WC yang baik
 Melindungi orang yang mungkin mendapat infeksi
 Pemberantasan melalui perbaikan sanitasi lingkungan
 Hendaknya penggunaan tinja sebagai pupuk dilarang, kecuali tinja
tersebut sudah dicampur dengan zat kimia tertentu untuk membunuh
parasitnya
 Penerangan melalui sekolah-sekolah

2.8 EPIDEMIOLOGI

Pada dasarnya epidemiologi Necator Americanus sama dengan Ancylostoma


Duodenale. Cacing ini terdapat di usus kecil berjuta-juta orang, terutama di Eropa,
Afrika, Cina, Jepang, India dan kepulauan pasifik. (Corry Jeb Kucik, 2004). Adapun,
Insiden tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia terutama di pedesaan khususnya
di perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung behubungan
dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defeksi dan pemakaian tinja
sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimal untuk
N.americanus 28°-32° C, sedangkan untuk A.duodenale 23°-25° C. Untuk menghindari
infeksi salah satu antara lain, dengan memakai alas kaki (sepatu, sandal).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator americanus dan


Ancylostoma duodenale. Cacing ini berhabitat di usus halus manusia. Necator
Americanus menyebabkan Necatoriasis dan A. Duodenale menyebabkan
Ankilostomiasis.

Dalam sehari N. Americanus dapat bertelur 9.000 butir dan A. Duodenale 10.000
butir. Telur yang keluar bersama tinja manusia ditanah akan menetas setelah 1-1,5 hari,
keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform akan tumbuh
menjadi larva fiariform, dan dapat hidup selama 7-8 minggu didalam tanah. Larva
filariform inilah bentuk infektif cacing tambang yang dapat menembus kulit manusia.
Larva filariform masuk kedalam tubuh manusia melalui pembuluh darah atau pembuluh
darah, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru –
paru, kemudian alveoli ke bronkus, ke trakea dan kelanjutan manusia tersedak maka
larva akan masuk ke esophagus lalu ke usus halus dan menjadi dewasa (siklus ini
berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu).

Infeksi ini terjadi didaerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan
yang buruk. Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang BAB di
tanah dan pemakaian kotoran manusia sebagai pupuk. Selain lewat kaki, cacing
tambang juga bias masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang masuk ke
mulut. Pencegahan yang paling utama yaitu sanitasi lingkungan dengan menjaga pola
hidup bersih.

3.2 SARAN

Saran yang ingin diajukan pada penulisan makalah ini adalah sebaiknya kita
senantisa selalu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan agar terhindar dari
penyakit cacingan,dan segera berobat jika timbul gejala awal, karena penyakit yang
sudah kronis akan sulit untuk disembuhkan. Serta,hindari faktor resiko terinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Diunggah oleh Shella Puspawinaya Data diunggah pada Apr 13, 2013.

https://id.scribd.com/doc/135683934/MAKALAH-NEMATODA-USUS

By. Norva Fathimah pada Minggu,17 Juli 2011.

http://norva-fathimah.blogspot.com/2011/07/cacing-tambang.html?m=1

Diunggah oleh Anisa Rahma & data diunggah pada Sel.18,2012.

https://id.scribd.com/doc/106253568/Makalah-Nematoda

Anda mungkin juga menyukai