Anda di halaman 1dari 26

PENGANTAR FILSAFAT ILMU

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA


YUNANI KUNO SAMPAI KLASIK
(Dosen Pengampu: Pinkan Amita Tri Prasasti, M.Pd)

Disusun Oleh:
Kelompok 1-3F

1. Mochammad Lutkhi Azhari (1902101149)


2. Dhanisa Aprillia Putri (1902101150)
3. Oktavia Rachmawati (1902101151)
4. Agnes Cantika Tunjungbiru (1902101159)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, dengan judul Sejarah Perkembangan
Ilmu Yunani sampai Klasik.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Filsafat Ilmu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Pinkan Amita Tri
Prasasti, M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Madiun , 30 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman juduli

Kata Pengantar ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan 2

Bab II Pembahasan 3

2.1 Sejarah Perkembangan Ilmu 3


2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu pada Masa Yunani Kuno-Klasik 3
2.3 Periodisasi Perkembangan Filsafat Yunani dan Tokoh-tokoh Filosof Yunani 8

Bab III Penutup....................................................................................................22

3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22

Daftar Pustaka23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak berlangsung secara
instan, melainkan terdapat tahapan-tahapan di dalamnya. Oleh karena itu, untuk
memahami sejarah perkembangan ilmu kita harus melakukan pembagian atau klasifikasi
secara periodik, sehingga mampu menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Sesungguhnya kajian tentang sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan, cakupannya sangatlah luas dan juga sangat panjang. Idealnya sejarah
adalah rekam jejak tentang semua rentetan peristiwa yang telah terjadi, yang berfungsi
untuk mengungkapkan segala sesuatu sesuai fakta yang ada tanpa adanya distorsi
sedikitpun, namun dalam kenyataannya terkadang sejarah hanya mengungkap sepenggal
saja atau tidak utuh dari rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa lepas sepenuhnya dari
pengaruh-pengaruh kondisi sosial politik tertentu. Apalagi sejarah yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah sejarah atau periodisasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan
yang merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu, perlu adanya upaya
yang sungguh-sungguh dalam mengungkap fakta sejarah yang ada. Dalam konsepsi
agama ilmu pengetahuan lahir sejak diciptakannya manusia pertama yaitu Nabi Adam
AS, kemudian berkembang menjadi sebuah ilmu atau ilmu pengetahuan. Pada
hakekatnya ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat
ingin tahu ini timbul oleh karena tuntutan dan kebutuhan dalam kehidupan yang terus
berkembang.
Secara teoritis perkembangan ilmu pengetahuan selalu mengacu kepada peradaban
Yunani. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, di antaranya adalah mitologi bangsa
Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu yang
sudah sampai di Timur Kuno. Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan di setiap
periode ini dikarenakan pola pikir manusia yang mengalami perubahan dari mitos-mitos
menjadi lebih rasional. Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan alam
sebagai objek penelitian dan pengkajian.

Eksistensi ilmu mestinya tidak dipandang sebagai sesuatu yang sudah final, dia perlu
dikritisi, dikaji, bukan untuk melemahkannya tapi untuk memposisikan secara tepat
dalam batas wilayahnya. Hal inipun dapat membantu terhindar dari memutlakan ilmu

1
dan menganggap ilmu dan kebenaran ilmiah sebagai satu-satunya kebenaran, disamping
perlu terus diupayakan untuk melihat ilmu secara integral bergandengan dengan dimensi
dan bidang lain yang hidup dan berkembang dalam membentuk peradaban manusia.
Dalam hubungan ini filsafat ilmu akan membukakan wawasan tentang bagaimana
sebenarnya substansi ilmu itu. Hal ini karena filsafat ilmu merupakan pengkajian
lanjutan dan refleksi atas ilmu dengan demikian ia merupakan syarat mutlak untuk
menentang bahaya yang menjurus kepada keadaan cerai berainya ilmu. Disamping itu
untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan ilmu-ilmu yang ada, melalui pemahaman
tentang asas-asas, latar belakang serta hubungan yang dimiliki/dilaksanakan oleh suatu
kegiatan ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah sejarah perkembangan ilmu?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan ilmu pada masa Yunani Kuno-Klasik?
3. Bagaimanakah periodisasi perkembangan Filsafat Yunani dan siapa sajakah tokoh-
tokoh filosofnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu pada masa Yunani Kuno-Klasik.
3. Untuk mengetahui periodisasi perkembangan Filsafat Yunani dan tokoh-tokoh
filosofnya.

1.4 Manfaat

1. Melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu


2. Melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
3. Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa
ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
4. Menghindarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain
di luar bidang ilmunya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Ilmu
Sebelum menemukan ilmu pengetahuan, manusia sudah memiliki pengetahuan.
Pengetahuan yang dimiliki pada saat itu bersumber dari mitologi. Salah satu
pengetahuan yang didasarkan pada mitologi. Adanya fenomena pelangi di langit.
Dalam mitologi Yunani bahwa pelangi adalah merupakan cermin dari bidadari di
surga. Atau ketika terjadi bencana alam seperti gunung meletus, diasumsikan dengan
adanya kemarahan “penunggu” alam. Masa ini dicirikan dengan beberapa ciri sebagai
berikut: Pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.
Kedua Pengetahuan diterima sebagai fakta dengan sikap selalu menghubungkan
dengan kekuatan magis. Ketiga, kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan
alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
Terakhir, keempat, Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-
peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi.
Selanjutnya lahirlah orang-orang yang sekeptis atas berbagai pengetahuan yang
ada. Mereka mempertanyakan segala sesuatu terkait mitologi. Dari nalar kritis inilah
maka lahirlah ilmu pengetahuan. Pada awalnya perkembangan ilmu pengetahuan
tentu sangat sederhana. Para perintis ilmu pengetahuan pada awalnya mereka
melakukan refleksi atau perenungan terhadap alam semesta. Mereka mendapati hal-
hal yang tidak relevan antara mitologi dengan fakta dan fenomena alam. Dari respon
kritis semacam inilah maka ilmu pengetahuan lahir. Dengan demikian menggunakan
nalar dengan cara berpikir kritis atas segala apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita
rasakan menjadi penting untuk kehidupan kita. Ilmu pengetahuan tidak akan pernah
ditemukan dan berkembang jika kita stagnan dalam berpikir. Oleh karena itu, bersikap
skeptis (meragukan) apa pun yang kita dapati dalam kehidupan adalah kunci untuk
menguak tabir, sehingga terbuka ilmu pengetahuan.

2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu pada Masa Yunani Kuno-Klasik


Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memiliki
peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang
merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Untuk menelusuri filsafat Yunani, perlu
dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat. Berasal dari Bahasa Yunani yaitu
“philosophia”. Dari kata Philosophia inilah akhirnya timbul katakata philosophie
3
(Belanda, Jerman, Perancis), philosophy (Inggris), dan dalam bahasa Indonesia
disebut filsafat atau falsafat. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani
Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan. Mencintai kebenaran/pengetahuan adalah
awal proses manusia mau menggunakan daya pikirnya, sehingga mampu
membedakan mana yang riil dan mana yang ilusi. Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan
yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar
dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para
filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka
menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu
yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua
sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain
lahirnya peradaban di Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban
yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu
belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya. Seiring
dengan berkembangnya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berpikir oleh
bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang pada
generasi-generasi setelahnya. Hal itu ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin
ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan
filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini
menggunakan sikap inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu
secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive
attitude (sikap menerima segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh
dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berangkat dari tradisi
pemikiran para filsafat barat berawal dari abad ke 7 SM yang ditandai dengan
runtuhnya mite dan dongeng yang selama ini dipercaya menjadi referensi
pengetahuan manusia. Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan

4
pada sikap menerima begitu saja, melainkan menumbuhkan sikap yang senang
menyelidiki sesuatu secara kritis. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani
tampil sebagai ahli pikir-ahli pikir terkenal sepanjang masa. Pada masa ini Filsafat
lebih bercorak “kosmosentris”, artinya para filsuf pada waktu itu mengarahkan
perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan asal mula
terjadinya alam semesta. Mereka berupaya mencari jawaban tentang prinsip pertama
(arkhe) dari alam semesta, oleh karena itu mereka lebih dikenal dengan julukan
“Filsuf-Filsuf Alam” dan masa ini disebut juga dengan masa filsafat alam. Masa ini
disebut dengan filsafat alam karena pemikiran yang berkembang pada saat itu adalah
tentang arche (inti alam). Pertanyaan mendasar di era ini adalah :”Dari manakah
asalnya alam raya ini?”. Pemikiran terhadap alam ini merupakan sesuatu yang wajar,
mengingat dari zaman primitif, ketika manusia belum menggunakan potensi akalnya
untuk berpikir, mereka sudah meyakini akan adanya “Sang Penguasa Alam”. Sang
penguasa alamlah yang mendatangkan hujan, banjir, badai, bahkan gunung yang
meletus. Merespon fenomena yang terjadi di alam ini, manusia primitif lalu
memberikan sesaji. Maka dalam sejarah agama, kita mendapati fase animisme dan
dinamisme dalam kehidupan manusia. Bahkan menurut Buya Hamka, ketika manusia
mulai menggunakan akalnya, justru ia kemudian berimajinasi tentang “Yang Maha
Kuasa” tersebut dengan disimbolkan sesuai perasaan yang dimilikinya. Dari sinilah,
muncul simbol dan lambang dewa-dewa yang diabadikan dalam bentuk patung dan
lainnya. Melihat fenomena kehiduapan manusia primitf, maka dapat disimpulkan
sejatinya mereka telah memiliki pengetahuan, yakni melalui dongeng (mitologi) yang
mereka dengar dari nenek moyang mereka. Pengetahuan mereka bukan berdasarkan
penalaran dan kerja penelitian, sebagaimana ilmu pengetahuan, tetapi didasarkan pada
mitologi.
Thales (625-545 S.M.) adalah filosof pertama yang ajarannya digunakan sampai
dengan saat ini. Kendatipun pada masa ia hidup ajaran-ajaran filsafatnya tidak pernah
ditulis, tetapi ajaran-ajarannya tetap terjaga karena diwariskan secara turun temurun
secara lisan. Baru pada masa Aristoteleslah ajaran Thales ditulis, dan akhirnya sampai
pada masa kita sekarang ini. Thales berpendapat bahwa alam ini berasal dari Air. Bagi
Thales air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi. Ia juga akhir
dari segala yang ada dan yang jadi. Selain Thales pada masa ini juga ada
Anximandros (610-547 S.M.), seorang filosof yang juga mencurahkan perhatiannya
kepada alam raya. Berbeda dengan Thales yang mengatakan bahwa asal segala
5
sesuatu air Anaximandros berpendapat bahwa asal segala sesuatu adalah Apeiron.
Apeiron dimaknai oleh Anaximandros Zat yang satu, ia tidak berhingga dan tidak
berkeputusan. Selain anximandros ada juga anximenes (585-528 S.M.). Anaximenes
berpendapat bahwa asal segala sesuatu dalam raya adalah udara. Udaralah asal dan
akhir segala yang wujud dalam alam raya.
Berbeda dengan pendapat para filosof sebelumnya, Pythagoras (lahir tahun 580
S.M.), adalah filosof yang mengatakan bahwa asal segala sesuatu adalah angka dan
pokok segala angka ialah satu. Semua realitas dapat diukur dengan bilangan
(kuantitas). Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama dari
alam dan sekaligus menjadi ukuran. Kesimpulan ini ditarik dari kenyataan bahwa
realitas alam adalah harmoni antara bilangan dan gabungan antara dua hal yang
berlawanan, seperti nada musik dapat dinikmati karena oktaf adalah hasil dari
gabungan bilangan 1 (bilangan ganjil) dan 2 (bilangan genap). Ia juga berpendapat
bahwa asal manusia adalah Tuhan. Lebih lanjut Pythagoras berpendapat, bahwa jiwa
manusia adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke bumi karena dosa. Ia akan
kembali ke langit ke lingkungan Tuhan, jika dosanya sudah dicuci. Tampak pada
filsafat Pythagoras nilai-nilai monoteisme telah berkembang sesuai ajaran agama.
Periode selanjutnya orang-orang Yunani tidak lagi mempertanyakan tentang
arche, yang merupakan pembahasan tentang makrokosmos. Setelah memandang
langit dan bumi kemudian mereka memfokuskan perhatiannya pada diri mereka
sendiri, sebagai manuisa (mikrokosmos). Socrates (470-399 S.M.) adalah filosof
pertama yang mulai mempertanyakan tentang esensi manusia. Dengan memfokuskan
diri pada esensi manusia, maka lahirlah ilmu jiwa (psikologi), politik dan etika. Upaya
Socrates kemudian disempurnakan oleh muridnya Plato (427-347 S.M.). konsep-
konsep pemikiran gurunya baik terkait psiokolgi, etika maupun politik dilengkapi
dengan konsep-konsep yang lebih subtantif. Sebagai contoh dalam pandangan Plato
bahwa politik kenegaraan memiliki peran yang penting untuk mewujudkan etika
sebagai instrument penting dalam mencapai kebahagiaan hidup. Bahkan menurut
Buya Hamka, Plato mengatakan bahwa dibalik alam yang nyata ini merupakan
hakikat yang Maha Tinggi, dari sana kita datang dan ke sana kita akan kembali. Dan
puncak filsafat klasik ada pada Aristoteles (384-322 S.M.), yang merupakan murid
Plato. Sumbangan terbesar dari Aristoteles adalah sistem logika. Logika dipahami
sebagai berpikir secara teratur menuurt urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan
sebab dan akibat.

6
Dengan melihat uraian perkembangan ilmu pada masa Yunani Kuno ini, dapatlah
disimpulkan bahwa telah terjadi pergesaran yang fundamental dalam kehidupan
manusia. Perubahan fundamental itu terutama terkait dengan worldview (pandangan
dunia), yaitu dari mitos ke logos. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak lagi
mendasarkan pengetahuannya pada mitos-mitos yang berkembang yang senantiasa
direservasi oleh masyarakat secara lisan, melainkan telah beralih pada aktivitas
keilmuan rasional. Kosekuensinya tentu juga sangat berbeda jika dibandingkan
dengan masyarakat yang masih menjadikan pengetahuan mitologi.
Dalam masyarakat yang menjadikan logos sebagai pijakan, ketika mereka
menghadapi semua problem kehidupan, maka mereka akan melakukan tindakan-
tindakan rasional. Ketika terjadi banjir, longsor, gunung meletus dan fenomena alam
lainnya, maka mereka segera melakukan penelitian, karena mereka yakin bahwa
semua itu adalah gejala alam. Sebaliknya dalam masyarakat yang menjadikan
mitologi sebagai basis pengetahuannya, ketika menghadapi gejala alam seperti di atas,
maka mereka menghubungkan semua itu dengan adanya penguasa alam yang sedang
marah. Maka langkah yang diambil adalah dengan cara menyenangkan sang penguasa
alam dengan mempersembahkan ‘sesajen’.
Masa filsafat Yunani merupakan masa terpenting dalam sejarah peradaban
manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir
mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan
fenomena alam. Semula orang yunani yang mempunyai kepercayaan bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-
dongeng, yang berarti suatu kebenaran lewat akal pikir atau logis tidak berlaku, yang
berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos belaka. Namun pada abad
ke-6 SM mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat
itu orang-orang mulai mencari jawaban rasional tentang permasalahan yang
ditampakkan oleh alam semesta kepada manusia saat itu, dimana saat itu timbullah
sejumlah ahli pikir yang menentang dengan adanya mitos-mitos yang banyak terjadi.
Sejumlah pemikir ini menginginkan semua pertanyaan yang timbul dari alam semesta
ini memiliki jawaban yang dapat diterima oleh akal dan pikiran atau disebut dengan
rasional.
Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir ini telah
menyebabkan orang-orang untuk mencoba membuat sebuah konsep yang didasari
dengan kekuatan akal atau pikiran secara murni, tidak lagi mengedepankan mitos
7
belaka. Maka, dari kejadian tersebut timbullah peristiwa ajaib yang dimana-mana
buku filsafat menyebutkan peristiwa tersebut dengan nama “ The Greek Miracle”
yang artinya dapat nantinya dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.

2.3 Periodisasi Perkembangan Filsafat Yunani dan Tokoh-Tokoh Filosof Yunani


a. Masa Yunani Kuno
Periode yunani kuno ini disebut dengan periode filsafat alam, disebut
demikian karena pada periode ini telah ditandai dengan banyaknya muncul para
ahli pikir tentang alam, dimana seluruh arah dan perhatian pemikirannya kepada
apa yang diamati pada keadaan alam sekitarnya. Para pemikir ini membuat
sejumlah pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati, yaitu
berdasarkan akal pikir dan tidak berdasarkan pada mitos atau dongeng-dongeng.
Yunani pada masa itu di anggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena
bangsa yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai hal-hal yang berbau mitos-
mitos. Bangsa yunani ini juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan
pada sikap menerima begitu saja, namun mereka menumbuhkan sikap yang
senang menyelidiki sesuatu secara kritis. Sikap ini lah yang menjadi cikal bakal
tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis dan tidak mudah untuk
menerima ini lah yang menjadikan bangsa yunani tampil sebagai ahli pikir
terkenal sepanjang masa.
Filsafat zaman Yunani kuno mencakup zaman Pra Socrates dan zaman
keemasan filsafat. Tokoh-tokoh filosof pada masa itu adalah Thales,
Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, dan Heraklitos. Mereka dikenal dengan
filosof alam. Sedangkan masa keemasan filsafat dimeriahkan oleh tokoh-tokoh
seperti, Socrates, Plato dan Aristoteles. Tokoh-tokoh filosof pada saat itu dibagi
menjadi beberapa golongan berdasarkan bidang kajiannya masing-masing. Berikut
merupakan nama-nama Tokohnya berdasarkan bidangnya masing-masing :
1) Filsuf-Filsuf tentang Alam
a) Thales (624 SM-546 SM)
Thales lahir di  miletus  digelari bapak filsafat karena dialah orang
yang mula-mula berfilsafat. Ia adalah seorang politikus, ahli geometri dan
pemikir. Ia juga berjasa dengan meramalkan secara tepat gerhana matahari
pada tahun 585 SM. Thales di anggap sebagai Filsuf pertama di Yunani. Ia
adalah filsuf yang berusaha untuk menemukan asas atau prinsip alam

8
semesta. Ia tidak tertarik pada mitos tetapi pada pengetahuan mengenai
dunia dan bintang. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan
yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang, juga orang jaman
sekarang. Apa sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri menjawab air.
Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas. Belum tuntas
karena dari apa air itu ? Thales mengambil air sebagai alam semesta barang
kali karena ia melihat nya sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam
kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air.
Menurutnya, prinsip pertama alam semesta ini adalah air. Semua bermula
dari air dan berakhir ke air juga. Tidak ada kehidupan tanpa ada air. Tidak
ada satu makhluk hidup pun bisa bisa hidup tanpa air, termasuk juga
Manusia. Saat ini sejumlah Ilmuwan dalam bidang kedokteran pun
menyebutkan bahwa unsur terbanyak dalam tubuh manusia yaitu air (di atas
dari 80%).
Selain hal di atas Thales juga mengembangkan astronomi dan
matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar karena
memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari,
dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki sama besarnya.
b) Anaximandros (610 SM – 546 SM)
Anaximandros adalah murid dari Thales. Dia mencoba menjelaskan
bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan. Anaximandros
mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan. Dia
adalah orang yang berjasa dalam dunia astronomi dan geografi sebab dia
orang pertama yang membuat peta.
Anaximandros juga mencari prinsip terakhir yang dapat memberikan
pengertian mengenai kejadian-kejadian dalam alam semesta. Seperti yang
dilakukan gurunya, Anaximandros juga mencari arche (asas pertama alam
semesta). Pemikirannya dalam memberikan pendapat tentang arche adalah
ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat di amati oleh panca
indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat di
amati oleh panca indra, yaitu to apeiron, “ yang tak terbatas”. Alasannya,
sesuatu yang fisik pasti berubah, sedangkan yang berubah pasti
bukan arche. Pendapatnya yang lain adalah bumi seperti silinder, lebarnya
tiga kali lebih besar dari tinggi nya. Bumi tidak terletak atau bersandar pada
9
sesuatu apa pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada
pusat jagad raya. Pemikirannya ini harus kita pandang sebagai titik ajaran
yang mengherankan bagi orang-orang modern.
c) Anaximenes (585-528 SM)
Dia adalah murid Anaximandros yang secara substansial
pemahamannya tentang alam tidak berbeda dengan gurunya. Ia berpendapat
bahwa prinsip yang merupakan asal-usul segala sesuatu yaitu udara.
Kenapa udara? Karena udara merupakan bahan dasar yang membentuk
semua benda yang ada dalam alam semesta. Jika kumpulan udara sangat
banyak maka ia berubah bentuk menjadi awan atau sesuatu yang dapat
dipandang oleh mata, jika basah maka ia menjadi air hujan, dan jika awan
menjadi semakin padat, maka ia menjadi tanah atau batu atau bahkan badan
manusia. Menurutnya jiwa menjamin kesatuan tubuh kita demikian pun
udara meliputi segala-galanya. Jiwa sendiri juga tidak lain dari udara saja
yang dipupuk dengan bernafas. Maka dia merupakan yang pertama berpikir
persamaan antara tubuh manusia dan jagad raya. Pandangan tersebut
didasarkan atas alasan:
 Udara terdapat dimana-mana, dunia itu diliputi oleh udara, tidak ada
satu ruanganpun tidak terdapat udara didalamnya maka udara itu tidak
ada habisnya.
 Keistimewaan udara yaitu senantiasa bergerak oleh karena itu udara
memegang peranan yang penting dalam berbagai perubahan dalam
alam ini.
 Udara adalah unsur kehidupan karena tak ada sesuatupun yang hidup
tanpa udara.
Demikianlah, karena filsafat mereka memfokuskan diri pada kejadian dan
gejala alam semesta, maka filsafat mereka disebut dengan filsafat alam. Thales
mengasalkan bahwa penciptaan alam ini bersumber dari air, anaximandros
pada to apeiron, dan anaximenes pada udara.
2) Filsuf-filsuf Ilmu Pasti dan Metafiska
a) Pythagoras (570 – 490 SM)
Ilmu sejarah menghadapi banyak kesulitan dalam melukiskan
kehidupan dan ajaran Pythagoras. Pythagoras tidak menulis apa-apa dan

10
begitu juga muridnya. Dalam abad ke-5 data-data mengenai kehidupan
Pythagoras sudah diselubungi dengan berbagai legenda, sehingga
kebenarannya masih dipertanyakan.  Dengan demikian, kita tidak sanggup
menentukan unsur-unsur mana yang termasuk ajaran Pythagoras dan
muridnya.
Ajaran pythagoras yang terkenal adalah bilangan atau angka. Ia
menyusun oktaf-oktaf (musik) yang bisa dibaca berdasarkan bilangan
(matematik). Menurutnya, nada-nada dalam musik dikuasai oleh hukum-
hukum matematis, sehingga untuk menguasai nada-nada diperlukan
kemampuan memahami angka-angka. Pythagoraslah yang mengatakan
pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang
teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Keharmonisan dapat
tercapai denngan mengabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti :
 Terbatas – Tak Terbatas
 Ganjil – Genap
 Satu – Banyak
 Laki-laki – Perempuan
 Bujur sangkar – empat persegi panjang
 Diam – gerak
 Lurus – Bengkok
 Baik – Buruk
 Terang – Gelap
 Kanan – Kiri
Sebagai seorang yang ahli matematika abadi ia dengan dalilnya, yaitu
jumlah dari luas dua sisi sebuah segi tiga siku-siku adalah sama dengan
luas sisi miringnya ( a2 + b2 = c2 ).
b) Herakleitos (535 – 475 SM)
Heraklitus hidup antara tahun 535-475 SM di Italia Selatan sekawan
dengan Pythagoras dan Xenophanes. Herakleitos membahas mengenai
metafisika. Menurutnya, segala sesuatu yang ada di alam semesta itu
mengalir, berubah-rubah. Tidak ada sesuatu apapun di muka bumi ini yang
tinggal mantap tanpa mengalami perubahan. Pernyataannya yang masyhur
"Pantarhei kai uden menei" yang artinya semuanya mengalir dan tidak ada

11
sesuatu pun yang tinggal tetap. Apa yang menjadi perubahan itu? Sumber
perubahan itu adalah api. Api (panas) adalah lambang perubahan. Api
menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara
apinya sendiri tetap menjadi api.
c) Parmenides (540 – 475 SM)
Parmanides adalah salah seorang tokoh relatifisme yang penting.. Ia
lahir pada kira kira tahun 450 SM di Elea. Dikatakan sebagai logikawan
pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam
pengertian modern. Parmenides mengakui adanya pengetahuan yang
bersifat tidak tetap dan berubah- ubah, pengetahuan indra dan pengetahuan
budi, tetapi menurutnya pengetahuan yang bersifat indra itu tidak dapat di
percaya karena banyak orang yang tidak mempercayai kebenaran setelah
mengikuti indranya. Sebab itu yang merupakan realitas adalah bukan yang
berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam – macam, melainkan
tetap. Ia menantang pendapat Herakleitos tendang perubahan. Realitas
bukanlah menjadi, melainkan ada. Oleh karena itu, filsafatnya disebut juga
“filsafat ada”. Parmenides membuktikannya sebagai berikut:
 Di luar ada tentu hanya tak ada. Tak ada ini juga bukan tentu realitas,
juga tak mungkin kita kenal dan kita ketahui. Hanya adalah yang
dapat dipahami, bagi Parmenides ada dan berfikir itu sama. Oleh
karena itu ada itu tetap, tak mungkin ia beralih, tak mungkin bergerak,
tak mungkin ada permacamnya, yang ada hanya satu saja ada.
 Kalau ada itu satu maka ia tak berawal, sebab dari manakah kiranya ia
harus timbul. Bagi ada tak terdapat dahulu dan kemudian . Ada itu
hanya ada belaka, sekarang yang baka.
 Ada itu tak mungkin terbagi-bagi, sebab sekiranya mungkin terbagi,
maka terdapatlah bermacam- macam ( lebih dari satu ) ada.
d) Zeno (490 – 430 SM)
Menurut Plato ia lahir di Elea pada tahun 490 SM. Ia adalah murid
setia Parmenides yang paling cerdas. Ia membela gurunya dalam
perdebatan dengan Herakleitos. Menurutnya gerak atau perubahan tidak
mungkin. Ia mengajukan beberapa pemikiran penting tentang :
 Argumentasi melawan gerak ( perubahan)

12
 Argumentasi melawan pluralitas
 Argumentasi melawan ruang
Ia mulai mengemukakan suatu hipotesa, yaitu salah satu anggapan
yang dianut oleh pelawan-pelawan Parmenides. Lalu ia menunjukan dari
hipotesa itu harus ditarik kesimpulan-kesimpulan yang mustahil. Jadi,
hipotesa semula tidak benar. Itu berarti bahwa kebalikannya harus dianggap
benar. Menurut metode ini, Zeno membuktikan bahwa adanya ruang
kosong, pluralitas, dan gerak sama-sama mustahil.
3) Filsuf-filsuf Pluralis (Jamak)
a) Empedokles (490-435 SM)
Empedokles lahir di Akragos, pulau Sicilia. Ia sangat dipengaruhi oleh
ajaran kaum Pythagorian, parmenides. Ia pandai dalam bidang kedokteran,
penyair retorika, politik, dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk
puisi. Empedokles sependapat dengan Parmenides, bahwa alam semesta di
dalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara baru, dan tidak ada hal yang
hilang. Ia tidak setuju dengan konsep ruang kosong, akan tetapi ia
mempertahankan adanya pluralitas dan perubahan dari hasil pengamatan
panca indra. Ada empat unsur dalam alam semesta menurutnya, yaitu : api,
udara, tanah dan air. Dia menyebut unsur-unsur tersebut dengan sebutan
“akar-akar”. Setiap benda berasal dari empat unsur tersebut. Komposisi
unsur-unsur yang berbeda tentu menghasilkan benda-benda yang berbeda
pula.
Terdapat dua unsur yang mengatur perubahan-perubahan di alam
semesta ini, yaitu Cinta dan Benci. Cinta mengatur ke arah penggabungan
atau persatuan, sedangkan Benci mengatur ke arah perceraian atau
perpisahan. Kedua unsur tersebut dapat meresap kemana saja. Proses
penggabungan dan perceraian ini terjadi terus menerus, tiada henti-
hentinya. Sementara itu, manusia pun di samping terdiri dari empat unsur (
api, udara, tanah dan air ) juga mengenal ke empat unsur tersebut. Hal ini
disebabkan oleh teori pengenalan yang dikemukakan oleh Empedokles
bahwa yang sama mengenal yang sama.

13
b) Anaxagoras (500-428 SM)
Anaxagoras lahir di kota Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di
athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang
berdomisili di Athena, dimana di kemudian hari Athena inilah yang
menjadi pusat utama perkembangan filsafat yunani sampai abad ke-2 SM.
Anaxagoras tidak setuju dengan pendapat Empedokles, menurutnya unsur-
unsur itu jumlahnya pasti lebih dari empat, melainkan tidak terhingga dan
masing-masing unsur bercampur baur satu sama lain.
Pemikirannya, realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur
dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu Atom. Atom ini sebagai bagian yang
terkecil dari matei sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak
terhingga. Anaxagoras mengemukakan pemikirannya tentang nus, bahwa
apa yang dikemukakan oleh Empedokles tentang cinta dan benci yang
menyebabkan adanya penggabungan dan perceraian, maka anaxagoras
mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos
adalah nus. Nus yang berarti roh atau rasi, tidak bercampur dengan benih-
benih dan terpisah dari semua benda. Nus mengenal dan menguasai segala
sesuatu. Karena ajaran anaxagoras tentang nus inilah, untuk pertama
kalinya dalam filsafat dikenal dengan adanya perbedaan antara jasmani dan
rohani.
4) Filsuf-Filsuf Atomis
a) Leukippos
Leukippos hidup di awal pertengahan abad ke-5 SM, Ia adalah filsuf
pertama yang mengembangkan teori atomisme, selain mengajukan teori
mengenai atom leukippos pun mengajukan pendapat mengenai kejadian-
kejadian dalam alam semesta. Dia menulis “Nothing happens at random
(maten), but everything frrom reason (ek logou) and by
necessity”. Pernyataan ini adalah prinsip dasar pertama dalam logika,
yaitu the principle of sufficient reason.
b) Democritus ( 460 – 370 SM )
Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Democritus
merupakan murid dari Leukippos, Ia menyempurnakan dan
mensistematisasikan pemikiran Leukippos gurunya. Karena ia berasal dari
keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaan nya itu ia pergi ke mesir

14
dan negeri-negeri timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan
sebanyak 70 karangan tentang bermacam masalah, seperti kosmologi,
matematika, astronomi, logika, etika, etnik, musik, puisi dan lain-lainya.
Oleh karena itu, ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai
banyak bidang.
Democritus melangkah lebih maju dari gurunya dengan menjelaskan
bentuk dan hubungan antar atom-atom. Atom-atom membentuk materi-
materi. Materi-materi yang padat di bentuk oleh atom-atom yang padat,
sebaliknya benda yang lembut dibentuk dari atom-atom yang lebih halus
lagi. Atom-atom ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak
berubah dan tidak berkualitas. Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu
bergerak, berarti ada ruang kosong. Satu atom hanya dapat bergerak dan
menduduki satu tempat. Maka, ia berpendapat bahwa realitas itu ada
dua,yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak
(yang kosong).

b. Periode Filsafat Yunani Klasik


Periode Yunani klasik ini dipandang sebagai zaman keemasan Filsafat, karena
pada periode ini lah dimana orang-orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada periode yunani klasik ini
perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu ditandainya dengan semakin
besarnya minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode yunani
klasik ini adalah sofisme. Penamaan aliran sofisme ini berasal dari
kata sophos yang artinya cerdik pandai. Keberadaan sofisme ini dengan
keahliannya dalam bidang-bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama
memparkan tentang kosmos dan kehidupan manusia di masyarakat sehingga
keberadaan sofisme ini dapat membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.
Ajaran para sofis sangat berbeda dari ajaran para filsuf sebelumnya. Mereka tidak
tertarik pada filsafat alam, ilmu pasti, atau metafisika. Mereka menilai filsafat-
filsafat sebelumnya terlalu mengawang-awang. Mereka mengkritik filsafat-filsafat
sebelumnya. Mereka lebih tertarik pada hal-hal yang lebih konkret seperti makna
hidup manusia, moral, norma, dan politik. Hal-hal inilah yang dianggap perlu
diajarkan pada generasi muda dan dikembangkan untuk kelangsungan Negara.

15
Diatas telah disebutkan bahwa timbulnya kaum sofis karena akibat dari minat
orang terhadap filsafat. Akan tetapi, terdapat tiga faktor yang  mendorong
timbulnya kaum sofis, yaitu sebagai berikut :
 Perkembangan secara pesat kota Athena dalam bidang politik dan ekonomi.
Hal ini mengakibatkan kota Athena menjadi ramai, demikian juga para ahli
pikir atau intelektual yang mengunjungi athena. Dengan demikian, Athena
menjadi kota yang berkembang sangat pesat dalam bidang intelektual
maupun bidang kultural
 Setelah kota athena mengalami keramaian penduduknya yang bertempat
tinggal, maka kebutuhan dalam bidang pendidikan tidak terelakkan lagi
karena desakan kaum intelektual. Lebih-lebih kota athena sebagai pusat
politik sehingga peranan pendidikan sangat penting untuk mendidik kamu
mudanya.
 Karena pemukiman perkotaan bangsa yunani biasanya terletak di pantai,
kontak dan pergaulan dengan bangsa lain tidak dapat terelakkan lagi. Hingga
akhirnya, orang-orang yunani banyak mengenal berbagai kebudayaan, dan
sekaligus terjadi akulturasi kebudayaan. Sehingga dengan terbukanya
masyarakat yunani terhadap budaya luar akan membuat orang-orang yunani
menjadi dinamis dan berkembang.
Dari pendapat beberapa orang terhadap aliran sofisme ini terdapat perbedaan,
yaitu ada yang menganggap aliran sofisme ini sebagai aliran yang merusak dunia
filsafat. Juga sebaliknya ada yang menganggap bahwa aliran sofisme ini
mengajarkan kepada orang agar kita dapat berpikir kritis. Aspek positif dari
adanya aliran sofisme ini akan mempengaruhi terhadap kebudayaan yunani, yaitu
revolusi intelektual, dan mengangkat manusia sebagai objek pemikiran filsafat.
Aspek negatifnya adalah membawa pengaruh yang tidak baik terhadap
kebudayaan yunani, terutama nilai-nilai tradisional (agama dan moral)
dihancurkan. Kecakapan berpidato dipergunakan untuk memutarbalikkan
kebenaran karena sofisme meragukan kebenaran dan ilmu pengetahuan
digoncangkan.
1) Filsuf-Filsuf Yunani Klasik
Hal terpenting dengan munculnya sofisme ini adalah mempunyai peran
yang sangat penting dalam rangka menyiapkan kelahiran pemikiran filsafat

16
yunani klasik yang di plopori oleh beberapa orang filsuf nya, antara lain
adalah:
a) Socrates ( 470-399 SM )
Ia adalah anak dari seorang pemahat sophroniccos, dan ibunya
bernama phairnarete, yang pekerjaannya adalah seorang bidan. Istrinya
bernama Xantipe yang dikenal sebagai seorang yang galak dan keras. Ia
berasal dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan yang
baik, kemudian menjadi prajurit athena. Ia terkenal sebagai prajurit yang
gagah berani. Karena ia tidak suka terhadap urusan politik, maka ia lebih
senang memusatkan perhatiannya kepada filsafat, yang akhirnya
membawa ia dalam kemiskinan.
Socrates merupakan guru Plato, mengajar bahwa akal budi harus
menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Socrates sendiri tidak
menulis apa-apa. Pikiran-pikirannya hanya dapat diketahui secara tidak
langsung melalui tulisan-tulisan dari cukup banyak pemikir Yunani lain,
terutama melalui karya Plato.
Sebagaimana para sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan
bertitik tolak dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret.
Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap relatifisme
(pandangan yg berpendapat bahwa kebenaran tergantung pada manusia)
yg pada umumnya dianut para sofis. Menurut Socrates tidak benar
bahwa yg baik itu baik bagi warga Athena dan lain bagi warga negara
Sparta. Yang baik mempunyai nilai yg sama bagi semua manusia dan
harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Pendirinya yg terkenal adalah
pandangannya yang menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah
pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme etis.
Dengan demikian Socrates menciptakan suatu etika yg berlaku bagi
semua manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan Socrates menemukan
metode induksi dan memperkenalkan definisi-definisi umum. Akibat
pandangannya ini Socrates dihukum mati.
Filsafat Socrates banyak membahas masalah-masalah etika. Ia
beranggapan bahwa yang paling utama dalam kehidupan bukanlah
kekayaan atau kehormatan, melainkan kesehatan jiwa. Prasyarat utama
dalam hidup manusia adalah jiwa yang sehat. Jiwa manusia harus sehat
17
terlebih dahulu agar tujuan-tujuan hidup yang lainnya dapat di raih.
Akhirnya adalah socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidi
manusia secara keseluruhan, yaitu dengan mengharfai nilai-nilai
jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena
dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang di hasilkan.
b) Plato (427 - 347 SM)
Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila
manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap
ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang
semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan
sebagainya. Plato mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-
deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem
filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia
kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada ("being")
dan mengada (menjadi, "becoming"). Plato salah seorang murid Socrates
yang hidup antara 427 – 347 SM.
Plato adalah salah satu dari filsuf besar Yunani yang hidup sekitar
abad ke-4 SM yang gagasannya banyak dikembangkan oleh era filsafat
maupun para pemikir selanjutnya, termasuk gagasan-gagasan keagamaan
dikemudian hari yang juga menjadi perhatian Plato dibawah pengaruh
Ofirisme Phytagoras. Sedikit banyak, setelah masa filosofis, Plato
mentransformaiskan pemikirannya ke wilayah relijius dengan
gagasannya tentang Idea dan Cinta atau Eros sebagai pendorong gerak
untuk mencari hakikat dari kehidupan. Dalam buku Mohammad Hatta,
“Alam Pikiran Yunani’, ia digambarkan sebagai orang paling bijak yang
pernah dilahirkan sejak era Phytagoras dan sebelum Aristoteles
dilahirkan. Setidaknya demikianlah yang diyakin oleh mereka yang
mengenal benar pikiran Plato. Salah satunya yang kontroversial dan
mengundang pertanyaan banyak orang dan para arkeolog adalah
hipotesis metaforisnya tentang Atlantis sebagai Benua Yang Tenggelam,
yang konon digambarkan Plato sebagai suatu pulau atau anak benua
“Nesos” atau “Continent” dimana peradaban manusia masa kini berasal.
Demikian tingginya peradaban manusia Atlantis sampai-sampai
kesombongan hinggap pada para penduduknya dan dalam sekejap mata

18
menurut taksiran para ahli purbakala yang berminat membuktikan
keberadaan Benua Atlantis, benua itu lenyap ditelan tsunami yang
sekarang disebut Atlantik. Jadi peristiwa lenyapnya Atlantis mirip
dengan Gempa bawah Laut dan Tsunami yang menimpa Serambi Mekah
pada tanggal 26-12-2004 yang lalu.
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan
permasalahan lama, mana yang benar yang berubah-rubah ( Heracleitos )
atau yang tetap ( Parmenides ). Mana yang benar antara pengetahuan
yang lewat indra dengan pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan
yang diperoleh lewat indra disebutnya pengetahuan pengalaman,
sedangkan pengetahuan yang diperoleh lewat akal di sebut pengetahuan
akal. Jadi, dengan ajarannya tentang ide, telah berhasil menjembatani
pertentangan pendapat antara Herakleitos dan Parmenides. Plato
mengemukakan bahwa ajaran dan pemikiran Herakleitos itu adalah
benar, tetapi hanya berlaku pada dunia pengalaman. Sebaliknya pendapat
dan juga pemikiran Parmenides juga adalah benar, tetapi hanya berlaku
pada dunia ide yang hanya dapat dipikirkan oleh akal saja.
Sebagai puncak dari pemikiran plato adalah pemikirannya tentang
negara, yang tertera dalam polites dan nomoi. Pemikirannya tentang
negara ini sebagai upaya untuk memperbaiki keadaan negara yang
dirasakan buruk. Konsep tentang negara didalam nya terkait dengan
etika dan teori tentang negara. Untuk konsepnya tentang etika sama
seperti socrates gurunya, yaitu tujuan hidup manusia adalah hidup yang
baik, dan untuk hidup yang baik maka di tuntut pula lah adanya negara
yang baik.
c) Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara, Ayahnya seorang dokter
pribadi di raja Macedonia Amyntas. Ketika umur 17 tahun  ia dikirim ke
Athena untuk belajar ke Plato pada sekolah Akademi. Pada akhirnya
Aristoteles mendirikan sekolah yang diberi nama Peripatacici bermakna
berjalan-jalan. Sistem pengajaran yang diberikan sambil jalan-jalan di
taman. Aristoteles disebut dengan aliran realis, karena mendasarkan
pemikirannya pada pengalaman kemudian memberikan uraian mendasar
mengenai data-data pengalaman. Karya aristoteles dapat dibagi atas 8
19
bagian, mengenai logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika,
etika, politik dan ekonomi, retorika, dan poetika. Ia juga
mengembangkan ilmu tentang penalaran (logika), yang dalam hal ini
disebutnya dengan nama analytika, yaitu ilmu penalaran yang
berpangkal pada premis yang benar, dan dialektika, yaitu ilmu penalaran
yang berpangkal pikir pada hal-hal yang bersifat tidak pasti (hipotesis).
Berikut ini akan di uraikan tentang beberapa pemikiran Aristoteles,
antara lain adalah :
 Ajaran tentang Logika
Menurut aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik tolak
pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat
dua golongan, yaitu substansi ( sifat yang umum ), dan aksidensia
( sebagai sifat yang secara tidak kebetulan ).
 Ajaran tentang Silogisme
Menurutnya, pengetahuan manusia hanya dapat di mmunculkan
dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu
proses berpikir yang bertolak pada hal-hal yang bersifat khusus
untuk mencapai kesimpulan yang sifat ny umum. Sementara itu
deduksi adalah proses berpikir yang bertolak pada dua kebenaran
yang tidak diragukan lagi untuk mencapai kesimpulan sebagai
kebenaran yang ketiga.
 Ajaran tentang Pengelompokan Ilmu Pengetahuan
Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga
golongan, yaitu:
 Ilmu Pengetahuan Praktis ( Etika dan Politik )
 Ilmu Pengetahuan Produktif ( Teknik dan Kesenian )
 Ilmu pengetahuan teoretis ( fisika, matematika, metafisika )
 Ajaran tentang Aktus dan Potensi
Mengenai realitas yang ada, Ia tidak sependapat dengan gurunya
Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide.
Sedangkan menurut dia yang ada itu berada pada hal-hal yang
khusus dan konkret.

20
 Ajaran tentang Pengenalan
Menurutnya, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenalan
indrawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi kita
hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda dan
hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sedangkan dengan
pengenalan rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan
tentang hakikat dari sesuatu benda.
 Ajaran tentang Etika
Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah
etika. Karena etika bukan di peruntukkan sebagai cita-cita, akan
tetapi dipakai sebagai hukum kesusilaan. Menurut pendapatnya,
tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan. Kebahagiaan
manusia yang tertinggi adalah berpikir murni.
 Ajaran tentang Negara
Menurutnya, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai,
negara yang paling baik adalah negara dengan sistem demokrasi
moderat, artinya sistem demokrasi yang berdasarkan Undang-
undang Dasar.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu
pengetahuan. Filsafat di tangan filosof Yunani menjadi sesuatu yang sangat berharga
bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Seiring dengan
berkembangnya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berpikir oleh bangsa Yunani
untuk menggali ilmu pengetahuan, dan berkembang pada generasi-generasi setelahnya.
Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki
peradaban baru umat manusia. Dalam perkembangan ilmu pada masa Yunani Kuno,
dapatlah disimpulkan bahwa telah terjadi pergesaran yang fundamental dalam kehidupan
manusia. Perubahan fundamental itu terutama terkait dengan worldview (pandangan
dunia), yaitu dari mitos ke logos. Masa filsafat Yunani merupakan masa terpenting dalam
sejarah peradaban manusia. Karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris
menjadi rasional.
Periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan masa Yunani, dibagi menjadi periode
Yunani Kuno dan Klasik. Periode yunani kuno disebut dengan periode filsafat alam,
karena banyak muncul ahli pikir tentang alam, serta mereka membuat sejumlah
pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati. Sedangkan pada
periode yunani klasik, perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu ditandai
dengan semakin besarnya minat orang terhadap filsafat. Sehingga periode ini disebut
sebagai zaman keemasan filsafat. Yang mana semua hal tersebut merupakan cikal bakal
dari perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Abdul. (2014, Juni). Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Fikrah. 2(1): 273-289.

Faizal, Muhammad, dkk. (2015). Filsafat Yunani (Yunani Kuno dan Klasik). Makalah. 17
September.

Sudrajat. (2010, September). Yunani sebagai Icon Peradaban Barat. ISTORIA. 8(1): 11-29.

Widyawati, Setya. (2013, Juli). Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu
Pendidikan. GELAR Jurnal Seni Budaya. 11(1): 87-96.

Nurjanah. Sejarah Perkembangan Ilmu.

Aristama, Septi Novita. Sejarah Perkembangan Ilmu pada Masa Yunani Kuno.

23

Anda mungkin juga menyukai