Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN

ISSUE END OF LIFE DI KEPERAWATAN KRITIS DAN PSIKOSOSIAL


ASPEK DARI KEPERAWATAN KRITIS

Disusun oleh :

KURNIAWATI

171211281

3A, S1 Keperawatan

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA 2019/2020
1. issue end of life di keperawatan kritis
MOBILISASI DINI PADA PASIEN KRITIS DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU):
CASE STUDY

Intensive care adalah salah satu layanan keperawatan untuk pasien dengan penyakit
akut atau kronis dalam situasi darurat, kritis yang memerlukan monitoring fungsi vital, lebih
khusus terapi intensif dan tindakan segera yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan
umum (Linda,Kathleen, & Mary, 2010). Pasien kiritis yang ada di intensive care unit (ICU)
umumnya mengalami bed rest dan memerlukan alat bantu nafas yakni ventilator mekanik.

Mobilisasi dini merupakan prosedur yang diberikan pada spektrum penyakit yang
sangat luas antara lain kasus-kasus neurologis, kardiovaskular, muskuloskeletal, metabolik,
trauma, dan sebagainya (Kress & Hall, 2014). Tindakan mobilisasi dikerjakan di seluruh
ruang perawatan mulai dari perawatan intensif hingga perawatan biasa. Mobilisasi dini sangat
penting sehingga banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan dampak dari mobilisasi
dini, khususnya dalam upaya memperpendek masa perawatan (Rawal, Yadav, & Kumar,
2017).
End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo, 2016). End of life care adalah
perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun terakhir
kehidupan mereka (NHS Choice, 2015).
End of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-baiknya dan
meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). End of life care adalah salah satu kegiatan
membantu memberikan dukungan psikososial dan spiritual (Putranto, 2015).
Prinsip-Prinsip End Of Life
Menurut NSW Health (2005) Prinsip End Of Life antara lain :
a. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian
Tujuan utama dari perawatan adalah menpertahankan kehidupan, namun ketika
hidup tidak dapat dipertahankan, tugas perawatan adalah untuk memberikan
kenyamanan dan martabat kepada pasien yang sekarat, dan untuk mendukung
orang lain dalam melakukannya.

b. Hak untuk mengetahui dan memilih


Semua orang yang menerima perawatan kesehatan memiliki hak untuk diberitahu
tentang kondisi mereka dan pilihan pengobatan mereka.Mereka memiliki hak
untuk menerima atau menolak pengobatan dalam memperpanjang hidup.Pemberi
perawatan memiliki kewajiban etika dan hukum untuk mengakui dan
menghormati pilihan-pilihan sesuai dengan pedoman.

c. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup


Perawatan end of life yang tepat harus bertujuan untuk memberikan pengobatan
yang terbaik untuk individu. Ini berarti bahwa tujuan utama perawatan untuk
mengakomodasi kenyamanan dan martabat, maka menahan atau menarik
intervensi untuk mempertahankan hidup mungkin diperbolehkan dalam
kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat.

d. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan


Keluarga dan tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk
membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan keputusan,
dengan mempertimbangkan keinginan pasien.

e. Transparansi dan akuntabilitas


Dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima perawatan, dan untuk
memastikan bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka proses pengambilan
keputusan dan hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat
didokumentasikan.

f. Perawatan non diskriminatif


Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-diskriminatif dan harus
bergantung hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan kondisi medis, nilai-
nilai dan keinginan pasien.

g. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan


Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak
rasional, khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi pasien.Pasien
memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga kesehatan
memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengobatan yang sesuai dengan
norma-norma profesional dan standar hukum.

2. Psikososial aspek dari keperawatan kritis

ASPEK PSIKOSOSIAL DALAM MERAWAT PASIEN KRITIS

a. Perawat harus mengatasi dulu masalahnya sendiri


Perawat yang bertugas di ruang ICU mempunyai stress yang lebih tinggi
daripada perawat yang bertugas di ruangan lain. Menurut hasil penelitian
pakar ICU dari Texas Amerika Serikat, Barr dan Bush (1998), ada 4 faktor
yang dapat mendukung perawat untuk mengatasi stressnya.
 dukungan dari teman, atasan dan keluarga.
 adanya perawat yang menjadi model.
 melihat perkembangan pasien yang positif dan interaksi yang positif
dengan pasien dan keluarga.
 perawat ICU harus mendapatkan saleri yang pantas sesuai dengan
tanggung jawabnya.
b. Upaya untuk mengatasi masalah psikososial pasien kritis
 Modifikasi lingkungan
Pertama adalah merubah lingkungan ICU. Lingkungan ICU sebaiknya
senantiasa dimodifikasi supaya lebih fleksibel walaupun menggunakan
banyak sekali peralatan denganteknologi canggih, serta meningkatkan
lingkungan yang lebih mendukung kepada proses recovery
(penyembuhan pasien) (Jastremski, 2000). Konsep pelayanan yang
berfokus pada pasien memungkinkan untuk mempromosikan the
universal room. Ketersediaan alat yang Portable dan lebih kecil
meningkatkan keinginan untuk mendekatkan pelayanan pada pasien
daripada pasien yg datang ke tempat pelayanan.

 Terapi musik
Tujuan therapy musik adalah menurunkan stress, nyeri, kecemasan dan
isolasi. Beberapa penelitian telah meneliti efek musik pada physiology
pasien yang sedang dirawat dan menemukan bahwa terapi musik
dapat menurunkan heartrate, komplikasi jantung dan meningkatkan
suhu ferifer pada pasien AMI. Juga ditemukan bahwa terapi musik
dapat menurunkan stress pasien (Jastremski, 2000; Harvey, 1998;
White, 1999). Musik yang digunakan bisa berupa suara air, suara
hujan, suara angin atau suara alam (Jastremski,1998). Masing - masing
pasien diberikan headset untuk mendengarkannya.Pengurangan cahaya
di malam hari juga akan
mengurangi stressor bagi pasien.

 Melibatkan kelurga dan memfasilitasi keluarga dalam perawatan


pasien kritis
Pasien tentunya sangat mengharapkan dukungan emosional dari
keluarganya (Olsen, Dysvik& Hansen, 2009) karenanya jam besuk
harus lebih fleksibel.selama ini jam bezuk hanya 2 kali sehari. Hal ini
perlu dimodifikasi terutama untuk seseorang yang sangat berarti bagi
pasien. Disamping itu keluarga perlu diberikan ruangan tunggu yang
nyaman dengan fasilitas kamar mandi, TV dan internet connection
(Hamilton, 1999).

 Komunikasi terapeutik
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya sering lupa atau kurang
perhatian terhadap masalah komunikasinya dengan pasien dan
keluarganya. Berdasarkan sistematicreview yang dilakukan oleh
Lenore&Ogle (1999) terhadap penelitian tentang komunikasi
perawatpasien di ruang ICU di Australia menemukan bahwa
komunikasi perawat di ruang ICU masih sangat kurang meskipun
mereka mempunyai pengetahuan yang sangat tinggi tentang
komunikasi terapeutik.

Anda mungkin juga menyukai