Anda di halaman 1dari 11

PEMERIKSAAN KAS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Laboratorium Audit

Disusun Oleh :

Wina (14310032)

Muchalladun (14310049)

Nur Shofwati (14310114

Nurmei Dwipayana (14310165)

Isnaini Hidayah (14310166)

Eka Rahayu Senjasari (14310195)

Dosen Pengasuh :

Hj. Rika Yuliastuti SE,AK,MEI

STIE MAHARDHIKA SURABAYA

Jl Wisata Menaggal 42A Surabaya

AGUSTUS 2017
AUDIT KAS

A. Sistem Pengendalian Intern (SPI)


Sistem pengendalian Intern merupakan struktur orgnisasi yang meliputi metode
dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Pengendalian intern terdiri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern
yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian
mencangkup hal-hal berikut ini :
a. Integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Struktur organisasi
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penaksiran Risiko
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan
keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif
mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas,
dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam
laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut
ini :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personel baru
c. System informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijjakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut
membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk
menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan.
Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat
digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal
berikut ini :
a. Review terhadap kinerja
b. Pengolahan inormasi
c. Pengendalian pihak
d. Pemisahan tugas

4. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang
meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun
untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas
(baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntansibilitas bagi
aset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi
yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami :
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam
laporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan
transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan kedalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik
(seperti computer dan electronic data interchange) yang digunakan
untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang
berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan
berbagai kombinasi dari keduanya. Aktivitas pemantauan dapat mencangkup
penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan
Customers dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan
petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

Ciri pengendalian internal atas transaksi pengeluaran kas yang baik :

1. Organisasi

a) Fungsi penyimpan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.


b) Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan
sendiri oleh bagian kas sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan
dari fungsi yang lain.

2. Sistem otorisasi dan Prosedur Pencatatan

a) Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang


berwenang.
b) Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan
persetujuan dari pejabat yang berwenang.
c) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran harus didasarkan pada bukti kas
keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan
yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

3. Praktek Yang Sehat

a) Saldo kas yang ada di tangan harus dilindungi dari kemungkinan


pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.
b) Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran bank
harus dibubuhi cap “lunas” oleh bagian kasa setelah transaksi
pengeluaran kas dilakukan.
c) Penggunaan rekening koran bank, yang merupakan informasi dari
pihak ketiga, untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi
pemeriksa intern yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam
pencatatan dan penyimpanan kas.
d) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama
perusahaan penerima pembayaran atau dengan pemindahbukuan.
e) Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, dilakukan
melalui dana kas kecil, yang diselenggarakan dengan imprest system.
f) Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di
tangan dengan jumlah kas menurut catatan akuntansi.
g) Kas yang ada di tangan dan kas yang ada di perjalanan diasuransikan
dari kerugian.
h) Kasir diasuransikan.
i) Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian
terhadap kas yang ada di tangan. Misalnya mesin register kas, almari
besi, dan strong room.
j) Semua bukti pengeluaran kas dipertanggungjawabkan oleh kasir.

B. Uji Subtantive

Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan


laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi).

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive test antara lain:

1) Inventarisasi aset tetap


2) Observasi atas stock opname
3) Konfirmasi piutang, utang dan bank
4) Subsequent collection dan subsequent payment
5) Kas Opname
6) Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain
Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan
kesalahan-kesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut
jumlahnya material atau tidak. Jika kesalahannya material, auditor harus
mengusulkan audit adjustment secara tertulis (dalam bentuk daftar audit
adjustment). Jika usulan adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh
memberikan unqualified opinion.

Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor


tetap perlu mengajukan usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan
karena tidak akan mempengaruhi opini akuntan publik. Dalam melakukan
substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk Working
Balance Sheet, Working Profit and Loss, Top Schedule dan Supporting
Schedule.

a) Prosedur Pemeriksaan Kas

1. Prosedur audit awal

a) Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan
bahwa saldo kas yang tercantum di neraca didukung dengan catatan
akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya,
maka saldo kas yang tercantum di neraca diusut kea kun buku besar
kas, kas dalam perjalanan, dan dana kas kecil.

b) Hitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar.

c) Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu. Kertas
kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi
yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga
auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh
klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.

d) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan


sumber posting dalam akun kas. Ketidak beresan dalam transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dapat ditemukan melalui review atas
mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam
akun kas.

e) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke dalam jurnal


penerimaan dan pengeluaran kas. Pendebitan di dalam akun kas diusut
ke jurnal penerimaan kas dan pengkreditan kas diusut ke jurnal
pengeluaran kas untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi
penambahan dan pengurangan kas berasal dari jurnal.

2. Prosedur analitik.

a) Melakukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengan


kas yang membantu auditor dalam mengungkapkan peristiwa atau
transaksi yang tidak biasa, perubahan usaha, perubahan akuntansi,
fluktuasi acak, dan salah saji.

b) Melakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang


didasarkan pada data masa lalu, data industry, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain.

c) Membandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau


saldo kas akhir tahun yang lalu.

3. Pengujian terhadap transaksi rinci.

a) Melakukan verifikasi pisah batas transaksi penerimaan dan


pengeluaran kas. Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk
membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas yang
konsisten dalam memperhitungkan transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas yang termasuk dalam tahun yang diperiksa
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

b) Usut setoran dalam perjalanan.Untuk memperoleh keyakinan bahwa


setoran dalam perjalanan yang tercantum di dalam rekonsiliasi
bank yang dibuat oeh klien pada tanggal neraca benar-benar telah
disetorkan ke bank.
c) Periksa tanggal pada out standing check. Untuk memperoleh
keyakinan mengenai konsistensi pemakaian tanggal pisah batas
dalam pencatatan transaksi pengeluaran kas.

d) Periksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank


statement. Untuk memperoleh keyakinan bahwa tidak terdapat cek
kosong dalam setoran tersebut, sehingga saldo kas yang ada di
tangan klien tidak terpengaruh jumlahnya.

e) Periksa kemungkinan hilangnya cek. Jika terdapat cek yang


tercantum di dalam daftar cek yang beredar pada tanggal neraca,
namun tidak dijumpai oleh auditor di dalam daftar cek yang
diuangkan ke bank di dalam cutoff bank statement, auditor harus
meminta informasi mengenai kemungkinan hilangnya cek tersebut.

f) Membuat daftar transfer antar bank untuk menemukan kemungkinan


terjadinya check kitting. Check kitting dilakukan untuk menutupi
pemakaian kas perusahaan dengan cara melakukan transfer dari
bank satu rekening bank yang dananya digelapkan pada saat bank-
bank menyiapkan pembuatan rekening Koran bank. Check kitting
ini hanya mungkin terjadi pada perusahaan yang sistem
pengendalian internnya lemah. Kelemahan dalam perusahaan ini
ditunjukan dengan adanya pengaturan seorang individu dapat
melakukan pengeluaran cek dan sekaligus mencatat pengeluaran
cek tersebut.

g) Periksa adanya kemungkinan lapping. Lapping merupakan bentuk


lain dari penggelapan uang, yaitu dengan cara gali lobang tutup
loban dari penerimaan tagihan. Lapping dapat dideteksi dengan
mengadakan konfirmasi dengan debitur, dengan pemeriksaan
intensif catatan kas atau dengan mempertemukan (matching)
setoran bank dengan catatan penerimaan kas.
b) Penjelasan Prosedur Mengecek Kas

1. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
Proses memahami dan mengevaluasi internal control atas kas dan
setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses
pemeriksaan akuntan. Kas dan setara kas dalam perusahaan sering
dikatakan sebagai darah dalam tubuh manusia.
Jika perusahan mengalami kesulitan uang, sama seperti manusia yang
“lesu darah” atau “kekurangan darah”. Atau sedang, auditor harus
melakukan tes ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas/bank, untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif
atau tidak.
2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca.
3. Lakukan Cash Count
Jika klien menggunakan Imprest found system untuk kas kecilnya,
cash count bisa dilakukan kapan saja karena saldo kas selalu tetap.
Tetapi jika digunakan fluctuating fund system maka cash count
sebaiknya dilakukan tidak jauh daritanggal neraca agar tidak
mengalami kesulitan sewaktu melakukan perhitungan maju atau
mundur ke tanggal neraca (saldo kas per tanggal cash count ditambah
atau dikurangi dengan penerimaan atau/dan pengeluaran
sebelum/sesudah tanggal neraca)

4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal
tidak dilakukan kas opname.
5. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki
perusahaan.
6. Minta rekonsiliasi bank dan lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi
bank tersebut.
7. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat perjanjian kredit
untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang
dimiliki perusahaan. Saldo rekening bank yang penggunaanya dibatasi
untuk jangka waktu > 1 tahun tidak boleh dikelompokkan sebagai
harta lancar dan harus dijelaskan di catat atas laporan keuangan
mengenai alasan pembatasan tersebut. Pembatasan tersebut bisa terjadi
karena perusahaan mempunyai masalah hukum sehingga rekeningnya
dibekukan atau karena dijadikan jaminan, bank garansi (sebagian dari
saldonya).
8. Periksa interbank transfer +- 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window
dressing.
9. Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan
subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya
pemeriksaan lapangan .Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
ada unrecorded nabilities ( kewajiban yang belum tercatat) per tanggal
neraca yang baru di bayar di periode berikutnya. Baik yang berasal dari
pembelian aset ataupun biaya – biaya perusahaan .misalnya di januari
2011 ditemukan adanya pembayaran ke penasihat hukum perusahaan
untuk konsultasi bulan Desember 2010 yang belum di accured per 31
Desember 2010 .Tujuan lain untuk mengetahui apakah utang per
tanggal neraca sudah di lunasi di periode berikutnya. Sehingga auditor
mengenai kewajaran angka piutang per tanggal neraca. Mungkin saja
ada penjualan, misalnya Desember 2010, yang di lunasi januari 2011
dan belum tercatat oleh perusahaan.
10. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per
tanggal neraca, periksa apakah saldo tersebut sudah konversikan ke
dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal
neraca.
11. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas
laporan keuangan , sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
indonesia (SAK/ETAP/FRS).
c) Tujuan Pengujian Subtantive Terhadap Kas
a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan kas.
b. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan kas yang dicantumkan di neraca.
c. Membuktikan hak kepemilikan klien atas yang dicantumkan di neraca.
d. Membuktikan kewajaran penilaian kas yang dicantumkan di neraca.
e. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di neraca.

B. Rekomendasi Perbaikan
Kecermatan dalam proses pencatatan kas baik buku kas masuk dan buku kas
keluar, buku besar dan pemakaian kas untuk pembelian juga beban perusahaan.
Dalam hal ini laporan arus kasnya harus sesuai nilai kewajarannya dalam Judicial
Review maupun report.

Anda mungkin juga menyukai