RESUMe Aspek Penyelaman Bu - Nur
RESUMe Aspek Penyelaman Bu - Nur
Di susun oleh:
2019
ASPEK KESEHATAN PADA PENYELAMAN
Batas dB hilang 25 dB 25 dB 25 dB 25 dB
Syarat Psikologi
Pelaksanaan tes oleh Lembaga Psikologi.
1. Intelegensia / prestasi
a. Tamtama / Bintara : intelegensia normal
b. Perwira : intelegensia sedikit di atas normal
c. Kesanggupan ausdouer cukup
d. Daya tangkap baik dan cukup cepat
e. Reaksi cepat dan cukup adekuat
f. Dapat bekerja sama dengan baik
g. Tidak mudah gugup dan panik
h. Sikap kerja yang positif
i. Tanggung jawab yang baik
j. Trampil
k. Tidak irritable dan explosif
l. Kemampuan konsentrasi baik
2. Kepribadian
a. Kedewasaan dan kestabilan emosi
b. Keseimbangan antara rasio dan emosi
c. Penyesuaian diri yang baik
d. Tidak egosentris
e. Percaya pada diri sendiri dan tidak mudah putus asa
f. Inisiatif
g. Tak bersikap opsisional
h. Tidak ada tanda-tanda escaping reaction
B. Pemeliharaan Kesehatan Penyelam
Pada saat seorang penyelam memeriksakan diri akan mendapat sehelai kartu yang
menyatakan apakah penyelam tersebut cakap atau tidak cakap untuk menyelam.
Apabila ternyata tidak cakap, dalam kartu tersebut harus dicantumkan untuk berapa
hari penyelam tersebut perlu istirahat. Perwira penyelaman wajib melakukan
pengecekan bahwa semua penyelam dapat menunjukkan kartu yang menyatakan
cakap untuk menyelam yang ditandatangani oleh dokter.
Lakukan pemijatan
jantung
1 penolong : 2 penolong :
- 15 kali penekanan - 5 kali penekanan
dada dada
- 2 kali tiupan cepat - 1 kali tiupan cepat
pada paru pada paru
Gangguan Peredaran Darah (Syok)
Merupakan reaksi tubuh yang ditandai oleh melambatnya atau berhentinya
peredaran darah yang mengakibatkan penurunan suplai darah ke organ-organ vital /
penting.
Tanda-tanda syok :
1. Muka pucat
2. Kulit basah dan dingin (kening, telapak tangan)
3. Denyut nadi lemah dan cepat, lebih dari 100 kali/menit
4. Gelisah, haus dan mual
5. Tekanan darah sangat rendah
Jika syok berat didapatkan :
1. Sangat pucat
2. Mata terlihat cekung, tampak hampa dan tidak bercahaya
3. Pernafasan cepat dan dangkal, kadang-kadang tidak teratur
4. Nadi susah teraba dan apabila teraba sangat cepat (150 kali/menit)
5. Kesadaran menurun
Pada syok berat, kemajuan dapat mengancam dalam beberapa menit
Tindakan pertolongan :
1. Bawa korban ke tempat teduh dan aman
2. Tidurkan korban terlentang mendatar.
3. Kendorkan pakaian korban, bila perlu pakaian dilepaskan dan ditutup
dengan selimut
4. Tenangkan korban dan usahakan agar badannya tetap hangat
5. Jangan diberi minum apabila korban tidak sadar
6. Medikamentosa
7. Bila ada luka dengan perdarahan pasang pembalut cepat dan bila ada patah tulang
pasang bidai
Cara menghentikan perdarahan :
1. Lakukan penekanan pada pembuluh darah yang terletak di sebelah atas
(proksimal) dari luka sehingga perdarahan berhenti atau berkurang
2. Bersihkan dan cuci luka dengan perhidrol atau cairan garam fisiologis
3. Luka ditutup kain perban / kasa tebal lalu dibalut
4. Penekanan luka sering dikendorkan agar ada aliran darah ke bagian bawah
(distal) luka, hal ini penting untuk mencegah nekrose (kematian) jaringan di
sebelah distal luka
Perlengkapan P3K Penyelaman
Untuk menghadapi keadaan darurat perlu disiapkan perlengkapan P3K dan setiap
penyelam harus dapat menggunakan perlengkapan P3K dengan benar. Perlengkapan
P3K terdiri dari :
1. Buku petunjuk P3K
2. Kartu alamat (nomor telepon / kode radio panggilan) untuk rumah sakit yang
dilengkapi RUBT, serta perusahaan transportasi (helikopter dll)
3. Alat-alat resusitasi
a. Resusisator (ambu bag) dengan suplai oksigennya
b. Tongue spatel (penekan lidah)
c. Laryngoscope (alat untuk memeriksa tenggorokan)
Tongue spatel dan laryngscope penting untuk membersihkan saluran nafas
dari benda-benda asing.
4. Obat-obatan :
a. Obat penghilang nyeri, misal : antalgin, paracetamol dll
b. Obat anti mabuk, misal : antimo
c. Obat anti gatal / alergi, misal : CTM, prednison dll
d. Antibiotika
e. Antiseptik lokal, misal : yodium, betadin, alkohol dll Digunakan untuk
mencegah infeksi pada luka-luka dengan mengoleskan cairan tersebut pada
luka.
f. Larutan normal salin (garam fisiologis), perhidrol, atau aquades untuk
membersihkan luka-luka
g. Sabun antiseptik lokal, misal : Phisohex
5. Alat-alat untuk mengatasi perdarahan :
a. Torniquet
1. Perban
2. Plester
3. Jarum peniti besar
6. Alat-alat untuk mengatasi / mencegah penyebaran racun karena sengatan binatang
laut yang berbisa (ular laut, blue renged octopus, stone fish dll), yaitu :
a. Snake-bite kit (alat / obat-obatan anti bisa ular)
b. Silet / pisau bedah untuk membuka luka gigitan ular agar racun keluar
bersama darah
c. Sea sting kit model SSK
d. Tali pengikat untuk mengikat anggota tubuh yang digigit ular (ikatan di atas
luka) agar racun tidak menyebar
e. Obat anestesi lokal injeksi dengan spuitnya
7. Untuk mengatasi penyakit dekompresi, yaitu :
a. Tabung oksigen besar, helm atau full face mask
b. Tali 9 meter yang diberi tanda tiap 1 meter
c. Tabel dekompresi
d. Kompresor
e. Infus set
f. Cairan infus Dextran, Dextrose 5% dan NaCI 0,9%
g. Portable recompression chamber (jika mungkin)
8. Lain-lain :
a. Pinset dan forcep
Digunakan untuk mengambil benda-benda asing, membersihkan luka dll
b. Gunting
c. Tisu
d. Selimut, handuk, pakaian tebal dll
D. Kedaruratan Penyelaman (Diving Emergencies)
Kedaruratan ialah suatu keadaan yang tidak terduga yang memerlukan tindakan
segera. Karena sifat kekhususan lingkungan bawah air, maka di air yang tenang dapat
juga terjadi keadaan bahaya bagi penyelam yang sedang bekerja di bawah air.
Pencegahan terjadinya kedaruratan :
1. Dengan latihan dan pengalaman yang didapat, maka seorang penyelam harus
mampu :
a. Menangani berbagai keadaan kedaruratan yang dihadapi.
b. Memisahkan hal-hal biasa dengan bahaya-bahaya yang dihadapi
c. Mengenal keadaan darurat dan bereaksi secara tepat saat munculnya tanda-
tanda awal berbagai gangguan fisiologis pada dirinya atau penyelam lain
d. Memiliki pengetahuan kerja dengan metode paling efektif untuk menangani
kedaruratan alat maupun medis
e. Mengatasi keadaan darurat bila mengalami stres fisik maupun emosi di dalam
penyelaman
2. Pengetahuan tentang penyelaman dan latihan (training) amat penting. Penyelam
yang terlatih baik, kondisi kesehatan yang baik dan terjaga, selalu waspada di
kedalaman maupun di permukaan akan mampu mengatasi keadaan darurat.
3. Operasi penyelaman yang terencana rapi dengan beban kerja yang tersusun baik,
didukung oleh pengorganisasian yang rapi dan personil-personil yang memadai,
perlengkapan dan peralatan yang terjaga keamanannya, logistik yang cukup dan
pengenalan daerah penyelaman akan menghasilkan operasi penyelaman yang
aman.
Berdasarkan fisiologi dan pertolongan medis yang diperlukan kedaruratan
penyelaman dapat dibagi menjadi :
1. Kedaruratan penyelaman yang tidak membutuhkan pengobatan rekompresi :
a. Kedaruratan sistem pernafasan
1) Kekurangan gas oksigen (hipoksia)
2) Kekurangan gas oksigen disertai meningginya kadar CO2
(asfiksia)
3) Keracunan gas CO (carbonmonoxide poisoning)
4) Keracunan gas CO2 (carbondioxide poisoning)
5) Sumbatan (hambatan) saluran nafas
6) Iritasi (perangsangan) oleh zat kimia (chemical iritation)
7) Keracunan gas nitrogen (nitrogen narcosis)
8) Keracunan gas oksigen (oxygen poisoning / toxicity)
Nomer 1) sampai dengan 7) dapat menimbulkan oxygen deficiency
(kekurangan oksigen).
b. Kedaruratan yang disebabkan oleh sifat-sifat fisik air sebagai media
penyelaman (in water emergencies, kedaruratan dalam air)
1) Tenggelam (drowning)
2) Squezee (barotrauma)
3) Kehilangan panas tubuh yang berlebihan (kedinginan)
4) Pengembangan gas (gas expansion)
c. Gangguan tehnis pelaksanaan penyelaman (operational hazard) :
1) Naik ke permukaan dengan cepat tanpa terkendali (blow up)
2) Terbelit dan terperangkap (fouling and entrapment)
3) Kerusakan alat (equipment failure)
4) Suplai udara terputus (lost of air suply)
5) Komunikasi kontak dengan penyelam terputus (lost of
communication)
6) Penyelam hilang (lost of diver)
2. Kedaruratan penyelam yang memerlukan tindakan / pengobatan-pengobatan
rekompresi :
a. Dekompresi yang tidak terlaksana atau terlaksana tetapi tidak memadai
b. Emboli gas (emboli udara, gas emboli)
c. Penyakit dekompresi (Decompression Sickness)
Operational Hazard
Kedaruratan karena gangguan tehnik penyelaman, yaitu :
1. Blow up
Blow up adalah suatu keadaan dimana penyelam naik dengan cepat tanpa
terkendali ke permukaan. Keadaan ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya emboli gas, penyakit dekompresi, trauma fisik akibat
benturan dengan benda-benda di permukaan, pecah paru dll. Pada deep sea diving,
blow up dapat menyebabkan robeknya pakaian selam sehingga dapat tenggelam
atau mengalami squeeze, hal ini penting untuk mencegah pecahnya diving dress
atau pelampung yang dapat mengakibatkan penyelam tenggelam.
Tindakan :
a. Pencegahan
Kuasai tehnik mengembangkan pakaian selam (deep sea gear) dan pelampung.
b. Observasi medis yang teliti pada penyelam yang mengalami blow up :
1) Pada penyelaman tanpa dekompresi
Penyelam harus tetap dekat recompression chamber selama beberapa jam
sampai dinyatakan aman dari bahaya-bahaya tersebut oleh dokter
penyelaman.
2) Pada penyelaman dekompresi :
Segera lakukan surface decompression di dalam recompression chamber.
c. Bila ada cedera fisik, misalnya pecah paru, segera atasi sesuai dengan cedera
yang dialami.
d. Bila ada tanda-tanda emboli gas atau penyakit dekompresi lain, segera lakukan
pengobatan rekompresi di dalam recompression chamber dengan tabel
dekompresi yang sesuai.
2. Terbelit dan terperangkap (fouling and entrapment)
Dapat terjadi seorang penyelam terbelit sesuatu dan atau terperangkap pada
suatu tempat. Penyelam dengan suplai udara dari permukaan lebih sering
mengalami gangguan tersebut karena surface umbilical (selang udara atau tali ke
permukaan) membelit penyelam. Tindakan :
a. Jangan panik dan segera atasi keadaan tersebut, bila gagal minta bantuan
buddy diver (mitra selamnya) atau penyelam cadangan.
b. Pada penyelam scuba perlu dipertimbangkan emergency swimming ascent.
Gangguan tersebut biasanya dapat diatasi oleh penyelam surface supplied
karena dia punya suplai udara tidak terbatas, bahkan dapat dilakukan
penggantian surface umbilical.
c. Setibanya di permukaan lakukan evaluasi kemungkinan terjadinya :
1) Kelelahan fisik dan mental yang berlebihan
2) Hipotermia
3) Trauma fisik
4) Asfiksia dan emboli gas mungkin dialami penyelam scuba yang
melakukan emergency swimming ascent.
5) Pada penyelam dekompresi perlu dilakukan penambahan waktu
dekompresi
3. Kerusakan alat selam
Pencegahan :
a. Pakailah pakaian selam yang dalam kondisi baik
b. Perhatikan perawatan alat-alat selam
Tindakan tergantung kepada :
a. Jenis kerusakan alat
b. Jenis penyelaman
c. kemampuan dan kemahiran penyelam mengatasi gangguan tersebut
4. Terputusnya suplai udara (lost of air supply)
Pada penyelam scuba yang mengalami kehabisan udara atau gangguan alat
(scuba, regulator, mouthpiece) dapat mengatasinya dengan buddy breathing
sambil naik ke permukaan bersama mitra selamnya.
Pada penyelam surface supplied deep sea gear bila mengalami terhentinya
suplai udara total masih mempunyai persediaan udara yang cukup untuk 7 menit
sehingga dapat mengambil tindakan sebagai berikut :
a. Tutup katup masuk, katup keluar serta spit cock valves, ini penting untuk
menjaga sisa udara yang tersedia dalam diving gearnya.
b. Segera beritahu tender di permukaan
c. Ganti hose baru bila penyebabnya kerusakan hose dengan bantuan penyelam
cadangan
d. Bila gangguan tidak dapat diatasi lakukan “controlled blow up” (naik ke
permukaan terkontrol) dengan mengurangi berat peralatan selamnya (buang
weight belt dan lain-lain)
5. Komunikasi terputus (lost of communication)
Terputusnya hubungan / kontak baik antar mitra selam maupun antar tender
dengan penyelam merupakan tanda awal kedaruratan penyelaman.
a. Penyelaman scuba
Tindakan :
1) Cari mitra selamnya dalam batas jarak pandang, bila ketemu atasi
persoalan bersama, bila tidak segera ke permukaan dan laporkan pada
pimpinan penyelam
2) Segera lakukan prosedur pencarian
b. Penyelaman dengan suplai udara dari permukaan
Tindakan yang perlu dilakukan oleh tender :
1) Bila hubungan komunikasi terputus, hubungi dengan kode (tarikan tali)
2) Periksa gelembung-gelembung udara yang muncul ke permukaan
3) Dengarkan suara dari helmet penyelam, bila tak ada suara dan gelembung
udara tampak normal mungkin ada kerusakan pada sistem komunikasi.
Jika terdengar suara dari helmet penyelam tetapi tidak ada reaksi terhadap
instruksi / tanda yang diberikan berarti ada gangguan pada penyelam
tersebut.
6. Penyelam hilang (lost diver)
Penyelam yang mengalami disorientasi (kehilangan arah) atau nitrogen
narcosis dapat bergerak tanpa disadari menjauhi lokasi penyelaman, penyelam
dapat terperangkap dan hilang (lost diver). Jika penyelam ditemukan dalam
keadaan tidak sadar, segera dibawa ke permukaan sambil diberikan udara
pernafasan (misalnya dengan memasukkan mouthpiece dari regulator scuba ke
mulut penyelam dengan purge bottom ditekan, sehingga terjadi aliran udara dari
scuba ke dalam paru penyelam).
E. Penyelidikan Kecelakaan Bawah Air (Diving Investigation)
Penyelidikan dan evaluasi kecelakaan bawah air banyak mendapat perhatian sejak
tahun 1965 ketika Webster menerbitkan US Review yang pertama tentang kecelakaan
penyelaman scuba. Setiap kecelakaan bawah air merupakan kumpulan berbagai faktor
yang komplek seperti kondisi lingkungan, kesempatan dan training penyelam,
peralatan dan kemampuan untuk mengatasi keadaan darurat dll. Tetapi faktor-faktor
ini jarang dipakai sebagai pertimbangan pada waktu proses evaluasi kecelakaan
tersebut. Tenggelam pada umumnya disebut sebagai sebab kematian.
Kecelakaan penyelaman umumnya terjadi di tempat terpencil dan memerlukan
pertolongan segera yang memadai dan umumnya terjadi pada libur akhir pekan, di
sore hari, sesudah penyelaman ke II atau III.
Pada penyelidikan kecelakaan bawah air, ada 5 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Penyelam dan riwayat kesehatan yang lampau
Data penyelam sangat perlu, mungkin baru saja menderita suatu penyakit yang
dapat menjadi faktor predisposisi kecelakaan dan kemampuan penyelam beserta
grupnya. hal lain yang perlu diperhatikan adalah buddy system yang gagal oleh
karena :
a. Visibility air yang sangat kurang dan ketidakmampuan atau ketidakmauan
untuk berbuddy lagi
b. Frustasi karena sulit bergabung lagi dengan grupnya sehingga memutuskan
untuk solo diving
c. Ketidakmampuan untuk memberi bantuan kepada buddy diver karena kurang
tahu prosedur dan ketrampilan
Apabila pernah mengalami kesulitan dalam air, penting dicatat karena ada
kecenderungan terjadi lagi terutama di daerah-daerah penyelaman yang
berbahaya. Kecelakaan tersebut oleh karena beberapa sebab antara lain :
a. Breath hold diving setelah hiperventilasi
b. Panik dengan hiperventilasi
c. Tertelan air asin
d. Alternobaric vertigo
e. Barotrauma terutama barotrauma paru
f. Nitrogen narkosis
g. Sinkop waktu ascent
h. Penyakit dekompresi
i. Keracunan O2 atau CO2
2. Kondisi lingkungan penyelaman
Perlu diperhatikan keadaan cuaca, kejernihan air, arus, temperatur air, adanya
gua-gua / tebing dan binatang laut berbahaya. Sebagai contoh, seorang penyelam
akan mengalami kelelahan yang amat sangat apabila harus berjuang melawan arus
dan makin jauh dari lokasi awal penyelaman sehingga mengakibatkan keadaan
menjadi fatal.
3. Profil dan riwayat penyelaman
Penyelaman sebelumnya, kedalaman dan lamanya menyelam perlu dicatat dan
dihitung. Hal tersebut berkaitan dengan penyakit dekompresi, nitrogen narkosis
dan gangguan kesehatan lain yang dapat menimbulkan kesulitan bahkan fatal. Juga
kecepatan waktu naik, lamanya pemberhentian, latihan-latihan sebelum menyelam,
minum obat-obatan atau alkohol sebelum menyelam perlu diperhatikan.
4. Peralatan selam
Peralatan amat penting, misalnya baju pelindung untuk cuaca dingin, regulator
yang berfungsi baik dan tidak ada kontaminasi, juga peralatan lain seperti masker,
bouyancy control device, depth gauge, jam, gauge untuk tangki, buddy line, pisau
dll harus semuanya dalam keadaan baik sehingga akan menunjang keselamatan
penyelaman.
5. Pemeriksaan autopsi
Diagnosis diferensial dari diving accident :
a. Pada waktu descent
1) Retensi CO2
2) Hipoksia
3) Keracunan O2
4) Keracunan CO2
5) Trauma
b. Pada waktu di dasar
1) Hiperkapnia
2) Hipoksia
3) Keracunan CO2
4) Trauma
c. Pada waktu ascent
1) Alternobaric vertigo
2) CO retensi
3) Emboli udara
4) Penyakit dekompresi
d. Di permukaan
1) Dalam waktu 10 menit di permukaan :
a) Alternobaric vertigo
b) Retensi CO2
c) Emboli udara
d) Penyakit dekompresi
e) Hipoksia
2) Lebih dari 10 menit sesudah sampai di permukaan
a) Penyakit dekompresi