MATERI POKOK
PPh Final
PAJAK PENGHASILAN FINAL
Pengertian
Pajak Penghasilan (PPh) Final artinya pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final
sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada
akhir tahun pajak.
Pengelompokkan
Pengertian
Pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha bagi wajib pajak dengan
peredaran bruto tertentu bersifat final dimaksudkan untuk memberik
kemudahan bagi Wajib Pajak yang menerima/memperoleh penghasilan dari
usaha dengan peredaran tertentu agar dapat melakukan penghitungan,
penyetoran, dan pelaporan pajak penghasil yang terutang.
Ketentuan pengenaan PPh ini dituangkan dalam PP Nomor 23 Tahun 2018
dan PMK Nomor 99/PMK.03/2018. Ketentuan ini disebut PPh bersifat final
0,5%
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
USAHA YANG DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB PAJAK
YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
Obyek Pajak
Obyek pajak atas PPh bersifat final 0,5% adalah penghasilan dari usaha yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dengan penghasilan tertentu.
Peredaran tertentu yang dimaksud adalah peredaran bruto usaha tidak
melebihi Rp 4,8milyar dalam setahun.
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
USAHA YANG DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB PAJAK
YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
Bukan Obyek Pajak a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas seperti
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
Penghasilan dibawah ini tidak
penilai, dan aktuaris.
termasuk penghasilan dari usaha b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,
dikenai PPh bersifat final 0,5% bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/wati, pemain drama,
1. Penghasilan yang diterima atau dan penari.
c. Olahragawan
diperoleh WPOP dari jasa
d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh
sehubungan dengan pekerjaan dan moderator.
bebas. e. Pengarang, peneliti, penterjemah
f. Agen iklan
g. Pengawas atau pengelola proyek
h. Perantara
Wajib Pajak A pada tahun 2019 mempunyai peredaran i. Petugas penjaja barang dagangan
bruto sebesar Rp 1.500.000 dari usaha perdagangan j. Agen asuransi
dan Rp 5.800.000.000 dari jasa konsultan pajak. k. Multilevel marketing
Penghasilan Wajib Pajak A yang Rp 5.800.000.000 tidak
dikenakan PPh bersifat final 0,5% karena termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas sebagai konsultan pajak
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
USAHA YANG DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB PAJAK
YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
Wajib pajak B pada tahun 2019 mempunyai peredaran bruto usaha sebesar
2. Penghasilan yang diterima atau Rp 3.500.000.000 dari usaha percetakan dan Rp 800.000.000 dari bunga
diperoleh dari luar negeri yang atas penyertaan obligasi pada perusahaan diluar negeri.
pajaknya terutang atau telah Penghasilan wajib pajak B dari bunga obligasi luar negeri tidak dikenakan
PPh bersifat final 0,5% karena termasuk penghasilan luar negeri yang
dibayar di luar negeri. terutang pajak di luar negeri.
3. Penghasilan yang telah dikenai
PPh bersifat final. Wajib Pajak C pada tahun 2019 mempunyai peredaran bruto sebesar Rp
3.500.000.000 dari usaha perdagangan material bahan bangunan dan Rp
4. Penghasilan yang dikecualikan 2.000.000.000 dari bagian imbalan jasa pelaksanaan konstruksi bangunan.
Penghasilan Wajib Pajak C yang Rp 2.000.000.000 tidak dikenakan PPh
dari Obyek Pajak.
bersifat final 0,5% karena termasuk penghasilan yang PPh nya bersifat final
(PPh pasal 4 ayat 2 )
Wajib pajak D pada tahun 2019 mempunyai peredaran bruto usaha sebesar Rp 4.300.000.000 dari usaha
konveksi dan Rp 500.000.000 dari bagian laba atas penyertaan modal pada CV XX.
Penghasilan wajib pajak D dari bagian laba tidak dikenakan PPh bersifat final 0,5% karena termasuk bagian
laba yang diterima dari penyertaan modal yang tidak terbagi atas saham-saham termasuk penghasilan yang
tidak dikenakan PPh (bukan obyek PPh).
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
USAHA YANG DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB PAJAK
YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
Wajib Pajak
❑ Jumlah peredaran bruto WP mempunyai usaha restoran dan karaoke dengan beberapa
tidak termasuk cabang pada tahun 2019 mempunyai peredaran bruto seluruh
penghasilan yang telah cabang sebesar Rp Rp 4.500.000.000 dan menerima deviden atas
dikenai PPh bersifat final investasinya di PT ABC sebesar Rp 500.000.000.
Total peredaranb bruto WP tersebut 2019 sebesar Rp 5.000.000.000.
Tetapi peredaran bruto yang dijadikan perhitungan PPh bersifat final
0,5% adalah jumlah peredaran bruto yang berasal dari usaha
restoran dan karaoke yakni sebesar Rp 4.500.000.000 yang tidak
melebihi Rp 4.800.000.000 sehingga penghasilan usaha restoran dan
karaoke dikenakan PPh bersifat final 0,5%.
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
USAHA YANG DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB PAJAK
YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
Tarif Pajak
Besarnya tarif pajak bagi Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
adalah 0,5%
DPP yang digunakan untuk menghitung PPh bersifat final 0,5% adalah
peredaran bruto usaha setiap bulan.
PPh terutang sebulan = tarif x DPP sebulan
= 0,5% x DPP sebulan
Ilustrasi
Sugianto memiliki usaha reparasi kendaraan bermotor dan penjualan suku cadang kendaraan
bermotor roda dua. Sugianto terdaftar sebagai WP sejak 2015, dan pada tahun 2018 telah
memiliki dua cabang bengkel dengan peredaram bruto bengkel A Rp 200.000.000 dan bengkel B
Rp 300.000.000. Jumlah peredaran bruto tahun 2018 kedua bengkel tersebut Rp 500.000.000
tidak melebihi Rp 4.800.000.000. WP Sugianto tahun 2018 dikenakan PPh bersifat final 1% dan
0,5%. Tarif 1% untuk penghasilan perbulan dari bulan Januari sampai dengan Juli, dan tarif 0,5%
untuk penghasilan perbulan dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2018.
Bulan Januari 2019 Sugianto memperoleh peredaran bruto dari bengkel A dan bengkel B masing-
masing Rp 150.000000 dan Rp 200.000.000.
Bengkel A dengan peredaran bruto RP 150.000.000
PPh = 0,5% x Rp 150.000.000 = Rp 750.000
Bengkel B
PPh = 0,5% x Rp 200.000.000 = Rp 1.000.000
Ilustrasi
Bilamana wajib pajak Sugianto melakukan penyerahan jasa kepada Dinas Pekerjaan Umum
senilai Rp 5.000.000 maka Bendaharawan DPU akan melakukan pemotongan PPh pasal 23
sebesar Rp 100.000 yakni 2% x Rp 5.000.000.
Ilustrasi
Wajib pajak Feri pengusaha jasa kontruksi yang mempunyai toko bahan bangunan sendiri.
Feri juga memberikan jasa konstruksi di bidang konstruksi pada tahun 2019 memiliki
penghasilan sebagai berikut :
a. Penjualan bruto dari usaha toko bahan bangunan Rp 3.500.000,000
b. Kontrak pelaksanaan konstruksi bernilai Rp 1.2000.000.000
c. Jasa konsultasi Rp 600.000.000
Penjelasan
Peredaran bruto dari usaha toko bahan bangunan Rp 3.500.000.000 tidak melebihi Rp
4.800.000.000 sehingga Wajib Pajak Feri dikenakan PPh bersifat final 0,5%. Sedangkan
penghasilan dari jasa pelaksanaan konstruksi dan jasa konsultan tidak diperhitungkan dalam
menentukan peredaran bruto yang dikenai PPh bersifat final 0,5%. Jasa konstruksi dikenakan
PPh bersifat final (PPh pasal 4 ayat 2), Jasa konsultasi merupakan lingkup penghasilan jasa
sehubungan pekerjaan bebas.
PEMBERITAHUAN
1. File ini merupakan Materi Pokok
Pembelajaran ke 5 Bab PPh Final
2. Video Penjelasan Materi PPh
Final tersebut akan diupload
menyusul.
PEMBELAJARAN 5
MATERI POKOK
PPh Final