Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KEGIATAN WALKTHROUGH SURVEY

PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Nama : Susan Yulia Laura Howay


NPM : 1718011170
Kelompok Tutorial : 18

Pembimbing :

Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes

NIP: 197206281997022001

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL KEGIATAN : LAPORAN KEGIATAN WALKTHROUGH


SURVEY PADA PEKERJA PABRIK KELAPA
SAWIT

PENYUSUN : Susan Yulia Laura Howay (1718011170)

Bandar
Lampung, 9 Mei 2020
Menyetujui,
Dosen
Pembimbing

Dr. Dyah Wulan SRW, SKM.,

M.Kes

ii
NIP: 197206281997022001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan dapat menyusun
Laporan Walkthrough Survey pada pekerja pabrik kelapa sawit ini.
Selanjutnya, Laporan Walkthrough Survey ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas dalam Blok Agromedicine. Kepada Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes
sebagai dosen pembimbing laporan, penulis ucapkan terima kasih atas segala
pengarahannya sehingga laporan ini dapat di susun dengan cukup baik.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik
dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, penlis meminta
maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis. Selain itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan, guna memperbaiki laporan selanjutnya dan
perbaikian untuk kita semua.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan
berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua.

Bandar Lampung 9 Mei 2020


Penulis

Susan Yulia Laura Howay

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................2
1.3 Manfaat..................................................................................................2
BAB II HASIL KEGIATAN...............................................................................4
2.1 Gambaran Tempat Kerja........................................................................4
2.1.1 Informasi Umum.................................................................................4
2.2 Alur Produksi.........................................................................................5
2.3 Bahaya Potensial Pekerja Pabrik Sawit..................................................9
2.4 Identifikasi Masalah.............................................................................10
2.5 Bahaya Potensial Kebisingan...............................................................13
2.6 Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Pabrik..................................15
2.7 Penyakit pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit........................................16
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................18
3.1 Perbandingan Hasil Observasi dengan Teori.......................................18
3.1.1 Bahaya Fisik................................................................................20
3.1.2 Bahaya Kimia......................................................................20
3.1.3 Bahaya Biologi....................................................................20
3.1.4 Bahaya Ergonomi................................................................21
3.1.5 Bahaya Psikologi.........................................................................21
3.2 Kebisingan............................................................................................21
3.3 Noise-Induced Hearing Loss (NIHL)...................................................24
3.3.1 Klasifikasi...................................................................................24
3.3.2 Patofisiologi................................................................................25
3.4 Alat Pelindung Diri untuk Kebisingan.................................................26
3.5 Rekomendasi........................................................................................28

iv
BAB IV................................................................................................................29
KESIMPULAN..................................................................................................29
4.1 Kesimpulan..........................................................................................29
4.2 Saran.....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................30

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan pemerintah,

pengusaha, pekerja, dan keluarganya di seluruh dunia. Kesehatan dan

keselamatan kerja merupakan hal yang wajib diketahui oleh para pekerja

dalam menjalani pekerjaan. Kesehatan dan keselamatan kerja berfungsi

sebagai acuan atau pedoman bagi pekerja agar tidak menjumpai hal-hal

yang tidak di inginkan. Sementara beberapa industri bersifat lebih

berbahaya dari industri yang lain, kelompok pekerja migran dan pekerja

berpenghasilan kecil yang lain lebih banyak dihadapkan pada risiko

mengalami kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dan kesehatan yang kurang

baik, karena kemisikinan sering kali memaksa mereka untuk menerima

pekerjan yang tidak aman (Buntarto, 2015).

Kecelakaan akibat kerja merupakan suatu kecelakaan yang berhubungan

proses kerja yang berhubungan denga proses kerja yang tidak dapat diduga

dan dapat menyebabkan berbagai kerugian mulai dari korban jiwa, cacat,

luka, kerusakan, sampai dengan pencemaran. Kecelakaan akibat kerja

sering terjadi dilingkungan pekerjaan . Kecelakaan akibat kerja dapat

disebabkan oleh berbagai potensi bahaya yang berasal dari berbagai aspek

pula, mulai dari peralatannya (benda mati) hingga penggunaan (makhluk

1
hidup). Jika potensial bahaya tersebut benar-benar terjadi, akibatnya dapat

mulai dari hanya lecet hingga terjadinya kematian dari pekerjaan tersebut.

Faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja dapat digolongkan menjadi

golongan fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis. Bising,

yang termasuk dalam golongan fisik, dapat menyebabkan kerusakan

pendengaran/tuli (PTPN, 2006).

Oleh karena itu, kegiatan Walkthrough survey dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan membantu mahasiswa dalam

pengaplikasian terkait kecelakaan kerja. Pada kesempatan ini kami

melakukan Walkthroungh survey kepada pekerja pabrik kelapa sawit.

1.2 Tujuan

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, Walkthrough Survey (WS) ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pada Pabrik Kelapa Sawit,

yang mana dilihat dari aspek bahaya potensial meliputi bahaya fisik, biologis,

kimia, dan ergonomi, selanjutnya melakukan sosialisasi tentang paparan

bahaya dan pencegahannya.

1.3 Manfaat

1. Membantu penulis untuk menambah pengetahuan

mengenai masalah dan risiko kesehatan pada pekerja

pabrik kelapa sawit.

2
2. Memberi pengetahuan mengenai risiko kesehatan pada

pekerja pabrik kelapa sawit atau pencegahan yang dapat

dilakukan untuk menanggulangi risiko kesehatan yang

dapat di timbulkan.

3
BAB II

HASIL KEGIATAN

2.1 Gambaran Tempat Kerja

2.1.1 Informasi Umum

Walkthrough Survey yang dipilih oleh penulis adalah Pekerja Pabrik

Kelapa sawit. Pabrik adalah suatu sarana untuk memproduksi barang

kebutuhan manusia. Tujuan dari pendirian pabrik adalah untuk bisa

mendapatkan nilai tambah, biasanya nilai tambah tersebut secara

ekonomi yaitu mengolah bahan baku menjadi produk baru yang

memiliki nilai jual yang lebih tinggi (KBBI).

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna

sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan

bakar. Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies yaitu elaeis

guineensis dan elaeis oleifera yang digunakan untuk pertanian komersil

dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Perkebunan kelapa sawit merupakan bagian penting dari sistem

pendapatan keuangan masyarakat guna kelancaran kegiatan

perekonomian suatu masyarakat. Perkebunan kelapa sawit merupakan

alternatif bagi masyarakat dalam memlilih pekerjaan yang sesuai

dengan dasar kemampuan masyarakat. Perkebunan kelapa sawit juga

terbukti dapat bertahan dalam kondisi krisis sebagai alternatif terhadap

sistem kapitalis dan sistem sosialis (Buchari, Alma, 2004).

4
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) memiliki peranan yang sangat

penting dalam suatu perusahaan sebagai wujud perlindungan terhadap

hak tenaga kerja untuk mendapatkan kehidupan kerja yang nyaman.

Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

serta Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal

35 ayat 3 dan pasal 86 telah dijelaskan bahwa setiap pekerja/buruh

berhak mendapat perlindungan K3 dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas. Salah

satu sektor yang memerlukan perhatian lebih mengenai perlindungan

K3 adalah sektor kehutanan (Widiastuti, 2014).

2.2 Alur Produksi

Pengolahan buah kelapa sawit diawali dengan proses pemanenan buah kelapa sawit. Tandan

buah segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi

pabrik minyak sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke

dalam loading ramp, tandan buah segar tersebut harus ditimbang

terlebih dahulu pada jembatan penimbangan. Perlu diketahui bahwa

kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh

kondisi buah yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan

dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan didalam

pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak semata mata tergantung

dari TBS yang masuk kedalam pabrik.

5
(Gambar 1. Alur Pengolahan Kepala Sawit)

Secara garis besar pengolahan kelapa sawit terdiri dari :

1. Perebusan

TBS yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori

rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang dan langsung

dimasukkan ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang

menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 – 3,0 Kg/cm2.

Proses perebusan ini dimasudkan untuk mematikan enzim - enzim

yang dapat menurunkan kualitas minyak.

Di samping itu, perebusan dimaksudkan agar buah mudah lepas dari

tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan

keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90

menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280-

6
290 kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondesat yang

mengandung 0,5 minyak ikutan pada temperatur tinggi, kondesat ini

kemudian dimasukkan kedalam fat pit. Tandan buah sudah direbus

dimasukkan ke dalam threser dengan menggunakan hoisting crane.

2. Perontokan buah dari tandan

Pada tahap ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan

dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah

tersebut terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh fit conveyor

ke digester. Tujuannya adalah untuk memisahkan brondolan dari

tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum

berputar. Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada

brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini disebut dengan

USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini maka dipakai

sistem double threshing. Sistem ini bekerja dengan cara janjang

kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari

thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke thresher

kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran dan

dimanfaatkan sebagai produk samping.

3. Pengolahan minyak dari daging buah

Brondolan buah segar yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukkan

kedalam digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini

dimaksudkan supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses

7
pengadukan ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga

agar stabil antara 80-90oC. Setelah massa buah dari proses

pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat

pengepresan agar minyak keluar dari biji. Untuk proses pengepresan

ini perlu ditambahkan panas sekitar 10% - 15% terhadap kapasitas

pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak

kasar dan ampas serta biji.

Sebelum minyak kasar ditampung pada crude oil tank, harus

dilakukan pemisakan kandungan pasirnya pada sand trap yang

kemudian dilakukan penyaringan. Sedangkan ampas dan biji yang

masih mengandung minyak dikirim ke pemisahan ampas dan biji.

Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan

air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak

kasar kemudian dipompa ke dalam decenter guna memisahkan

padat dan cair. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa

jenis ringan ditampung pada Continuous Separation Tank, minyak

dialirkan ke tangki minyak dan fase berat terdiri dari air dan padatan

terlarut ditampung ke dalam sludge tank yang kemudian dialirkan

ke slidge separator untuk memisahkan minyak

4. Proses pemurnian minyak

Minyak dari oil tank kemudian dialirkan kedalam oil purifier untuk

memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air.

8
Selanjutnya dialirkan kedalam vacuum drier untuk memisahkan air

sampai pada batas standar. Kemudian melalui sarvo balance,

minyak sawit dipompakan ke tanki timbul. Suhu simpan dalam

tangki penyimpanan dipertahankan antara 45-55 C. Hal ini

bertujuan agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai

tiba waktunya pengiriman. (Amerika 2009; Pertanian 2006).

2.3 Bahaya Potensial Pekerja Pabrik Sawit

Berbagai macam bahaya potensial pada industri minyak kelapa sawit

adalah sebagai berikut :

1. Sterilisasi

Sterilisasi adalah perebusan yang dilakukan dalam bejana

bertekanan dengan menggunakan uap air jenuh. Proses perebusan

ini menggunakan suhu >120o C. Potensi bahaya kesehatan pada area

ini adalah luka bakar jika bersentuhan dengan mesin, gangguan

kesehatan karena efek panas seperti heat rash, heat cramps, dan

heat exhaustion.

2. Mesin Bantingan

Potensi bahaya kesehatan kerja yang dapat terjadi adalah luka bakar

akibat percikan air pada proses pembantingan.

3. Pengepresan

Potensi bahaya kesehatan kerja dapat terjadi akibat tidak kokohnya

konstruksi tempat mesin pengepresan

4. Stasiun Ketel Uap

9
Ketel uap merupakan salah satu jenis bejana bertekanan. Stasiun

ketel uap merupakan fasilitas yang sering mengalami ledakan.

Potensi bahaya kesehatan pekerja pada ketel uap adalah penyakit

akibat paparan panas seperti heat rash dan heat cramps, gangguan

pendengaran akibat paparan bising, dan lain-lain.

2.4 Identifikasi Masalah

Pada saat kunjungan ke PT Perkebunan Nusantara VII, ada beberapa

bahaya potensial yang ada di tempat tersebut baik bahaya potensial fisik,

kimia, biologi, ergonomi dan psikologi.

a. Penyortiran

Proses pertama yaitu penyortiran buah terdapat bahaya potensial

fisik, biologi, ergonomi dan psikososial. Bahaya potensial fisik pada

proses ini adalah kurangnya pencahayaaan dan juga kebisingan yang

diukur dengan sound meter 93 dB. Kurangnya pencahayaan dapat

mengganggu penglihatan pekerja sehingga dapat menyebabkan

kecelakaan kerja seperti tersandung atau terpeleset sedangkan

kebisingan dapat menyebabkan gangguan pendengaran seperti

telinga berdenging. Hal yang dapat dilakukan para pekerja yaitu

dengan menggunakan hearing protection atau alat pelindung

pendengaran seperti ear plug atau ear muff. Bahaya potensial

biologi pada proses penyortiran adalah tangan pekerja yang kontak

langsung dengan sawit sehingga dapat menyebabkan dermatitis

kontak iritan atau bahkan infeksi dari mikroorganisme. Penggunaan

10
sarung tangan pada proses ini dapat mencegah kontak langsung

tangan dengan kelapa sawit sehingga dapat mencegah terjadinya

dermatitis kontak iritan dan infeksi. Penanganan material seperti

mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa

beban tanpa bantuan alat serta gerakan repetitive pada tangan dan

leher seperti menekuk dan mendongak merupakan bahaya potensial

ergonomi dan dapat menyebabkan gangguan otot seperti pegal-pegal

sedangkan bahaya potensial psikologi pada proses pengoalahan

kelapa sawit ini adalah ketidakpuasan pada upah yang diberikan,

keresahan akibat proses pemanenan yang tergantung cuaca,

ketidaknyamanan akibat bising di pabrik serta tidak tersedianya

makan untuk pekerja.

b. Perebusan

Pada proses kedua yaitu perebusan dapat terjadi bahaya potensial

fisik yaitu uap panas yang digunakan pada perebusan. Perebusan

atau sterilisasi dilakukan dalam bejanan bertekanan (sterilizer)

dengan mengggunakan uap air. Uap air berasal dari pemanasan air di

boiler dengan bahan bakarnya adalah cangkang kelapa sawit

Gangguan kesehatan yang dapat terjadi karena efek panas adalah

heat rash, heat cramps dan heat exhaustion. Pengendalian panas

pada area tersebut dapat dilakukan dengan sistem ventilasi untuk

menurunkan suhu pada area tersebut. Bahaya potensial ergonomi di

proses ini yakni pekerja yang menarik tali lori yang berulang

11
sehingga dapat menyebabkan cumulative trauma disorder (CTD).

Cumulative trauma disorder (CTD) adalah gangguan pada sistem

muskuloskeletal dan saraf yang disebabkan oleh pergerakan yang

berulang, tenaga yang kuat, getaran atau kompresi mekanis.

c. Perontokan

Bahaya potensial pada proses perontokan hanya terdapat bahaya

potensial fisik yaitu suara bising mesin conveyor yang dihitung

dengan aplikasi Sound Meter yaitu 84 dB sehingga dapat

mengganggu pendengaran pada pekerja seperti telinga berdenging

dan Noise Induce Hearing Loss (NIHL). NIHL adalah gangguan

pendengaran yang disebabkan paparan bising yang berlebihan. Hal

yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan hearing

protection atau alat pelindung pendengaran seperti ear muff atau

ear plug.

d. Pemisahan biji dan pengepresan

Penggunaan kapur (CaCO₃) yang merupakan bahaya potensial

kimia dari proses pemisahan biji dan pengepresan dapat

menyebabkan iritasi mekanik disertai batuk dan bersin. Iritasi

sedang dapat terjadi jika kontak dengan kulit sedangkan kontak

dengan mata dapat menyebabkan iritasi berat. Kalsium karbonat

yang tertelan dapat menyebabkan iritasi lambung dan sendawa,

12
mual, konstipasi atau diare dan peningkatan sekresi lambung.

Terdapat juga bahaya potensial fisik pada proses ini yaitu

kurangnya pencahayaan pada pabrik sehingga dapat mengganggu

penglihatan pekerja sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja

seperti tersandung atau terjatuh dan suhu disekitar mesin yang

cukup panas yang dapat menyebabkan heat rash, heat cramps dan

heat exhaustion.

e. Pemurnian minyak

Proses terakhir yaitu pemurnian minyak, bahaya potensial kimia

yang terjadi pada proses ini adalah banyaknya oli yang berceceran

di lantai pabrik yang digunakan sebagai pelumas dan tumpahan

minyak pada lantai pabrik sehingga dapat menyebabkan pekerja

terpeleset dan terjatuh.

Jumlah pekerja pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)

adalah 49 orang dengan pergantian 2 shift. Peraturan yang

diterapkan yakni mewajibkan pekerja menggunakan APD,

pembagian shift kerja 2x12 jam sehari dengan waktu kerja 8 jam

sehari dan melakukan medical check up setiap 6 bulan sekali..

2.5 Bahaya Potensial Kebisingan

Selain bahaya potensial yang ditimbulkan pada tiap proses dalam

pabrik kelapa sawit, terdapat juga berbagai bahaya potensial lainnya

yang berhubungan dengan faktor fisik, seperti panas yang sudah

13
dijelaskan diatas dan juga kebisingan. Kebisingan adalah bunyi atau

suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran

dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar.

Pengukuran kebisingan biasanya dinyatakan dalam satuan decibel

(dB). Decibel adalah suatu unit pengukuran kuantitas resultan yang

merepresentasikan sejumlah bunyi dan dinyatakan secara logarik.

Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah

Sound Level Meter (SLM). SLM ini mengukur perbedaan tekanan

yang hasil keluaran dari alat ini adalah dalam decibel (dB) dengan

menggunakan dasar persamaan SPL=10 log (P/Pref) (Jasmareni et.al

2015)

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 menatapkan bahwa tingkat kebisingan

di ruang kerja maksimal 85 dBA.

Tabel 1. Tingkat Kebisingan


Tingkat Bising dB (A) Sumber Bunyi Skala Intensitas

0 – 20 Suata gemerisik Sangat tenang


20 – 40 Perpusatakaan, percakapan Tenang
40 – 60 Radio pelan, percakapan keras Sedang
rumah, gaduh kantor
60 – 80 Perusahaan, radio keras, jalan Keras
80 – 100 Peluit polisi, jalan rayam Sangat keras
pabrik tekstil, pekerja mekanik
100 – 120 Ruang ketel, mesin turbin uap, Sangat amat keras
mesin diesel besar, kereta
bawah tanah
>120 Ledakan bom, mesin jet, Menulikan
mesin roket

14
Tabel 2. Lama Pajanan
Waktu pemajanan sehari Intensitas kebisingan (dBA)
8 jam 85
4 jam 88
2 jam 91
1 jam 94
30 menit 97
15 menit 100
7,5 menit 103
3,5 menit 106
1,88 menit 109

2.6 Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Pabrik.

Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh pekerja pabrik

kelapa sawit

adalah sebagai berikut :

Tabel.3

No Alat Penjelasan Gambar


1. Helm Helm berperan untuk
melindungi kepala dari
semua jenis bentrokan
yang dapat
menyebabkan cidera
kepala

2. Kaca Mata Kaca mata berperan


untuk melindungi
mata dari serpihan
benda-benda kecil
seperti abu, bunga
kelapa sawit, bahan
kimia, dan serpihan
potongan benda lain.

3. Ear Plug Ear Plug berfungsi


untuk mengurangi
tingkat kebisingan
pendengaran. Ear

15
plug digunakan untuk
mengurangi
kebisingan sampai
dengan 30 dB
sedangkan ear muff
mengurangi 40-50 dB

4. Masker Masker berperan


untuk menghindari
terhirupnya bahan
kimia yang beracun.

5. Sarung Sarung tangan


berperan untuk
Tangan melindungi tangan
dari benda-benda
keras dan juga untuk
melindungi dari bahan
kimia.

2.7 Penyakit pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit

Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi karena

pajanan beberapa faktor yaitu :

1. Fisik (suara, radiasi, suhu, tekanan yang sangat tinggi,

vibrasi)

2. Kimia ( bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja

maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja dapat

berbentuk debu, uap, gas, larutan)

16
3. Biologi (bakteri, virus, jamur, parasit)

4. Fisiologi (disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara

kerja)

5. Psikologi di tempat kerja.

Berdasarkan faktor diatas pada pekerja pengolahan kelapa sawit

dapat menyebabkan berbagai keluhan seperti,

1. Gangguan pendengaran

2. Gangguan pernafasan

3. Gangguan kulit

4. Gangguan psikologi

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perbandingan Hasil Observasi dengan Teori

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya

penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi

menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau

bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan

sistem kerja. Pengolahan kelapa sawit yang mana dalam proses produksi

menggunakan mesin-mesin dan peralatan mempunyai intensitas kebisingan

tinggi yang dapat menyebabkan adanya gangguan pekerjaan ataupun penyakit

akibat kerja yang berupa gangguan pendengaran akibat kebisingan ataupun

penyakit lain yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja lainnya. Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit disingkat dengan PPKS, merupakan pabrik

pengolahan kelapa sawit menjadi minyak. Proses produksi diawali dengan

bahan baku berupa kelapa sawit ditimbang terlebih dahulu dengan timbangan

berjalan dan dilakukan pernyortiran kelapa sawit dengan kelapa sawit yang

mentah, setengah matang, matang, dan lewat matang karena akan

mempengaruhi terhadap rendaman minyak. Setelah disortir, lalu dilakukan

perebusan kelapa sawit menggunakan mesin yaitu mesin sterilizer, lalu di

potong dan dilakukan pengempaan atau press, selanjutnya akan dilakukan

proses pemurnian minyak dan dilanjutkan ke Pabrik Pengolahan Inti Sawit

(PPIS).

18
Menurut ILO tahun 2013 Bahaya potensial adalah sesuatu yang berpotensi
untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian.
Berdasarkan dampak yang ditimbulkan, bahaya potensial dibagi menjadi 4
kategori, yakni:
1. Kategori A
Kategori A merupakan bahaya potensial yang menimbulkan risiko dampak
kesehatan jangka panjang. Termasuk di dalamnya yaitu bahaya kimia
(debu, uap logam, uap) Bahaya faktor biologi (penyakit dan gangguan oleh
virus, bakteri, binatang dsb.) Bahaya faktor fisik (bising, penerangan,
getaran, iklim kerja, jatuh) Cara bekerja dan bahaya factor ergonomis
(posisi bangku kerja, pekerjaan berulang- ulang, jam kerja yang lama)
Potensi bahaya lingkungan yang disebabkan oleh polusi pada perusahaan
di masyarakat.
2. Kategori B
Yaitu bahaya potensial yang menimbulkan risiko langsung pada
keselamatan. Contohnya kebakaran, listrik dan potensi bahaya alat
mekanik.
3. Kategori C
Merupakan bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesejahteraan atau
kesehatan sehari-hari, misalnya sanitasi di tempat kerja yang kurang baik,
air minum di tempat kerja yang kurang baik, dsb.
4. Kategori D
Yaitu bahaya potensial yang menimbulkan risiko pribadi dan psikologis.
Beberapa contohnya yaitu Pelecehan, termasuk intimidasi dan pelecehan
seksual,Terinfeksi HIV/AIDS, Kekerasan di tempat kerja,Stress, Narkoba
di tempat kerja dll.

19
3.1.1 Bahaya Fisik

Bahaya fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain
kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro
dan sinar ultra ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu
yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang
tidak diinginkan ( ILO, 2013).
Bahaya potensial fisik yang ditemukan pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)
tersebut adalah :
a) Bahaya potensial kebisingan yang dihasilkan mesin >85dB.
b) Iklim kerja yang panas di dalam pabrik.
c) Getaran dari proses pengolahan.
d) Pencahayaan yang kurang sesuai di dalam pabrik.

3.1.2 Bahaya Kimia

Banyak bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat


memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem
tubuh dan organ lainnya (ILO,2013). Bahan kimia yang memiliki
potensi menyebabkan dampak pada kesehatan dalam pekerja
pabrik kelapa sawit:
a) Bahaya potensial kimia yang rentan terjadi yaitu paparan zat
kimia dalam proses pemurnian air untuk bahan bakar
pembangkit listrik. Sehingga menyebabkan gangguan
pernapasan, dermatitis kontak karena kurangnya pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD).

3.1.3 Bahaya Biologi

Bahaya biologi yang memiliki potensi menimbulkan bahaya yang


meliputi: Sengatan serangga di perkebunan

20
3.1.4 Bahaya Ergonomi

Pada saat menuangkan calsium carbonate pada Claybath dengan


cara memanjat dan salah satu tangan memegang Claybath dan
tangan satunya lagi bertumpu menahan berban berat badan.
Pencegahan keluhan muskuloskeletal di tempat kerja hanya dapat
dilakukan dengan memahami dengan baik faktor-faktor
penyebabnya. Sebaiknya dilakukan penilaian lokasi lingkungan
kerja dan ditentukan rekomendasi tentang adaptasi yang cocok
dari masing-masing lokasi untuk memungkinkan kualitas hidup
yang lebih baik. Ergonomi dapat digunakan untuk upaya
pencegahan terhadap gangguan muskuloskeletal.
Ada dua acara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
gangguan muskuloskeletal, yaitu rekayasa teknik dan rekayasa
manajemen melalui kriteria dan organisasi kerja (Osni, 2012).

3.1.5 Bahaya Psikologi

Potensi bahaya psikologi adalah potensi bahaya yang berasal atau


ditimbulkan oleh kondisi psikologis seseorang terhadap
penempatan pekerja yang tidak sesuai. Berdasarkan hasil
observasi ditemukan bahaya psikologi yang paling menonjol
adalah stress akibat beban pekerjaan yang berat.

3.2 Kebisingan

Suara adalah sensasi yang dihasilkan apabila getaran longitudinal

molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu fase pemadatan dan

peregangan dari molekul- molekul yang silih berganti, mengenai

membrane timpani (Ganong, 1992). Semua suara yang tidak dikehendaki

yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja

21
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran

disebut dengan kebisingan, dan nilai ambang batas untuk kebisinga

adalah 85 desibel A (dBA)(Permenakertrans, 2011).

Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,

perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut

dan kegiatan rumah tangga. Di industri, sumber kebisingan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu mesin, vibrasi, pergerakan

udara, gas dan cairan (Rimantho, 2014). Pada PTPN 7 bagian Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS), sumber kebisingan terbesar terdapat

pada ruang operator kamar mesin. Terdapat kurang lebih tiga orang pada

ruang operator kamar mesin. Pekerja tidak memakai alat pelindung diri

yang tepat (APD), seperti ear plug atau ear muff. Pekerja hanya

memakai gumpalan kapas sebagai penyumbat telinga. Pekerja mengaku

bahwa menggunakan kapas sebagai penutup telinga lebih berpotensi

dalam mengurangi kebisingan dibandingkan menggunakan APD.

Pemeriksaan fisik secara berkala, yang seharusnya dilakukan setiap

enam bulan sekali sudah dilakukan, tetapi pemeriksaan pendengaran

pada bagian operator kamar mesin belum rutin dilakukan.

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja yang

terpapar dan dapat dikelompokan secara bertingkat sebagai berikut

(Buchari, 2007),

1. Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan

nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama

22
pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan

sensoris.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

kosentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka

waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti

gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,

bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru

yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara

tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan

dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau

isyarat tanda bahaya dan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan

produktifitas kerja.

4. Gangguan keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis

seperti kepala pusing, mual dan lain-lain.

5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,

gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling

serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau

ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya

bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising

23
tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau

tuli.

3.3 Noise-Induced Hearing Loss (NIHL)

Gangguan pendengaran akibat bising/GPAB (Noise-Induced Hearing

Loss/NIHL) adalah bentuk permanen dari ketulian yang muncul akibat

paparan suara yang keras. Setelah paparan tunggal, terjadi perubahan

temporer pada pendengaran yang reversible, tetapi jika suara cukup kuat

atau diulang, bisa timbul tuli permanen irreversible, yang mengarah pada

pergeseran ambang pendengaran permanen (Kirchner at all, 2012).

3.3.1 Klasifikasi

1. Noise Induced Temporary Threshold Shift

Noise Induced Temporary Threshold Shift (NITTS) atau biasa

dikenal dengan trauma akustik merupakan istilah yang dipakai

untuk menyatakan ketulian akibat pajanan bising atau tuli mendadak

akibat ledakan hebat, dentuman, tembakan pistol atau trauma

langsung ke telinga. Trauma ini menyebabkan kerusakan pada saraf

di telinga bagian dalam akibat pajanan akustik yang kuat dan tiba-

tiba.

2. Noise Induced Permanent Threshold Shift

Noise Induced Permanent Threshold Shift (NIPTS) merupakan

ketulian akibat pemaparan bising yang lebih lama dan atau

intensitasnya lebih besar. Jenis tuli ini bersifat permanen (Schwaber,

2013).

24
3.3.2 Patofisiologi

Paparan bising mengakibatkan perubahan sel-sel rambut silia


dari organ Corti. Stimulasi dengan intensitas bunyi sedang
mengakibatkan perubahan ringan pada sillia dan hensen’s
body, sedangkan stimulasi dengan intensitas tinggi pada waktu
pajanan yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada
struktur sel rambut lain seperti mitokondria, granula lisosom,
lisis sel dan robek membrane reissner.
Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai
dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel
rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon
terhadap stimulasi.
Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan
dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia.
Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan
hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh
jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel
rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak.
Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat

timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di

nukleus pendengaran pada batang otak. Gangguan

pendengaran akibat paparan bising terus-menerus harus

dibedakan dari trauma akustik. Gangguan pendengaran trauma

akustik terjadi akibat paparan singkat (satu kali) langsung

diikuti dengan gangguan pendengaran permanen. Intensitas

rangsangan suara umumnya melebihi 140 dB dan sering

25
bertahan selama < 0,2 detik. Trauma akustik menyebabkan

terjadinya robekan membrane. (Nandi, 2008).

3.4 Alat Pelindung Diri untuk Kebisingan

Pekerja yang terpapar dengan kebisingan bergantung pada sejumlah

faktor seperti:

1. Tingkat kebisingan yang diukur dalam decibel (dB)

2. Durasi paparan

3. Apakah karyawan bergerak di antara area kerja dengan tingkat

kebisingan yang berbeda

4. Jumlah sumber kebisingan

Pelindung pendengaran berfungsi mengurangi tingkat kebisingan

paparan dan risiko gangguan pendengaran. Efektivitas perlindungan

pendengaran (hearing protection) akan sangat berkurang jika alat

pelindungan pendengaran tidak fit atau tepat saat digunakan atau jika

hanya dikenakan sebagian waktu selama periode paparan kebisingan.

Untuk menjaga efektivitas alat pelindung, maka alat pelindung

pendengaran tersebut tidak boleh dimodifikasi.

Beberapa jenis perlindungan pendengaran meliputi:

1. Penyumbat telinga penggunaan tunggal (Single-use earplugs)

terbuat dari katun wax, busa, karet silikon atau wol fiberglass.

Earplugs ini dapat menyesuaikan dengan bentuk telinga dan, jika

26
disisipkan dengan benar, efektivitas perlindungan akan setara

dengan molded plugs).

2. Penyumbat telinga pra-dibentuk atau dibentuk (Pre-formed or

molded earplugs) harus dipasang secara individual oleh seorang

profesional dan dapat digunakan sekali pakai atau dapat

digunakan kembali. Plug harus dibersihkan setiap kali

digunakan.

3. Earmuff membutuhkan segel sempurna di sekitar telinga.

Kacamata, rambut wajah, rambut panjang atau gerakan wajah

seperti mengunyah dapat mengurangi nilai perlindungan (OSHA,

2004)

Berdasarkan besarnya proteksi kebisingan, dapat dibagi menjadi

(Alfarisi, 2008):

1) Sumbat telinga (ear plug), dapat mengurangi kebisingan 8-30

dB. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB.

Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain: Formable type,

Costum-molded type, premolded type.

2) Tutup telinga (ear muff), dapat menurunkan kebisingan 25-40

dB. Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.

3) Helm (helmet), menurunkan kebisingan 40-50 dB

27
3.5 Rekomendasi

1. Posisi Kerja
Posisi yang terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja pada saat
posisi duduk. posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu
secara seimbang pada dua kaki pada saat posisi berdiri.

2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan
antropometri dan posisi saat bekerja.

3. Tata letak tempat kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas
kerja.Sedangkan simbol internasional yang berlaku lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengankepala,
bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu beratdapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot danpersendian
akibat gerakan yang berlebihan.

28
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari kegiatan Walkthrough Survey ini

adalah:

1. Bahaya potensial yang terdapat pada pekerja pabrik kelapa sawit yaitu dari

faktor fisik yaitu kebisingan, panas, getaran, pencahayaan . Faktor biologi

yaitu sengatan serangga . Faktor ergonomi yaitu proses saat menuangkan

calsium carbonate pada Claybath dengan cara memanjat dan salah satu

tangan memegang Claybath dan tangan satunya lagi bertumpu menahan

berban berat badan . Faktor kimia yaitu pernapasan dan dermatitis kontak

dan Faktor psikologi yaitu depresi akibat beban kerja yang berlebihan.

2. Pemahaman pada pekerja akan penggunaan alat pelindung diri merupakan


faktor penting. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan/ monitoring
terhadap pekerja oleh instansi terkait secara berkala untuk memastikan
Pekerja menggunakan alat pelindung diri yang benar dan memadai.

4.2 Saran

1. Perlu dilakukan sosialisasi yang dan promosi kesehatan bagi pekerja

2. Harus di tetapkan jadwal pengecekan kesehatan berkala bagi pekerja dan

pemberian jaminan kesehatan bagi pekerja.

29
3. Perlu di lakukan pemberian sanksi untuk pekerja yang masih tidak mau

menggunakan alat pelindung diri sehingga bermanfaat untuk mengurangi

faktor risiko penyakit dan kecelakaan kerja

DAFTAR PUSTAKA

Buntarto. 2015. Panduan Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk


Industri. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Farid A, Pratiwi A, Fitri ADA. 2019. Hubungan Karakteristik Petani


Terhadap Persepsi Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Pada Petani
Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur. Sodality
Jurnal Pertanian Pedesaan. 1(1):152-158

Moh ET. 2010. Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan.


Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja SETJEN DEPKES R.I.

Buchari, Alma, 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:


Alfabeta

Arifin, Arief, 2001. Hutan dan kehutanan., Yogyakarta: Kanisius.


Supriyatna, Jatna, 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Widiastuti T. 2014. Identifikasi Kondisi Lingkungan Kerja dan Persepsi


Pekerja Industri Mebel Kayu Jati terhadap Perlindungan K3 di Kabupaten Jepara.
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kaligis JNN, Pinontoan O, Kawatu PAT. 2015. Hubungan Pengetahuan,


Sikap, dan Masa Kerja dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Petani saat
Penyemprotan Pestisida di Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. 1(1): 1–9.

Amerika, U. 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil untuk
Produksi Bahan Baku Bakar Nabati. Jakarta: PT Gramedia.

Jasmareni SKB, Juandi S. 2015. Penentuan tingkat kebisingan pada pabrik


kelapa sawit PT Tasma puja kecamatan kampar timur. 2(1):253–65.

Ganong WF. 2009. FisiologiKedokteranEdisi 22. Jakarta: EGC


PenerbitBukuKedokteran

30
Depkes. Permenkes RI. No 13/men/x/2011 Tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.

Rimantho D, Cahyadi B. 2014. Analisis kebisingan terhadap karyawan di


lingkungan kerja pada beberapa jenis perusahaan. Jakarta: Jurnal Teknologi.

KirchnerDB. 2012. Occupational Noise- Induced Hearing Loss. American


Journal of Occupational and Environmental Medicine. 54:106-8.

Schwaber, M. Trauma to the Middle Ear, Inner Ear, and Temporal Bone.
Editor : Snow JB. Ballenger’s Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery.Sixteenth Edition.London : BC Decker. 2003.

NandiSS, Dhatrak SV.2008. Occupational Noise Induced Hearing Loss in


India. India Journal of Occupational and Environment Medicine.12(2)53-6.

Alfarisi, Kunto I.2008.KesehatandanKeselamatanKerja di Indonesia SaatIni.

PTPN VII. 2006. Kelapa sawit. [disitasi tanggal 20 November 2017].


Tersedia dari : http: // www.ptpn7.com/displaycontent.aspx?topic=Kelapa
%20Sawit.

31

Anda mungkin juga menyukai