Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu yang
diampu oleh Pak Ainur Rifqi, S.Pd., M.Pd
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep
Manajemen Mutu Terpadu”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu
dengan dosen pengampu Bapak Ainur Rifqi, S.Pd., M.Pd. Penyusun mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan baik isi maupun
penulisannya. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perkembangan penyempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
D. Manfaat............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................7
A. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu.............................................................................................7
B. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Menurut Edward Sallis............................................................8
C. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Menurut Edward Sallis...................................................9
D. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Menurut Philip B. Crosby......................................................12
E. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Menurut Philip B. Crosby............................................16
F. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Bidang Pendidikan..................................................................20
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................22
A. Kesimpulan....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan dan penelitian. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar yang
harus dipenuhi karena dengan adanya pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber
tenaga manusia unggul dan berkompeten.
Saat ini pendidikan telah merebak hingga ke pelosok negeri, tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa masih banyak yang belum mengetahui apa itu pendidikan dan
bagaimana pendidikan dapat bermanfaat dalam kehidupan di masa depan. Pembangunan
infrastuktur sekolah yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dapat membantu
perkembangan pendidikan, bahkan di kota-kota besar sudah banyak berdiri sekolah-sekolah
baik negeri maupun swasta. Pembangunan infrastuktur yang pesat juga harus diimbangi
dengan terpenuhinya kualitas sumber manusia yang ada. Sumber daya manusia yang
dimaksud yakni berupa komponen-komponen pendidikan antara lain guru, kepala sekolah,
staff, peserta didik dan yang lainnya.
Untuk menjamin mutu dan kualitas pendidikan, perlu diperhatikan dengan serius
baik oleh penyelenggara pendidikan, pemerintah maupun masyarakat. Sebab, dalam sistem
pendidikan nasional pada era sekarang, konsentrasi terhadap kualitas mutu bukan semata-
mata tanggungjawab sekolah dan pemerintah, melainkan merupakan sinergi antara berbagai
4
komponen termasuk masyarakat atau orang tua peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran masyarakat dan konsentrasi terhadap peningkatan mutu pendidikan. Untuk
melaksanakan penjaminan mutu tersebut, diperlukan kegiatan yang sistematis dan terencana
dalam bentuk manajemen mutu.
Manjemen mutu dalam pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam
mengelola jasa untuk meberikan kepuasan pada pelanggan melalui jaminan mutu supaya
tidak terjadi keluhan-keluhan. Perbaikan mutu pendidikan harus segera dilakukan secara
terus menerus dengan cara memperbaiki manajemen mutu pendidikannya. Organisasi-
organisasi pendidikan memengang peranan awal dalam proses peningkatan mutu pendidikan
yang selanjutnya juga harus terus diperhatikan dan dikawal oleh masyarakat guna memenuhi
harapan dan target yang ingin dicapai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manajemen mutu terpadu?
2. Apa saja konsep manajemen mutu terpadu menurut Edward Sallis?
3. Bagaimana implementasi manajemen mutu terpadu menurut Edward Sallis?
4. Apa saja konsep manajemen mutu terpadu menurut Crosby?
5. Bagaimana implementasi manajemen mutu terpadu menurut Crosby?
6. Bagaimana analisis terhadap pemikiran Edward Sallis dan Crosby dalam konteks
manajemen mutu pendidikan?
C. Tujuan
1. Mendiskripsikan pengertian dari manajemen mutu terpadu,
2. Mendiskripsikan konsep manajemen mutu terpadu menurut Edward Sallis,
3. Menjelaskan implementasi manajemen mutu terpadu menurut Edward Sallis,
4. Mendiskripsikan konsep manajemen mutu terpadu menurut Crosby,
5. Menjelaskan implementasi manajemen mutu terpadu menurut Crosby,
6. Menjelaskan analisis terhadap pemikiran Edward Sallis dan Crosby dalam konteks
manajemen mutu pendidikan.
D. Manfaat
1. Agar memahami pengertian dari manajemen mutu terpadu,
5
2. Agar memahami konsep manajemen mutu terpadu menurut Edward Sallis,
3. Agar memahami implementasi manajemen mutu terpadu menurut Edward Sallis,
4. Agar memahami konsep manajemen mutu terpadu menurut Crosby,
5. Agar memahami implementasi manajemen mutu terpadu menurut Crosby,
6. Agar memahami analisis terhadap pemikiran Edward Sallis dan Crosby dalam konteks
manajemen mutu pendidikan.
A.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
B. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Menurut Edward Sallis
TQM (Total Quality Management) merupakan istilah populer dari Manajemen mutu
terpadu yang berdasar pada kepercayaan mengenai kegiatan atau aktivitas dari sebuah
organisasi adalah berfokus pada perbaikan produk. TQM dapat digambarkan sebagai sebuah
komitmen total oleh seluruh anggota organisasi untuk terus-menerus melakukan sebuah
perbaikan. Edward Sallis (2012 : 75-76) telah menguraikan jika TQM digunakan dalam
melakukan sebuah deskripsi 2 gagasan yang berkaitan namun berbeda, yaitu sebagai
berikut :
Sehingga dapat diartikan bahwasanya TQM merupakan sebuah pola pikir dan sekaligus
sebuah aktivitas praktis. Jadi konsep ini mengartikan bahwa pihak pengelola senantiasa
melakukan berbagai macam bentuk perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus untuk
menjamin semua komponen penyelenggaran dalam sebuah organisasi telah mencapai
standar murtu yang telah ditetapkan dan disekepakati secara bersama.
Selain itu, Edward Sallis membagi atau memandang mutu sendiri menjadi dua
konsep yaitu konsep mutu yang relatif dan mutu yang absolut. Berikut penjelasan mengenai
2 konsep mutu menurut Edward Sallis, yaitu sebagai berikut :
8
merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan karena adanya sifat baik,
cantic, dan benar.
Mutu menurut Edward Sallis, secara bahasa mutu atau kualitas adalah tingkat baik
buruknya sesuatu baik kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan). Edward Sallis
memandang mutu dari dua sisi, yaitu sisi dimana mutu sebagai nilai-nilai universal yang
9
absolut dan bersifat tetap, sisi yang lain memandang mutu sebagai nilai-nilai yang dapat
berubah-ubah atau relatif karena berusaha memenuhi dan memuaskan para pelanggan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi TQM di dunia
pendidikan yaitu :
10
Pimpinan institusi pendidikan harus mampu membangun kesadaran para anggotanya
akan pentingnya mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran.
4. Perubahan organisasi (upside-down-organization)
Penerapannya dalam lingkungan sekolah bisa terlaksana dalam bentuk perubahan struktur
organisasi sekolah dalam manajemen berbasis sekolah. Awalnya dalam struktur
konvensional dari atas ke bawah, maka dalam struktur baru bisa berubah dari bawah ke
atas.
5. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the customer)
Hubungan yang baik antara institusi pendidikan dengan masyarakat, orang tua siswa dan
pihak lain, maka institusi atau lembaga pendidikan harus mampu menjalin hubungan
yang baik dengan pelanggannya.
11
g. Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada. Proses ini tidak bisa diremehkan,
karena ia sangat menentukan seluruh proses mutu.
h. Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain. Ini bisa berupa
adaptasi dari salah satu guru mutu atau seorang tokoh pendidikan khusus atau yang
mengadaptasi pola TQM yang diterapkan di tempat lain untuk kemudiandi ambil sisi
positifnya dan bisa diterapkan disekolah yang dipimpin.
i. Mempekerjakan konsultan eksternal. Langkah ini sangat baik dilakukan, terutama jika
ingin mencapai tingkat standar mutu internasional, semacam ISO. Akan tetapi biayanya
cenderung mahal, hanya sekolah yang dengan sumber dana memadai yang bisa
melakukan itu.
j. Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf. Pelatihan adalah tahap implementasi awal
yang sangat penting. Oleh karena itu setiap orang perlu dilatih dasar-dasar TQM.
k. Mengkomunikasikan pesan mutu. Strategi, relevansi dan keuntungan TQM harus
dikomunikasikan secara efektif. Program jangka panjang harus dirancang seara jelas.
l. Mengukur biaya mutu. Mengetahui biaya dalam implementasi program mutu merupakan
hal yang penting. Demikian juga dengan biaya pengabaian mutu. Biaya tersebut bisa
muncul dari berkurangnya jumlah pendaftar, kegagalan murid, kerusakan reputasi dan
sebagainya.
m. Mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Evaluasi teratur harus menjadi
bagian yang integral dalam program mutu.
12
diwujudkan. Ide inilah yang menjadi dasar dari pemikiran Crosby mengenai zero defect atau
tanpa cacat.
Tanpa cacat adalah sebuah kontribusi dari pemikiran Crosby yang sangat menarik
mengenai mutu. Ide tanpa cacat ini memastikan bahwa segala sesuatunya dikerjakan dengan
benar dari sejak awal. Didalam sebuah perusahaan, ide tanpa cacat ini akan menguntungkan
serta menghemat biaya yang dikeluarkan. Ide ini menjadi hal yang mungkin untuk
diwujudkan, walaupun memang sangat sulit. Ide tanpa cacat tidak menekankan bahwa
sebuah kesalahan tidak akan terjadi, namun ide ini bertujuan untuk meminimalkan jumlah
kecacatan atau kesalahan dalam awal proses sampai akhir proses.
Menurut Crosby dalam bukunya yang berjudul “Quallity Is Free” menegaskan empat
dalil mutu seperti berikut ini :
13
Pastikan bahwa manajemen senior mengetahui bagaimana pencegahan kesalahan dapat
memperbaiki mutu dan mengurangi biaya. Susun kebijakan mutu yang menyatakan
bahwa setiap individu harus sungguh-sungguh memenuhi persyaratan kerja yang
diperlukan atau diubah menjadi apa yang kita dan pelanggan perlukan. Menyetujui
bahwa perbaikan mutu merupakan cara yang praktis untuk meningkatkan keuntungan.
2) Tim Perbaikan Mutu (Quality Improvement Team)
Tim ini terdiri dari 1 anggota dari setiap departemen dalam perusahaan. Seseorang dapat
ditunjuk yang sepakat agar departemen mengambil tindakan, terutama departemen pusat.
Kegunaan tim ini untuk mengimplementasikan program mutu ke seluruh bagian
perusahaan.
3) Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
Mengembangkan pengukuran mutu dalam semua bagian perusahaan. Pengukuran ini
digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan dan mengukur kemajuannya di waktu-
waktu yang akan datang. Pengukuran tidak hanya dikembangkan untuk produk saja
tetapi juga pada operasi di bidang jasa, kantor, dan juga untuk para penjual.
4) Evaluasi Biaya Mutu (Cost of Quality Evaluation)
Biaya mutu harus didefinisikan. Akuntan harus memikul tanggung jawab atas
pengukuran mutu karena hal ini menghilangkan suatu suspected bias. Manajemen akan
perlu untuk terlibat tetapi praktik akuntansi yang lalu berubah untuk mencerminkan
biaya mutu yang sebenarnya.
5) Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
Dalam langkah ini, karyawan dibuat agar sadar akan program perbaikan mutu melalui
penyelia mereka. Program ini bukan merupakan program motivasi tetapi lebih
ditekankan pada usaha untuk menunjukkan kepada pekerja dengan akibat mutu yang
rendah terhadap pelanggan, biaya, persaingan, dan pekerjaan mereka.
6) Tindakan Perbaikan (Corrective Action)
Tindakan perbaikan ini harus diusulkan oleh para karyawan dan penyelia. Pertemuan
mingguan diadakan pada setiap level untuk membahas masalah mutu.
7) Zero Defect Planning
Merupakan saah satu cara untuk menyoroti proses peningkatan mutu. Program ini harus
diperkenalkan dan dipimpin oleh quality improvement team yang juga bertanggung
14
jawab terhadap implementasinya. Tiga atau empat anggota tim perbaikan mutu,
ditugaskan untuk menginvestigasi konsep Zero Defect dan mencari cara untuk
mengkomunikasikan program kepada karyawan (melalui pertemuan, poster, dan
sebagainya). Program ini bukan relasi publik melainkan usaha untuk menerangkan
bagaimana segala sesuatu harus dikerjakan dengan benar sejak pertama kali.
8) Pelatihan Penyelia (Supervisor Training)
Program yang formal diadakan untuk mendidik para manajer pada setiap level mengenai
konsep Zero Defect.
9) Hari Zero Defect
Satu hari yang khusus ditentukan untuk menjelaskan kepada seluruh karyawan mengenai
Zero Defect sehingga mereka mengetahui konsepnya dengan cara yang sama. Standar
Zero Defect harus secara tegas ditentukan pada hari tersebut.
10) Penentuan Sasaran (Goal Setting)
Setelah diimplementasikan, langkah selanjutnya adalah mengajak karyawan dan atasan
dibagian tersebut untuk menetapkan tujuan yang hendak dituju secara spesifik dan
terukur.
11) Penghapusan Penyebab Kesalahan (Error Cause Removal)
Setiap pekerja diminta untuk menjelaskan masalah yang dihadapi. Kemudian, kelompok
fungsional tertentu ditugaskan untuk memeriksa setiap masalah yang terjadi dan
mengusulkan cara pemecahannya.
12) Penghargaan atau pengakuan (Recognition)
Penghargaan diperlukan untuk melengkapi tindakan yang positif dalam menghilangkan
penyebab kesalahan. Berbagai macam penghargaan dapat diberikan, misalnya dalam
bentuk cincin emas, makan malam, atau benda-benda lainnya.
13) Dewan Mutu (Quality Council)
Profesional mutu dan pemimpin-pemimpin tim dari berbagai bagian membentuk dewan
mutu. Mereka mengadakan pertemuan secara periodik untuk saling menyampaikan ide
dan berkomunikasi mengenai program masing-masing.
14) Lakukan Berulang Kali (Do It Over Again)
Program yang khusus memerlukan waktu 1 tahun sampai 18 bulan. Selama kurun waktu
tersebut, pengetahuan tentang program dapat mengalami perubahan. Program harus
15
dimulai lagi dengan tim yang baru. Hari Zero Defect (ZD) harus diadakan setahun sekali
seperti hari ulang tahun. Program ZD harus terus menerus diadakan sehingga merupakan
budaya perusahaan. Jika mutu bukan merupakan pandangan hidup (way of life) maka
tidak akan ada perbaikan.
16
tercapai. Salah satu aspek yang dibentuk ialah pemberian tugas yang jelas sehingga dari
masing-masing anggota memahami kewajibannya. Selanjutnya akan bisa
menumbuhkembangkan rasa bertanggung jawab dan komitmen dalam diri anggota tim.
Di dalam sebuah tim, pimpinan merupakan seseorang yang bisa menjadi motivator dan
membangun suasana kerja yang kondusif dan pimpinan bisa berfikir dengan cemerlang
serta bertanggung jawab.
3. Tahap ketiga, quality measurement (pengukuran kualitas), langkah ini bisa dilakukan
dengan adanya SOP-SOP terhadap tata kelola sekolah atau standarisasi pelayanan.
Dengan makna lain stakeholders sekolah membandingkan hal yang sudah dirumuskan
dalam SOP dengan standar pencapaian target yang harus dicapai. Dengan demikian
akan mudah dinilai, sejauh mana kualitas atau mutu yang telah berkembang. SOP
merupakan acuan atau standar yang menjadi suatu pedoman untuk melakukan tugas
pekerjaan yang sesuai fungsi dan alat ukur kinerja yang berdasarkan indicator teknis,
administrative dan procedural sesuai dengan kesepakatan kerja yang wajib dilaksanakan
pada bidang tersebut. SOP adalah suatu pandangan dan juga langkah-langkah kerja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan standar mutu yang sudah
ditentukan. Fungsi diterapkannya SOP ialah membentuk system kerja dan alur kerja
yang jelas dan teratur, sistematis serta dapat dipertanggung jawabkan (Uchtiawati,
2014). Pengukuran mutu bertujuan untuk mengukur ketidaksesuaian yang terjadi saat
ini atau yang akan muncul dengan cara evaluasi dan perbaikan. Ukuran mutu
pendidikan atau standar kualitas pendidikan di sekolah tertuju pada derajat keunggulan
pada setiap komponennya, relative, dan selalu ada dalam perbandingan. Standar sekolah
yang baik tidak semata-mata dipandang dari kekuatan, kelebihan dan kesempurnaan
komponen yang dimilikinya, akan tetapi sekolah tersebut diukur dari kemampuannya
mengantisipasi perubahan-perubahan, konflik, kekurangan dan kelemahan sekolah
tersebut.
4. Tahap keempat, cost of quality (mengukur biaya mutu), adapun mengukur biaya mutu
tidak secara langsung mengukur seperti mengukur berat, suhu, panjang dan lebar dan
lain sebagainya. Petugas sekolah mengukur biaya mutu dengan cara menghitung
banyaknya program yang tidak diterima (ditolak) atau tidak bekerja dengan baik atau
program dalam masa perbaikan. Dari perbedaan kualitas atau mutu sebelum dan
17
sesudah, dilakukan evaluasi yang sesuai standar, membandingkan besar biaya yang
keluar saat ini dengan sebelumnya (seminggu, sebulan atau setahun). Yang
dimaksudkan biaya mutu dalam hal ini ialah biaya total semua biaya kesalahan, biaya
kerja ulang, pembongkaran, inspeksi serta biaya pemeriksaan dan perawatan.
5. Tahap kelima, adalah Quality Awareness (membangun kesadaran mutu). Membangun
kesadaran mutu disekolah merupakan proses memupuk kesadaran terhadap individu
yang ada disekolah mengenai biaya dari mutu dan sebuah keharusan menerapkan
program mutu. Tahapan ini bertujuan untuk membangun komunikasi baik dalam dalam
lembaga atau organisasi yang dalam hal ini ialah sekolah. Adapun prosesnya ialah
memberitakan mengenai informasi program peningkatan kualitas atau mutu kemudian
dikomunikasikan dengan stakeholders sekolah yakni para pendidik dan tenaga
kependidikan.
6. Tahap keenam, kegiatan perbaikan (Corrective Actions). Seluruh pengawas, pemimpin
atau kepala sekolah harus bekerja sama dengan jajaran guru dan karyawan untuk
memperbaiki mutu yang stadarnya masih rendah. Dalam upaya tersebut, perbaikan
harus dikelola pada bagian yang harus diperbaiki terlebih dahulu. Seharusnya didalam
menyelesaikan suatu masalah ialah dimulai dengan terlebih dahulu menyelesaikan
masalah-masalah yang besar atau sangat rumit.
7. Tahap ketujuh, zero defect planning (perncanaan tanpa cacat). Perencanaan tanpa
cacat atau nol cacat ini harus dirumuskan dan kemudian diperkenalkan terhadap semua
civitas sekolah. Dalam tahapan ini kepala sekolah beserta tim peningkatan kualitas atau
mutu bertanggungjawab dalam penerapan program mutu yang disusun. Setiap sekolah
harus menandatangani kontrak formal atau perjanjian demi mewujudkan “program nol
cacat” dalam agenda.
8. Tahap kedelapan, supervisor training (pelatihan pengawas). Pelatihan ini bertujuan
agar pihak pengawas atau pemimpin dan kepala sekolah lebih memahami tata kerjanya
dalam usaha untuk meningkatakan mutu. Pelatihan ini bisa juga dilakukan dengan
metode formal oleh seseorang yang lebih tinggi jabatannya, misalnya Kemendikbud.
9. Tahap kesembilan, menerapkan zero defect day (hari tanpa cacat). menerapkan
kebiasaan hari tanpa cacat merupakan kegiatan full day dengan mengorentasikan
gagasan tanpa cacat. Ini termasuk langkah dalam menghimpun komitmen manajemen
18
terhadap cara peningkatan mutu atau kualitas tersebut. Kegiatan ini seperti halnya
family gathering atau anniversary party yang pada intinya merupakan suatu kegiatan
atau pesta dengan tujuan mempengaruhi dan merayakan penerapan cara atau metode
tanpa cacat tersebut. Tujuan kegiatan ini agar supaya staf menyadari akan adanya arah
yang baru.
10. Tahap kesepuluh, goal setting (penyusunan tujuan). Setelah kontrak kerja
melaksanakan program pekerjaan nol cacat dibuat, dan kegiatan tersebut dilaksanakan,
maka tahap selanjutnya ialah menyusun tujuan yang jauh lebih spesifik dan bisa terukur,
misalnya bagaimana mengukur mutu program kerja yang sudah dilaksanakan di
sekolah.
11. Tahap kesebelas, error cause removal (penghapusan sebab kesalahan). Adapun
langkah ini ialah menekankan agar para staf bisa mengkomunikasikan masalah-masalah,
keluhan-keluhan dalam penerapan metode nol cacat pada manajer. Hal ini bisa dicapai
dengan mendesain sebuah gambaran terkait standar yang pas dengan garis manajemen
dan keseluruhan bentuk tersebut harus sudah menerima jawaban dalam periode waktu
tertentu.
12. Tahapn keduabelas, recognition (pengakuan). Pengakuan atau penghargaan harus
menjadi perhatian dalam pekerjaan. Penghargaan tidak hanya berupa uang, tetapi dapat
berupa hadiah, sertifikat ataupun perhatian. Dalam tahap ini pihak kepala sekolah atau
pimpinan mengakui dan menerima staf yang berpartisipasi dalam perbaikan mutu.
13. Tahap ketigabelas, membentuk quality councils (dewan-dewan mutu). Ini merupakan
bentuk struktur institusional dengan mengikutsertakan tenaga-tenaga professional mutu
untuk memutuskan bagaimana agar masalah bisa ditangani dengan tepat dan baik.
langkah ini termasuk juga anjuran dari Joseph Juran. Tenaga professional tersebut bisa
dari menteri atau tenaga ahli lain yang membawahi mutu sekolah.
14. Tahap keempatbelas, do it over again (lakukan lagi terus menerus). Program kualitas
atau mutu merupakan suatu proses yang tidak akan berakhir dan selalu
berkesinambungan, maka dari itu ketika sebuah tujuan semisal melalui program sudah
tercapai, maka hal tersebut harus dilakukan lagi terus menerus, hal tersebut tentunya
dengan harapan kualitas atau mutu disekolah bisa lebih baik, terus meningkat dan lebih
baik lagi.
19
F. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Bidang Pendidikan
1. Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengaktualisasian,
pengawasan, baik sebagai ilmu maupun seni untuk dapat tercapainya sebuah tujuan
yang telah ditentukan.
2. Mutu menurut Crosby [ CITATION 1979 \l 1033 ] ialah conformance to requirement, yakni
sesuai dengan syarat maupun standart yang ada. Suatu produk yang dapat diniliai
memiliki mutu apabila produk tersebut sesuai dengan syarat ataupun kriteria mutu yang
telah ditentukan, dalam standart tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan
produk jadi [CITATION Crosby \n \y \l 1033 ] . Sedangkan mutu menurut Edward Sallis
[ CITATION 1993 \l 1033 ] mutu merupakan suatu kepuasan dan tercapainya
kebutuhan/keinginan dari pelanggan/konsumen.
3. Terpadu berasal dari kata total dalam bahasa inggris. Dalam konteks Total Quality
Management yang mengartikan total sebagai pengintegrasian seluruh staf, penyalur,
pelanggan, dan stakeholder lainnya.
4. Pendidikan bedasarkan UU system pendidikan nasional diartikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1. Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Manangement (TQM) ialah sistem
manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi dan dapat berorientasi pada
kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi tersebut.
2. Pengertian dari Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang Pendidikan, menurut
Tjiptono dan Anastasia Diana [ CITATION 1995 \l 1033 ] ialah suatu pendekatan dalam
usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia,
produk, dan lingkungan. Dan menurut West Burhan [ CITATION 1997 \l 1033 ]
20
mengartikan bahwa semua fungsi dan organisasi sekolah ke dalan falsafah holistis yang
dibangun bedasarkan konsep mutu, kerja tim, produktifitas, dan prestasi serta dari
kepuasaan warga sekolah.
G.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen mutu terpadu adalah sebuah sistem manajemen yang bertugas untuk men
gawasi seluruh kegiatan dan tugas yang ada di dalam organisasi. Manajemen mutu sangatlah
penting dalam sebuah organisasi untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu yang di
inginkan dalam organisasi. Edward Sallis membagi atau memandang mutu sendiri menjadi
dua konsep yaitu konsep mutu yang relatif dan mutu yang absolut. Mutu yang absolut
merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan karena adanya sifat baik,
cantik dan benar. Dan mutu yang relatif adalah sebuah mutu yang digunakan sebagai sebuah
alat produk atau jasa dapat dinilai. Menurut Edward Sallis juga ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam implementasi TQM di dunia pendidikan yaitu dengan melakukan
perbaikan secara terus menerus (continuous improvement), menentukan standar mutu
(quality assurance), perubahan kultur (change of culture), perubahan organisasi (upside-
down-organization), mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the
customer).
Selain itu, menurut Crosby ada 14 elemen proses perbaikan mutu yaitu komitmen
Manajemen (Management Commitment), tim Perbaikan Mutu (Quality Improvement Team),
pengukuran Mutu (Quality Measurement), evaluasi Biaya Mutu (Cost of Quality
Evaluation), kesadaran Mutu (Quality Awareness), tindakan Perbaikan (Corrective Action),
komite Ad Hoc untuk Program Zero Defect, pelatihan Penyelia (Supervisor Training), hari
Zero Defect, penentuan Sasaran (Goal Setting), penghapusan Penyebab Kesalahan ( Error
Cause Removal ), penghargaan atau pengakuan (Recognition), dewan Mutu (Quality
Council), dan lakukan Berulang Kali (Do It Over Again). Dalam implementasiannya Crosby
memiliki program peningkatan mutu yang detail dan praktis.
22
DAFTAR PUSTAKA
Darifah, U. H. (2016). Konsep Total Quality Management Edward Sallis dalam Perspektif
Pendidikan Islam. Online Thesis, 10(1).
Ismail, F. (2018). Implementasi total quality management (TQM) di lembaga pendidikan. Jurnal
Ilmiah Iqra’, 10(2).
(Sriwidadi, 2001)Sriwidadi, T. (2001). Manajemen Mutu Terpadu. The Winners, 2(2), 107.
https://doi.org/10.21512/tw.v2i2.3817
Wijaya Hengky, M. (2019). Implementasi Manajemen Mutu di Sekolah. Manajemen Pendidkan,
01, 23.
Arbangi. 2016. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta : Kencana
Mokoginta, H. E. (n.d.). Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Peningkatan Kualitas
Pendidikan Tinggi. Internasional, 410.
Nurulqibtiyah. (2018). Konsep Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Pendidikan, 1.
Handoko, T. T. (1984). Manajemen. Pendidikan.
23