Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS USAHA BUJANG (Budidaya Jangkrik)

SELIRING Gryllusmitratus

(Proposal Proyek Mandiri)

Oleh :
Hadi Setiawan 17741014
Muprizal Afensa 17741023
Novi Yansyah 17741025
Rizki Syahputra 17741027

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2019
ANALISIS USAHA BUJANG (Budidaya Jangkrik)
SELIRING Gryllusmitratus

(Proposal Proyek Mandiri)

Oleh :
Hadi Setiawan 17741014
Muprizal Afensa 17741023
Novi Yansyah 17741025
Rizki Syahputra 17741027

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Proposal Proyek Mandiri : Analisis Usaha BUJANG (Budidaya


Jangkrik) Seliring Gryllusmitratus

2.Nama Mahasiswa : Hadi Setiawan 17741014


Muprizal Afensa 17741023
Novi Yansyah 17741025
Rizki Syahputra 17741027
3.Program Studi : Produksi Ternak

4.Jurusan : Peternakan

Menyetujui
Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Imelda Panjaitan, M.Si., Ir. Yadi Priabudiman, M.P.


NIP. 196803271993032004 NIP. 195805181990011001

Ketua Jurusan Peternakan,

Ir. Zairiful, M.P.


NIP. 196004121988111002

Tanggal seminar : 19 November 2019


ANALISIS USAHA BUJANG (Budidaya Jangkrik)
SELIRING Gryllusmitratus

Oleh

Hadi setiawan, Muprizal afensa, Novi yansyah, Rizki syahputra

Abstrak

Jangkrik dapat ditemui di hampir seluruh Indonesia, salah satu jenis yang
berpotensi besar untuk dikembangkan adalah jangkrik seliring gryllusmitratus.
Jangkrik seliring gryllusmitratus hidup dengan baik pada daerah yang bersuhu
antara 20-32°C dan kelembaban sekitar 65-80%. Jangkrik ini hidup bergerombol
dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan tanah. Dalam
pemeliharaan jangkrik secara intensif pakan merupakan salah satu hal yang sangat
penting, dalam budidaya jangkrik ini menggunakan pakan daun singkong,
konsentrat dan juga buah pepaya. Tujuan proyek mandiri ini untuk mengetahui
kelayakan Usaha Budidaya Jangkrik Seliring Gryllusmitratus. Metode
pelaksanaan dalam kegiatan proyek mandiri ini yaitu dengan mempersiapkan
kandang/box, persiapan telur jangkrik, pemeliharaan jangkrik, serta pemanenan
dan pemasaran saat umur 30 hari. Kegiatan ini akan kami laksanakan di Politeknik
Negeri Lampung.

Kata kunci : budidaya jangkrik seliring gryllusmitratus, analisis usaha.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

pembuatan Proposal Proyek Mandiri yang berjudul “Analisis Usaha BUJANG

(Budidaya Jangkrik) Seliring Gryllusmitratus”. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal Proyek

Mandiri ini yaitu :

1. Ir. Zairiful, M.P., selaku Ketua Jurusan Peternakan.

2. Ir. Imelda Panjaitan, M.Si., selaku Ketua Program Studi Produksi Ternak.

3. Ir. Imelda Panjaitan, M.Si. dan Ir. Yadi Priabudiman, M.P., selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dalam pelaksanaan

dan penulisan proposal proyek mandiri ini.

4. Teman-teman Program Studi Produksi Ternak angkatan 2017 yang selalu

memberikan dukungan dan semangat.

Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal Proyek Mandiri ini masih

terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun

dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga Proposal Proyek Mandiri ini dapat

bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 14 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................................iv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1


1.2 Tujuan......................................................................................................................3
1.3 Kerangka Pemikiran............................................................................................3
1.4 Kontribusi...............................................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Jangkrik Seliring............................................................................5


2.2 Siklus Hidup Jangkrik........................................................................................5
2.3 Habitat dan Cara Budidaya Jangkrik.............................................................7
2.4 Sitem Pemasaran Ternak Jangkrik.................................................................8
2.5 Nilai Ekonomi Jangkrik.....................................................................................8
2.6 Analisis Kelayakan Usaha................................................................................9

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.....................................................................11


3.2 Alat Dan Bahan....................................................................................................11
3.2.1 Alat................................................................................................................11
3.2.2 Bahan............................................................................................................11
3.3 Metode Pelaksanaan............................................................................................11
3.4 Prosedur Kerja......................................................................................................12
3.4.1 Tahap Persiapan Kandang......................................................................12
3.4.2 Pemeliharaan Jangkrik............................................................................12
3.4.3 Pemanenan dan Penjualan......................................................................13
3.5 Veriabel Pengamatan..........................................................................................13

ii
IV. RAB DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Rencana Anggaran Biaya..................................................................................16


4.2 Jadwal Kegiatan...................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rencana Anggaran Biaya...................................................................................................16

2. Jadwal Pelaksanaan..............................................................................................................17

iv
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam baik flora maupun fauna.

Salah satu kekayaan fauna alam yang mempunyai potensi yang besar untuk

dikembangkan adalah jangkrik. Jangkrik yang hidup di alam Indonesia sangat

didukung oleh iklim dan cuaca. Jangkrik termasuk serangga malam yang

umumnya hidup di tanah persawahan, perkebunan, dan di tempat-tempat

terlindung lainnya seperti di bawah bebatuan atau reruntuhan dahan-dahan dan

daun kering dihutan. Jangkrik sudah lama dikenal oleh masyarakat di indonesia.

Permintaan terhadap jangkrik kian lama semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya minat masyarakat dalam memelihara burung. Peningkatan

permintaan tersebut menyebabkan penangkapan terus menerus di alam dan

berdampak pada menurunnya populasi jangkrik alam sehingga jangkrik semakin

sulit diperoleh. Selain itu menurunnya populasi jangkrik juga disebabkan oleh

predator. Oleh karena itu, diperlukan adanya budidaya jangkrik secara intensif

sehingga permintaan jangkrik dapat terpenuhi secara berkelanjutan dan kelestarian

populasi jangkrik dapat terjaga.

Budidaya jangkrik di Indonesia sendiri masih belum berkembang secara luas.

Jika dilihat dari permintaan pasar, jangkrik berpotensi secara ekonomi sebagai

pengembangan usaha yang dapat dijadikan sumber pendapatan. Beberapa

kelebihan jangkrik mulai dari pemeliharaannya yang singkat yaitu satu periode

produksi selama 30 hari, modal kecil dan proses pemeliharaan mudah. Potensi

yang menjanjikan secara ekonomi dan permintaan pasar yang selalu ada, membuat
2

ternak jangkrik dapat di kembangkan secara intensif untuk memenuhi kebutuhan

pasar. (Paimin et al., 1999).

Jangkrik tergolong hewan pemakan tumbuhan (herbivora) dan umumnya

memakan dedaunan, sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak air. Hal

ini disebabkan jangkrik tidak minum air seperti kebanyakan hewan. Makanan

tersebut antara lain krokot, sawi, kol, bayam, daun singkong, wortel, gambas dan

daun muda. Jangkrik lebih menyukai bagian tanaman yang muda seperti daun dan

pucuk tanaman (Paimin et al., 1999). Pemberian pakan buatan (konsentrat)

biasanya diberikan untuk jangkrik yang diternakkan terutama pada masa

pembesaran yakni 10 hari setelah telur menetas (Sridadi dan Rachmanto, 1999).

Tujuan pemberian konsentrat adalah untuk mempercepat pertumbuhan,

gerakan menjadi lincah, nimfa menjadi tidak lunak, serta tidak mudah mati, bahwa

jangkrik yang diberi pakan buatan dengan kadar protein 20%-22% lebih baik

produksinya dari pada jangkrik yang diberi pakan dengan kadar protein 16%-18%.

Jangkrik seliring gryllusmitratus memiliki siklus hidup pendek,daya tetas telur

tinggi, pertumbuhan cepat dan konversi pakan rendah,serta memiliki kulit tubuh

lebih lunak sehingga lebih disukai burung dan satwa pemakan serangga lainnya.

Pembawaan dari spesies jangkrik ini tenang, tidak nervous, kerikannya nyaring,

lebih agresif dari spesies lainnya dan suka berkelahi sehingga dikenal sebagai

jangkrik aduan (Widiyaningrum, 2001). Jangkrik dapat ditemui di hampir seluruh

Indonesia dan hidup dengan baik pada daerah yang bersuhu antara 20-32°C dan

kelembaban sekitar 65-80%, bertanah gembur/berpasir. Jangkrik hidup

bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan

tanah (Sukarno, 1999).


3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu pengembangan

yang dapat dijadikan suatu Analisis Usaha Proyek Mandiri, dengan judul

“Analisis Usaha BUJANG (Budidaya Jangkrik) Seliring Gryllusmitratus”.

1.2 Tujuan

Tujuan dari proyek mandiri ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha

budidaya jangkrik seliring gryllusmitratus.

1.3 Kerangka Pemikiran

Pada saat ini sangat banyak jangkrik dibudidayakan, karena banyaknya

permintaan akan jangkrik sebagai makanan hewan peliharaan seperti ikan maupun

burung. Jangkrik memiliki kandungan protein yang tinggi untuk hewan peliharaan

sehingga jangkrik dijadikan sebagai makanan utama untuk hewan peliharaan

kesayangan seperti burung. Banyaknya permintaan akan jangkrik menyebabkan

sebagian orang mulai membudidayakan jangkrik. Harga jangkrik di pasaran yang

berkisar antara Rp.50.000 - Rp.70.000/karung, dengan isi perkarungnya 5 gelas

kaca kecil jangkrik ditambah 5 buah karpet telur yang dilipat. Harga yang cukup

tinggi ini menjadi salah satu daya tarik untuk memulai membudidayakan jangkrik.

Siklus panen jangkrik juga tergolong singkat pada saat umur jangkrik sudah 30-35

hari jangkrik sudah dapat dipanen. Banyak yang membudidayakan jangkrik

dengan menggunakan kotak kayu sebagai media pembesarannya. Selain mudah

untuk dibudidayakan jangkrik juga termasuk hewan yang tahan terhadap

perubahan musim dan tidak diperlukan perhatian yang berlebihan dalam

membudidayakannya. Cukup dengan menyediakan pakannya seperti konsentrat,

daun-daunan dan juga buah jangkrik dapat tumbuh besar dan sehat. Usaha ternak

jangkrik mempunyai potensi yang dapat dikembangkan menjadi suatu usaha yang
4

menguntungkan. Salah satu jenis yang diminati saat ini adalah jangkrik seliring

gryllusmitratus atau jangkrik madu.

1.4 Kontribusi

Dapat memberikan wawasan kepada pembaca dan peternak jangkrik untuk

melaksanakan usaha budidaya jangkrik jenis seliring gryllusmitratus.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Jangkrik Seliring

Jangkrik merupakan jenis insekta yang hidup di semak-semak, rerumputan

dan pekarangan. Jangkrik merupakan hewan yang aktif di malam hari pada habitat

alamnya (Paimin et al.,1999). Menurut Borror (1992) jangkrik seliring dapat di

klasifikasikan dalam :

Kingdom : Animalia

Pylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Ortoptera

Sub Ordo : Ensifera

Famili : Gryllidae

Sub Famili : Gryllidae

Genus : Gryllus

Spesies : Gryllusmitratus

Sedangkan jenis lain seperti Jangkrik cendawang (Gryllusbimaculatus), dan

Jangkrik kalung (Gryllusbimaculatus de geex). (Jannah, 2000).

2.2 Siklus Hidup Jangkrik

Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.

Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan

melewati beberapa kali stadium instar terlebih dahulu sebelum menjadi jangkrik

dewasa (imago) yang ditandai dengan terbentuknya dua pasang sayap (Borror et

al., 1992). Jangkrik muda mengalami lima kali pergantian kulit yang disebut
6

eksdisis. Lamanya pergantian kulit tergantung pada besarnya serangga. Pada

nimfa V barulah jantan dan betina memiliki sayap dan sudah dapat dikawinkan.

(Paimin et al., 1999). Nimfa tumbuh menjadi clondo atau jangkrik muda dalam

30-40 hari, dan mencapai dewasa (tumbuh sayap) pada umur ± 50 hari. Mulai

bertelur yaitu 7-10 hari setelah kawin. Masa produktif jangkrik betina berbeda

tergantung jenisnya, yaitu antara 45-60 hari (Paimin at al., 1999).

Ketika akan bertelur, induk jangkrik mancari tempat lembab untuk meletakan

telurnya. Jangkrik lebih menyukai tanah atau pasir sebagai media bertelur

(Kumala, 1999). Telur dengan kualitas yang baik umumnya memiliki daya tetas

yang tinggi yaitu di atas 95%, telur yang berkualitas rendah memiliki daya tetas

rendah di bawah 50% bahkan tidak menetas sama sekali (Sukarno,1999).

Kelembaban relatif yang di butuhkan untuk penetasan telur jangkrik berkisar

antara 65% - 85%. Umumnya telur – telur jangkrik tidak menetas secara

bersamaan, karena peletakan telur di lakukan secara bertahap (Sridadi dan

Rachmanto,1999).

Bentuk telur dari marga gryllus berbentuk silindris seperti buah pisang

ambon, berwarna kuning muda bening dengan panjang rata-rata 2,5-3 mm. Saat

telur baru di letakan warna telur kuning muda, cerah dan segar. Tanda telur yang

tidak akan menetas yaitu berwarna kuning agak gelap dan permukaan keriput,

proses telur menetas yaitu antara 11-15 hari. (Paimin at al., 1999).

Perkembangan telur selama proses penetasan dapat dibagi dalam tiga tahap;

yaitu tahap telur muda, telur remaja dan telur tua. Pada jenis jangkrik seliring

gryllusmitratus telur muda berusia 1-5 hari yang ditunjukkan dari warnanya yang

putih kekuningan, telur remaja berusia 6-10 hari dengan warna yang sudah
7

berubah menjadi kuning dan telur yang berumur lebih dari 11 hari memiliki warna

yang sudah menjadi kuning kehitaman, dan siap menetas (Paimin et al., 1999).

2.3 Habitat dan Cara Budidaya Jangkrik

Jangkrik dapat ditemukan di bawah batu-batuan, kayu-kayu lapuk, dinding-

dinding tepi sungai dan di semak-semak belukar serta ada yang hidup pada

lubang-lubang di tanah. Jangkrik dapat ditemui di hampir seluruh Indonesia dan

hidup dengan baik pada daerah yang bersuhu antara 20-32°C dan kelembaban

sekitar 65-80%, bertanah gembur/berpasir dan memiliki persediaan tumbuhan

semak belukar. Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-

lipatan daun kering atau bongkahan tanah (Paimin et al, 1999).

Dalam pemeliharaan jangkrik secara intensif pakan merupakan hal yang

sangat penting. Jika dilihat dari kehidupan jangkrik di alam, komposisi pakan

sayuran/nabati lebih banyak dari pada hewani. Untuk pakan pada temak jangkrik

budidaya dapat dibagi atas dua jenis yaitu pakan kering dan pakan basah. Jangkrik

berperan sebagai hewan omnivora atau (pemakan tumbuhan) dan perombak

material organik dari tumbuhan serta jamur di dalam suatu ekosistem. Pakan

jangkrik yang baik untuk peliharaan ialah hijauan, buah-buahan, dan umbi-umbian

yang masih muda serta sayur-sayuran. Sayur-sayuran yang masih segar diberikan

pada jangkrik disamping dapat memenuhi kebutuhan makannya juga dapat

memenuhi kebutuhan minumnya. Oleh karena itu, untuk kebutuhan minum tidak

perlu diberikan secara khusus dalam wadah atau mangkuk (Kumala, 1999).

Jangkrik juga perlu diberi makanan yang kaya sumber protein misalnya

konsentrat untuk mempercepat perkembangan nimfanya dan pertumbuhan

badannya (Paimin et al., 1999). Jangkrik akan memakan sejumlah besar aneka
8

ragam bahan nabati dan hewani. Jenis pakan yang disukai oleh jangkrik adalah

daun-daun muda yang banyak mengandung air sebagai pengganti minum seperti

daung singkong, pepaya, kangkung dan lain-lain. Untuk jangkrik dewasa biasanya

diberikan buah pepaya muda ataupun sudah matang yang digunakan sebagai

pengganti air minum. Kebutuhan protein diperoleh dari penambahan pakan kering

yang sudah dihaluskan. Tipe dan jumlah pakan yang dimakan serangga ini dapat

mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, kelakuan, dan seringkali

berbagai sifat-sifat morfologik lainnya.

2.4 Sitem Pemasaran Ternak Jangkrik

Permintaan jangkrik semakin meningkat disebabkan oleh meningkatnya jumlah

penggemar burung kicau serta pemeliharaan ikan arwana. Burung berkicau perlu

di berikan 1-2 ekor jangkrik setiap hari. Sementara untuk ikan arwana, dibutuhkan

tidak kurang dari 10 ekor perhari. Selain dari jumlah konsumsinya jangkrik juga

menambahkan nilai performa pada burung berkicau sehingga akan memiliki

kicauan yang bagus dan prima sehingga nilai jualnya naik juga dapat

diikutsertakan dalam lomba burung. Sedangkan persediaan jangkrik di pasar

hinggasaat ini baru sekitar 4% saja (Paimin, 1999).

2.5 Nilai Ekonomi Jangkrik

Nilai ekonomi adalah sesuatu yang dinilai berdasarkan manfaat dari pola

peningkatan alokasi sumberdaya. Nilai ekonomi suatu peternakan dari segi

produsen yang dalam hal ini adalah peternak, dapat diperoleh dengan analisis

pendapatan. Untuk satu kali produksi (35 hari) dari satu paket sarana produksi

yang terdiri dari 4 ons telur, 120 kg pakan dan 20 kandang kardus berukuran 100

cm x 60 cm x 30 cm dengan harga Rp. 1.400.000 dapat menghasilkan jangkrik


9

sebanyak 80 kg dengan harga Rp. 30.000/kg, sehingga dalam 1 kali produksi

diperoleh keuntungan Rp. 1.000.000. Usaha peternakan jangkrik ini

menguntungkan, sehingga perlu dikembangkan (ASTRIK, 2004).

2.6 Analisis Kelayakan Usaha

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), Studi Kelayakan Bisnis merupakan suatu

kegiatan yang mempelajari sarana mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha

yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis

dijalankan. Studi Kelayakan Bisnis merupakan studi atau pengkajian apakah suatu

usulan proyek/gagasan usaha apabila dilaksanakan dapat berjalan dan berkembang

sesuai dengan tujuannya atau tidak.

A. R/C (Revenue Cost Ratio)

Menurut Rahim dan Hastuti (2007), analisis R/C (Revenue Cost Ratio)

merupakan perbandingan (ratio/nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya

(cost). Selanjutnya menurut Soekartawi (2003), komponen biaya dapat dianalisis

keuntungan usahatani dengan menggunakan analisis R/C. R/C adalah singkatan

dari (Revenue Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan

dan biaya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah usaha tani itu

menguntungkan atau tidak dan layak untuk dikembangkan. Jika hasil R/C lebih

dari satu maka usaha tani tersebut menguntungkan, sedangkan jika hasil R/C sama

dengan satu maka usaha tani tersebut dikatakan impas atau tidak mengalami

untung dan rugi dan jika hasil R/C kurang dari satu maka usaha tani tersebut

mengalami kerugian.
10

B. B/C (Benefit Cost Ratio)

Menurut Rahim dan Hastuti, (2007) analisis B/C (Benefit Cost Ratio)

merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antar manfaat (benefit) dan biaya

(cost). Pada analisis B/C dipentingkan. adalah besarnya manfaat. Selain itu

analisis B/C dapat digunakan untuk membandingkan 2 (dua) atau lebih usaha,

pertanian seperti usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

peternakan, perikanan, dan kehutanan. Jika hasil B/C lebih besar dari satu maka

usaha tani tersebut menguntungkan (tambahan manfaat/penerimaan lebih besar

dari tambahan biaya). Serta jika hasil B/C kurang dari satu maka usaha tani

tersebut mengalami kerugian (tambahan biaya lebih besar dari tambahan

penerimaan). Dan apabila hasil B/C sama dengan satu, maka usaha tani tersebut

impas (tambahan penerimaan sama dengan tambahan biaya).

C. Break Event Point (BEP)

Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009) analisis Break Even Point adalah

suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah,

yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut dinamakan titik

BEP. Dengan mengetahui titik BEP, analis dapat mengetahui pada volume

penjualan, berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi, tetapi juga

tidak untung sehingga apabila penjualan melebihi titik itu, maka perusahaan mulai

mendapatkan untung.
11

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Proyek mandiri ini telah dilaksanakan di kandang ternak Politeknik

Negeri Lampung selama 6 minggu, dimulai 7 Oktober – 17 November 2019.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada proyek mandiri ini yaitu nampan 1 unit, spray 1

unit, pisau 1 unit, gelas (alat ukur) 1 unit dan alat-alat untuk membuat kandang

box (proses pembuatan pada lampiran 5).

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada usaha budidaya jangkrik ini adalah 8 ons telur

jangkrik, karpet telur 300 buah, bahan pakan (pepaya mentah 12 buah, daun

singkong 22,5 kg dan pur halus 15 kg), lakban 1 unit, koran 1 kg, karung 25 buah,

tali rapia 1 unit dan kapur ajaib 1 unit.

3.3 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan proyek mandiri ini yaitu

melakukan tahap persiapan kandang, persiapan telur jangkrik, pemeliharaan

jangkrik, dan pemanenan. Dalam usaha budidaya jangkrik digunakan bibit telur

jangkrik sebanyak 8 ons. Pemeliharaan menggunakan satu kandang box dan usia

panen umur 30 hari. Budidaya jangkrik dalam proyek mandiri ini menggunakan

pakan daun singkong, konsentrat/pur dan buah pepaya.


12

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Tahap Persiapan Kandang

 Pembuatan kandang jangkrik dengan bentuk box menggunakan

triplek, kayu reng, paku triplek, paku kayu. Setelah terbentuk sebuah box,

gunakan lem kayu pada sisi bagian sudut-sudut peti agar tidak ada celah

untuk jangkrik bisa keluar dari box. Kemudian rekatkan lakban pada

bagian sisi pinggir atas box fungsinya agar sisi atas box licin dan jangkrik

tidak bisa memanjat keluar dari box (Lampiran 5).

 Susun karpet telur secara horizontal fungsinya sebagai

tempat/rumah dari jangkrik. Setelah penyusunan karpet selesai permukaan

atas ditutup dengan koran, terakhir kandang box ditutup dengan waring

(Lampiran 6).

3.4.2 Pemeliharaan Jangkrik

 Telur jangkrik yang telah dibungkus koran diletakkan diatas

susunan karpet telur yang telah ditutup koran (Lampiran 7.1).

 Pada hari ke 5-7 hari telur mulai menetas sehingga membutuhkan

pakan, buka sedikit bungkusan koran telur jangkrik. Pakan yang diberikan

yaitu daun singkong ditebarkan diatas permukaan koran, konsentrat

dengan wadah koran dan buah pepaya (Lampiran 7.2).

 Untuk pakan rutin pada umur 1-15 hari diberikan daun singkong

sebanyak 0,5 kg/hari dan konsentrat sebanyak 0,3 kg/hari, ketika umur

jangkrik sudah 15-30 hari diberikan daun singkong sebanyak 1 kg/hari

dan konsentrat sebanyak 0,7 kg/hari (Lampiran 7.2).

 Untuk pakan buah pepaya yang diberikan selama 30 hari yaitu 12

buah dengan bobot perbuahnya 2 kg. Minggu pertama diberikan 1 kg,

minggu
13

kedua 3 kg, minggu ketiga 6 kg dan minggu keempat 14 kg (Lampiran

7.2).

 Lakukan penyemprotan air dengan spray 3-4 hari sekali apabila

kondisi dalam box mulai mengering/tidak lembab (Lampiran 7.2).

3.4.3 Pemanenan dan penjualan

Bongkar telur karpet, kemudian takar jangkrik menggunakan gelas kurang

lebih 5 gelas penuh kemudian masukkan kedalam karung yang

sebelumnya telah dimasukkan 5 buah karpet telur (Lampiran 8).

3.5 Veriabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada proyek mandiri yang dilakukan adalah analisis

dan kelayakan usaha.

1. Analisis R/C

Ketika suatu usaha ingin di ketahui layak atau tidaknya suatu usaha untuk

dilanjutkan, maka dilakukan perhitungan Revenue Cost Ratio (R/C) dengan

rumus:

Ratio = Total Penerimaan Usaha Ternak

Total Pengeluaran Usaha Ternak

Keterangan: R/C > 1, maka usaha tersebut mendapat keuntungan sehingga

layak untuk dilanjutkan.

R/C < 1, maka usaha mengalami kerugian

R/C = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi

Harmono dan Andoko (2005) menyatakan R/C (Revenue Cost Ratio)

adalah pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut.

Analisa ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan


14

total biaya usaha. Jika nilai R/C ratio di atas satu rupiah yang dikeluarkan

akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah.

2. B/C (Benefit Cost Ratio)

B/C adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan

manfaat yang bernilai negative, suatu proyek atau suatu kegiatan investasi

lainnya dapat dikatakan layak bila diperoleh B/C > 0 dapat dikatakan tidak

layak jika memperoleh B/C < 0.

Berikut Rumus B/C:

Ratio = Total hasil produksi (keuntungan)

Total biaya produksi

3. Analisis BEP

BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan,

perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan

yang dinilai menggunakan total biaya). Tetapi analisa BEP tidak hanya

semata – mata untuk mengetahui keadaan perusahaan apakah mencapai titik

BEP, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada

pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta

hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat

penjualan yang bersangkutan.

Matzh Adolph (1997) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa BEP

untuk manajemen, yaitu : (1).Membantu pengendalian melalui anggaran,

(2).Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan, (3).Menganalisa dampak

perubahan volume, (4).Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya,

(5).Merundingkan upah, (6).Menganalisa bauran produk, (7).Manerima


15

keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan, dan (8).Menganalisa margin of

safety.

Untuk menghitung BEP produksi yaitu:

BEP Produksi = Total Biaya

Harga Penjualan

Untuk menghitung BEP harga yaitu:

BEP Harga = Total Biaya

Total Produksi
16

IV. RAB DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Rencana Anggaran Biaya

Selama pelaksanaan proyek mandiri terdapat rencana anggaran biaya

produksi yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rencana Anggaran Biaya

Nama Barang Jumlah Satuan Harga Total


Satuan
A Fix cost
Kandang 1 Unit Rp.200.000,- Rp.200.000 ,-
Spray 1 Unit Rp.10.000,- Rp.10.000,-
Gelas 1 Unit Rp.10.000,- Rp.10.000,-
Pisau 1 Unit Rp.15.000,- Rp.15.000,-
Nampan 1 Unit Rp.15.000,- Rp.15.000,-
Jumlah fix cost Rp.250.000,-

B Variabel cost
Telur Jangkrik 8 Ons Rp.25.000,- Rp.200.000,-
Pakan pur 15 Kg Rp.10.000,- Rp.150.000,-
Daun singkong 22,5 Kg Rp.10.000,- Rp.225.000,-
Buah pepaya 12 Buah Rp.4.000,- Rp.48.000,-
Karpet telur 300 Buah Rp.150,- Rp.45.000,-
Karung 25 Buah Rp.2.000,- Rp.50.000,-
Koran 1 Kg Rp.5.000,- Rp.5.000,-
Tali rapia 1 Rol Rp.10.000,- Rp.10.000,-
Kapur ajaib 1 Kotak Rp.7.000,- Rp.7.000,-
Jumlah variabel cost Rp.740.000,-

Total cost (A + B) Rp.990.000,-


17

4.2 Jadwal Kegiatan

Adapun jadwal kegiatan proyek mandiri dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Proyek Mandiri

No Nama Kegiatan Minggu Ke-


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Pembuatan
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 Persiapan Box
(Kandang
Jangkrik)
4 Pemeliharaan
Jangkrik
Pemasaran
5 Jangkrik
(Umur 30 Hari)
Pembuatan
6 Laporan
Hasil PUM
7 Seminar
Hasil
18

DAFTAR PUSTAKA

ASTRIK. 2004. Company Profile. Yogyakarta.

Borror, D.J., C.a. Triplehorn dan N.F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran
serangga. Edisi keenam. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Harmono dan Agus Andoko. Budidaya dan Peluang Bisnis (Jakarta :Agromedia
Pustaka, 2005).

Jannah. 2000. Jenis-jenis jangkrik. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas


Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kumala. L. 1999. Sukses Budidaya Jangkrik. Penerbit Arkola, Surabaya.

Kasmir Dan Jakfar (2003), Studi Kelayakan Bisnis. Rencana Prenada Media
Group, Jakarta.

Matzh, Adolph 1997, Akuntansi Biaya, Jilid Kedua, PT Erlangga, Jakarta.

Paimin, F. B. 1999. Mengatasi Permasalahan Beternak Jangkrik. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Paimin, F. B., L. E. Pudji astuti, Erniwati. 1999. Sukses Beternak Jangkrik.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Paimin B. Farry dan Pudjastuti L.E. 1999. Sukses Beternak Jangkrik. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Rahim. Abd. Dan Hastuti. DRW. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Soekartawi. 2003. Analisis Usahatani. Penerbit UI. Jakarta.

Sridadi dan Rachmanto. 1999. Teknik Beternak Jangkrik. Penerbit Kansius.


Jakarta.

Sukarno H. 1999. Budidaya Jangkrik. Yogyakarta (ID): Kanisius.


19

Widiyaningrum P. 2001. Pengaruh padat penebaran dan jenis pakan terhadap


produktivitas tiga spesies jangkrik lokal yang dibudidayakan [disertasi].
Program Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wijayanti, D. Dewanti, C A. 2012. Produksi Jangkrik Skala Menengah. Jurusan


Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai