OSCILOSKOP
2. Teori Pendukung
Osciloskop merupakan suatu alat ukur, dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang
diukur tergambar pada tabung sinar katoda. Pada dasarnya suatu Oscilloscope dapat dibagi
menjadi tiga bagian utama :
1. Bagian tabung sinar Katoda
2. Bagian Penguat Horizontal ( X amplifier )
3. Bagian Penguat Vertikal ( Y amplifier )
Tabung sinar katoda dapat dipandang sebagai inti dari Oscilloscope. Bagian ini
berfungsi untuk mengubah sinyal listrik menjadi gambar yang tertera pada layar. Tabung sinar
katoda dibuat dari bahan gelas yang didalamnya hampa udara, serta dilengkapi dengan bagian
penembak elektron. Bagian Plat pembelok berkas elektron dan layar.
Penembak elektron ( “ electron gun “) berfungsi untuk membangkitkan berkas elektron
dengan kecepatan tinggi. Elektron dikeluarkan oleh katoda, kemudian di percepat dengan
tegangan tinggi dan akhirnya elektrok tersebut menumbuk layar.
Pada saat elektron menumbuk layar, maka pada layar akan terlihat cahaya berpendar.
Bagian plat pembelok berfungsi untuk mengontrol arah berkas elektron., jika berkas elektron
melalui celah antara kedua plat pembelok, maka elektron tersebut akan dibelokkan. Kemana
arah elektron dibelokkan tergantung pada arah dan besar tegangan yang diberikan pada plat
tersebut.
Bagian layar merupakan bagian dimana gambar dapat diamati. Pada sisi dalam layar ini
dilapisi dengan phospor. Phospor akan mengeluarkan cahaya berpendar jika ada elektron
dengan kecepatan tinggi yang menumbuknya, sehingga pada layar akan terdapat gambar atau
cahaya berpendar. Karena simpangan berkas elektron sesuai dengan sinyal input yang
1
diberikan, maka gambar yang terdapat pada layar juga akan sesuai dengan bentuk gelombang
inputnya.
Tombol – tombol Pada Osiloscope GOS-6xxG
CH 1(X) input : terminal input CH 1.Jika dalam operasi X-Y,sebagai X-axis input terminal
CH 2 (Y) input : terminal input CH 1.Jika dalam operasi X-Y,sebagai Y-axis input
terminal .
AC-DC-GND : Saklar untuk menentukan mode hubungan sinyal input dan penguatan
vertikal
AC : AC coupling
DC : DC coupling
GND : input penguatan vertikal dihubungkan ke ground dan terminal
input tidak dihubungkan
VOLTS/DIV : Selektor untuk menentukan sensitivitas sumbu x, dari 1mV/DIV sampai
dengan 5V/DIV dalam 12 range.
VARIABLE : Pengatur sensitifitas. saat pada posisi CAL, sensitifitas dikalibrasikan
pada nilai yang dinyatakan.
POSITION : Kendali vertikal dan horizontal berkas cahaya.
VERT MODE : Menentukan kode operasi
CH 1: Osciloscope bekerja sebagai instrumen 1 kanal dengan CH1 saja.
CH 2 : Osciloscope bekerja sebagai instrumen 1 kanal dengan CH2 saja.
DUAL : Osciloscope bekerja sebagai instumen 2 kanal, CH1 dan CH2.
CHOP/ALT otomatis berubah sesuai dengan switch TIME/DIV. Apabila
Tombol CHOP ditekan, kedua berkas cahaya akan tampak bersamaan
dalam mode CHOP.
ADD : Osciloscope memperlihatkan penjumlahan aljabar ( CH1 + CH 2 ) atau
perbedaan ( CH 1- CH 2 ) dari kedua sinyal.
5. Langkah Percobaan
5.1 Operasi Dasar Osciloscope
Sebelum menghubungkan Osciloscope dengan tegangan jala – jala aturlah tombol
kontrol dan saklar sbb :
3
Item Setting
POWER OFF
INTEN SEARAH JARUM JAM ( PADA POSISI JAM 3)
FOCUS POSISI TENGAH
ILLUM FULL ANTI-CLOCKWISE
VERT MODE CH I
CHOP RELEASED
CH 2 INV RELEASED
POSITION MID- POINT
VOLTS/DIV 0.5 VOLT/DIV
VARIABLE CAL( CLOCKWISE POSITION )
AC-DC-GND GND
SOURCE SET TO CH I
COUPLING AC
SLOPE +
TRIG ALT RELEASED
LEVEL LOCK PUSH IN
HOLDOFF MIN(ANTI-CLOCKWISE
TRIGGER MODE AUTO
Horiz DISPLAY MODE A
TIME/DIV 0.5 MS/DIV
SWP.UNCAL RELEASED
POSITION MID-POSITION
X 10 MAG RELEASED
X-Y RELEASED
Setelah pengesetan control dan Saklar seperti pada tabel di atas, hubungkan Stekker
daya pada jala – jala dan lanjutkan langkah sbb :
1. Tekan Saklar Power, maka setelah kurang lebih 20 detik sebuah Trace ( berkas
cahaya ) akan muncul pada layar. Apabila tidak muncul. Ckeck ulang setting saklar
dan control.
2. Atur intensitas berkas cahaya dengan menggunakan tombol INTEN dan FUCUS,
jangan terlalu terang agar layar tidak terbakar.
3. Luruskan berkas cahaya dengan garis horison tengah dengan mengatur tombol CH I
POSITION dan tombol TRACE ROTATION.
4. Hubungkan Probe pada terminal CH I INPUT dan hubungkan ujung prove pada
terminal 2 Vp-p CALIBRATOR .
5. Atur posisi saklar AC-DC-GND pada posisi AC.
4
6. Atur Tombol Calibrasi sehingga tegangan output sesuai dengan tegangan yang
tertera pada terminal Calibrator.
7. Atur kontrol FOCUS , sehingga berkas cahaya tampak jelas. Amati dan catatlah
gambar yang muncul.
8. Aturlah switch kendali posisi vertikal dan horizontal sehingga gelombang yang
tampak dapat dibaca dengan jelas.
6. Lembar Kerja
6
Tabel 1.2. Osciloscope sebagai Pengukur Tegangan AC
Function
NO
Generator
RL Osciloscope
Posisi jml Posisi jml
[ohm ]
switch kotak switch kotak
Vo Frek. Frek.i f
Volt/Div Time/Div Vpp Veff Periode
(v) (Hz) : 1/T
1 1 20 1k2
2 1 60 1k2
3 1 100 1k2
4 1 120 1k2
5 1 180 1k2
6 2 200 3k3
7 2 250 3k3
8 2 400 3k3
9 2 500 3k3
10 2 600 3k3
7
PERCOBAAN 02
KARAKTERISTIK DIODA
2. Teori Pendukung
Dioda akan mengalirkan arus ( konduksi ) jika diberi bias maju ( forward ) yaitu anoda
mendapat tegangan positif dan katoda mendapat tegangan negatif. Sebaliknya jika diberi bias
mundur ( reverse ) yaitu anoda mendapat tegangan negatif dan katoda mendapat tegangan
positif , maka dioda akan mempunyai resistansi tinggi, sehingga dioda tidak konduksi.
Dioda dapat dipergunakan sebagai saklar elektronik, karena pada saat dioda diberi bias
maju akan terjadi aliran arus ( saklar menutup ) dan apabila diberi bias maju arus tidak akan
mengalir ( seperti saklar yang terbuka ). Keadaan ini hanya terjadi pada dioda yang ideal,
pada kenyataannya dioda akan konduksi jika diberi tegangan maju 0.7 V untuk silikon dan
0,2 untuk germanium. Tegangan ini disebut Tegangan tegangan Dadal ( Breakdown )
8
.Setelah mencapai tegangan ini setiap kenaikan tegangan akan mengakibatkan kenaikan arus
yang cukup besar.
Gb. 2.2 Rangkaian Untuk mengukur Gb. 2.3 . Kurva Karakteristi Dioda
Karakteristik Dioda
Bila harga Vs diubah, maka arus ID dan VD akan berubah pula. Bila kita mempunyai
Karakteristik statik dioda dan kita tahu harga Vs dan RL , maka harga arus ID dan VD dapat
ditentukan sebagai berikut :
Bila hubungan di atas digambarkan pada karakteristik statik dioda , maka akan didapat
garis lurus dengan kemiringan ( I/RL ). Garis ini disebut garis beban ( Load Line ) , seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :
9
Gb. 2.4. Kurva Karakteristik Dioda dan Garis Beban
Pada Gambar di atas garis beban memotong sumbu V dioda pada harga Vs yaitu bila
arus I = 0 , dan memotong sumbu I pada harga Vs/RL. Titik potong antara karakteristik statik
dengan garis beban memberikan harga tegangan dioda VD(q) dan arus dioda ID(q). Dengan
mengubah harga Vs kita akan mendapatkan garis – garis beban sejajar seperti pada gambar di
atas.
4. Diagram Rangkaian
Gb. 2.5 Dioda bias maju Gb. 2.6 Dioda bias Mundur
5. Langkah Percobaan
6. Lembar Kerja
11
PERCOBAAN 03
DIODA ZENER
2. Teori Pendukung
Dioda Zener adalah dioda semikonduktor yang bekerja pada daerah dadal ( break
down ) seperti pada gambar 3.1.b. Dioda zener tersedia dalam beberapa harga tegangan dadal
mulai 2 V hingga puluhan Volt. Kemampuan dayanya juga bervariasi.
Dioda Zener biasanya dipakai untuk menghasilkan tegangan yang konstan dari suatu
sumber tegangan yang tidak stabil.Dioda Zener mempunyai tegangan Knee yang sangat tajam
pada saat breakdown, artinya akan terjadi perubahan arus sangat besar pada perubahan
tegangan yang sangat kecil. Daya dan arus maksimum dioda zener perlu diperhatikan agar
tidak rusak akibat perubahan arus yang besar.
Pada rangkaian sumber tegangan biasanya tegangan keluaran dc akan berubah jika
beban yang terpasang berubah. Cara sederhana untuk menstabilkan tegangan DC adalah
dengan memasang dioda Zener. Jika tegangan keluaran berubah diatas tegangan zener, maka
dioda zener akan mempertahankan pada tegangan dadalnya.
12
3. Peralatan dan Bahan
1. 1 buah Sumber Tegangan DC
2. 2 buah Multimeter
3. 1 buah Papan Percobaan Elektronika
4. 1 buah resistor 220 ohm
5. 1 buah dioda zener
4. Diagram Rangkaian
Gb.3.2 Dioda Zener bias maju Gb. 3.3 Dioda Zener Bias mundur
5. Langkah Percobaan
1. Rangkailah dioda zener seperti pada gambar 3.2 dengan Dioda Zener 7.5 V
2. Pastikan Posisi range alat ukur sudah benar sesuai dengan fungsinya dan catu daya
pada kondisi minimum.
13
3. Hidupkan Catu daya, naikkan tegangannya perlahan lahan, ukur tegangan dan arus
dioda zener dan catat pada tabel 3.1.
4. Ubah rangkaian dioda zener seperti pada gambar 3.3
5. Naikkan tegangan catu daya, ukur tegangan dan arus dioda zener dan catat pada tabel
3.2.
6. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3.4.
7. Atur tegangan catu pada tegangan 8 V dan ukur tegangan beban.
8. Naikkan tegangan menjadi 15 Volt dan ukur tegangan beban.
9. Naikkan tegangan menjadi 20 Volt dan ukur tegangan beban.
10. Ganti RL menjadi 1 KΩ
11. Ulangi langkah 7 s.d 9
6. Tabulasi Data
Tabel. 3.1 Dioda Zener Bias Maju
Vs(V) 0,2 0.4 0.6 1 5 10 15 20
If[mA]
Vf[ V ]
14
PERCOBAAN 04
PENYEARAH
2. Teori Pendukung
2.1 Transformator
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah alat untuk mentransfer
energi listrik dari sisi primer ke sekunder dengan perubahan tegangan pada frekuensi yang
sama. Perubahan tegangan tersebut dapat berupa menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke
12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.
Transformator yang berfungsi sebagai penaik tegangan disebut dengan transformator step-up.
Transformator step-up memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer.
Transformator yang berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator step-down.
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer.
Tranformator ideal adalah transformator yang rugi ruginya nol, artinya daya pada belitan
primer sama dengan daya dibelitan sekunder. Dalam kondisi trafo tanpa beban, hubungan
antara tegangan primer dan sekunder dengan jumlah belitan primer dan sekunder berlaku
persamaan sebagai berikut :
2.2 Penyearah
Penggunaan dioda yang paling umum adalah sebagai penyearah. Penyearah adalah suatu
rangkaian yang berfungsi untuk mengubah tegangan AC menjadi Tegangan DC. Penyearah
15
dengan dioda mengikuti sifat dioda yang akan menghantar saat dibias maju dan tidak
konduksi saat dibias mundur.
Ada dua jenis rangkaian penyearah dengan menggunakan dioda yaitu Penyearah Setengah
Gelombang dan Penyearah gelombang penuh.Gambar 4.1 menunjukkan diagram rangkaian
penyearah setengah gelombang. Transformator Step-down digunakan untuk menurunkan
tegangan dari 220 V menjadi 6 Volt. Pada penyearah setengah gelombang periode positif
dioda akan mendapat bias maju sedangkan pada setengah periode negatif akan mendapat bias
mundur, Hal ini akan menyebabkan tegangan beban RL merupakan sinyal setengah
gelombang.
Tegangan keluaran Hasil Penyearah setengah gelombang penuh VDC = Vm/π. Antara sinyal
masukan dan sinyal keluar mempunyai periode yang sama sehingga frekwensi keluaran sama
dengan frekwensi masukan.
Dengan menggunakan dua buah dioda dan sebuah transformator CT ( transformator dengan
cabang tengah ) suatu rangkaian penyearah gelombang penuh akan didapat.
Pada saat a positif D1 akan konduksi dan arus akan mengalir ke beban melalui D1, pada
siklus berikutnya, saat a negatif dan b positif, D2 akan konduksi dan arus akan mengalir
melalui D2. Harga rata – rata tegangan DC gelombang penuh VDC = 2 Vm/ π . Frekwensi
16
yang dihasilkan adalah dua kali frekwensi masukan sebab setiap satu gelombang
menghasilkan dua puncak gelombang positif.
Jika transformator tidak mempunyai cabang tengah dan diperlukan gelombang penuh, maka
dapat digunakan rangkaian dioda dengan sistem jembatan.
Dimana Vout untuk 0 <= t<= T dengan frekwensi 1/T dan ω=2πf
17
menghasilkan sinyal DC yang baik dapat dibuat rangkaian penapis dengan menggunakan
induktor, kapasitor atau gabungan keduanya.
Penapis kapasitor berdasarkan deteksi puncak, artinya pada saat gelombang masukan menuju
dari nol maka dioda akan dibias maju, pada saat ini kapasitor akan diisi muatan hingga
tegangan puncak tercapai. Pada saat gelombang menuju negatif , maka dioda akan dibias
mundur, karena kapasitor akan mempertahankan tegangan maksimumnya, muatan akan
dilewatkan menuju resistansi beban dan akan terisi lagi saat tegangan puncak berikutnya.
Tegangan Output setelah Filter dapat dihitung dengan persamaan berikut :
18
4. Diagram Rangkaian
19
5. Langkah Percobaan
5.1. Penyearah Setengah Gelombang
1. Rangkailah dioda seperti pada gambar 4.4 dengan RL = 470Ω
2. Dengan menggunakan multimeter Ukurlah arus dan tegangan beban . Catat hasil
pengukuran ke tabel 4.1.
3. Dengan menggunakan ascilliscope amati dan gambar pada kertas grafik bentuk
gelombang sekunder trafo dan tegangan beban ,VL
4. Gantilah RL dengan 1 KΩ ulangi langkah 2 dan 3
5. Gantilah RL dengan 2K2 Ω ulangi langkah 2 dan 3
20
3. Dengan menggunakan ascilliscope amati dan gambar pada kertas grafik bentuk
gelombang sekunder trafo dan tegangan beban ,VL
4. Gantilah RL dengan 1 KΩ ulangi langkah 2 dan 3
5. Gantilah RL dengan 2K2 Ω ulangi langkah 2 dan 3.
6. Gantikan kapasitor penapir menjadi 470 μF , ulangi langkah 2 sampai 5
7. Gantikan kapasitor penapir menjadi 1000 μF , ulangi langkah 2 sampai 5
6. Lembar Kerja
21
Vin [ V ] Beban Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
[Ω] IRL VRL IRL VRL
470
1K
2K2
RL
Penapis C Multimeter Osiloskop
[Ω]
470
100 μF
1K
2K2
470
470 μF
1K
2K2
470
1000 μF
1K
2K2
1. Hitung arus dan tegangan keluaran rangkaian penyearah setengah gelombang dan
gelombang penuh ?
2. Apa berbedaan tegangan DC yang dihasilkan oleh penyearah setengah gelombang
dan gelombang penuh ?
3. Apa berbedaan tegangan DC yang dihasilkan oleh penyearah gelombang penuh
dengan trafo dan sistem jembatan ?
4. Bagaimana hasil percobaan dan perhitungan arus dan tegangan keluaran penyearah
setengah gelombang dan gelombang penuh ?
5. Bagaimana pengaruh beban pada penyearah setengah gelombang dan gelombang
penuh?
6. Bandingkan besar tegangan keluaran penyearah gelombang penuh tanpa kapasitor
dan dengan kapasitor ?
22
7. Apakah perubahan beban berpengaruh terhadap besarnya tegangan keluaran.?
8. Apakah pengaruh perubahan nilai kapasitor terhadap tegangan keluaran ?
9. Berilah analisa hasil percobaan saudara ?
23
PERCOBAAN 05
PENGALI TEGANGAN
2. Teori Pendukung
Pengali tegangan ( voltage multiplier ) adalah dua atau lebih penyearah yang
menghasilkan tegangan DC sama dengan perkalian dari tegangan puncak masukan ( 2 Vm, 3
Vm dan seterusnya . Dengan dua rangkaian penyearah puncak akan menghasilkan tegangan 2
kali Vm masukan.
Pada saat setengah gelombang negatif, D1 akan dibias maju , sedangkan D2 dibias
mundur, hal ini mengakibatkan kapasitor C1 akan terisi sampai tegangan puncak. Pada
setengah gelombang positif , D1 akan dibias mundur dan D2 akan dibias maju. Karena
sumber tegangan dengan kapasitor C1 terhubung seri, maka C2 akan terisi sampai 2 Vm.
Untuk siklus berikutnya , D2 dan C2 akan mempertahankan muatannya, terutama dengan
pemasangan RL yang besar karena akan mempunyai konstata waktu yang besar. Agar
diperoleh pengali tegangan yang dapat menghasilkan tegangan sebesar 3 Vm , 4 Vm dan
seterusnya dapat dipergunakan rangkaian penyearah puncak yang dihubung secara bergantian
sepert pada gambar 5.2.
24
Gambar . 5.2 Pelipat Kali tegangan
Dua penyearah puncak pertama berlaku sebagai pengganda tegangan, pada saat D1 dan
D2 konduksi ( puncak siklus negatif berikutnya ) C3 akan mengisi sampai dengan 2 Vm,
sehingga kalau diukur pada terminal C1 dan C2 akan menghasilkan tegangan sebesar 3 Vm.
Selanjutnya jika diambil dari penjumlahan C2 dan C4 akan menghasilkan tegangan sebesar 4
Vm. Teoritis dapat disusun rangkaian penyearah puncak hingga n buah, segingga dapat
menghasilkan n Vm, tetapi dengan rqangkaian yang banyak akan mengakibatkan pengaturan
tegangan yang buruk, juga perlu dipertimbangkan tegangan jatuh pada masing – masing
dioda.
25
4. Diagram Rangkaian
5. Langkah Kerja
26
11. Ukur tegangan DC pada titik A-C , B – D, A – E , dan B – F , VAC :……………
Volt , VBD : ………….Volt, VAE : ………...Volt , VBF;………..Volt
27
PERCOBAAN 06
IDENTIFIKASI TRANSISTOR
2. Dasar Pendukung
Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga elektroda yaitu Emitor,
Basik dan kolektor, dan terdiri dari dua jenis PNP dan NPN. Fungsi transistor adalah
memperkuat sinyal listrik, sebagai saklar elektronik, atau pemakaian lain. Syarat utama
transistor dapat bekerja adalah jika dibias dengan benar, yaitu base – emitor mendapat bias
maju sedangkan base – kolektor harus dibias mundur.
Untuk menentukan jenis transistor dapat dipergunakan ohm-meter dengan
memanfaatkan batere yang terdapat didalamnya. Cara melakukan pengetesan adalah basis
dihubungkan dengan terminal positif pada ohm meter terminal negatif dihubungkan dengan
emitor dan kolektor secara bergantian. Apabila resistansi yang ditunjukkan ohm meter rendah
maka transistor tersebut jenis NPN. Sebaliknya jika penunjukkan resistansi yang besar dan
posisi terminal dibalik menunjukkan resistansi yang rendah, berarti jenis transistor tersebut
PNP
28
3. Peralatan dan Bahan
1. 1 buah Catu Daya DC
2. 2 buah Multimeter
3. 1 buah Transistor : AC 127 , BC 109 , 2N3055 , 2SB56
4. Lampu 12 V/2.2 W
4. Diagram Rangkaian
5. Langkah Percobaan
1. Hubungkan rangkaian seperti pada diagram rangkaian dengan tegangan DC sebesar
6 Volt dan transistor AC 127
2. Ukur harga arus pada setiap rangkaian dan catat pada tabel lembar kerja.
3. Amati kondisi lampu dan catat tabel lembar kerja.
29
4. Ganti transistor jenis yang lain
5. Ulangi langkah 2 dan 3
6. Lembar Kerja
NO Bahan No Diagram Arus Kondisi Jenis
Keterangan
Percobaan Rangkaian [mA] Lampu Transistor
1 AC 127 4–1
4–2
4–3
4–4
4–5
4–6
4–7
4–8
4–9
4 – 10
4 – 11
4 – 12
2 BC 109 4–1
4–2
4–3
4–4
4–5
4–6
4–7
4–8
4–9
4 – 10
4 – 11
4 – 12
30
4–8
4–9
4 – 10
4 – 11
4 – 12
4 2SB56 4–1
4–2
4–3
4–4
4–5
4–6
4–7
4–8
4–9
4 – 10
4 – 11
4 – 12
31
PERCOBAAN 07
KARAKTERISTIK TRANSISTOR
2. Dasar Pendukung
Dari Kurva transfer ini menunjukan penguatan arus transistor bersama, hfe yaitu
perbandingan antara perubahan arus keluaan terhadap arus masukan
4. Diagram Rangkaian
34
Gambar 7.6. Diagram Rangkaian Karakterisrik Transfer Transistor Emitor bersama
5. Langkah Percobaan
5.1 Karakteristik Masukan Transistor Emtor bersama
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 7.5. dengan P1 = 220 KΩ dan transistor
BD130.
2. Pastikan posisi multimeter pada posisi yang benar dengan range yang telah
disesuaikan , serta potensiometer P1 pada posisi minimum.
3. Atur tegangan catu daya 6 V. Atur P1 sehingga VBE menunjukkan harga 0.1 V
4. Baca dan catat arus basis pada Tabel 7.1.1
5. Baikkan VBE dengan memutar potensiometer P1 untuk harga sesuai tabel 7.1.1 .
baca dan catat Ib pada tabel 7.1.1
6. Atur tegangan catu daya pada tegangan 9 V
7. Atur P1 sehingga VBE menunjukkan harga 0.1 V , baca dan catat arus basis pada
Tabel 7.1.2
35
8. Baikkan VBE dengan memutar potensiometer P1 untuk harga sesuai tabel 7.1.1 .
baca dan catat Ib pada tabel 7.1.2
9. Setelah selesai matikan semua peralatan.
5.2. Karakterisrik Transfer Transistor Emitor bersama
1. Susunlah Rangkaian seperti pada gambar 7.6 , dengan P1 = 220 KΩ dan transistor
BD130. potensiometer pada posisi minimum.
2. Atur tegangan catu daya 6 V.
3. Atur potensiometer P1 , sehingga arus basis menunjukkan 0.2 mA, Baca
penunjukan Arus kolektor dan catat dalam tabel 7.2.1
4. Naikkan harga arus basis dengan mengatur P1 sesuai dengan tabel 7.2.1 Catat
penunjukan arus kolektor untuk setiap langkah dan masukkan dalam table 7.2.1
5. Kembalikan potensiometer pada posisi semula.
6. Atur tegangan catu daya 9 V.
7. Ulangi langkah 4 s.d 6 catat pada tabel 7.2.2
8. setelah selesai matikan semua peralatan.
5.3 Karakterisrik Keluaran Transistor Emitor bersama
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 7.7. P1 dan P2 pada posisi minimum.
2. Atur tegangan catu daya 9 V
3. Atur potensiometer P1 sehingga arus basis menunjuk 10 μA
4. Atur potensiomeet P2 sehingga VCE menunjuk 0.5 Volt, 0.75 Volt dan seterusnya
sesuai tabel 7.3 dan catat penunjukkan arus kolektor untuk setiap langkah ke dalam
tabel 7.3 . Ib dijaga konstan dengan mengatur potensiometer P1.
5. Atur potensiometer P2 pada posisi minimum kembali.
6. Ulangi langkah 4 s.d. 6 untuk harga arus IB = 20 μA , Ib = 30 μA dan 40 μA.
7. Kembalikan posisi semua potensiometer dan catu daya pada posisi minimum.
8. Setelah selesai matikan semua alat.
1. Lembar Kerja
Tabel 7.1 .1
VCE = 6 V
VBE [ V ] 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
IB [ mA ]
Tabel.7.1.2
36
VCE = 9 V
VBE [ V ] 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
IB [ mA ]
Tabel. 7.2.1
VCE = 6 V
IB [ mA ] 0.2 0.4 0.6 1 1.4 1.8 2.2
IC [ mA ]
Tabel 7.2.2
VCE = 9 V
IB [ mA ] 0.2 0.4 0.6 1 1.4 1.8 2.2
IC [ mA ]
Tabel 7.3
IB [ mA ] VCE [V] 0.25 0.5 0.75 1 1.5 2 3 4 6 8
10 IC [ mA ]
20 IC [ mA ]
30 IC [ mA ]
40 IC [ mA ]
37
PERCOBAAN 08
APLIKASI TRANSISTOR
2. Dasar Pendukung
38
3. Peralatan dan Bahan
1. 1 buah catu daya DC
2. 2 buah multimeter
3. 1 buah papan percobaan
4. 1 buah Transistor BD130 dan BC 56
5. 1 buah tahanan 47Ω , 10Ω, 47kΩ , 100 KΩ
6. 2 buah kapasitor 100μF , 470 μF
7. kabel hubung
4. Diagram Rangkaian
39
Gambar 8.3 Diagram Rangkaian Saklar Waktu
5. Langkah Percobaan
5.1 Rangkaian Pendeteksi Cahaya
1. Susunanlah rangkaian seperti pada gambar 8.1.
2. Atur tegangan catu daya 9 Volt.
3. Ukur Tegangan basis VBE dan tegangan kolektor VCE saat lampu mati
4. Siapkan lampu pijar , hubungkan dengan sumber tegangan sampai menyala.
5. Dekatkan lampu dengan tesebut dengan LDR , sampai lampu beban menyala.
6. Ukurlah kembali tegangan basis dan tegangan kolektor
7. Amati kerja rangkaian gb. 8.1 . setelah itu matikan sumber tegangan.
40
5.3. Saklar Waktu
1. Rakitlah rangkaian seperti pada gambar 8.3
2. Atur tegangan catu daya 9 V.
3. Siapkan Stopwatch untuk mengukur waktu.
4. Untuk R : 47 KΩdan C : 100μF ukurlah waktu antara saklar ditekan dengan lampu
menyala
5. Ulangi langkah 4 untuk 47KΩ dan C : 470μF , 100KΩ dan C : 100μF , 100 KΩd an
C : 470μF
6. Catat hasil dalam tabel 8.1
7. Kembalikan potensiometer pada posisi semula.
8. Atur tegangan catu daya 9 V.
9. Ulangi langkah 4 s.d 6 catat pada tabel 7.2.2
10. setelah selesai matikan semua peralatan.
6. Lembar Kerja
Tabel 8 .1
Waktu [ detik ]
Kapasitor [μF ]
R : 47KΩ R : 100KΩ
100
470
41
PERCOBAAN 09
GERBANG LOGIKA DIGITAL
2. Dasar Pendukung
Teknologi digital hampir digunakan dalam setiap sistem rangkaian dan menggantikan
teknologi analog. Hal ini disebabkan karena teknologi digital lebih sederhana , hanya
mengenal dua keadaan saja yaitu ” 1 ” dan keadan ” 0 ”. Didalam rangkaian keadaan ” 1 ” dan
keadan ” 0 ” ini ditentukan dengan rentang besaran tegangan tertentu. Keadaan ” 1 ” berkisar
antara 2.4 Volt sampai dengan 5 Volt., sedangkan keadaan ” 0 ” berkisar antara 0.8 Volt
sampai dengan 0 Volt.
Komponen digital dasar disebut dengan gerbang ( gate ). Ada 3 gerbang dasar yaitu
AND , OR dan NOT . Gerbang gerbang ini akan menghasilkan logik-1 atau logik-0 pada
sinyal keluaran ( output ) jika syarat syarat logik input terpenuhi.
Rangkaian terpadu ( IC ) adalah kristal semikonduktor silikon kecil, yang dinamakan
chip. IC berisi komponen elektronik seperti transistor , dioda , resistor dan kapasitor.
Komponen yang bermacam – macam tersebut dirangkai dalam chip untuk membentuk suatu
rangkaian digital elektronik atau rangkaian logika.
Paket IC ada 2 macam yaitu paket rata/flat dan paket dual-in-line ( DIP ). DIP banyak
digunakan karena harga yang murah dan mudah dipasang pada papan rangkaian. Gambar 8.1
memperlihatkan skematik gerbang AND. Dalam IC 7408 ini terdapat empat buah gerbang
AND yang dikemas dalam 14-PIN . Pin 14 dihungkan dengan sumber tegangan positif dan
Pin 7 dihubungkan dengan sumber tegangan negatif.
42
Gambar 9.1 Skematik Gerbang AND
4. Diagram Rangkaian
43
5. Langkah Kerja
6. Lembar Kerja
44
7. Pertanyaan dan Tugas
1. Bagaimana fungsi IC 7408 , 7400 , 7432
2. Jelaskan gerbang NAND dan NOR ditinjau dari gerbang dasar
3. Jelaskan cara menentukan urutan kaki kaki IC no 1 s/d 14
45
PERCOBAAN 10
PERAGA 7-SEGMEN
2. Dasar Pendukung
4. Diagram Rangkaian
47
5. Langkah Kerja
6. Lembar Kerja
Tabel 10.1
INPUT OUTPUT
NO LT RBI D C B A a b c d e f g TAMPILAN
1 1 1 0 0 0 0
2 1 1 0 0 0 1
3 1 1 0 0 1 0
4 1 1 0 0 1 1
5 1 1 0 1 0 0
6 1 1 0 1 0 1
7 1 1 0 1 1 0
8 1 1 0 1 1 1
9 1 1 1 0 0 0
10 1 1 1 0 0 1
11 1 1 1 0 1 0
12 1 1 1 0 1 1
13 1 1 1 1 0 0
14 1 1 1 1 0 1
15 1 1 1 1 1 0
16 1 1 1 1 1 1
17 1 0 0 0 0 0
18 1 0 0 0 1 0
19 1 0 0 0 1 1
20 1 0 0 1 0 0
21 1 0 0 1 0 1
22 0 1 0 0 0 0
23 0 1 0 0 1 0
24 0 1 0 0 1 1
25 0 1 0 1 0 0
26 0 1 0 1 0 1
48
7. Pertanyaan dan Tugas
1. Apakah fungsi IC 7447 dan IC 7448
2. Ada berapa macam jenis peraga 7-segmen jelaskan
3. Berilah analisa hasil percobaan sudara
49
PERCOBAAN 11
FLIP - FLOP
2. Dasar Prndukung
Rangkaian kombinasional adalah rangkaian digital yang output – outputnya pada setiap saat
tertentu tergantung penuh pada nilai input – inputnya. Pada umumnya sistem digital memiliki
rangkaian – rangkaian kombinasional dan juga mempunyai elemen pengingat. Elemen
pengingat adalah perangkat yang mampu menyimpan informasi biner didalamnya. Informasi
biner yang disimpan dalam elemen memori pada waktu tertentu menentukan keadaan ( ” state
” ) dari rangkaian tersebut.
Elemen pengingat yang digunakan pada rangkaian sequential adalah ” FLIP-FLOP” disingkat
FF. FF adalah rangkaian logika dengan dua output, yang mana kedua putput tersebut
kebalikan satu dengan yang lain. Gambar 11.1 menunjukkan simbol umum Flip_flop .
50
Ada beberapa bermacam – macam jenis flip-flop, flip-flop dari gate, S-R flip-flop , D flip-flop
, J-K flip-flop. Perbedaan – perbedaan utama di antara jenis FF adalah dalam jumlah input
yang dimilikinya dan cara dimana input-inputnya mempengaruhi keadaan binernya.
4. Diagram Rangkaian
51
5. Langkah Kerja
6. Lembar Kerja
Tabel 11.1
S R Q Q
1 0
0 0
0 1
0 0
1 1
Tabel 11.2
E S R Q Q
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
52
7. Pertanyaan dan Tugas
1. Pada keadaan input-input yang bagaimanakah pada rangkaian 11.1 tidak berfungsi
sebagai FF
2. Jelaskan fungsi Enable pada rangkaian 11.2
3. Berilah analisa hasil percobaan saudara
53
PERCOBAAN 12
PEMBANGKIT CLOCK PULSE
1. TUJUAN
Setelah selesai melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Memahami Rangkaian terpadu 555
2. Merancang rangkaian penghasil pulsa Monostabel
3. Merancang rangkaian Astable-Multivibrator
2. Teori Pendukung
Rangkaian clock merupakan suatu rangkaian yang menghasilkan output berlogika 1 dan 0
secara bergantian dengan interval dan jeda waktu yang telah ditentukan. Sehingga sering disebut
rangkaian penghasil gelombang kotak. Rangkaian ini menggunakan IC 555 sebagai otak dari
rangkaiannya, dan juga sering disebut dengan ic flip-flop. komponen lainnya dari rangkaian
ini adalah resistor dan kapasitornya, dimana komponen ini yang akan menentukan frekuensi dari output
rangkaian IC 555 ini.
IC 555 atau IC Pewaktu adalah jenis IC yang digunakan untuk berbagai Rangkaian
Elektronika yang memerlukan fungsi Pewaktu dan multivibrator didalamnya. Beberapa
rangkaian yang memerlukan IC Timer diantaranya seperti Waveform Generator, Frequency
Meter, Jam Digital, Counter dan lain sebagainya. IC Timer atau IC Pewaktu yang paling
populer saat ini adalah IC 555 yang dikembangkan oleh Hans R. Camenzind yang bekerja
untuk Signetic Corporation pada tahun 1970-an. Pada dasarnya, IC Timer 555 merupakan IC
Monolitik pewaktu yang menghasilkan Osilasi (Oscilation) dan Waktu Penundaan (Delay
Time) dengan keakuratan dan kestabilan tinggi.
54
Gambar 10.1 Konfigurasi kaki IC 555
55
penentu interval pewaktuan. Kapasitor akan mengisi dan membuang muatan seiring
dengan impedansi pada kaki 7. Waktu pembuangan muatan inilah yang menentukan
Interval Pewaktuan dari IC555.
8. Kaki 8 (Vcc) : Terminal Positif sumber tegangan DC (sekitar 4,5V atau 16V).
4. Diagram Rangkaian
56
Gambar 10.3 Astable Multivibrator
5. Langkah Kerja
57
PERCOBAAN 13
PENCACAH
2. Dasar Pendukung
Rangkaian berurutan ( sequential circuit ) yang beroperasi melalui urutan kondisi
tertentu berdasarkan aplikasi dari pulsa – pulsa inputnya dinamakan ” Pencacah ”
( Pencacah ). Pulsa – pulsa input tersebut dinamakan pulsa penghitung, pulsa ini dapat berupa
pulsa waktu atau sumber luar yang lain dan bisa terjadi pada interval waktu tertentu atau
random.
Pencacah yang mengikuti urutan biner dinamakan pencacah biner. Pencacah biner
dibangun dengan menggunakan FF. Pencacah biner n-bit terdiri dari n flip-flop dan dapat
menghitung dalam biner dari 0 ke 2n-1.
JK FLIP-FLOP dapat digunakan untuk membangun sebuah pencacah. IC 7476 terdiri
atas dua buah Flip flop JK master-slave dengan Preset dan Clear. Penandaan pin ditunjukkan
pada gambar 12.1 . , sedangkan tabel kebenaran ditunjukan pada tabel 12.1.
58
Tabel 12.1 Fungsi IC 7476 dual JK master –slave flip-flop
INPUT OUTPUT
1 1 0 1 0 1
1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 TOGGLE
Tiga input pertama pada tabel 12.2 menunjukan operasi Preset dan Clear. Input – input
ini tidak terpengaruh oleh keadaan Clock ataupun input pada J dan K , tanda X menunjukan
kondisi tidak berpengaruh. Keempat input berikutnya menunjukkan operasi clock dengan
mempertahan kondisi Preset dan Clear pada logik ’ 1 ’. Positif transisi dari clock mengubah
FF. Jika J=K = 0 , maka tidak ada perubahan output. Flip-Flop akan berfungsi seperti saklar
toggel, bila J=K = 1.
59
4. Diagram Rangkaian
Gambar 12.2
5. Langkah Kerja
6. Lembar Kerja
Tabel 12.2
60
7. Pertanyaan dan Tugas
1. Apakah fungsi CLR
2. Pada clock berapa tampilan menunjukan angka 6
3. Berilah analisa hasil percobaan saudara .
61
PERCOBAAN 13
PROJEK AKHIR
62
DAFTAR PUSTAKA
A. Hodges, David, G. Jackson, Horace, dan H. Nasution, Sofyan, 1987, Analisis dan Desain
Rangkaian Terpadu Digital, Penerbit Erlangga, Jakarta
C. Lee, Samuel, dan Sutisno, 1994, Rangkaian Digital dan Rancangan Logika,Penerbit
Erlangga, Jakarta
Mano, M. Morris, 1984, Digital Design, Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.
63
LAMPIRAN
64
Kode Warna Resistor 4 Gelang
Contoh
Coklat - " Abu - abu " - kuning - emas = 180000 ± 5 %
65
SIMBOL SKEMATIK RANGKAIAN
1. Pengawatan
2. Sumber Tegangan
66
4. Rangkaian terpadu
67
5. Data – Data Dioda
68