Anda di halaman 1dari 68

PERCOBAAN 01

OSCILOSKOP

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah selesai melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Terampil mempergunakan Osciloskop untuk melihat bentuk sinyal dan mengukur
frekwensi dan tegangan
2. Menjelaskan kalibrasi Osciloskop.

2. Teori Pendukung

Osciloskop merupakan suatu alat ukur, dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang
diukur tergambar pada tabung sinar katoda. Pada dasarnya suatu Oscilloscope dapat dibagi
menjadi tiga bagian utama :
1. Bagian tabung sinar Katoda
2. Bagian Penguat Horizontal ( X amplifier )
3. Bagian Penguat Vertikal ( Y amplifier )
Tabung sinar katoda dapat dipandang sebagai inti dari Oscilloscope. Bagian ini
berfungsi untuk mengubah sinyal listrik menjadi gambar yang tertera pada layar. Tabung sinar
katoda dibuat dari bahan gelas yang didalamnya hampa udara, serta dilengkapi dengan bagian
penembak elektron. Bagian Plat pembelok berkas elektron dan layar.
Penembak elektron ( “ electron gun “) berfungsi untuk membangkitkan berkas elektron
dengan kecepatan tinggi. Elektron dikeluarkan oleh katoda, kemudian di percepat dengan
tegangan tinggi dan akhirnya elektrok tersebut menumbuk layar.
Pada saat elektron menumbuk layar, maka pada layar akan terlihat cahaya berpendar.
Bagian plat pembelok berfungsi untuk mengontrol arah berkas elektron., jika berkas elektron
melalui celah antara kedua plat pembelok, maka elektron tersebut akan dibelokkan. Kemana
arah elektron dibelokkan tergantung pada arah dan besar tegangan yang diberikan pada plat
tersebut.
Bagian layar merupakan bagian dimana gambar dapat diamati. Pada sisi dalam layar ini
dilapisi dengan phospor. Phospor akan mengeluarkan cahaya berpendar jika ada elektron
dengan kecepatan tinggi yang menumbuknya, sehingga pada layar akan terdapat gambar atau
cahaya berpendar. Karena simpangan berkas elektron sesuai dengan sinyal input yang

1
diberikan, maka gambar yang terdapat pada layar juga akan sesuai dengan bentuk gelombang
inputnya.
Tombol – tombol Pada Osiloscope GOS-6xxG
CH 1(X) input : terminal input CH 1.Jika dalam operasi X-Y,sebagai X-axis input terminal
CH 2 (Y) input : terminal input CH 1.Jika dalam operasi X-Y,sebagai Y-axis input
terminal .
AC-DC-GND : Saklar untuk menentukan mode hubungan sinyal input dan penguatan
vertikal
AC : AC coupling
DC : DC coupling
GND : input penguatan vertikal dihubungkan ke ground dan terminal
input tidak dihubungkan
VOLTS/DIV : Selektor untuk menentukan sensitivitas sumbu x, dari 1mV/DIV sampai
dengan 5V/DIV dalam 12 range.
VARIABLE : Pengatur sensitifitas. saat pada posisi CAL, sensitifitas dikalibrasikan
pada nilai yang dinyatakan.
POSITION : Kendali vertikal dan horizontal berkas cahaya.
VERT MODE : Menentukan kode operasi
CH 1: Osciloscope bekerja sebagai instrumen 1 kanal dengan CH1 saja.
CH 2 : Osciloscope bekerja sebagai instrumen 1 kanal dengan CH2 saja.
DUAL : Osciloscope bekerja sebagai instumen 2 kanal, CH1 dan CH2.
CHOP/ALT otomatis berubah sesuai dengan switch TIME/DIV. Apabila
Tombol CHOP ditekan, kedua berkas cahaya akan tampak bersamaan
dalam mode CHOP.
ADD : Osciloscope memperlihatkan penjumlahan aljabar ( CH1 + CH 2 ) atau
perbedaan ( CH 1- CH 2 ) dari kedua sinyal.

3. Peralatan dan Bahan


1. 1 buah Osiloscope Dual Trace
2. 1 buah Generator Fungsi
3. 1 buah Prove
4. 1 buah BNC
5. 1 buah multimeter
6. Kabel Jumper
2
4. Diagram Rangkaian

Gb. 1.1 Osciloskop Sebagai Pengukur Tegangan Searah

Gb. 1.2 Osciloskop Sebagai Pengukur Tegangan AC

5. Langkah Percobaan
5.1 Operasi Dasar Osciloscope
Sebelum menghubungkan Osciloscope dengan tegangan jala – jala aturlah tombol
kontrol dan saklar sbb :

3
Item Setting
POWER OFF
INTEN SEARAH JARUM JAM ( PADA POSISI JAM 3)
FOCUS POSISI TENGAH
ILLUM FULL ANTI-CLOCKWISE
VERT MODE CH I
CHOP RELEASED
CH 2 INV RELEASED
POSITION MID- POINT
VOLTS/DIV 0.5 VOLT/DIV
VARIABLE CAL( CLOCKWISE POSITION )
AC-DC-GND GND
SOURCE SET TO CH I
COUPLING AC
SLOPE +
TRIG ALT RELEASED
LEVEL LOCK PUSH IN
HOLDOFF MIN(ANTI-CLOCKWISE
TRIGGER MODE AUTO
Horiz DISPLAY MODE A
TIME/DIV 0.5 MS/DIV
SWP.UNCAL RELEASED
POSITION MID-POSITION
X 10 MAG RELEASED
X-Y RELEASED

Setelah pengesetan control dan Saklar seperti pada tabel di atas, hubungkan Stekker
daya pada jala – jala dan lanjutkan langkah sbb :
1. Tekan Saklar Power, maka setelah kurang lebih 20 detik sebuah Trace ( berkas
cahaya ) akan muncul pada layar. Apabila tidak muncul. Ckeck ulang setting saklar
dan control.
2. Atur intensitas berkas cahaya dengan menggunakan tombol INTEN dan FUCUS,
jangan terlalu terang agar layar tidak terbakar.
3. Luruskan berkas cahaya dengan garis horison tengah dengan mengatur tombol CH I
POSITION dan tombol TRACE ROTATION.
4. Hubungkan Probe pada terminal CH I INPUT dan hubungkan ujung prove pada
terminal 2 Vp-p CALIBRATOR .
5. Atur posisi saklar AC-DC-GND pada posisi AC.

4
6. Atur Tombol Calibrasi sehingga tegangan output sesuai dengan tegangan yang
tertera pada terminal Calibrator.
7. Atur kontrol FOCUS , sehingga berkas cahaya tampak jelas. Amati dan catatlah
gambar yang muncul.
8. Aturlah switch kendali posisi vertikal dan horizontal sehingga gelombang yang
tampak dapat dibaca dengan jelas.

5.2 Operasi Dual-Channel


Ubahlah saklar VERT MODE ke pasisi DUAL, sehingga berkas cahaya ke 2 ( CH 2 )
akan tampak. Pada kondisi ini Berkas cahaya kanal 1 adalah sinyal gelombang kotak dan
berkas cahaya kanal2 adalah garis lurus, karena tidak ada sinyal pada kanal 2 ( Kanal 2 bekum
dihubungkan )..
Hubungkan terminal CH II input dengan terminal 2 Vp-p CALIBRATOR dengan
menggunakan probe sama seperti pada terminal CH I input.. Atur posisi saklar AC-DC-GND
pada AC. Atur tombol Vertikal POSITION, sehingga kedua berkas muncul pada layar.
Apabila pada operasi dual-Channel mode Dual ataupun ADD. Sinyal CH 1 atau CH 2
harus dipilih untuk penyulutan sumber sinyal dengan menggunakan Saklar SOURCE. Jika
sinyal CH I dan CH II mempunyai hubungan sinkron, maka kedua gelombang dapat muncul
stasioner, jika tidak sinyal yang dipilih pada Saklar SOURCE yang akan terlihat stasioner.
Jika Saklar TRIG ALT ditekan, kedua gelombang dapat terlihat stasioner. Jangan
menggunakan saklar penyulutan CHOP dan ALT pada saat yang bersamaan. Pemilihan saklar
CHOP dan ALT secara otomatis dilakukan oleh saklar TIME/DIV . 5 msec dan range lebih
rendah digunakan dalam Mode CHOP dan 2 ms/DIV dan lebih tinggi digunakan dalam mode
ALT.

5.3 Osciloscope Sebagai Pengukur Tegangan Searah ( DC )


Langkah Kerja
1. Susunlah diagram rangkaian seperti pada gambar 1.1
2. Atur Tegangan Output sumber tegangan searah sebesar 5 volt, diukur dengan
Voltmeter.
3. Ukur Tegangan RL dengan menggunakan Osciloscope ( Hubungkan I CH 1 dengan
RL ).
4. Atur switch Osciloscope pada posisi DC.
5. Amati bentuk gelombang dan tinggi Amplitudonya.
5
6. Catat hasil pengamatan pada tabel 1.1
7. Catat tinggi amplitudo untuk kedudukan switch Volt/div yang berbeda ( 4 kedudukan
yang berbeda ).
8. Ulangi langkah 1 – 7 untuk RL yang berbeda.

5.4 Osciloscope Sebagai Pengukur Tegangan AC


1. Susunlah diagram rangkaian seperti pada gambar 2
2. Pada switch Function tekan tombol gelombang sinus yang menyebabkan output
Function generator merupakan dengan
3. Atur Tegangan Output Function Generator 1 volt dengan mengatur tombol
OFFSET ADJ, Tegangan output diukur dengan Voltmeter.
4. Tekan tombol 10 pada switch range frekwensi.
5. Atur Multiplier pada posisi 1.
6. Hubungkan Input kanal 1 ( CH 1 ) dengan RL
7. Atur switch Osciloscope pada posisi AC.
8. Amati bentuk gelombang dan tinggi Amplitudonya.
9. Catat hasil pengamatan pada tabel 1.2.
10. Ulangi pengamatan dengan Tegangan output Function Generator seperti pada tabel
1.2.

6. Lembar Kerja

Tabel 2.1. Osciloscope sebagai Pengukur Tegangan DC

6
Tabel 1.2. Osciloscope sebagai Pengukur Tegangan AC

Function
NO
Generator
RL Osciloscope
Posisi jml Posisi jml
[ohm ]
switch kotak switch kotak
Vo Frek. Frek.i f
Volt/Div Time/Div Vpp Veff Periode
(v) (Hz) : 1/T
1 1 20 1k2                

2 1 60 1k2                

3 1 100 1k2                

4 1 120 1k2                

5 1 180 1k2                

6 2 200 3k3                

7 2 250 3k3                

8 2 400 3k3                

9 2 500 3k3                

10 2 600 3k3                

7. Pertanyaan dan Tugas


1. Jelaskan keuntungan Oscilloscope dengan tahanan dalamnya yang tinggi ?
2. Dapatkah oscilloscope digunakan untuk mengukur arus ?
3. Hitunglah frekwensi maximum yang dapat diukur oleh oscilloscope yang anda
gunakan dalam percobaan ini ?
4. Berapa tegangan Vdc max dan tegangan Vpp max yang dapat diukur CRO ?
5. Bandingkan frekwensi tegangan sinyal menurut generator sinyal dengan frekwensi
hasil hitungan dari layar CRO ?
6. Bandingkan tegangan efektif menurut CRO dengan menurut Voltmeter ?
7. Berilah analisa hasil percobaan saudara ?
8. Jelaskan bilamana saudara menggunakan probe 1 dan probe 10 ?

7
PERCOBAAN 02
KARAKTERISTIK DIODA

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah selesai melalukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. menggambarkan karakteristik dioda bias maju dan bias mundur
2. menentukan tegangan lutut
3. menggambarkan garis beban dioda

2. Teori Pendukung

Dioda semikonduktor adalah komponen elektronika yang terdiri dari pertemuan


semikonduktor jenis P dan semikonduktor jenis N ( P-N Junction ). Elektroda yang
dihubungan dengan material jenis P disebut anoda dan yang dihubungkan dengan material
jenis N disebut katoda
Kontruksi dan simbol dioda seperti pada gambar berikut :

Gb. 2.1 Konstruksi dan Simbol Dioda

Dioda akan mengalirkan arus ( konduksi ) jika diberi bias maju ( forward ) yaitu anoda
mendapat tegangan positif dan katoda mendapat tegangan negatif. Sebaliknya jika diberi bias
mundur ( reverse ) yaitu anoda mendapat tegangan negatif dan katoda mendapat tegangan
positif , maka dioda akan mempunyai resistansi tinggi, sehingga dioda tidak konduksi.
Dioda dapat dipergunakan sebagai saklar elektronik, karena pada saat dioda diberi bias
maju akan terjadi aliran arus ( saklar menutup ) dan apabila diberi bias maju arus tidak akan
mengalir ( seperti saklar yang terbuka ). Keadaan ini hanya terjadi pada dioda yang ideal,
pada kenyataannya dioda akan konduksi jika diberi tegangan maju 0.7 V untuk silikon dan
0,2 untuk germanium. Tegangan ini disebut Tegangan tegangan Dadal ( Breakdown )

8
.Setelah mencapai tegangan ini setiap kenaikan tegangan akan mengakibatkan kenaikan arus
yang cukup besar.

Gb. 2.2 Rangkaian Untuk mengukur Gb. 2.3 . Kurva Karakteristi Dioda
Karakteristik Dioda

Bila harga Vs diubah, maka arus ID dan VD akan berubah pula. Bila kita mempunyai
Karakteristik statik dioda dan kita tahu harga Vs dan RL , maka harga arus ID dan VD dapat
ditentukan sebagai berikut :

Vs = Vab + ( I.RL ) atau I = - ( Vab/RL) + ( VD/RL )

Bila hubungan di atas digambarkan pada karakteristik statik dioda , maka akan didapat
garis lurus dengan kemiringan ( I/RL ). Garis ini disebut garis beban ( Load Line ) , seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :

9
Gb. 2.4. Kurva Karakteristik Dioda dan Garis Beban
Pada Gambar di atas garis beban memotong sumbu V dioda pada harga Vs yaitu bila
arus I = 0 , dan memotong sumbu I pada harga Vs/RL. Titik potong antara karakteristik statik
dengan garis beban memberikan harga tegangan dioda VD(q) dan arus dioda ID(q). Dengan
mengubah harga Vs kita akan mendapatkan garis – garis beban sejajar seperti pada gambar di
atas.

3. Peralatan dan bahan


1. 1 buah sumber tegangan DC
2. 2 buah multimeter
3. 1 buah resistor 220 ohm , 100 ohm
4. 1 Buah dioda IN 4001 , IN4002

4. Diagram Rangkaian

Gb. 2.5 Dioda bias maju Gb. 2.6 Dioda bias Mundur

5. Langkah Percobaan

1. Rangkailah dioda seperti pada gambar 2.5


2. Pastikan Posisi range alat ukur sudah benar sesuai dengan fungsinya
dan catu daya pada kondisi minimum.
3. Hidupkan Catu daya, naikkan tegangan Catu Daya ( Vs ) dari 0 Volt
sampai dengan 5 Volt dengan penambahan 0.2 Volt . Ukur Arus dan Tegangan
dioda serta tegangan Beban , catat hasil pengukuran pada tabel 2.1 untuk setiap
harga Vs.
10
4. Kembalikan pengatur tegangan pada posisi minimum.
5. Ubah rangkaian dioda seperti pada gambar 2.6
6. Naikkan tegangan catu daya, sehingga tegangan dioda V AB sesuai
dengan tabel 2.2
7. Catat penunjukkan ammeter untuk setiap kenaikan tegangan dan catat
pada tabel 2.2.
8. Kembalikan Pengatur tegangan pada posisi minimum dan matikan
semua peralatan.
9. ulangi langkah 1 – 8 untuk dioda germanium.

6. Lembar Kerja

Tabel. 2.1. Pengukuran 1 Dioda dioda Silikon Bias Maju


Vs[V] 0.2 0.4 0.6 0.8 1 3 5 7
Id[mA]
Vd[ V ]
VRL [ V ]
Id=VRL/RL

Tabel 2.2. Pengukuran 2. Dioda silikon bias mundur


VAB [V] 1 2 5 10 15 20 25 30
ID[ V ]
RD=VAB/ID

7. Tugas dan Pertanyaan.

1. Hitung arus dioda ID = VRL/RL ?


2. Dari hasil pengukuran gambarkan karakteristik dioda pada kertas grafik
Buatlah garis beban untuk Vs = 1.5 V ?
3. Dari kurva karakteristik hitunglah resistansi dinamisnya ?
4. Berapa tegangan lutut dioda Si dan Ge ?

11
PERCOBAAN 03
DIODA ZENER

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat :
1. menggambarkan karakteristik dioda Zener
2. menentukan tegangan lutut
3. membuat aplikasi dioda zener sebagai penstabil tegangan

2. Teori Pendukung

Dioda Zener adalah dioda semikonduktor yang bekerja pada daerah dadal ( break
down ) seperti pada gambar 3.1.b. Dioda zener tersedia dalam beberapa harga tegangan dadal
mulai 2 V hingga puluhan Volt. Kemampuan dayanya juga bervariasi.

3.1(a) Simbol 3.1(b) Karakteristik dioda Zener

Dioda Zener biasanya dipakai untuk menghasilkan tegangan yang konstan dari suatu
sumber tegangan yang tidak stabil.Dioda Zener mempunyai tegangan Knee yang sangat tajam
pada saat breakdown, artinya akan terjadi perubahan arus sangat besar pada perubahan
tegangan yang sangat kecil. Daya dan arus maksimum dioda zener perlu diperhatikan agar
tidak rusak akibat perubahan arus yang besar.
Pada rangkaian sumber tegangan biasanya tegangan keluaran dc akan berubah jika
beban yang terpasang berubah. Cara sederhana untuk menstabilkan tegangan DC adalah
dengan memasang dioda Zener. Jika tegangan keluaran berubah diatas tegangan zener, maka
dioda zener akan mempertahankan pada tegangan dadalnya.

12
3. Peralatan dan Bahan
1. 1 buah Sumber Tegangan DC
2. 2 buah Multimeter
3. 1 buah Papan Percobaan Elektronika
4. 1 buah resistor 220 ohm
5. 1 buah dioda zener

4. Diagram Rangkaian

Gb.3.2 Dioda Zener bias maju Gb. 3.3 Dioda Zener Bias mundur

Gb. 3.4 Diagram Rangkaian Dioda Zener sebagai Penstabil Tegangan

5. Langkah Percobaan

1. Rangkailah dioda zener seperti pada gambar 3.2 dengan Dioda Zener 7.5 V
2. Pastikan Posisi range alat ukur sudah benar sesuai dengan fungsinya dan catu daya
pada kondisi minimum.

13
3. Hidupkan Catu daya, naikkan tegangannya perlahan lahan, ukur tegangan dan arus
dioda zener dan catat pada tabel 3.1.
4. Ubah rangkaian dioda zener seperti pada gambar 3.3
5. Naikkan tegangan catu daya, ukur tegangan dan arus dioda zener dan catat pada tabel
3.2.
6. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3.4.
7. Atur tegangan catu pada tegangan 8 V dan ukur tegangan beban.
8. Naikkan tegangan menjadi 15 Volt dan ukur tegangan beban.
9. Naikkan tegangan menjadi 20 Volt dan ukur tegangan beban.
10. Ganti RL menjadi 1 KΩ
11. Ulangi langkah 7 s.d 9

6. Tabulasi Data
Tabel. 3.1 Dioda Zener Bias Maju
Vs(V) 0,2 0.4 0.6 1 5 10 15 20
If[mA]
Vf[ V ]

Tabel 3.2 Dioda Zener bias mundur


Vs(V) 0,2 0.4 0.6 1 5 10 15 20
If[mA]
Vf[ V ]

7. Tugas dan Pertanyaan.


1. Gambarkan Karaktersitik Dioda Zener pada kertas grafik.
2. Tentukan berapa tegangan breakdown masing – masing dioda.
3. Buatlah Tabel untuk percobaan dioda zener sebagai penstabil tegangan

14
PERCOBAAN 04
PENYEARAH

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat :
1. Merangkai Penyearah Setengah Gelombang dan Gelombang Penuh
2. Menggambar sinyal keluaran penyearah tanpa beban dan berbeban , tanpa dan
dengan tapis
3. Dapat menggambarkan garis beban dioda

2. Teori Pendukung
2.1 Transformator

Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah alat untuk mentransfer
energi listrik dari sisi primer ke sekunder dengan perubahan tegangan pada frekuensi yang
sama. Perubahan tegangan tersebut dapat berupa menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke
12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.

Transformator yang berfungsi sebagai penaik tegangan disebut dengan transformator step-up.
Transformator step-up memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer.
Transformator yang berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator step-down.
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer.

Tranformator ideal adalah transformator yang rugi ruginya nol, artinya daya pada belitan
primer sama dengan daya dibelitan sekunder. Dalam kondisi trafo tanpa beban, hubungan
antara tegangan primer dan sekunder dengan jumlah belitan primer dan sekunder berlaku
persamaan sebagai berikut :

2.2 Penyearah

Penggunaan dioda yang paling umum adalah sebagai penyearah. Penyearah adalah suatu
rangkaian yang berfungsi untuk mengubah tegangan AC menjadi Tegangan DC. Penyearah

15
dengan dioda mengikuti sifat dioda yang akan menghantar saat dibias maju dan tidak
konduksi saat dibias mundur.

Ada dua jenis rangkaian penyearah dengan menggunakan dioda yaitu Penyearah Setengah
Gelombang dan Penyearah gelombang penuh.Gambar 4.1 menunjukkan diagram rangkaian
penyearah setengah gelombang. Transformator Step-down digunakan untuk menurunkan
tegangan dari 220 V menjadi 6 Volt. Pada penyearah setengah gelombang periode positif
dioda akan mendapat bias maju sedangkan pada setengah periode negatif akan mendapat bias
mundur, Hal ini akan menyebabkan tegangan beban RL merupakan sinyal setengah
gelombang.

Gambar 4.1 Penyearah Setengah Gelombang

Tegangan keluaran Hasil Penyearah setengah gelombang penuh VDC = Vm/π. Antara sinyal
masukan dan sinyal keluar mempunyai periode yang sama sehingga frekwensi keluaran sama
dengan frekwensi masukan.

Dengan menggunakan dua buah dioda dan sebuah transformator CT ( transformator dengan
cabang tengah ) suatu rangkaian penyearah gelombang penuh akan didapat.

Gambar 4.2 Penyearah Gelombang Penuh Dengan Trafo CT

Pada saat a positif D1 akan konduksi dan arus akan mengalir ke beban melalui D1, pada
siklus berikutnya, saat a negatif dan b positif, D2 akan konduksi dan arus akan mengalir
melalui D2. Harga rata – rata tegangan DC gelombang penuh VDC = 2 Vm/ π . Frekwensi
16
yang dihasilkan adalah dua kali frekwensi masukan sebab setiap satu gelombang
menghasilkan dua puncak gelombang positif.

Jika transformator tidak mempunyai cabang tengah dan diperlukan gelombang penuh, maka
dapat digunakan rangkaian dioda dengan sistem jembatan.

Gambar 4.3 Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan

Tegangan output DC dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Dimana Vout untuk 0 <= t<= T dengan frekwensi 1/T dan ω=2πf

Dalam rangkaian penyearah, tegangan DC yang dihasilkan mengandung riak. Untuk


menghasilkan tegangan DC yang rata diperlukan penapis untuk mengurangi tegangan riak.
Komponen – komponen yang dapat digunakan sebagai tapis adalah komponen – komponen
reaktif ( L dan C ). Induktor mempunyai sifat sebagai penahan sinyal AC sedangkan
kapasitor mempunyai sifat sebagai pelolos (pass ) untuk sinyal AC , sehingga untuk

17
menghasilkan sinyal DC yang baik dapat dibuat rangkaian penapis dengan menggunakan
induktor, kapasitor atau gabungan keduanya.

Gambar 4.4 Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan Dengan Tapis

Gambar 4.5 Tegangan keluaran penyearah gelombang penuh dengan tapis

Penapis kapasitor berdasarkan deteksi puncak, artinya pada saat gelombang masukan menuju
dari nol maka dioda akan dibias maju, pada saat ini kapasitor akan diisi muatan hingga
tegangan puncak tercapai. Pada saat gelombang menuju negatif , maka dioda akan dibias
mundur, karena kapasitor akan mempertahankan tegangan maksimumnya, muatan akan
dilewatkan menuju resistansi beban dan akan terisi lagi saat tegangan puncak berikutnya.
Tegangan Output setelah Filter dapat dihitung dengan persamaan berikut :

3. Peralatan dan bahan


1. Osciloskop 1 buah
2. Multimeter 2 buah
3. Transformator 220 V / 9 V CT 1 buah
4. Dioda Silikon IN 4007 4 buah
5. Resistor 470 Ω , 1 KΩ , 2K2Ω 1 buah
6. Kabel Jumper

18
4. Diagram Rangkaian

Gb. 4.4 Penyearah Setengah Gelombang

Gb. 4.5. Penyearah Gelombang Penuh Dengan Trafo CT

Gb. 4.6 Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan

Gb. 4.7 Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan Dengan


Penapis Kapasitor

19
5. Langkah Percobaan
5.1. Penyearah Setengah Gelombang
1. Rangkailah dioda seperti pada gambar 4.4 dengan RL = 470Ω
2. Dengan menggunakan multimeter Ukurlah arus dan tegangan beban . Catat hasil
pengukuran ke tabel 4.1.
3. Dengan menggunakan ascilliscope amati dan gambar pada kertas grafik bentuk
gelombang sekunder trafo dan tegangan beban ,VL
4. Gantilah RL dengan 1 KΩ ulangi langkah 2 dan 3
5. Gantilah RL dengan 2K2 Ω ulangi langkah 2 dan 3

5.2 Penyearah Gelombang Penuh Dengan Trafo CT


1. Rangkailah dioda seperti pada gambar 4.5 dengan RL = 470Ω
2. Dengan menggunakan multimeter Ukurlah arus dan tegangan beban . Catat hasil
pengukuran ke tabel 4.2.
3. Dengan menggunakan ascilliscope amati dan gambar pada kertas grafik bentuk
gelombang sekunder trafo dan tegangan beban ,VL
4. Gantilah RL dengan 1 KΩ ulangi langkah 2 dan 3
5. Gantilah RL dengan 2K2 Ω ulangi langkah 2 dan 3.

5.3 Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan


1. Rangkailah dioda seperti pada gambar 4.6 dengan RL = 470Ω
2. Dengan menggunakan multimeter Ukurlah arus dan tegangan beban . Catat hasil
pengukuran ke tabel 4.3.
3. Dengan menggunakan ascilliscope amati dan gambar pada kertas grafik bentuk
gelombang sekunder trafo dan tegangan beban ,VL
4. Gantilah RL dengan 1 KΩ ulangi langkah 2 dan 3
5. Gantilah RL dengan 2K2 Ω ulangi langkah 2 dan 3.

5.4 Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan


1. Rangkailah dioda seperti pada gambar 4.7 dengan R L = 470Ω dan kapasitor
dengan nilai 100 μF
2. Dengan menggunakan multimeter Ukurlah arus dan tegangan beban . Catat hasil
pengukuran ke tabel 4.4.

20
3. Dengan menggunakan ascilliscope amati dan gambar pada kertas grafik bentuk
gelombang sekunder trafo dan tegangan beban ,VL
4. Gantilah RL dengan 1 KΩ ulangi langkah 2 dan 3
5. Gantilah RL dengan 2K2 Ω ulangi langkah 2 dan 3.
6. Gantikan kapasitor penapir menjadi 470 μF , ulangi langkah 2 sampai 5
7. Gantikan kapasitor penapir menjadi 1000 μF , ulangi langkah 2 sampai 5

6. Lembar Kerja

Tabel. 4.1. Penyearah Setengah Gelombang


Vin [ V ] Beban Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
[Ω] IRL VRL IRL VRL
470
1K
2K2

Tabel 4.2. Penyearah Gelombang Penuh Dengan Trafo CT

Vin [ V ] Beban Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan


[Ω] IRL VRL IRL VRL
470
1K
2K2

Tabel 4.3. Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan

21
Vin [ V ] Beban Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
[Ω] IRL VRL IRL VRL
470
1K
2K2

Tabel 4.4. Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan Dengan Filter

RL
Penapis C Multimeter Osiloskop
[Ω]
470
100 μF
1K
2K2
470
470 μF
1K
2K2
470
1000 μF
1K
2K2

7. Tugas dan Pertanyaan.

1. Hitung arus dan tegangan keluaran rangkaian penyearah setengah gelombang dan
gelombang penuh ?
2. Apa berbedaan tegangan DC yang dihasilkan oleh penyearah setengah gelombang
dan gelombang penuh ?
3. Apa berbedaan tegangan DC yang dihasilkan oleh penyearah gelombang penuh
dengan trafo dan sistem jembatan ?
4. Bagaimana hasil percobaan dan perhitungan arus dan tegangan keluaran penyearah
setengah gelombang dan gelombang penuh ?
5. Bagaimana pengaruh beban pada penyearah setengah gelombang dan gelombang
penuh?
6. Bandingkan besar tegangan keluaran penyearah gelombang penuh tanpa kapasitor
dan dengan kapasitor ?

22
7. Apakah perubahan beban berpengaruh terhadap besarnya tegangan keluaran.?
8. Apakah pengaruh perubahan nilai kapasitor terhadap tegangan keluaran ?
9. Berilah analisa hasil percobaan saudara ?

23
PERCOBAAN 05
PENGALI TEGANGAN

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan prinsip kerja rangkaian pengali tegangan
2. Merangkai rangkaian pengali tegangan
3. Mengukur tegangan hasil pengalian

2. Teori Pendukung
Pengali tegangan ( voltage multiplier ) adalah dua atau lebih penyearah yang
menghasilkan tegangan DC sama dengan perkalian dari tegangan puncak masukan ( 2 Vm, 3
Vm dan seterusnya . Dengan dua rangkaian penyearah puncak akan menghasilkan tegangan 2
kali Vm masukan.

Gambar. 5.1 Dasar Rangkaian Pengganda Tegangan

Pada saat setengah gelombang negatif, D1 akan dibias maju , sedangkan D2 dibias
mundur, hal ini mengakibatkan kapasitor C1 akan terisi sampai tegangan puncak. Pada
setengah gelombang positif , D1 akan dibias mundur dan D2 akan dibias maju. Karena
sumber tegangan dengan kapasitor C1 terhubung seri, maka C2 akan terisi sampai 2 Vm.
Untuk siklus berikutnya , D2 dan C2 akan mempertahankan muatannya, terutama dengan
pemasangan RL yang besar karena akan mempunyai konstata waktu yang besar. Agar
diperoleh pengali tegangan yang dapat menghasilkan tegangan sebesar 3 Vm , 4 Vm dan
seterusnya dapat dipergunakan rangkaian penyearah puncak yang dihubung secara bergantian
sepert pada gambar 5.2.

24
Gambar . 5.2 Pelipat Kali tegangan

Dua penyearah puncak pertama berlaku sebagai pengganda tegangan, pada saat D1 dan
D2 konduksi ( puncak siklus negatif berikutnya ) C3 akan mengisi sampai dengan 2 Vm,
sehingga kalau diukur pada terminal C1 dan C2 akan menghasilkan tegangan sebesar 3 Vm.
Selanjutnya jika diambil dari penjumlahan C2 dan C4 akan menghasilkan tegangan sebesar 4
Vm. Teoritis dapat disusun rangkaian penyearah puncak hingga n buah, segingga dapat
menghasilkan n Vm, tetapi dengan rqangkaian yang banyak akan mengakibatkan pengaturan
tegangan yang buruk, juga perlu dipertimbangkan tegangan jatuh pada masing – masing
dioda.

3. Peralatan dan Bahan


1. 1 buah Osiloskop
2. 2 buah multimμeter
3. 1 buah Transformator CT 220 V/6V CT
4. 4 buah dioda IN 2007
5. 4 buah kapasitor 47 μF/50 V
6. Kabel hubung
7. 1 buah Resistor 1 KΩ , 10 KΩ

25
4. Diagram Rangkaian

Gb. 5.3 Rangkaian Pengganda Tegangan

Gb. 5.4 Rangkaian Pengali multi tegangan

5. Langkah Kerja

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 5.3 dengan RL = 10KΩ, C1 = C2 = 47 μF/50V


2. Ukurlah tegangan masimum masukan ( sekunder transformator ) dengan
oscilloscope . Vmax = .............. Volt
3. Ukurlah tegangan AC ( riak ) pada tegangan keluaran, V riak : ........Vp-P
4. Ukur tegangan DC pada masing – masing kapasitor , VC1 : ...............V,
VC2 : .................Volt.
5. Ukurlah Tegangan DC pada Beban , VRL : ....................Volt.
6. Buatlah rankaian seperti pada gambar 5.4. dengan C1 = C2 = C3 = C4 = 47 μF/50V
7. Pasang beban RL pada titik A – E
8. Ukurlah tegangan maksimum pada titik A – B ( sekunder trafo ),
Vmax : ...............Volt.
9. Dengan menggunakan multimeter ukurlah tegangan pada titik AC , BD dan AE ,
VAC : ...........Volt , VBD : ...............Volt , VAE : ..............Volt.
10. Pindahkan resistor beban ke titik B – F

26
11. Ukur tegangan DC pada titik A-C , B – D, A – E , dan B – F , VAC :……………
Volt , VBD : ………….Volt, VAE : ………...Volt , VBF;………..Volt

6. Tugas dan Pertanyaan.

1. Apakah fungsi masing – masing kapasitor pada rangkaian pengganda tegangan ?


2. Tentukan titik pengukuran yang dapat menghasilkan perbandingan 2 kali , 3 kali
dan 4 kali pada percobaan rangkaian pengali multi tegangan ?
3. Buatlah rangkaian pengali multi tegangan sebanyak 9 kali dari tegangan awal.

27
PERCOBAAN 06
IDENTIFIKASI TRANSISTOR

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat :
1. menentukan jenis transistor ( PNP atau NPN )
2. Menentukan elektroda transistor.

2. Dasar Pendukung

Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga elektroda yaitu Emitor,
Basik dan kolektor, dan terdiri dari dua jenis PNP dan NPN. Fungsi transistor adalah
memperkuat sinyal listrik, sebagai saklar elektronik, atau pemakaian lain. Syarat utama
transistor dapat bekerja adalah jika dibias dengan benar, yaitu base – emitor mendapat bias
maju sedangkan base – kolektor harus dibias mundur.
Untuk menentukan jenis transistor dapat dipergunakan ohm-meter dengan
memanfaatkan batere yang terdapat didalamnya. Cara melakukan pengetesan adalah basis
dihubungkan dengan terminal positif pada ohm meter terminal negatif dihubungkan dengan
emitor dan kolektor secara bergantian. Apabila resistansi yang ditunjukkan ohm meter rendah
maka transistor tersebut jenis NPN. Sebaliknya jika penunjukkan resistansi yang besar dan
posisi terminal dibalik menunjukkan resistansi yang rendah, berarti jenis transistor tersebut
PNP

Gb. 6.1 Identifikasi Elektroda Transistor Menggunakan Ohmmeter

28
3. Peralatan dan Bahan
1. 1 buah Catu Daya DC
2. 2 buah Multimeter
3. 1 buah Transistor : AC 127 , BC 109 , 2N3055 , 2SB56
4. Lampu 12 V/2.2 W

4. Diagram Rangkaian

5. Langkah Percobaan
1. Hubungkan rangkaian seperti pada diagram rangkaian dengan tegangan DC sebesar
6 Volt dan transistor AC 127
2. Ukur harga arus pada setiap rangkaian dan catat pada tabel lembar kerja.
3. Amati kondisi lampu dan catat tabel lembar kerja.
29
4. Ganti transistor jenis yang lain
5. Ulangi langkah 2 dan 3

6. Lembar Kerja
NO Bahan No Diagram Arus Kondisi Jenis
Keterangan
Percobaan Rangkaian [mA] Lampu Transistor
1 AC 127 4–1
4–2
4–3
4–4
4–5
4–6
4–7
4–8
4–9
4 – 10
4 – 11
4 – 12
2 BC 109 4–1
4–2
4–3
4–4
4–5
4–6
4–7
4–8
4–9
4 – 10
4 – 11
4 – 12

NO Bahan No Diagram Arus Kondisi Jenis


Keterangan
Percobaan Rangkaian [mA] Lampu Transistor
3 2N3055 4–1
4–2
4–3
4–4
4–5
4–6
4–7

30
4–8
4–9
4 – 10
4 – 11
4 – 12
4 2SB56 4–1
4–2
4–3
4–4
4–5
4–6
4–7
4–8
4–9
4 – 10
4 – 11
4 – 12

7. Pertanyaan dan Tugas


1. Jelaskan cara menentukan jenis TR dan elektroda TR dengan percobaan dan dengan
tetapan pabrik ?
2. Apa yang terjadi jika transistor mengalami kerusakan ?
3. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan ini ?
4. Berikan contoh pemakaian transistor?
5. Berilah analisa hasil percobaan saudara ?

31
PERCOBAAN 07
KARAKTERISTIK TRANSISTOR

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melaksanakan percobaan mahasiswa dapat :
1. Menggambarkan macam – macam karakteristik transistor emitor bersama
2. Menentukan resistansi masukan , resistansi keluaran dan penguatan arus dari kurva
karakteristik emiter bersama

2. Dasar Pendukung

Karakteristik arus/tegangan sangat berguna untuk mempelajari kerja transistor pada


suatu rangkaian. . Untuk mendapatkan karakteristik ini transistor harus mendapat bias yang
benar.

Gambar 7.1 Rangkaian Untuk Mendapatkan Karakteristik Emitor Bersama

Dalam percobaan ini akan dilakukan pengukuran untuk mendapatkan karakteristik


emitor bersama, yang berupa :
1. Karakteristik masukan
2. Karakteristik transfer
3. Karakteristik keluaran
Karakteristik masukan transistor akan menunjukkan hubungan berubahan arus masuk
terhadap perubahan tegangan masuk dalam hal ini arus basis IB dan Tegangan Basis-emitor
VBE dengan menjaga tegangan keluaran VCE konstan. Masukan dalam hal ini basis, akan
mendapt bias maju ( VBB) sehingga kurva yang terjadi akan sama seperti karakteristik dioda.
32
Kurva ini akan menentukan besarnya resistansi masukan transistor yang besarnya merupakan
perbandingan perubahan tegangan masukan terhadap arus masukan, seperti contoh berikut :
Karakteristik transfer transistor emitor bersama menunjukkan hubungan berubahan arus
keluaran Ic terhadap perubahan arus masukan Ib dengan tegangan masukan dijaga konstan.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tranfer ini dapat dibuat
lebih dari satu kurva yaitu dengan membuat kurva untuk beberapa nilai V CE sehingga
diperoleh gambar sebagai berikut :

Gambar . 7.2 Karakteristik Masukan Transistor Emotor bersama

Dari Kurva transfer ini menunjukan penguatan arus transistor bersama, hfe yaitu
perbandingan antara perubahan arus keluaan terhadap arus masukan

Gambar 7.3 Karakterisrik Transfer Transistor Emitor bersama


Karakteristik keluaran transistor emitor bersama menunjukan hubungan perubahan arus
keluaran IC terhadap perubahan tegangan keluaran VCE dengan menjaga arus masukan IB
33
konstan. Karakteristik ini merupakan sekelompoknkurva yang dihasilkan dari beberapa nilai
IB , sehingga dari kurva kurva ini dapat ditentukan resistansi keluaran transistor emitor
bersama. Bahkan dengan menentukan nilai tertentu dari VCE dalam kurva , dapat pula
ditentukan nilai penguatan arusnya.

Gambar 7.4 Karakterisrik Keluaran Transistor Emitor bersama

3. Peralatan dan Bahan


1. 1 buah catu daya DC
2. 2 buah multimeter
3. 1 buah papan percobaan
4. 1 buah tahanan 1k5Ω ,
5. 1 buah potensiometer 220 KΩ

4. Diagram Rangkaian

Gambar7.5 Diagram Rangkaian Karakteristik Masukan Transistor Emitor bersama

34
Gambar 7.6. Diagram Rangkaian Karakterisrik Transfer Transistor Emitor bersama

Gambar 7.7 Karakterisrik Keluaran Transistor Emitor bersama

5. Langkah Percobaan
5.1 Karakteristik Masukan Transistor Emtor bersama
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 7.5. dengan P1 = 220 KΩ dan transistor
BD130.
2. Pastikan posisi multimeter pada posisi yang benar dengan range yang telah
disesuaikan , serta potensiometer P1 pada posisi minimum.
3. Atur tegangan catu daya 6 V. Atur P1 sehingga VBE menunjukkan harga 0.1 V
4. Baca dan catat arus basis pada Tabel 7.1.1
5. Baikkan VBE dengan memutar potensiometer P1 untuk harga sesuai tabel 7.1.1 .
baca dan catat Ib pada tabel 7.1.1
6. Atur tegangan catu daya pada tegangan 9 V
7. Atur P1 sehingga VBE menunjukkan harga 0.1 V , baca dan catat arus basis pada
Tabel 7.1.2
35
8. Baikkan VBE dengan memutar potensiometer P1 untuk harga sesuai tabel 7.1.1 .
baca dan catat Ib pada tabel 7.1.2
9. Setelah selesai matikan semua peralatan.
5.2. Karakterisrik Transfer Transistor Emitor bersama
1. Susunlah Rangkaian seperti pada gambar 7.6 , dengan P1 = 220 KΩ dan transistor
BD130. potensiometer pada posisi minimum.
2. Atur tegangan catu daya 6 V.
3. Atur potensiometer P1 , sehingga arus basis menunjukkan 0.2 mA, Baca
penunjukan Arus kolektor dan catat dalam tabel 7.2.1
4. Naikkan harga arus basis dengan mengatur P1 sesuai dengan tabel 7.2.1 Catat
penunjukan arus kolektor untuk setiap langkah dan masukkan dalam table 7.2.1
5. Kembalikan potensiometer pada posisi semula.
6. Atur tegangan catu daya 9 V.
7. Ulangi langkah 4 s.d 6 catat pada tabel 7.2.2
8. setelah selesai matikan semua peralatan.
5.3 Karakterisrik Keluaran Transistor Emitor bersama
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 7.7. P1 dan P2 pada posisi minimum.
2. Atur tegangan catu daya 9 V
3. Atur potensiometer P1 sehingga arus basis menunjuk 10 μA
4. Atur potensiomeet P2 sehingga VCE menunjuk 0.5 Volt, 0.75 Volt dan seterusnya
sesuai tabel 7.3 dan catat penunjukkan arus kolektor untuk setiap langkah ke dalam
tabel 7.3 . Ib dijaga konstan dengan mengatur potensiometer P1.
5. Atur potensiometer P2 pada posisi minimum kembali.
6. Ulangi langkah 4 s.d. 6 untuk harga arus IB = 20 μA , Ib = 30 μA dan 40 μA.
7. Kembalikan posisi semua potensiometer dan catu daya pada posisi minimum.
8. Setelah selesai matikan semua alat.
1. Lembar Kerja
Tabel 7.1 .1
VCE = 6 V
VBE [ V ] 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
IB [ mA ]

Tabel.7.1.2
36
VCE = 9 V
VBE [ V ] 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
IB [ mA ]

Tabel. 7.2.1
VCE = 6 V
IB [ mA ] 0.2 0.4 0.6 1 1.4 1.8 2.2
IC [ mA ]

Tabel 7.2.2
VCE = 9 V
IB [ mA ] 0.2 0.4 0.6 1 1.4 1.8 2.2
IC [ mA ]

Tabel 7.3
IB [ mA ] VCE [V] 0.25 0.5 0.75 1 1.5 2 3 4 6 8
10 IC [ mA ]
20 IC [ mA ]
30 IC [ mA ]
40 IC [ mA ]

7. Pertanyaan dan Tugas


1. Gambarkan karakteristik masukan , transfer dan karakteristik keluaran dari
transistor konfigurasi emitor bersama.
2. Tentukan nilai resistansi masukan dari kurva karakteristik masukan
3. Tentukan nilai penguatan arus transistor dari kurva karaktersitik transfer.
4. Tentukan nilai resistansi keluaran dari kurva karakteristik keluaran.

37
PERCOBAAN 08
APLIKASI TRANSISTOR

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melaksanakan percobaan mahasiswa dapat :
1. Membuat aplikasi transistor dalam rangkaian peka cahaya
2. Membuat aplikasi transistor dalam pengukuran atau pemantauan temperatur.
3. Membuat aplikasi transistor untuk rangkaian waktu tunda..

2. Dasar Pendukung

Dengan mempelajari karakteristik transistor ,maka transistor dapat dioperasikan dalam


berbagai keperluan , misalnya digunakan sebagai pengontrol atau atau dapat juga sebagai
penguat. Tentuan hal ini tidak lepas dari sistem pemberian bias pada transistor tersebut.
Dalam sistem pembiasan transistor , hal yang perlu diperhatikan adalah antara base emitor
harus mendapat bias maju sedangkan antara kolektor basis mendapat bias mundur.
Dalam percobaan ini transistor akan digunakan untuk mengendalikan lampu atau alat
yang membutuhkan arus ckup besar,sedangkan masukkanya adalah transduser yang berubah
resistansinya apabila mendapat perubahan besaran . Transduser yang digunakan adalah LDR
yaitu transduser yang akan berubah resistansinya bila cahaya yang mengenainya berubah, dan
NTC yaitu transduser yang berubah nilai resistansinya jika panas yang mengenainya berubah.
Transduser transduser ini akan berfungsi sebagai pengatur arus basis, sehingga dengan
berubahan arus basis kecil akan dapat mengakibatkan perubahan arus kolektor yang cukup
besar.
Pada saat nilai rsistansi transduser besar , maka pada basis transistor akan mendapat
tegangan yang relatif kecil, sehingga transistor dalam kondisi mati, arus kolektor yang
mengalir sangat kecil sehingga lampu/beban tidak mendapat tegangan. Pada saat rsistansi
transduser kecil, pembagi tegangan pada basis akan menghasilkan tegangan maju yang cukup
untuk menghidupkan transistor, karena arus basis yang cukup besar maka transistor ” ON ” ,
akibatnya arus kolektor mengalir dan mengakibatkan lampu beban mendapat tegangan.
Faktor – faktor yang harus diperhatikan adalah perbedaan resistansi pada transduser dan
resistor pembagi tegangan harus cukup menghasilkan arus yang mampu mendorong transistor
pada kondisi ” ON ” dan arus kolektor yang mengalir maksimum.

38
3. Peralatan dan Bahan
1. 1 buah catu daya DC
2. 2 buah multimeter
3. 1 buah papan percobaan
4. 1 buah Transistor BD130 dan BC 56
5. 1 buah tahanan 47Ω , 10Ω, 47kΩ , 100 KΩ
6. 2 buah kapasitor 100μF , 470 μF
7. kabel hubung

4. Diagram Rangkaian

Gambar8.1 Rangkaian Pendeteksi Cahaya

Gambar 8.2 Diagram Rangkaian Pemantau Temperatur

39
Gambar 8.3 Diagram Rangkaian Saklar Waktu

5. Langkah Percobaan
5.1 Rangkaian Pendeteksi Cahaya
1. Susunanlah rangkaian seperti pada gambar 8.1.
2. Atur tegangan catu daya 9 Volt.
3. Ukur Tegangan basis VBE dan tegangan kolektor VCE saat lampu mati
4. Siapkan lampu pijar , hubungkan dengan sumber tegangan sampai menyala.
5. Dekatkan lampu dengan tesebut dengan LDR , sampai lampu beban menyala.
6. Ukurlah kembali tegangan basis dan tegangan kolektor
7. Amati kerja rangkaian gb. 8.1 . setelah itu matikan sumber tegangan.

5.2 Rangkaian Pemantau Temperatur


1. Rakitlah rangkaian seperti pada gambar 8.2
2. Atur tegangan catu daya 9 V.
3. Atur Ukur Tegangan basis VBE dan tegangan kolektor VCE saat lampu mati
4. Siapkan solder daya rendah 20/25 W
5. Panaskan NTC sampai lampu menyala
6. Ukur kembali Tegangan basis VBE dan tegangan kolektor VCE
7. Amati kerja rangkaian gb. 8.1 . setelah itu matikan sumber tegangan

40
5.3. Saklar Waktu
1. Rakitlah rangkaian seperti pada gambar 8.3
2. Atur tegangan catu daya 9 V.
3. Siapkan Stopwatch untuk mengukur waktu.
4. Untuk R : 47 KΩdan C : 100μF ukurlah waktu antara saklar ditekan dengan lampu
menyala
5. Ulangi langkah 4 untuk 47KΩ dan C : 470μF , 100KΩ dan C : 100μF , 100 KΩd an
C : 470μF
6. Catat hasil dalam tabel 8.1
7. Kembalikan potensiometer pada posisi semula.
8. Atur tegangan catu daya 9 V.
9. Ulangi langkah 4 s.d 6 catat pada tabel 7.2.2
10. setelah selesai matikan semua peralatan.

6. Lembar Kerja
Tabel 8 .1
Waktu [ detik ]
Kapasitor [μF ]
R : 47KΩ R : 100KΩ
100
470

7. Pertanyaan dan Tugas


1. Terangkan cara kerja dari rangkaian percobaan alarm peka cahaya dan percobaan
pemantau temperatur ?
2. Pada percobaan saklar waktu mengapa lampu menyala secara periodik ?
3. Bagaimana hubungan antara waktu tunda dan pemasangan kombinasi RC?
4. Beri analisa hasil percobaan saudara
5. Berikan Kesimpulan

41
PERCOBAAN 09
GERBANG LOGIKA DIGITAL

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah selesai melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Merangkai gerbang logika dasar
2. Menentukan tabel kebenaran dari gerbang logika dasar
3. Membuat fungsi logika dengan gerbang NAND

2. Dasar Pendukung

Teknologi digital hampir digunakan dalam setiap sistem rangkaian dan menggantikan
teknologi analog. Hal ini disebabkan karena teknologi digital lebih sederhana , hanya
mengenal dua keadaan saja yaitu ” 1 ” dan keadan ” 0 ”. Didalam rangkaian keadaan ” 1 ” dan
keadan ” 0 ” ini ditentukan dengan rentang besaran tegangan tertentu. Keadaan ” 1 ” berkisar
antara 2.4 Volt sampai dengan 5 Volt., sedangkan keadaan ” 0 ” berkisar antara 0.8 Volt
sampai dengan 0 Volt.
Komponen digital dasar disebut dengan gerbang ( gate ). Ada 3 gerbang dasar yaitu
AND , OR dan NOT . Gerbang gerbang ini akan menghasilkan logik-1 atau logik-0 pada
sinyal keluaran ( output ) jika syarat syarat logik input terpenuhi.
Rangkaian terpadu ( IC ) adalah kristal semikonduktor silikon kecil, yang dinamakan
chip. IC berisi komponen elektronik seperti transistor , dioda , resistor dan kapasitor.
Komponen yang bermacam – macam tersebut dirangkai dalam chip untuk membentuk suatu
rangkaian digital elektronik atau rangkaian logika.
Paket IC ada 2 macam yaitu paket rata/flat dan paket dual-in-line ( DIP ). DIP banyak
digunakan karena harga yang murah dan mudah dipasang pada papan rangkaian. Gambar 8.1
memperlihatkan skematik gerbang AND. Dalam IC 7408 ini terdapat empat buah gerbang
AND yang dikemas dalam 14-PIN . Pin 14 dihungkan dengan sumber tegangan positif dan
Pin 7 dihubungkan dengan sumber tegangan negatif.

42
Gambar 9.1 Skematik Gerbang AND

3. Peralatan dan Bahan


1. 2 buah IC 7400 , IC 7408 , 7432
2. 2 buah Resistor 10 KΩ , 470 Ω
3. 1 buah Catu daya DC
4. Kabel Jumper secukupnya
5. 1 buah Proto Board
6. 2 buah DIP switch
7. 4 buah LED

4. Diagram Rangkaian

Gambar 9.2 Diagram Percobaan gerbang AND

43
5. Langkah Kerja

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 9.2.


2. Masukkan Input sesuai dengan tabel dan catat hasilnya.
3. Ukur tegangan output untuk setiap langkah percobaan
4. Ulangi langkah percobaan tersebut di atas untuk IC 7400 dan IC 7032
5. Rancang dan bangunlah sebuah aplikasi rangkaian logika.

6. Lembar Kerja

Tabel 9.1 IC. 7400

Saklar Input Output


Keadaan Led Keterangan
S1 S2 X Y Z
Buka Buka
Buka Tutup
Tutup Buka
Tutup Tutup

Tabel 9.1 IC. 7408

Saklar Input Output


Keadaan Led Keterangan
S1 S2 X Y Z
Buka Buka
Buka Tutup
Tutup Buka
Tutup Tutup

Tabel 9.1 IC. 7432

Saklar Input Output


Keadaan Led Keterangan
S1 S2 X Y Z
Buka Buka
Buka Tutup
Tutup Buka
Tutup Tutup

44
7. Pertanyaan dan Tugas
1. Bagaimana fungsi IC 7408 , 7400 , 7432
2. Jelaskan gerbang NAND dan NOR ditinjau dari gerbang dasar
3. Jelaskan cara menentukan urutan kaki kaki IC no 1 s/d 14

45
PERCOBAAN 10
PERAGA 7-SEGMEN

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah selesai melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan fungsi Dekode BCD ke 7 segmen.
2. Merangkai dekoder deng peraga 7 segmen.
3. Membuat tabel kebenaran dekoder BCD ke 7_Segmen

2. Dasar Pendukung

Pemecah Sandi (Decoder) merupakan suatu rangkaian logika terintegrasi ( IC ) yang


berfungsi untuk menampilkan kode-kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat ditanggapi
secara visual. Sesuai dengan ragam cara penyandian, maka dapat dijumpai beragam tipe
dekoder, yang salah satu diantaranya dekoder BCD ke bilangan desimal . IC 7447 adalah
dekoder BCD ke 7 segmen, Dekoder yang akan dipelajari dalam percobaan ini mempunyai 4
saluran masukan, dan 7 saluran keluaran.. IC 7447 mempunyai 4 input yaitu pin 1,2,3 dan pin
4 untuk digit BCD. Input D adalah input dengan bobot tertinggi dan input A adalah input
dengan bobot terendah.

Gambar 9.1 bentuk Fisik IC 7447 dan penandaan pin

Peraga 7 segmen adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menampilkan


bilangan desimal dari 1 sampai dengan 9. Peraga 7 segmen pada dasarnya adalah konfigurasi
LED yang disusun sedemikian rupa sehingga nyala dari LED tersebut dapat membentuk
46
karakter angka desimal. Struktur tampilan dari peraga/penampil tujuh segmen tersebut diberi
label dari a sampai g yang dapat menampilkan 10 karakter bilangan desimal pertama dari 0
sampai 9. Konstruksi dari penampil tujuh segmen ditunjukan pada gambar 10.2. Pada
umumnya 7 segmen menerima input dari keluaran dekoder BCD ke 7 segmen.

Gambar 9.2 Bentuk Fisik dan Hubungan Pin 7 Segmen

3. Peralatan dan Bahan


1. IC 7447 1 buah
2. Peraga 7-segmen 1 buah
3. Catu daya DC
4. Kabel Jumper
5. Proto Board

4. Diagram Rangkaian

Gambar 10.1 Diagram Rangkaian Dekoder ke 7_segmen

47
5. Langkah Kerja

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10.1.


2. Masukkan Input sesuai dengan tabel 10.1 dan catat hasilnya.

6. Lembar Kerja

Tabel 10.1

INPUT OUTPUT

NO LT RBI D C B A a b c d e f g TAMPILAN

1 1 1 0 0 0 0
2 1 1 0 0 0 1
3 1 1 0 0 1 0
4 1 1 0 0 1 1
5 1 1 0 1 0 0
6 1 1 0 1 0 1
7 1 1 0 1 1 0
8 1 1 0 1 1 1
9 1 1 1 0 0 0
10 1 1 1 0 0 1
11 1 1 1 0 1 0
12 1 1 1 0 1 1
13 1 1 1 1 0 0
14 1 1 1 1 0 1
15 1 1 1 1 1 0
16 1 1 1 1 1 1
17 1 0 0 0 0 0
18 1 0 0 0 1 0
19 1 0 0 0 1 1
20 1 0 0 1 0 0
21 1 0 0 1 0 1
22 0 1 0 0 0 0
23 0 1 0 0 1 0
24 0 1 0 0 1 1
25 0 1 0 1 0 0
26 0 1 0 1 0 1

48
7. Pertanyaan dan Tugas
1. Apakah fungsi IC 7447 dan IC 7448
2. Ada berapa macam jenis peraga 7-segmen jelaskan
3. Berilah analisa hasil percobaan sudara

49
PERCOBAAN 11
FLIP - FLOP

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah selesai melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Merangkai Flip-flop dengan ANDN dan NOR gate
2. Menjelaskan cara kerja Flip-Flop
3. Membuat tabel kebenaran Flip-Flop

2. Dasar Prndukung

Rangkaian kombinasional adalah rangkaian digital yang output – outputnya pada setiap saat
tertentu tergantung penuh pada nilai input – inputnya. Pada umumnya sistem digital memiliki
rangkaian – rangkaian kombinasional dan juga mempunyai elemen pengingat. Elemen
pengingat adalah perangkat yang mampu menyimpan informasi biner didalamnya. Informasi
biner yang disimpan dalam elemen memori pada waktu tertentu menentukan keadaan ( ” state
” ) dari rangkaian tersebut.

Rangkaian sequential adalah rangkaian kombinasional yang mempunyai elemen pengingat.


Rangkaian sequential menerima informasi biner dari external input. Input input ini bersama –
sama dengan keadaan saat itu ” present state ” dari elemen memori menentukan nilai biner
pada terminal output.

Elemen pengingat yang digunakan pada rangkaian sequential adalah ” FLIP-FLOP” disingkat
FF. FF adalah rangkaian logika dengan dua output, yang mana kedua putput tersebut
kebalikan satu dengan yang lain. Gambar 11.1 menunjukkan simbol umum Flip_flop .

Gambar 11.1 Simbol umum FF

50
Ada beberapa bermacam – macam jenis flip-flop, flip-flop dari gate, S-R flip-flop , D flip-flop
, J-K flip-flop. Perbedaan – perbedaan utama di antara jenis FF adalah dalam jumlah input
yang dimilikinya dan cara dimana input-inputnya mempengaruhi keadaan binernya.

3. Peralatan dan Bahan


1. 2 buah IC 7402 , 7400
2. 2 buah LED
3. 2 buah Resistor 470 ohm
4. 1 buah Catu daya DC
5. Kabel Jumper
6. 1 buah Proto Board

4. Diagram Rangkaian

Gambar.11.2 Rangkaian FF dasar dengan gerbang NOR

Gambar 11.3 Rangkaian Clocked RS Flip-Flop

51
5. Langkah Kerja

1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 11.2 di atas.


2. Masukkan Input sesuai dengan tabel 11.1 dan catat hasilnya.
3. Ulangi langkah percobaan tersebut di atas dengann gerbang NAND
4. Susunlah rangkian seperti pada gambar 11.3
5. Masukkan Input sesuai dengan tabel 11.2 dan catat hasilnya.

6. Lembar Kerja

Tabel 11.1

S R Q Q

1 0
0 0
0 1
0 0
1 1

Tabel 11.2

E S R Q Q

0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1

52
7. Pertanyaan dan Tugas
1. Pada keadaan input-input yang bagaimanakah pada rangkaian 11.1 tidak berfungsi
sebagai FF
2. Jelaskan fungsi Enable pada rangkaian 11.2
3. Berilah analisa hasil percobaan saudara

53
PERCOBAAN 12
PEMBANGKIT CLOCK PULSE

1. TUJUAN
Setelah selesai melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Memahami Rangkaian terpadu 555
2. Merancang rangkaian penghasil pulsa Monostabel
3. Merancang rangkaian Astable-Multivibrator

2. Teori Pendukung

Rangkaian clock merupakan suatu rangkaian yang menghasilkan output berlogika 1 dan 0
secara bergantian dengan interval dan jeda waktu yang telah ditentukan. Sehingga sering disebut
rangkaian penghasil gelombang kotak. Rangkaian ini menggunakan IC 555 sebagai otak dari
rangkaiannya, dan juga sering disebut dengan ic flip-flop. komponen lainnya dari rangkaian
ini adalah resistor dan kapasitornya, dimana komponen ini yang akan menentukan frekuensi dari output
rangkaian IC 555 ini.

IC 555 atau IC Pewaktu adalah jenis IC yang digunakan untuk berbagai Rangkaian
Elektronika yang memerlukan fungsi Pewaktu dan multivibrator didalamnya. Beberapa
rangkaian yang memerlukan IC Timer diantaranya seperti Waveform Generator, Frequency
Meter, Jam Digital, Counter dan lain sebagainya. IC Timer atau IC Pewaktu yang paling
populer saat ini adalah IC 555 yang dikembangkan oleh Hans R. Camenzind yang bekerja
untuk Signetic Corporation pada tahun 1970-an. Pada dasarnya, IC Timer 555 merupakan IC
Monolitik pewaktu yang menghasilkan Osilasi (Oscilation) dan Waktu Penundaan (Delay
Time) dengan keakuratan dan kestabilan tinggi.

54
Gambar 10.1 Konfigurasi kaki IC 555

Susunan dan konfigurasi Kaki IC 555


1. Kaki 1 (GND) : Terminal Ground atau Terminal Negatif sumber tegangan DC.
2. Kaki 2 (TRIG) : Terminal Trigger (Pemicu), digunakan untuk memicu Output
menjadi “High”, kondisi High akan terjadi apabila level tegangan pada kaki Trigger
ini berubah dari High menuju ke <1/3Vcc (Lebih kecil dari 1/3Vcc).
3. Kaki 3 (OUT) : Terminal Output (Keluaran) yang memiliki 2 keadaan yaitu
“Tinggi/HIgh” dan “Rendah/Low”.
4. Kaki 4 (RESET) : Terminal Reset. Apabila kaki 4 digroundkan, Output IC akan
menjadi rendah dan menyebabkan perangkat ini menjadi OFF. Oleh karena itu, untuk
memastikan IC dalam kondisi ON, Kaki 4 biasanya diberikan sinyal “High”.
5. Kaki 5 (CONT) : Terminal Control Voltage (Pengatur Tegangan), memberikan akses
terhadap pembagi tegangan internal. Secara default, tegangan yang ditentukan adalah
2/3 Vcc.
6. Kaki 6 (THRES) : Terminal Threshold, digunakan untuk membuat Output menjadi
“Low”. Kondisi “Low” pada Output ini akan terjadi apabila Kaki 6 atau Kaki
Threshold ini berubah dari Low menuju > 1/3Vcc (lebih besar dari 1/3Vcc).
7. Kaki 7 (DISCH) : Terminal Discharge. Pada saat Output “Low”, Impedansi kaki 7
adalah “Low”. Sedangkan pada saat Output “High”, Impedansi kaki 7 adalah “High”.
Kaki Discharge ini biasanya dihubungkan dengan Kapasitor yang berfungsi sebagai

55
penentu interval pewaktuan. Kapasitor akan mengisi dan membuang muatan seiring
dengan impedansi pada kaki 7. Waktu pembuangan muatan inilah yang menentukan
Interval Pewaktuan dari IC555.
8. Kaki 8 (Vcc) : Terminal Positif sumber tegangan DC (sekitar 4,5V atau 16V).

4. Peralatan dan Bahan

1. IC 555 1 buah 9 Capasitor 100 mikroF1 buah


2. Resistor: 10K ohm 2 buah 10 Capasitor ELCO 10 UF 1 buah
3. Resistor: 1K ohm 2 buah 11 Capasitor ELCO 0.01 UF 1 buah
4. Resistor: 150K ohm 1 buah 12 LED merah 1 buah
5. Resistor: 390 ohm 2 buah 13 LED hijau 1 buah
6. Resistor : 330 ohm 1 buah 14 Proto Board 1 buah
7. Catu daya DC 1 buah 15 Kabel Jumpe
8. Capasitor 1 nF 1 buah

4. Diagram Rangkaian

Gambar 10.2 IC 555 tester

56
Gambar 10.3 Astable Multivibrator

5. Langkah Kerja

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10.2


2. Amati dan catat keadaan D1 dan D2
3. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10.3
4. Amati dan catat keadaan D4
5. Berapa besarnya periode sinyal pada D4 saat on dan saat off

57
PERCOBAAN 13
PENCACAH

1. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah selesai melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Merangkai 4-bit binary up synchronous pencacah
2. Menjelaskan 4-bit binary up synchronous pencacah
3. Membuat diagram waktu 4-bit binary up synchronous pencacah.

2. Dasar Pendukung
Rangkaian berurutan ( sequential circuit ) yang beroperasi melalui urutan kondisi
tertentu berdasarkan aplikasi dari pulsa – pulsa inputnya dinamakan ” Pencacah ”
( Pencacah ). Pulsa – pulsa input tersebut dinamakan pulsa penghitung, pulsa ini dapat berupa
pulsa waktu atau sumber luar yang lain dan bisa terjadi pada interval waktu tertentu atau
random.
Pencacah yang mengikuti urutan biner dinamakan pencacah biner. Pencacah biner
dibangun dengan menggunakan FF. Pencacah biner n-bit terdiri dari n flip-flop dan dapat
menghitung dalam biner dari 0 ke 2n-1.
JK FLIP-FLOP dapat digunakan untuk membangun sebuah pencacah. IC 7476 terdiri
atas dua buah Flip flop JK master-slave dengan Preset dan Clear. Penandaan pin ditunjukkan
pada gambar 12.1 . , sedangkan tabel kebenaran ditunjukan pada tabel 12.1.

Gambar 12.1 Diagram skematik IC 7476

58
Tabel 12.1 Fungsi IC 7476 dual JK master –slave flip-flop

INPUT OUTPUT

Preset Clear CLOCK J Q Q'


K
0 1 X X X 1 0
1 0 X X X 0 1
0 0 X X X 1 1
1 1 0 0 NO CHANGE

1 1 0 1 0 1

1 1 1 0 1 0

1 1 1 1 TOGGLE

Tiga input pertama pada tabel 12.2 menunjukan operasi Preset dan Clear. Input – input
ini tidak terpengaruh oleh keadaan Clock ataupun input pada J dan K , tanda X menunjukan
kondisi tidak berpengaruh. Keempat input berikutnya menunjukkan operasi clock dengan
mempertahan kondisi Preset dan Clear pada logik ’ 1 ’. Positif transisi dari clock mengubah
FF. Jika J=K = 0 , maka tidak ada perubahan output. Flip-Flop akan berfungsi seperti saklar
toggel, bila J=K = 1.

3. Peralatan dan Bahan


1. 2 buah IC 7476 , IC 555
2. 3 buah Resistor: 10K ohm
3. 5 buah Resistor : 470 ohm
4. 1 buah Catu daya DC
5. 3 buah Capasitor Elektrolit
6. 5 buah LED
7. 1 buah Dioda IN4002
8. Kabel Jumper secukupnya
9. 1 buah Proto Board

59
4. Diagram Rangkaian

Gambar 12.2

5. Langkah Kerja

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 12.2


2. Masukan data seperti pada table 12.2
3. Amati dan catat keadaan L1 , L2 , L3 dan L4 pada tabel 12.2

6. Lembar Kerja

Tabel 12.2

60
7. Pertanyaan dan Tugas
1. Apakah fungsi CLR
2. Pada clock berapa tampilan menunjukan angka 6
3. Berilah analisa hasil percobaan saudara .

61
PERCOBAAN 13
PROJEK AKHIR

1. Buatlah rangkaian pencacah yang di rancang dengan menggunakan IC 555 sebagai


pembangkit clock , JK flip flop sebagai shift register dan 7 segmen sebagai tampilan.
2. Rancanglah rangkaian reset rangkaian pencacah pada soal no 1, sehingga setelah angka
sembilan, maka pencacah akan kembali ke angka “ 0 “

62
DAFTAR PUSTAKA

A. Hodges, David, G. Jackson, Horace, dan H. Nasution, Sofyan, 1987, Analisis dan Desain
Rangkaian Terpadu Digital, Penerbit Erlangga, Jakarta

C. Lee, Samuel, dan Sutisno, 1994, Rangkaian Digital dan Rancangan Logika,Penerbit
Erlangga, Jakarta

Fitzgerals, AE, 1981, Dasar – dasar Elektronik I, Erlangga , Jakarta

Mano, M. Morris, 1984, Digital Design, Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

63
LAMPIRAN

64
Kode Warna Resistor 4 Gelang

Warna angka 1 angka 2 Pengali Toleransi


Hitam 0 0 1
Coklat 1 1 10
Merah 2 2 100
Oranye 3 3 1000
Kuning 4 4 10000
Hijau 5 5 100000
Biru 6 6 1000000
Ungu 7 7 10000000
Abu - Abu 8 8 1E+08
Putih 9 9 1E+09
Emas 5%
Perak 10%

Contoh
Coklat - " Abu - abu " - kuning - emas = 180000 ± 5 %

Kode Warna Resistor 5 Gelang

Warna angka 1 angka 2 angka 3 Pengali Toleransi


Hitam 0 0 0 1
Coklat 1 1 1 10 1%
Merah 2 2 2 100 2%
Oranye 3 3 3 1000
Kuning 4 4 4 10000
Hijau 5 5 5 100000 0.50%
Biru 6 6 6 1000000 0.25%
Ungu 7 7 7 10000000 0.10%
Abu - Abu 8 8 8 1E+08 0.05%
Putih 9 9 9 1E+09
Emas 5%
Perak 10%

65
SIMBOL SKEMATIK RANGKAIAN
1. Pengawatan

2. Sumber Tegangan

3. Kapasitor dan Dioda

66
4. Rangkaian terpadu

67
5. Data – Data Dioda

Tipe Dioda Batas Batas Keterangan


Tegangan ( V ) Arus ( A )
IN 4001 50 1
IN 4002 100 1
BZX 5V6 75 0.25 Arah Maju
BZX 6V8 75 0.25 Arah Maju

6. Data – Data Transistor


Transistor Bahan VCB VCE IC Keterangan
hfe
Max [ V ] Max [ V ] Max [ I ]
AC 127 Ge 32 12 500 mA 50
AD 161 Ge 32 20 1A 80
BC 109 Si 30 20 100 mA 180
2N 3055 Si 100 60 15 A 20 – 70
2 SB 56 Ge 30 25 150 mA 80
2 SB 337 Ge 40 30 7A 50 165
MPS 4355 Si 60 60 50 mA 100
MJ 2955 Si 100 60 15 A 5

68

Anda mungkin juga menyukai