Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN

TERHADAP DISIPLIN KERJA SERTA DAMPAKNYA


PADA KINERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS PADA PT. PLN (PERSERO) APD SEMARANG)

Aries Susanty, Sigit Wahyu Baskoro


Program Sudi Teknik Industri, Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh motivasi kerja dan gaya
kepemimpinan terhadap disiplin kerja dan kinerja karyawan, serta untuk menganalisis dan membuktikan
pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini juga ingin memberikan beberapa
rekomendasi tentang bagaimana meningkatkan kinerja karyawan untuk Divisi Sumber Daya Manusia
(SDM) berdasarkan hasil penelitian ini. Penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) APD Semarang. Data
dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada 63 orang. Selain kuesioner, data juga
dikumpulkan melalui wawancara singkat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Structural Equation
Modeling (SEM) yang dijalankan oleh SmartPLS 2.0 M3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
motivasi dan gaya kepemimpinan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap disiplin kerja dan
kinerja karyawan. Namun, penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa motivasi memiliki dampak
positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan kondisi yang terjadi dilapangan,
penelitian ini menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan pekerjaan di masa depan yang berkaitan
dengan motivasi, gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan kinerja karyawan.
Keyword : motivasi kerja, gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan kinerja karyawan

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze and prove the effect of work motivation and leadership style to
work discipline and employee performance, as well as to analyze and prove the effect of work discipline
on employee performance. This research also want to provide some recommendation about how to
increase employee performance for the Division of the Human Resources (HR) based on the results of
this study. Research was conducted at PT. PLN (Persero) APD Semarang. Data collected through a
questionnaire which distribution to 63 people. Besides questionnaire, data also collected through a short
interview. Research carried out by using Structural Equation Modeling (SEM) which was run by
SmartPLS 2.0 M3. The results of this research showed that motivation and leadership style have a
significant positive impact on work discipline and employee performance. However, this research can’t
prove that motivation has a significant positive impact on employee performance. Based the condition
which was happen in the field, this research generate recommendations for improvement of future work
related to motivation, leadership style, work discipline , and employee performance.
Keyword : work motivation, leadership style, work discipline, and employee performance.

PENDAHULUAN mencapai tujuannya. Seorang karyawan yang


Pada dasarnya perusahaan tidak hanya memiliki kinerja (hasil kerja atau karya yang
mengharapkan sumber daya manusia yang dihasilkan) yang tinggi dan baik dapat
cakap dan terampil, tetapi lebih penting lagi, menunjang tercapainya tujuan dan sasaran
perusahaan mengharapkan karyawannya mau yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
bekerja dengan giat dan berkeinginan untuk Kinerja sendiri adalah hasil kerja secara
mencapai hasil kerja yang optimal. Hal ini kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
disebabkan karena keberhasilan suatu seorang pegawai dalam melaksanakan
organisasi atau perusahaan akan ditentukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
oleh faktor manusia atau karyawan dalam diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2001).

J@TI Undip, Vol VII, No 2, Mei 2012 77


Menurut Setiyawan dan Waridin (2006) kerja karyawan merupakan bagian dari faktor
kinerja karyawan merupakan hasil atau kinerja dari seorang karyawan.
prestasi kerja karyawan yang dinilai dari segi Selama tahun 2010 dan 2011, prosentase
kualitas maupun kuantitas berdasarkan karyawan yang tiba di kantor melebihi batas
standar kerja yang ditentukan oleh pihak tolerasi yang telah ditentukan atau tiba
organisasi. Kinerja yang baik adalah kinerja dikantor melebihi dari pukul 07.15 WIB
yang optimal, yaitu kinerja yang sesuai cukup tinggi. Karyawan yang tiba terlambat
standar organisasi dan mendukung ini seharusnya melakukan kompensasi
tercapainya tujuan organisasi. Terdapat faktor dengan memundurkan jam kepulangannya
negatif yang dapat menurunkan kinerja dari kantor. Namun hal ini seringkali tidak
karyawan, diantaranya adalah menurunnya dilakukan. Menurut peraturan yang
keinginan karyawan untuk mencapai prestasi ditetapkan, karyawan yang tiba dikantor
kerja, tingkat absensi yang kurang, pukul 07.16 WIB baru boleh pulang pada
kurangnya ketepatan waktu dalam pukul 16.16 WIB.
penyelesaian pekerjaan sehingga kurang Prosentase karyawan yang terlambat tiba
menaati peraturan, serta program kerja yang di kantor sedikit mengalami penurunan pada
tidak tercapai. bulan Ramadhan (pada tahun 2010, bulan
Permasalahan yang terkait dengan Ramadhan jatuh pada bulan Agustus;
kinerja karyawan dirasakan pula oleh PT. sedangkan pada tahun 2011, bulan Ramadhan
Perusahaan Listrik Negara (Persero) Area jatuh pada bulan September). Pada bulan
Pengatur Distribusi Semarang (PT. PLN Ramadhan, karyawan diwajibkan untuk tiba
(Persero) APD Semarang). APD merupakan dikantor pada pukul 7.30 WIB atau 15 menit
suatu unit organisasi di tubuh PT. PLN yang lebih longgar dibandingkan dengan bulan
bertugas dalam pengaturan sistem jaringan biasa. Namun demikian, hal ini hanya
distribusi tenaga listrik. APD berlokasi di memberikan efek kecil pada kedisiplinan
Jalan Gatot Subroto No. 5 Krapyak karyawan untuk tiba tepat waktu di kantor.
Semarang. Hasil penelahan terhadap data Jika dibandingkan, secara rata-rata,
sekunder dan wawancara singkat dengan prosentase dari karyawan yang terlambat
pihak APD menunjukkan bahwa terdapat pada tahun 2011 mengalami peningkatan
indikasi belum optimalnya kinerja dari kurang lebih sebesar 2,8% dibandingkan
karyawan APD Semarang. dengan tahun 2010. Secara rinci, prosentase
Belum optimalnya kinerja dari karyawan karyawan yang terlambat tiba di kantor untuk
APD Semarang dapat terlihat pada tidak setiap bulannya, baik pada tahun 2010 dan
tercapainya beberapat target program yang maupun pada tahun 2011, dapat dilihat pada
telah direncanakan, seperti program Tabel 1 berikut.
pergantian relay makanik dan program
pemasangan trafo step up. Pada tahun 2011, Tabel 1 Jumlah Karyawan PT. PLN (Persero)
program pergantian relay mekanik hanya APD Semarag yang Terlambat Tiba
di Kantor per bulan pada Tahun
terealisasi 32 buah dari 50 buah yang
2010 dan Tahun 2011
menjadi target; sedangkan program Jumlah Keterlambatan ≥ 7.15
pemasangan trafo step up hanya terealisasi 7 No Bulan (Dalam %)
tabung dari 12 tabung yang menjadi target Tahun 2010 Tahun 2011
(sumber: APD Semarang, 2011) 1 Januari 10,3 7,4
Belum optimalnya kinerja dari karyawan 2 Februari 5,9 13,2
3 Maret 4,4 8,8
APD Semarang juga dapat dilihat prosentase 4 April 11,8 7,4
karyawan yang terlambat tiba di kantor 5 Mei 10,3 14,7
6 Juni 7,4 5,9
selama dua tahun terakhir (2010 dan 2011). 7 Juli 5,9 8,8
Keterlambatan merupakan indikasi dari 8 Agustus 10,3 17,6
ketidakdisiplinan karyawan dalam mematuhi 9 September 13,2 10,3
10 Oktober 7,4 14,7
peraturan yang telah ditetapkan. Dalam hal 11 Nopember 4,4 10,3
ini, Setiyawan dan Waridin (2006) serta dan 12 Desember 14,7 13,2
Aritonang (2005) menyatakan bahwa disiplin Rata-rata 8,8 11,0
Sumber : PT. PLN (Persero) APD Semarang

J@TI Undip, Vol VII, No 2, Mei 2012 78


Sebagaimana telah dinyatakan kerja”. Sejalan dengan hal tersebut, Luthans
sebelumnya, kinerja karyawan yang rendah (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah
dapat berdampak pada kinerja organisasi. sebuah suatu dorongan yang ditunjukan
Dalam hal ini, kinerja karyawan APD yang untuk memenuhi tujuan tertentu.
rendah dapat berdampak pada kinerja PT.
PLN (Persero) APD Semarang. Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
hal ini, penelitian ini bermaksud untuk Gaya kepemimpinan adalah perilaku
menganalisa faktor-faktor yang atau cara yang dipilih dan dipergunakan
mempengaruhi kinerja karyawan, dan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran,
bagaimana hubungan pengaruh antara faktor- perasaan, sikap, dan perilaku para anggota
faktor tersebut. Hasil studi terhadap sejumlah organisasi atau bawahan. Hubungan
penelitian sebelumnya, faktor-faktor yang pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui
dapat mempengaruhi kinerja karyawan antara penilaian pekerja terhadap gaya
lain gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan kepemimpinan para pemimpin dalam
disiplin kerja. Dengan demikian, secara mengarahkan dan membina para bawahannya
spesifik penelitian ini bertujuan untuk: untuk melaksanakan pekerjaan. Secara
1. Mengetahui pengaruh motivasi kerja spesifik, terdapat lima unsur utama yang
terhadap terhadap disiplin kerja karyawan merupakan esensi dari kepemimpinan, yaitu:
PT. PLN (Persero) APD Semarang (i) unsur pemimpin atau orang yang
2. Mengetahui pengaruh gaya mempengaruhi; (ii) unsur orang yang
kepemimpinan disiplin kerja karyawan dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi;
PT. PLN (Persero) APD Semarang. (iii) unsur interaksi atau kegiatan/usaha dan
3. Mengetahui pengaruh motivasi kerja proses mempengaruhi; (iv) unsur tujuan yang
terhadap terhadap kinerja karyawan PT. hendak dicapai dalam proses mempengaruhi;
PLN (Persero) APD Semarang dan (v) unsur perilaku/kegiatan yang
4. Mengetahui pengaruh gaya dilakukan sebagai hasil mempengaruhi.
kepemimpinan kinerja karyawan PT. Disamping itu, terdapat lima fungsi
PLN (Persero) APD Semarang. kepemimpinan, yaitu: (i) fungsi pengambil
5. Mengetahui pengaruh disiplin kerja keputusan; (ii) fungsi instruktif; (iii) fungsi
terhadap kinerja karyawan PT. PLN konsultatif, (iv) fungsi partisipatif; dan (v)
(Persero) APD Semarang fungsi pendelegasian (Nawawi, 2003).
6. Memberikan rekomendasi pada Divisi
SDM berdasarkan hasil-hasil yang Disiplin Kerja
diperoleh dari penelitian ini. Menurut Simamora (1997), disiplin
adalah prosedur yang mengoreksi atau
TINJAUAN PUSTAKA menghukum bawahan karena melanggar
Motivasi peraturan atau prosedur. Disiplin kerja adalah
Motivasi mempersoalkan bagaimana suatu alat yang digunakan para manajer untuk
cara mengarahkan daya dan potensi yang berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
dimiliki oleh bawahan sehingga bawahan bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta
mau bekerja sama secara produktif untuk sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati
ditentukan. Motivasi merupakan hal yang semua peraturan perusahaan dan norma-
penting karena motivasi dapat menjadi norma sosial yang berlaku (Rivai, 2004).
penyebab, penyalur, maupun pendukung dari Hasibuan (2004) berpendapat bahwa
perilaku seseorang sehingga orang tersebut kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
berkeinginan untuk bekerja keras dan seseorang menaati semua peraturan
antusias untuk mencapai hasil yang optimal. perusahaan dan norma-norma social yang
Menurut Terry dan Rue dalam Suharto dan berlaku. Berdasarkan pengertian diatas
Budi Cahyono (2005), motivasi adalah disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan
“getting a person to exert a high degree of suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang
effort” yang artinya adalah “motivasi sesuai dengan peraturan baik tertulis maupun
membuat seseorang dapat bekerja lebih
J@TI Undip, Vol VII, No 2, Mei 2012 79
tidak tertulis, dan bila melanggar akan ada Secara ringkas, model konseptual yang
sanksi atas pelanggarannya. digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut.
Kinerja Karyawan
H3
Secara etimologi, kinerja berasal dari Motivasi
H1
kata prestasi kerja (performance). H5
Sebagaimana dikemukakan oleh Disiplin kerja Kinerja Karyawan

Mangkunegara (2005), istilah kinerja berasal H2


dari kata job performance atau actual Gaya kepemimpinan
H4
performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu Gambar 1. Model Konseptual
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam Berdasarkan model konseptual tersebut,
melaksanakan tugasnya sesuai dengan penelitian ini mengajukan hipotesis berikut
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. yang merupakan jawaban sementara atas
Menurut Mangkunegara (2000), kinerja atau permasalahan yang dihadapi PT. PLN
prestasi kerja adalah hasil kerja kualitas dan (Persero) APD Semarang.:
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai  Hipotesis 1: Motivasi Kerja berpengaruh
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan positif secara signifikan terhadap disiplin
tanggung jawab yang diberikan kepadanya; kerja.
sedangkan menurut Gibson dkk (1996)  Hipotesis 2: Gaya kepemimpinan
kinerja karyawan merupakan suatu ukuran berpengaruh positif secara signifikan
yang dapat digunakan untuk menetapkan terhadap disiplin kerja.
perbandingan antara hasil pelaksanaan tugas,  Hipotesis 3: Motivasi berpengaruh positif
tanggung jawab yang diberikan oleh secara signifikan terhadap kinerja
organisasi pada periode tertentu dan relatif karyawan.
dapat digunakan untuk mengukur prestasi  Hipotesis 4: Gaya kepemimpinan
kerja atau kinerja organisasi. berpengaruh positif secara signifikan
terhadap kinerja karyawan.
METODOLOGI PENELITIAN  Hipotesis 5: Disiplin kerja berpengaruh
Model Konseptual positif secara signifikan terhadap kinerja
Pada dasarnya, model konseptual dari karyawan.
penelitian ini mengacu pada model penelitian
yang dikembangkan oleh Nursada, Alhabsji, Identifikasi Variabel
dan Al-Musadieq (2008). Dibandingkan  Motivasi kerja
dengan model konseptual yang Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh
dikembangkan oleh Nursada, Alhabsji, dan Maslow sejak tahun 1950-an, motivasi kerja
Al-Musadieq (2008), model konseptual dari seorang karyawan diukur melalui lima
dalam penelitian ini lebih sederhana karena buah dimensi yaitu: (i) kebutuhan akan
terdapat satu variabel yang dihilangkan, yaitu aktualisasi diri; (ii) kebutuhan akan harga
variabel kemampuan kerja. Variabel diri; (iii) kebutuhan sosial; (iv) kebutuhan
kemampuan kerja tidak digunakan dalam akan keamanan dan rasa aman, serta (v)
penelitian ini karena karyawan yang akan kebutuhan fisiologis (Reza, 2010).
disampel adalah karyawan pada bagian APD  Gaya kepemimpinan
yang diasumsikan memiliki kemampuan yang Mengacu pada gaya kepemimpinan
seragam. Disamping mengacu pada menurut Hersey dan Blanchard (1982),
penelitian yang dilakukan oleh Nursada, terdapat empat dimensi yang digunakan
Alhabsji, dan Al-Musadieq (2008), model untuk mengukur suatu gaya kepemimpinan,
konseptual juga dikembangkan dengan yaitu: (i) telling atau kemampuan untuk
mempelajari penelitian yang dilakukan oleh memberitahu anggota atas apa yang harus
Muhadi (2007), Brahmasari (2008), dan mereka kerjakan; (ii) selling atau
Baihaqi (2010). kemampuan untuk memberikan pemikiran

J@TI Undip, Vol VII, No 2, Mei 2012 80


kepada anak buahnya tentang ide-ide yang jabatan, dan masa jabatan. Adapun bagian
dapat digunakan untuk menyelesaikan kedua berisi pertanyaan dan penilaian
pekerjaanya; (iii) participating atau terhadap motivasi kerja, disiplin kerja, gaya
kemampuan untuk terlibat dalam kepemimpinan atasan, serta penilaian
pembuatan keputusan melalui komunikasi terhadap kinerja.
dua arah yang sebenarnya; dan (iv) Kuesioner dalam penelitian ini
delegating atau tingkat kepercayaan yang menggunakan Skala Likert 1-5, angka 1
tinggi dari pemimpin kepada bawahan menyatakan sangat tidak setuju (STS), angka
untuk melakukan tugas sendiri dengan 2 menyatakan tidak setuju (TS), angka 3
sedikit pengarahan. menyatakan kurang setuju (KS), angka 4
 Displin kerja menyatakan setuju (S), dan angka 5
Mengacu pada Soejono (1997), terdapat menyatakan sangat setuju (SS).
empat dimensi yang digunakan untuk
mengukur disiplin kerja, yaitu: (i) sikap Sampel penelitian
tepat waktu atau kesanggupan para Sampel dari penelitian ini adalah
karyawan untuk datang dan pulang sesuai penelitian adalah 68 karyawan PT. PLN
dengan waktu yang ditetapkan seara tertib (Persero) APD Semarang.
dan teratur; (ii) sikap kehatian-hatian dalam
menggunakan dan merawat peralatan yang HASIL DAN DISKUSI
kantor; (iii) sikap tanggung jawab atau Pengolahan data dilakukan dengan
kesanggupan karyawan untuk senantiasa dengan menggunakan Structural Equation
menyelesaikan tugas yang di bebankan Modeling (SEM) yang dijalankan oleh
kepadanya sesuai dengan prosedur dan SmartPLS 2.0 M3.
bertanggungjawab atas hasil kerja; serta (iv)
sikap ketaatan terhadap aturan kantor Hasil Pengukuran Outer Model : Validitas
seperti ketaatan karyawan untuk memakai dan Reliabilitas
seragam kantor, menggunakan kartu tanda Hasil pengukuran validitas dan reliabilitas
pengenal atau identitas, membuat ijin bila dari setiap konstruk variabel penelitian dapat
tidak masuk kantor, dan lain-lain sesuai diuraikan sebagai berikut:
aturan yang berlaku.
 Motivasi Kerja
 Kinerja karyawan Konstruk variabel motivasi kerja memiliki
Mengacu pada Bernadin pada tahun 1993 24 indikator. Berdasarkan hasil evaluasi
(Sitanggang, 2005), terdapat enam dimensi model pengukuran, diperoleh hasil bahwa
yang dapat digunakan untuk mengukur terdapat beberapa indikator dari konstruk
kinerja karyawan, yaitu: (i) kualitas dalam variabel motivasi kerja yang memiliki
melakukan suatu pekerjaan; (ii) kuantitas loading factor di bawah 0,500 sehingga
yang dihasilkan dari suatup pekerjaan; (iii) indikator tersebut perlu dihilangkan dari
ketepatan waktu untuk menyelesaikan suatu analisis dan pada iterasi awal nilai akar
pekerjaan; (iv) efektivitas untuk AVE dari motivasi kerja masih lebih kecil
menyelesaikan suatu pekerjaan; (v) dari nilai korelasi antar variabel sehingga
kemandirian untuk melakukan dan indikator yang memiliki nilai loading
menyelesaikan suatu pekerjaan; serta (vi) terkecil juga harus dikeluarkan dari model.
komitmen kerja yang ditunjukkan oleh Hasil akhir menunjukkan bahwa terdapat 12
karyawan terhadap organisasi tempat ia indikator yang perlu dihilangkan dari
bekerja. konstruk variabel motivasi kerja dan setelah
Kuesioner penelitian kedua belas indikator tersebut dihilangkan,
Kuesioner dalam penelitian ini dibagi konstruk variabel motivasi kerja memiliki
menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi nilai composite reliability sebesar 0,926
informasi data umum responden yang atau memiliki nilai Alpha Cronbach 0,911
meliputi jenis kelamin, usia, status (reliable)
perkawinan,tingkat pendidikan, suku bangsa,
level kompetensi, jenis jabatan, jenjang
J@TI Undip, Vol VII, No 2, Mei 2012 81
 Gaya kepemimpinan awal nilai akar AVE dari kinerja karyawan
Konstruk variabel gaya kepemimpinan masih lebih kecil dari nilai korelasi antar
memiliki 9 indikator. Berdasarkan hasil variabel sehingga indikator yang memiliki
evaluasi model pengukuran, diperoleh hasil nilai loading terkecil juga harus dikeluarkan
bahwa terdapat beberapa indikator dari dari model. Hasil akhir menunjukkan
konstruk variabel gaya kepemimpinan yang bahwa terdapat 11 indikator yang perlu
memiliki loading factor di bawah 0,500 dihilangkan dari konstruk variabel kinerja
sehingga indikator tersebut perlu karyawan dan setelah kesebelas indikator
dihilangkan dari analisis dan pada iterasi tersebut dihilangkan, konstruk variabel
awal nilai akar AVE dari gaya kinerja karyawan memiliki nilai composite
kepemimpinan masih lebih kecil dari nilai reliability sebesar 0,905 atau memiliki nilai
korelasi antar variabel sehingga indikator Alpha Cronbach 0,865 (reliable).
yang memiliki nilai loading terkecil juga
harus dikeluarkan dari model. Hasil akhir Hasil Pengukuran Inner Model
menunjukkan bahwa terdapat 5 indikator Nilai R-square untuk hubungan antara
yang perlu dihilangkan dari konstruk disiplin kerja dengan motivasi kerja dan gaya
variabel gaya kepemimpinan dan setelah kepemimpinan adalah 0,609. Ini artinya
kelima indikator tersebut dihilangkan, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan
konstruk variabel gaya kepemimpinan merupakan variabel yang mampu
memiliki nilai composite reliability sebesar menjelaskan terbentuknya disiplin kerja dari
0,814 atau memiliki nilai Alpha Cronbach karyawan hanya sebesar 69 % saja,
0,721 (reliable). sedangkan 31 % sisanya dijelaskan oleh
 Disiplin kerja variabel lain yang tidak diteliti.
Konstruk variabel disiplin kerja memiliki Nilai R-square untuk hubungan antara
12 indikator. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja karyawan dengan disiplin kerja,
model pengukuran, diperoleh hasil bahwa motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan
terdapat beberapa indikator dari konstruk adalah 0,660. Ini artinya, motivasi kerja, gaya
variabel gaya kepemimpinan yang memiliki kepemimpinan, dan disiplin kerja mampu
loading factor di bawah 0,500 sehingga menjelaskan terbentuknya kinerja karyawan
indikator tersebut perlu dihilangkan dari hanya sebesar 66 % saja, sedangkan 34 %
analisis dan pada iterasi awal nilai akar sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
AVE dari disiplin kerja masih lebih kecil tidak diteliti.
dari nilai korelasi antar variabel sehingga
indikator yang memiliki nilai loading Hasil Pengujian Model
terkecil juga harus dikeluarkan dari model. Hasil pengujian model menunjukkan
Hasil akhir menunjukkan bahwa terdapat 2 kondisi sebagai berikut: (i) motivasi kerja
indikator yang perlu dihilangkan dari berpengaruh positf secara signifikan terhadap
konstruk variabel disiplin kerja dan setelah disiplin kerja (coeff=0,639; p<0,050), yang
kedua indikator tersebut dihilangkan, artinya hipotesis 1 diterima); (ii) gaya
konstruk variabel disiplin kerja memiliki kepemimpinan berpengaruh positif secara
nilai composite reliability sebesar 0,908 signifikan terhadap disiplin kerja
atau memiliki nilai Alpha Cronbach 0,889 (coeff=0,316; p<0,050), yang artinya
(reliable). hipotesis 2 diterima; (iii) motivasi kerja
 Kinerja karyawan memiliki pengaruh positif walaupun tidak
Konstruk variabel kinerja karyawan signifikan terhadap kinerja karyawan
memiliki 16 indikator. Berdasarkan hasil (coeff=0,140; p>0,050), yang artinya
evaluasi model pengukuran, diperoleh hasil hipotesis 3 ditolak; (iv) gaya kepemimpinan
bahwa terdapat beberapa indikator dari berpengaruh positif secara signifikan
konstruk variabel kinerja karyawan yang terhadap kinerja karyawan (coeff=0,287;
memiliki loading factor di bawah 0,500 p<0,050), yang artinya hipotesi 4 diterima;
sehingga indikator tersebut perlu dan (v) disiplin kerja berpengaruh positif
dihilangkan dari analisis dan pada iterasi secara signifikan terhadap kinerja karyawan

J@TI Undip, Vol VII, No 2, Mei 2012 82


(coeff=0,493, p<0,050), yang artinya empat mata sehingga tidak membuat
hipotesis 5 ditolak. bawahan kehilangan kepercayaan dirinya.
Untuk menciptakan pimpinan yang
Rekomendasi bijaksana dan adil, para pemimpin di PT.
Rekomendasi diberikan berdasarkan PLN (Persero) APD Semarang juga harus
hasil penelitian yang telah dilakukan. berani mengakui kesalahan didepan
Rekomendasi ini bertujuan untuk memberi bawahan. Sebagian besar orang tidak dapat
masukan kepada Divisi Sumber Daya menjadi pemimpin yang baik, karena mereka
Manusia PT. PLN (Persero) APD Semarang berpikir bahwa mengakui kesalahan adalah
terkait dengan hal-hal yang perlu dilakukan sebuah kelemahan. Sebenarnya, bawahan akan
untuk mencapai kinerja karyawan yang lebih kagum dengan keberanian seorang pemimpin
mengakui kesalahannya.
baik.
Untuk menciptakan pimpinan yang
 Untuk menumbuhkan motivasi kerja
bijaksana dan adil, para pemimpin di PT.
karyawan, PT. PLN (Persero) APD
PLN (Persero) APD Semarang tidak boleh
Semarang perlu menciptakan suasana kerja
mencampur adukan urusan pribadi dengan
yang harmonis karena suasana kerja yang
pekerjaan. Mencampur adukan urusan
harmonis akan mendorong karyawan untuk
pribadi dengan pekerjaan akan menurunkan
lebih semangat dalam bekerja. Suasana
tingkat produktifitas kerja karena terfokus
kerja yang harmonis dapat diciptakan
pada dua urusan. Para pemimpin harus
melalui pembagian beban kerja yang
menggunakan waktu kerja hanya untuk
seimbang antar karyawan, sehingga tidak
pekerjaan, bukan urusan pribadi.
ada kesenjangan antar karyawan. Suasana
Untuk menciptakan pimpinan yang
kerja yang harmonis juga dapat diciptakan
bijaksana dan adil, para pemimpin di PT.
melalui komunikasi yang baik. Salah satu
PLN (Persero) APD Semarang harus
hal yang seringkali dilupakan oleh
memiliki tujuan dan impian yang jelas.
pimpinan adalah cara melakukan
Bawahan akan sangat antuasias untuk
komunikasi dengan bawahan. Pimpinan
mengikuti seorang pemimpin yang tahu
sebaiknya melakukan komunikasi dengan
benar, kemana akan pergi. Sebaliknya,
bawahan dengan menggunakan bahasa dan
bawahan akan merasa sangat keberatan
nada lebih halus sehingga bawahan merasa
untuk mengikuti pemimpin yang ragu-ragu
lebih dihargai di oleh perusahaan. Cara
terhada tujuannya.
berkomunikasi dengan bawahan dengan
 Untuk menciptakan meningkatkan sikap
menggunakan bahasa dan nada yang keras
disiplin kerja, PT. PLN (Persero) APD
hanya akan menimbulkan rasa benci.
Semarang perlu meningkatkan kesadaran
 Untuk menciptakan pimpinan yang
karyawannya untuk menghargai waktu dan
bijaksana dan adil, para pemimpin di PT.
memanfaatkan waktu dengan sebaik-
PLN (Persero) APD Semarang harus dapat
baiknya.
memberi teladan yang baik kepada
Untuk menciptakan meningkatkan sikap
bawahan. Salah satu contoh teladan yang
disiplin kerja, PT. PLN (Persero) APD
baik dari pimpinan adalah tiba dikantor
Semarang perlu meningkatkan kepatuhan
tepat waktu sehingga bawahan akan merasa
terhadap peraturan dan tata tertib. Salah
malu jika mereka tiba terlambat.
satu cara yang dapat dilakukan untuk
Untuk menciptakan pimpinan yang
meningkatkan kepatuhaan adalah dengan
bijaksana dan adil, para pemimpin di PT.
memberikan informasi kepada karyawan
PLN (Persero) APD Semarang harus
tentang manfaat dan pentingnya mematuhi
senantiasa membangun dukungan ke
peraturan yang ada serta memberikan
seluruh personil dan hal ini dapat dilakukan
informasi kepada karyawan tentang resiko
dengan cara memberikan pujian kepada
yang akan dihadapi oleh karyawan karena
bawahan di depan rekan rekannya dan tidak
ketidakpatuhan mereka.
mempermalukan bawahan didepan rekan
rekannya. Sebaiknya, teguran atau kritikan  Untuk menciptakan meningkatkan kinerja
hanya disampaikan oleh pimpinan secara karyawan, PT. PLN (Persero) APD
Semarang perlu menyatukan sasaran
J@TI Undip, Vol VII, No 2, Mei 2012 83
perusahaan dengan sasaran kinerja Indonesia)”. Jurnal Manajemen dan
karyawan, merencanakan secara tepat dan Kewirausahaan, Vol 10, No 2, hal. 124-
jelas sasaran-sasaran yang harus dicapai 135.
oleh karyawan, serta memberikan dukungan 4. Ghozali, I. (2008). Structural Equation
kepada karyawan dalam bentuk menghargai Modeling Metode Alternatif Dengan
setiap hasil kerja yang dicapai oleh Partial Least Square Edisi-2”, Badan
karyawan. Penerbit Undip: Semarang.
5. Gibson, J. L., Ivaneevich, J.M., and
KESIMPULAN Dannelly, J. H. (1996). Perilaku
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa Organisasi, Struktur dan Proses,
motivasi kerja dari karyawan PT. PLN Terjemahan Jilid I Edisi ke-8, Erlangga:
(Persero) APD Semarang memiliki pengaruh Jakarta.
positif secara positif signifikan terhadap 6. Hasibuan, M. (2004). Manajemen Sumber
disiplin kerja. Daya Manusia, PT Bumi Aksara: Jakarta.
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa 7. Hersey, P. and Blanchard, K. (1992).
gaya kepemimpinan dari pimpinan PT. PLN “Management ot Organization Behavior”,
(Persero) APD Semarang memiliki pengaruh diterjemahkan Oleh Sukarso, Manajemen
posistif secara signifikan terhadap disiplin Perilaku Organisasi, Erlangga: Jakarta.
kerja. 8. Mangkunegara, A. A. A. P. (2006).
Penelitian ini juga dapat membuktikan Manajemen Sumber Daya Manusia.
bahwa gaya kepemimpinan dan disiplin kerja Rineka Cipta: Jakarta.
memiliki pengaruh posistif yang signifikan 9. Muhadi. (2007). “Analisis Pengaruh
terhadap kinerja dari karyawan PT. PLN Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen
(Persero) APD Semarang Organisasional dalam Mempengaruhi
Walaupun tidak signifikan, motivasi Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan
kerja dari karyawan PT. PLN (Persero) APD Administrasi Universitas Diponegoro)”.
Semarang memiliki pengaruh positif terhadap Thesis, Universitas Diponegoro.
kinerja karyawan. Hal ini dapat terjadi karena 10. Nursada, I., Alhabsji, T., dan Al-
seorang kayawan yang memiliki motivasi Musadieq. (2008). “Pengaruh Motivasi
kerja tinggi belum tentu dapat menghasilkan Kerja, Kemampuan Kerja, Gaya
output kerja yang baik atau memuaskan Kepemimpinan Situasional Dan Disiplin
Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan
DAFTAR PUSTAKA (Studi Pada UBDP Wilayah II Jawa Timur
1. Aritonang, K. T. (2005). Kompensasi PT. Sang Hyang Seri)”. Jurnal Ekonomi
Kerja, Disiplin Kerja Guru, dan Kinerja dan Bisnis, Vol 6, No 2, hal 108-115.
Guru SMP Kristen BPK Penabur Jakarta. 11. Reza, R. A. (2010). “Pengaruh Gaya
Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. IV, No. Kepemimpinan, Motivasi Dan Disiplin
4, hal: 2-3 Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
2. Baihaqi, M. F. (2010). “Pengaruh Gaya pada PT Sinar Santosa)”. Thesis,
Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Universitas Diponegoro, Semarang.
Dan Kinerja Dengan Komitmen 12. Setiyawan, B. dan Waridin. (2006).
Organisasi Sebagai Variabel Intervening Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan dan
(Studi Pada PT. Yudhistira Ghalia Budaya Organisasi terhadap Kinerja di
Indonesia Area Yogyakarta)”. Skripsi Divisi Radiologi RSUP Dokter Karyadi
(S1), Fakultas Ekonomi, Universitas Semarang. JBRI, Vol.2, No.2
Diponogoro. 13. Sitanggang, C. (2005). “Analisis Pengaruh
3. Brahmasari, I. A. (2008). “Pengaruh Prilaku Pemimpin Terhadap Kinerja
Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Pegawai Pada Sekretariat Kotamadya Jak-
Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Bar”. Skripsi, Universitas Diponegoro.
Kerja Karyawan serta Dampaknya pada
Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT.
Pei Hai International Wiratama

J@TI Undip, Vol VII, No 2, Mei 2012 84

Anda mungkin juga menyukai