Mengacu Pada Untuk Tugas Ketiga
Mengacu Pada Untuk Tugas Ketiga
Membuat oenyesuaian, usaha yang layak untuk mendeteksi pernyataan salah materi di
laporan keuangan.
Menyebabkan manajemen untuk membenarkan pernyataan materi yang salah atau penyajian
keliru sebelum laporan keuangan diberikan kepada komunitas pengguna.
Bahkan ini tampaknya pernyataan sederhana dari seorang auditor yang pekerjaannya cukup
kompleks, di dalamnya termasuk:
Jaminan layak.
Pernyataan salah yang material.
Pelacakan yang berbeda dari pencegahan dan investigasi.
Harapan untuk keberhasilan dari proses auditing.
Penyidik akuntansi forensic memiliki seperangkat fokus yang berbeda berdasarkan perannya yang
tentunya membutuhkan alat yang berbeda, proses berpikir yang berbeda, dan sikap yang berbeda.
Fokus penyidik akuntansi forensik adalah tidak dengan memperoleh pendapat umum atas laporan
keuangan secara keseluruhanm yang berasal dari upaya dan dalam batas materialitas yang wajar.
Sebaliknya, perhatian penyidik akuntansi forensic adalah pada tingkat yang lebih mendalam dengan
perkembangan rinci informasi factual yang dihasilkandari bukti dokumen dan kesaksian tentang
siapa, apa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa suatu hal dicurigai atau dikenal
ketidakwajaran.
Sampling dan konsep materialitas pada umumnya tidak digunakan dalam menentukan lingkup
prosedur akuntansi forensic. Sebaliknya, semua bukti yang relevan dicari dan diperiksa. Berdasarkan
temuan investigasi, penyidik akuntansi forensic melakukan kajian dan langkah-langkah untuk
mengatasi kerugian atau kerusankan organisasi. Kemudian, merekomendasikan serta
mengimplementasikan tindakan korektifm sering termasuk perubahan proses dan kebijakan dan/atau
tindakan terhadap personil akuntansi. Selainitu, penyidik akuntansi forensic mengambil tindakan
pencegahan untuk mengatasi kemungkinan terulangnya masalah. Temuan penyidik akuntansi
forensic dan rekomendasi dapat dijadikan dasar untuk kesaksian dalam proses litigasi atau tindakan
pidana terhadap para pelaku kecurangan. Hasil kerja mereka juga dapat digunakan dalam kesaksisan
kepada lembaga pemerintah, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia. Oleh karena
itu, lingkup penyelidikan dan bukti-bukti yang dikumpulkan serta didokumntasikan harus mampu
menjawab tantangan atau sangkalan yang mungkin dibawa oleh pihak-pihak berpengaruh atau
regulator yang skeptic. Meski berbeda, namun sangat jelas bahwa antara audit dan akuntansi
forensic memiliki kesamaan.
Dengan maraknya berbagai kasus kecurangan, Howard Silverstone dan Howard Davia
mengemukakan dalam buku Fraud 101 Techniques and Startegies for Detection, Edisi Kedua, bahwa
dalam melaksanakan fungsi audit, internal auditor sudah dituntut tidak hanya sekedar sebagai “anjing
penjaga (watchdog)” saja tetapi juga berfungsi sebagai “anjing polisi/mata-mata (bloodhound)”.
Sebagai penjaga diilustrasikan fungsinya hanya sedikit menggigit tetapi lebih banyak menggonggong.
Melalui nalurinya, anjing penjaga akan menggonggong apa yang dilihat dan diciumnya tanpa ingin
mengetahui apakah seseorang tersebut sah atau tidak memasuki wilayah penjagaannya.
Dengan berfungsi sebagai “bloodhound”, maka internal auditor harus dapat merasa apabila seorang
penyusup memang diizinkan untuk mendekati dan apakah seseorang tersebut memiliki kunci masuk
ataukah memiliki password untuk masuk pintu. Sebagai mata-mata, harus tahu ada alat kamera
pengaman yang memonitor selama 24 jam, adanya saluran penanganan apabila diketahui ada
seseorang memasuki area tanpa ijin, dan mewaspadai gelagat disekelilingnya apabila terjadi
perbuatan yang tidak wajar. Oleh karena itu akuntan harus merubah pola pikirnya dengan melakukan
kombinasi antara prosedur audit dengan prosedur investigatif atau teknik-teknik investigatif untuk
dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko audit dan kemungkinan salah saji material yang
disebabkan adanya kecurangan. Dengan menggunakan prosedur audit untuk mengidentifikasi
keadaan sekitar yang mendorong terjadinya kecurangan adalah untuk memahami jalan pikiran pelaku
kecurangan.