Anda di halaman 1dari 6

Panduan Pembentukan Komite Sekolah

Tulisan Terakhir

 Menuju Sekolah MANTAP (Manajemen Transparan, Akuntabel, Partisipatif)


 Strategi Membangun Kemitraan Bagi Usaha Mikro Kecil
 Akuntabilitas LSM mendesak untuk dibenahi
 Panduan Pembentukan Komite Sekolah
 Demokasi versus Kesejahteraan

Arsip

 September 2016
 Februari 2014
 Januari 2014

Follow Blog via Email

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabunglah dengan 502 pengikut lainnya

Iklan
LAPORKAN IKLAN INI
Sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan Nasional, pasal 56,
Komite sekolah/madrasah dimaknai sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Merujuk dari pengertian tersebut, sangat jelas bahwa Komite Sekolah memiliki kedudukan
dan peran yang sangat strategis dalam menentukan kualitas penyelenggaran sebuah sekolah.

Sayangnya hingga saat ini masih belum banyak Komite Sekolah yang mampu berperan
secara efektif dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Salah satu faktor
penyebabnya adalah karena desain kelembagaan tidak secara serius diberdayakan menjadi
sebuah lembaga yang mandiri dan profesional. Oleh karena itu penting kiranya untuk
melakukan revitalisasi kelembagaan dan peran Komite Sekolah dimulai pada saat proses
pembentukan (pemilihannya). Karena disinilah titik kritis pertama sekaligus menentukan
bagaimana desain sebeuah kepengurusan Komite Sekolah dibangun ke depannya.

Saat ini hampir seluruh sekolah di Indonesia sudah memiliki Komite Sekolah, karena ada
persyaratan administratif yang mewajibkan ada pengesahan dari Komite Sekolah, yaitu
pencairan dan pertanggungjawaban dana BOS. Maka, momentum pergantian kepengurusan
Komite Sekolah menjadi saat yang paling tepat untuk menata kembali desain kelembagaan
sekaligus sumber daya manusia Komite Sekolah.

Tulisan ini membantu para pihak yang berkepentingan terhadap Komite Sekolah dalam
melakukan pergantian kepengurusan Komite Sekolah. Sumber utama dari tulisan ini
mendasarkan pada 3 (tiga) regulasi utama terkait Komite Sekolah, yaitu:

 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


 PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
 Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Kenapa harus ada Komite Sekolah?

Dibentuknya Komite Sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat sekolah
yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah.
Komite Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya,
demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi
masyarakat setempat. Oleh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan
pengembangan kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif. Artinya, Komite Sekolah
mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna (client model), berbagi
kewenangan (power sharing and advocacy model) dan kemitraan (partnership model) yang
difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

Adapun tujuan dibentuknya Komite Sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah
adalah sebagai berikut.

 Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan


kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
 Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
 Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Apa peran dan fungsi Komite Sekolah?

Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,
pembentukannya harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada.
Adapun peran yang dijalankan Komite Sekolah adalah sebagai berikut.

1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan


pendidikan di satuan pendidikan.
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Untuk menjalankan perannya itu, Komite Sekolah memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap


penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia
industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan
mengenai:
5. kebijakan dan program pendidikan;
6. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);
7. kriteria kinerja satuan pendidikan;
8. kriteria tenaga kependidikan;
9. kriteria fasilitas pendidikan; dan
10. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
11. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
12. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
di satuan pendidikan.
13. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan,
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Komite Sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas sebagai berikut.

 Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada


stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah.
 Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi
(dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun non materi (tenaga, pikiran)
kepada masyarakat dan pemerintah setempat.

Berapa dan Siapa saja yang bisa menjadi anggota Komite Sekolah?

Keanggotan Komite Sekolah sesuai PP Nomor 17 Tahun 2010, pasal 197, diatur sebagai
berikut:

1. Anggota komite sekolah/madrasah berjumlah paling banyak 15 (lima belas) orang,


terdiri atas unsur:
o Orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima puluh persen). Catatan:
orang tua/wali peserta didik yang dimaksud adalah yang anaknya masih aktif
bersekolah di sekolah yang bersangkutan.
o Tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen). Catatan: tokoh
masyarakat yang dimaksud adalah tokoh formal dan informal yang ada
dilingkungan sekolah, diantaranya: tokoh agama, tokoh masyarakat, pejabat
pemerintah setempat (RT, RW, Lurah, Camat, dan pihak terkait lainnya) serta
alumni.
o Pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga puluh persen).
Catatan: pakar pendidikan yang dimaksud adalah tokoh/pegiat yang memiliki
keahlian dan kepedulian terhadap pendidikan. Unsur ini bisa berasal dari
perguruan tinggi, organisasi profesi tenaga kependidikan, LSM, dunia
usaha/industri.
2. Masa jabatan keanggotaan komite sekolah/madrasah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Bagaimana prinsip pembentukan Komite Sekolah?

Sebagai bagian dari pilar demokrasi sekolah, maka pembentukan Komite Sekolah harus
memenuhi prinsip:

 Transparan, bahwa Komite Sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh
masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses
sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota,
pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan.
 Akuntabel, bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan.
 Demokratis, bahwa dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan
musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu pemilihan anggota dan pengurus dapat
dilakukan melalui pemungutan suara.

Bagaimana mekanisme pembentukan Komite Sekolah?

 Pembentukan Panitia
o Orang tua/wali peserta didik atau diwakili paguyuban orang tua bersama
Komite Sekolah yang sudah ada dan Kepala Sekolah melakukan pertemuan
dengan agenda: (a). laporan pertanggungjawaban kepengurusan Komite
Sekolah yang berjalan. (b). pembentukan panitia persiapan. (c). penyusunan
tahapan (jadwal) kegiatan dan anggaran pembentukan komite sekolah. (d).
merumuskan draf kriteria Komite Sekolah
o Panitia berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang, terdiri dari unsur: guru,
pemerhati pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh/pegiat pendidikan,
dunia usaha/industri), orang tua/wali peserta didik).
o Panitia dinyatakan bubar setelah Komite Sekolah/Madrasah terbentuk Komite
Sekolah.
 Tahapan pembentukan Komite Sekolah
o Panitia mengadakan forum sosialisasi kepada orang tua/wali murid,
paguyuban orang tua, komite sekolah yang sudah ada, dewan guru, dengan
agenda: (a). Penjelasan tentang Komite Sekolah dan rencana pembentukan
Komite Sekolah baru; (b). Mendiskusikan draft dan menyepakati kriteria
Komite Sekolah
o Panitia melakukan proses penjaringan bakal calon Komite Sekolah, dengan
cara: (a) Setiap kelas mengusulkan 3 (tiga) nama bakal calon, yang terdiri dari
2 (dua) nama berasal dari orang tua/wali peserta didik dan 1 (satu) nama
berasal dari unsur tokoh masyarakat dan/atau pakar pendidikan. (b).
Pengiriman nama bakal calon kepada panitia harus disertai dengan profile
(biodata) dari masing-masing bakal calon.
o Panitia melakukan rapat untuk menyeleksi nama bakal calon Komite Sekolah
berdasarkan usulan yang masuk dengan mendasarkan pada kriteria yang telah
disepakati sebelumnya.
o Panitia mengumumkan nama sekaligus profil calon anggota komite sekolah
yang lolos seleksi melalui berbagai cara: ditempel di papan pengumuman
sekolah, diposting di media sosial (WA group, facebook, website).
o Panitia menyelenggarakan pemilihan pengurus Komite Sekolah, dengan cara:

Skenario #1 – Musyawarah Mufakat

(a). Panitia mengundang 3 (tiga) orang pengurus pagayuban orang tua dari masing-masing
kelas (diluar yang menjadi calon Komite Sekolah), dan Komite Sekolah yang sudah ada,
Kepala Sekolah dan perwakilan guru sebagai peserta peninjau.

(b). Panitia memfasilitasi pertemuan untuk mensepakati siapa saja yang masuk dalam
kepengurusan Komite Sekolah dan formasi kepengurusannya.

(c). Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, maka proses bisa dilanjutkan dengan cara
pemungutan suara (voting).

Skenario #2 – Pemungutan Suara (voting)

(a). Panitia mengundang 3 (tiga) orang pengurus pagayuban orang tua dari masing-masing
kelas (diluar yang menjadi calon Komite Sekolah), dan Komite Sekolah yang sudah ada,
Kepala Sekolah dan perwakilan guru sebagai peserta peninjau.
(b). Panitia memfasilitasi proses pemungutan suara (voting) dengan cara terbuka atau
tertutup.


o Panitia membuat berita acara hasil musyawarah atau pemungutan suara
tentang nama dan susunan kepengurusan Komite Sekolah yang ditandatangani
oleh ketua panitia, perwakilan peserta, dan perwakilan sekolah.
o Panitia menyampaikan berita acara hasil musyawarah atau pemungutan suara
Komite Sekolah kepada kepala sekolah untuk selanjutnya dibuatkan Surat
Keputusan (SK) penetapannya.
o Panitia menyelenggarakan serah terima jabatan kepengurusan Komite
Sekolah, dengan agenda: (a). upacara serah terima jabatan. (b). penetapan dan
pelantikan kepengurusan Komite Sekolah. (c). laporan pertanggungjawaban
dan pembubaran panitia pembentukan Komite Sekolah.

Anda mungkin juga menyukai