Anda di halaman 1dari 21

BUDIDAYA KENTANG

Tujuan : Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Prakarya

Disusun Oleh :

 Febri Awali Kuswara


 Adelia Bela P

Kelas : X.IPA I

SMAN 1 RUMPIN
Jl. Prada Abdullah, Kec. Rumpin, Kab. Bogor, Jawa Barat
Kode Pos 16350
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali
berproduksi setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari dan berbentuk semak/herba.
Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan,
atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan
keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna
batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu.
Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh.
Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat
bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18.
Pusat tanaman kentang utama di Indonesia adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat),
Magelang (Jawa Timur), Bali. Di Indonesia kentang sangat digemari hampir semua orang.
Bahkan di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Selain itu, kentang
juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Sebagai sumber
karbohidrat yang penting, kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah. Karya
ilmiah ini mencoba membahas tentang budidaya tanaman kentang di Indonesia.

1.2  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui syarat pertumbuhan tanaman kentang.
2. Mengetahui persiapan lahan sebelum penanaman kentang.
3. Mengetahui proses pembenihan.
4. Mengetahui proses pemupukan tanaman kentang
5. Mengetahui proses penyiraman tanaman kentang.
6. Mengetahui Pendangiran dan penyiangan tanaman kentang.
7. Mengetahui proses pembumbunan tanaman kentang.
8. Mengetahui proses pemangkasan bunga.
9. Mengetahui Varietas Tanaman Kentang.
10. Mengetahui organisme pengganggu tanaman kentang.
11. Mengetahui proses panen tanaman kentang.
12. Mengetahui proses pasca panen tanaman kentang.
13. Mengetahui Standar Produksi tanaman kentang.

                               

II. TEKNIS BUDIDAYA

2.1 Syarat Pertumbuhan Tanaman Kentang.


Menurut Bambang cahyono, 1996 menyatakan Tanaman kentang akan tumbuh baik dan
dapat memberikan hasil yang tinggi (jumlah ton/ha) apabila ditanam di tempat yang keadaan
lingkungannya sesuai dengan syarat tumbuhnya. Pembudidayaan yang dilakukan tanpa
memperhatikan keadaan ekologi yang sesuai merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kegagalan panen.

Dalam budidaya tanaman kentang, keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap


tumbuhnya tanaman adalah keadaan tanah dan keadaan iklim. Keadaan tanah yang perlu
mendapat perhatian adalah letak geografis tanah, keadaan topografi tanah, keadaan sifat
fisika-kimia tanah dan biologis tanah. Sedangkan keadaan iklimnya adalah meliputi keadaan
suhu dan kelembaban udara, keadaan curah hujan, penyinaran cahaya matahari dan angin.
Adapun kesesuaian dari masing-masing keadaan lingkungan tersebut dapat diterangkan
sebagai berikut dibawah ini:

A. Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat.


Tanaman kentang umumnya dapat tumbuh baik bila ditanam di dataran tinggi (1.500 – 3.000
m dpl). Namun sebagai pengecualian, tanaman kentang ada yang tumbuh baik pada
ketinggian 500 m dpl. seperti di daerah Maja, dan tumbuh pada ketinggian 800 m dpl, seperti
di daerah Temanggung, Kedu. Keadaan ketinggian tempat juga berhubungan erat dengan
keadaan iklim setempat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti keadaan
suhu udara, keadaan curah hujan, keadaan kelembaban udara, dan keadaan penyinaran cahaya
matahari.
Semakin tinggi letak geografis tanah, maka keadaan suhu udara akan semakin turun dengan
laju penurunan sebesar 0,5˚C setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut. Sedangkan
intensitas cahaya matahari dan kelembaban udaranya semakin tinggi. Demikian pula keadaan
curah hujan akan semakin tinggi.

B. Keadaan Topografi Tanah.


Keadaan topografi tanah atau derajat kemiringannya juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap budidaya tanaman kentang, terutama berpengaruh terhadap besarnya
biaya eksploitasi atau biaya pembukaan tanahnya. Biaya yang diperlukan untuk pembukaan
tanah pada daerah yang topografinya miring akan lebih besar dibanding dengan pembukaan
tanah ataupun penanaman yang dilakukan pada daerah yang keadaan topografinya datar.
Sebab, pada daerah yang topografinya miring maka untuk pembudidayaannya harus dibuat
teras-teras dan tanggul-tanggul agar tidak terjadi erosi yang dapat menghanyutkan unsur-
unsur hara dan merusak tanaman akibat longsornya tanah. Maka, pembukaan pada tanah yang
miring diperlukan biaya tambahan untuk pembuatan teras-teras dan tanggul-tanggul tersebut.

Untuk menghemat biaya eksploitasi atau pembukaan tanah, maka sebaiknya dipilih lokasi
yang keadaan topografi tanahnya datar. Dengan demikian tidak perlu membuat teras-teras
ataupun tanggul-tanggul. Akan tetapi apabila keadaannya memaksa harus menggunakan
tanah yang miring, hendaknya harus memperhitungkan derajat kemiringan tanahnya. Untuk
pembudidayaan tanaman ditanah yang miring, derajat kemiringan tanah harus dibawah 30%.
Sebab, derajat kemiringan tanah diatas 30% sudah merupakan faktor penghambat untuk
budidaya tanaman sehingga sudah tidak menguntungkan lagi.

C. Keadaan Fisika, Kimia, dan Biologis Tanah.


Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada segala jenis tanah, akan tetapi pertumbuhan yang
paling baik dan subur adalah pada tanah vulkanis dengan kandungan pasir sedikit. Pada tanah
yang demikian itu tanaman akan menghasilkan kualitas kentang yang baik. Sedangkan
struktur tanah yang sesuai adalah yang berstruktur gembur, tanah banyak mengandung bahan
organik atau humus, subur, tanah mudah mengikat air (porous), dan memiliki drainase yang
baik. Keadaan tanah yang padat dan tidak porous dapat menghambat pertumbuhan umbi,
sehingga umbi yang akan dihasilkan kecil-kecil. Disamping itu, juga dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.

Sifat fisika tanah yang baik akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil
panen, karena sifat fisika tanah berpengaruh nyata terhadap peredaran oksigen dan
ketersediaan oksigen di dalam tanah yang sangat diperlukan untuk pernafasan akar dan jasad-
jasad renik tanah dalam membantu menguraikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang
tersedia bagi tanaman: sifat fisika tanah yang baik juga dapat meningkatkan pembuangan air
(drainase) sehingga dapat mencegah penggenangan air. Pada struktur tanah yang gembur
dapat memudahkan akar tanaman menembus tanah sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan perakaran, pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan umbi.

Dengan sifat fisika tanah yang baik dapat mencegah erosi, yang berarti dapat mencegah pula
hilangnya unsur-unsur hara tanah.
Keadaan kimia tanah atau keasaman yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah tanah yang
memiliki derajat keasaman (pH) sekitar 5 – 6,5. Jika tanah yang akan ditanami keasamannya
tinggi, yaitu nilai pHnya rendah maka keasaman tanah perlu diturunkan dengan menaikan
nilai pH tanah melalui pengapuran. Sedangkan apabila nilai pHnya tinggi diatas 6,5 maka
perlu diturunkan dengan memberikan belerang pada tanah.

Derajat keasaman tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama pada tahap
awal pertumbuhan dan terhadap perkembangan umbi setelah umbi terbentuk. Keadaan derajat
keasaman juga berpengaruh terhadap ketersediaan zat-zat hara, dan aktivitas jasad renik tanah
dalam penguraian bahan organik. Pada keadaan tanah yang sangat asam (nilai pH kurang dari
4) atau sangat basa (nilai pH lebih dari 9) sudah merupakan racun bagi tanaman.

Keadaan biologis tanah atau keberadaan organisme tanah berpengaruh terhadap tingkat
kesuburan tanah karena berfungsi sebagai pengurai bahan-bahan organik tanah menjadi
bahan yang tersedia bagi tanaman. Keberadaan organisme tanah sangat dipengaruhi oleh
keadaan sifat fisika tanah dan keasaman tanah.

D. Keadaan Suhu dan Kelembaban.


Keadaan suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara
15˚C – 20˚C dengan kelembaban udara antara 80% – 90%. Suhu udara yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah dapat menyebabkan pembentukan umbi berkurang sehingga menurunkan
produksi, hal ini disebabkan karena aktivitas metabolisme tanaman menurun. Demikian pula
kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan karena
penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan.

E. Keadaan Curah Hujan.


Daerah dengan curah hujan 1.200 – 1500 mm/tahun merupakan daerah yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kentang. Curah hujan yang terlalu tinggi (banyak hujan) tanaman
menjadi peka terhadap serangan penyakit busuk batang atau akar. Disamping itu, mutu umbi
yang dihasilkan jelek, yakni umbinya kecil-kecil, kulit umbi tipis dan mudah mengelupas.
Dengan demikian produksinya menjadi rendah.

F. Faktor Penyinaran Matahari.


Penyinaran cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses
fotosintesis. Lamanya penyinaran cahaya matahari berpengaruh terhadap waktu (kapan) umbi
terbentuk dan lamanya proses perkembangan berlangsung. Kisaran lamanya penyinaran
cahaya matahari bervariasi antara 10 – 16 jam per hari, tergantung varietasnya. Namun,
faktor cahaya yang penting berpengaruh terhadap pembentukan umbi adalah intensitas
cahaya.
Tanaman kentang memerlukan intensitas cahaya yang besar. Semakin besar intensitas cahaya
yang dapat ditangkap atau diterima akan mempercepat pembentukan umbi dan waktu
pembungaan. Intensitas cahaya matahari yang lemah akibat keadaan cuaca yang buruk atau
karena tertutup pepohonan disekitar tanaman dapat menyebabkan tanaman tumbuh
memanjang, kurus, lemah, dan pucat. Akibatnya proses pembentukan umbi terhambat.

G. Keadaan Angin.
Angin yang kencang dan berkelanjutan secara langsung dapat merusak tanaman, seperti
robohnya tanaman, patahnya ranting-ranting dan lain-lain. Sedangkan pengaruhnya secara
tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman adalah angin berpengaruh terhadpa kondisi
tanah, yakni angin yang kencang dapat mempercepat penguapan air tanah sehingga
menyebabkan tanah cepat mengering dan mengeras. Keadaan ini dapat mempengaruhi
jumlah imbangan antara udara dan air di dalam tanah tidak mencukupi untuk kebutuhan
tanaman. Dengan demikian tanaman akan terganggu pertumbuhannya dan keadaan tanah
yang mengeras dapat menghambat pertumbuhan umbi (Bambang cahyono, 1996).    
2.2. Persiapan Lahan

2.2.1 Mencangkul Tanah


Tanah harus dicangkul sedalam 30-40 cm. setelah dicangkul, tanah dibiarkan beberapa hari
agar mendapat sinar matahari sehingga peredaran udara lancer serta hama dan bakteri bisa
terbunuh.
2.2.2. Menggemburkan Tanah
Setelah dicangkul, tanah harus dilembutkan dan digemburkan. Tanaman kentang hanya bisa
tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur sekali. Dalam tanah yang gembur, akar kentang
sebagai asal terjadinya umbi bisa berkembang secara maksimal. Tanah yang kurang gembur
dapat menghambat proses terjadinya umubi. Untuk menggemburkan tanah dapat digunakan
cangkul berukuran sedang atau garu.
2.2.3. Membuat Bedengan
Bedengan perlu dibuat sebagai tempat penanaman kentang. Bedengan bisa memudahkan
petani untuk memelihara tanaman kentang. Dengan bedengan, tanaman kentang tidak akan
tergenang air jika hujan turun.

Bedengan sebaiknya dibuat membujur kea rah barat-timur. Lebarnya lebih kurang 70 cm
(untuk satu jalur tanaman) atau 140 cm (untuk dua jalur tanaman). Panjangnya disesuaikan
kondisi tanah. Tinggi bedengan lebih kurang 15 cm. parit bedengan lebarnya lebih kurang 25
cm.

Parit-parit bedengan selain berfungsi sebagai jalan untuk merwat tanaman, juga sebagai
saluran air. Oleh karena itu, parit-parit bedengan ini dibuat sedemikian rupa agar air dapat
mengalir lancer bila turun hujan.

2.2.4. Membuat Saluran Air


Saluran air dibuat untuk pembuangan dan untuk mengalirkan air. Hal ini dimaksudkan agar
air tidak menggenang di parit-parit bedengan.
Tanaman kentang sangat peka terhadap air, terlebih-lebih sejak penanaman sampai berumur
dua bulan. Akar tanaman kentang yang tergenang air akan membusuk, kemudian tanaman
kentang pun layu.

2.2.5. Meratakan Tanah


Proses mertakan tanah ini perlu dilakukan agar permukaan bedengan rata atau datar dan tidak
terdapat bongkahan-bongkahan tanah lagi.

2.3. Pembenihan.
Karena tanaman kentang tidak memerlukan persemaian, maka setelah memilih bibit yang
baik dan disimpan dengan cermat, maka kemudian akan muncul titik-titik tumbuh. Hal ini
menjadi pertanda bahwa bibit sudah bisa ditanam. Bibit bisa langsung ditanam ditempat yang
telah dipersiapkan. Yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam penanaman, yaitu membuat
lubang-lubang tanaman berupa alur-alur silang. Kemudian, pada titik pertemuan sialang
itulah nantinya bibit kentang ditanam.

Agar pertumbuhan tanaman dapat sempurna, maka jarak tanaman harus diatur sebagai
berikut:
·         Jarak antara baris 50-65 cm
·         Jarak tanam di dalam baris 30-40 cm
·         Dalamnya tanaman masuk ke tanah 5-10 cm

Pada tanah berat, bibit ditanam lebih dangkal. Demikian pula pada musim penghujan, bibit
ditanam lebih dangkal agar tidak banyak terendam air. Tetapi, sebaliknbya, pada musim
kemarau bibit kentang ditanam lebih dalam agar tidak mengalami kekeringan.
Dalam proses penanaman, tiap-tiap lubang tanaman diberi pupuk kandang sebanyak 0,5
kg. Dalam satu hektar tanaman kentang diperlukan pupuk kandang 20-30 ton.

Letakkanlah bibit-bibit kentang di atas pupuk kandang dengan kedalaman 7,5-12,5 cm.
Usahakan agar tunas-tunasnya menghadap ke atas. Pada sebelah kanan dan kirinya, berilah
pupuk DS dan ZA sejauh kurang lebih 5 cm dari bibit, yaitu disebelah kanan diberi pupuk DS
sebanyak kira-kira 16 gram dan di sebelah kiri diberi pupuk ZA sebanyak lebih kurang 16
gram juga. Kemudian, tutuplah lubang-lubang tanam dengan tanah. Dalam satu hektar
tanaman kentang diperlukan lebih kurang 80-900 kg DS dan ZA. 

Dengan lahan seluas satu hektar diperlukan bibit kentang sebanyak 1200-1500 kg yang   berat
tiap umbinya antara 30-40 gram.
Setelah lebih kurang 10-12 hari kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas
tanah.

2.4. Pemupukan
Lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa alur-laur atau garitan-garitan, kemudian
diberi pupuk organik (pupuk kandang atau kompos). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara
dihamparkan dalam garitan-garitan atau diberikan secara setempat diantara umbi kentang
yang akan ditanam. Pupuk kandang yang biasa dipakai adalah kotoran ayam, sapi, kerbau,
kambing, dan burung. Pemberian pupuk kandang minimal tiga hari sebelum tanam.
Bersamaan dengan pemberian pupuk kandang tersebut sebelum penanaman bibit, pupuk
buatan juga diberikan. Cara pemberian pupuk buatan adalah diatas pupuk kandang atau
diantara umbi bibit dengan jarak 5cm – 7cm di sebelah kanan dan kiri umbi kentang. Jumlah
pupuk buatan untuk tanaman kentang bervariasi, tergantung pada varietas kentang, jenis
tanah, kesuburan tanah, lokasi, dan musim. Sebagai pedoman, pemakaian pupuk buatan untuk
lahan seluas satu hektar adalah menggunakan campuran pupuk buatan yang dilakukan 20 hari
sekali sebagai berikut:
a.       Pupuk Urea sebanyak 400 – 600 kg/ha
b.       Pupuk ZA sebanyak 150 kg/ha
c.       Pupuk SP36 sebanyak 450 kg/ha
d.       Pupuk KCL sebanyak 100 kg/ha

2.5. Penyiraman.
Tanaman kentang tidak menghendaki kekeringan, meskipun sangat peka terhadap air yang
berlebihan, terutama air yang menggenang. Jika terlalu kering, maka suhu tanah akan
menjadi panas dan kelembabannya turun. Umbi kentang memerlukan suhu dingin dengan
kelembaban yang tinggi. Pada tanah yang suhu dan kelembabannya tidak stabil, tanaman
kentang akan menghasilkan umbi yang bentuknya tidak menarik dan benjol-
benjol. Penyiraman kentang harus diperhatikan, terutama bila tidak turun hujan. Apalagi pada
musim kemarau.

2.6. Pendangiran dan Penyiangan.


Setelah tanaman kentang berumur kira-kira satu bulan, maka perlu dilakukan pendangiran.
Yakni, tanah disekitar tanaman perlu digemburkan agar peredara udara menjadi lancar.
Dengan demikian, pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik,. Rumput-rumput yang ada di
sekitar tanaman juga perlu dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
kentang.

Proses penggemburan juga disertai dengan peninggian gundukan tanah atau bedengan agar
umbi tanaman selalu terkubur. Umbi kentang yang tidak tertutup tanah akan berwarna hijau
dan kualitasnya rendah.

2.7. Pembumbunan.

Setelah tanaman kentang berumur 3-4 minggu, maka perlu dilakukan pembumbunan, yakni
proses peninggian tanah. Pembumbunan akan memberikan keuntungan bagi tanaman, antara
lain:
·         Akan merangsang pembentukan akar baru sehingga umbi kentang yang dihasilkan bisa
semakin banyak.
·         Membantu perkembangan umbi.
·         Memperkokoh berdirinya batang.
Tetapi, perlu diperhatikan bahwa pembumbunan yang dilakukan tidak boleh terlalu tinggi
karena bisa mengganggu pernapasan tanaman kentang di dalam tanah.  

2.8. Pemangkasan Bunga


Biasanya pada umur 25 – 30 hari, tanaman kentang mulai mengeluarkan bunga. Oleh karena
itu, bunga sebaiknya dipangkas sebelum mekar (bunga masih kuncup).Kemunculan bunga
bisa membuat umbi tumbuhnya kecil-kecil, Karena terjadi persaingan dalam penggunaan zat
makanan untuk pembentukan umbi dan bunga.

2.9. Varietas Tanaman Kentang


Dalam ilmu botani, varietas kentang dicirikan dengan bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama. Bila
diperbanyak secara generatif atau vegetatif, varietas tanaman yang sama akan menghasilkan
tanaman dengan ciri-ciri yang sama, unik, stabil, dan rasa yang mantap. Varietas kentang
unggul telah banyak beredar di lapangan, berasal dari pemuliaan di dalam negeri dan atau
introduksi dari luar negeri. Beberapa varietas kentang yang banyak diminati dan
dibudidayakan oleh petani adalah sebagai berikut (Setijo pitojo, 2004) :

a.       Varietas Cipanas
Varietas kentang Cipanas adalah hasil persilangan dari varietas Thung 1510 dan Desiree.
Tanaman kentang Cipanas berumur antara 95 – 105 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik
morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 50 cm – 56 cm; batang tanaman
berwarna hijau tua, memiliki penampang berbentuk segi lima, dan bersayap lurus; daun
tanaman berbentuk oval, berwarna hijau tua dengan urat utama hijau muda, dan permukaan
bawah daun berbulu; jumlah tandan bunga antara 3 – 7 buah; putik berwarna putih dan
benang sari berwarna kuning.
Potensi hasil varietas Cipanas adalah 13 – 34 ton/ha dengan rata-rata 24,9 ton/ha. Umbi
berkulit putih, mata umbi dangkal, dan permukaan umbi rata. Daging umbi berwarna kuning
dan berkualitas sangat baik. Tanaman kentang varietas Cipanas agak peka terhadap
nematoda Meloidogyne sp., tahan terhadap busuk daunPhytophthora infestans, dan peka
terhadap layu bakteri Pseudomonas solanacearum (Setijo pitojo, 2004).

b.      Varietas Cosima
Varietas Cosima yang banyak beredar di Indonesia adalah introduksi dari jerman Barat.
Tanaman kentang Cosima berumur antara 100 – 110 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik
morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 75 cm; batang tanaman berwarna hijau
tua, memiliki penampang berbentuk segi lima, dan bersayap rata; daun tanaman berbentuk
oval dengan ujung meruncing, berwana hijau dengan urat utama hijau muda, dan permukaan
bawah daun berkerut serta berbulu; jumlah tandan bunga berkisar antara 5 – 11 buah; putik
berwarna putih; benang sari berjumlah lima buah dan berwarna kuning; dan buah berbentuk
bulat pipih.

Potensi hasil kentang varietas Cosima berkisar antara 19 – 36 ton/ha, dengan hasil rata-rata
28,5 ton/ha. Kulit umbi berwarna kuning muda dan daging umbi kuning tua. Umbi kentang
varietas Cosima memiliki kualitas sedang. Tanaman kentang varietas Cosima cukup tahan
terhadap nematoda Meloidogyne sp., tahan terhadap busuk daun Phytophthora infestans, dan
agak peka terhadap layu bakteriPseudomonas solanacearum (Setijo pitojo, 2004).

c.       Varietas Segunung

Varietas Segunung adalah hasil persilangan antara varietas Thung 151 C dan Desiree.
Tanaman kentang Segunung berumur  100 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik
morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 70 cm; batang berwana hijau muda
berpigmen ungu, memiliki penampang berbentuk segi empat, dan bersayap bergerigi; daun
dan urat utama daun berwarna hijau muda, berbentuk oval agak bulat dengan ujung runcing,
dan permukaan bawah daun berkerut serta berbulu; jumlah tandan bunga delapan buah, putik
berwarna putih, dan benang sari berwarna kuning.
Potensi hasil kentang varietas Segunung mencapai 25 ton/ha. Umbi berkulit kuning, halus,
dan mata umbi dangkal. Daging umbi berwarna kuning dan berkualitas baik. Varietas
Segunung cukup tahan terhadap busuk daunPhytophthora infestans dan cocok ditanam di
dataran tinggi (Setijo pitojo, 2004).

d.      Varietas Granola L.
Varietas Granola L. adalah hasil introduksi dari Jerman Barat. Tanaman kentang varietas
Granola L. berumur antara 100 – 115 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik morfologi
sebagai berikut: tinggi tanaman  65 cm; batang berwarna hijau, berpenampang segi lima, dan
bersayap rata; daun berwarna hijau dengan urat utama hijau muda, berbentuk oval, dan
permukaan daun bagian bawah berkerut; jumlah tandan bunga berkisar antara 2 – 5 buah,
putik berwarna putih; dan memiliki 5 buah benang sari berwarna kuning.
Potensi hasil rata-rata 26,5 ton/ha. Umbi berbentuk oval, berkulit kuning sampai putih, dan
bermata dangkal. Daging umbi berwarna kuning. Varietas Granola L. tahan terhadap PVA
dan PVY, namun agak peka terhadap layu bakteriPseudomonas solanacearum dan busuk
daun Phytophthora infestans  (Setijo pitojo, 2004).

e.        Varietas Atlantik Malang


Varietas Atlantik Malang merupakan introduksi dari Wisconsin, Amerika.Tanaman kentang
varietas Atlantik Malang berumur   100 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik morfologi
sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 50 cm; batang berwarna hijau dan berpenampang
agak bulat; daun dan urat utama daun berwarna hijau; permukaan bawah daun bergelombang;
jumlah tandan bunga antara 1 – 2 buah; putik berwarna hijau; dan benang sari yang berwarna
kuning.
Potensi hasil varietas Atlantik Malang berkisar antara 8 – 20 ton/ha. Kulit dan daging umbi
berwarna putih, serta mata umbi dalam. Varietas Atlantik Malang tahan terhadap nematoda
(Setijo pitojo, 2004).
f.       Varietas Merbabu-17
Varietas Merbabu-17 adalah hasil persilangan antara IP 81001-1 dan MF-1. Tanaman
kentang varietas Merbabu-17 berumur antara 90 – 120 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman lebih dari 100 cm; batang tanaman
berwarna hijau; daun tanaman berwarna hijau tua; dan bunga berwarna putih keunguan.
Potensi hasil varietas Merbabu-17 mencapai 24 ton/ha. Umbi berbentuk oblong, memiliki
kulit berwarna kuning berbintik-bintik, bermata dangkal, dan daging umbi berwarna kuning.
Varietas Merbabu-17 bersifat agak tahan terhadap hama penggorok daun L. huidobrensis dan
tahan terhadap busuk daun Phytophthora infestans (Setijo pitojo, 2004).
 
 2.10. Organisme Pengganggu Tanaman
A.    Hama
      Hama yang sering menyerang tanaman kentang adalah :
1. Kutu Daun (Aphididae)
Kutu daun atau aphid adalah hama dari keluarga Aphididae yang berukuran kecil (1 – 2mm)
dan umumnya menyerang daun dengan cara mengisap cairan daun.  Salah satu jenis kutu
daun yang dikenal secara umum adalah kutu aphis (Aphis gossypii), kutu daun persik atau
tobaco aphids (Myzus persicae) dan kutu bereng, wereng (Thrips).

Aphis gossypii dan Myzus persicae bisa dikatakan serupa tapi tak


sama.  Aphisgossypii berwarna hijau, kehitam-hitaman, sampai kuning kecoklat-coklatan. 
Sedangkan Myzus persicae sayapnya berwarna kehitam-hitaman, permukaan tubuhnya hijau,
kuning sampai merah kecoklat-coklatan. Keduanya mengisap cairan daun atau bagian daun
yang masih muda.  Daun yang diserang akan berkeriput berkerut-kerut karena cairannya
dihisap.  Tanaman tumbuh kerdil, warna daunnya kekuning-kuningan, daun menggulung,
kemudian layu,dan akhirnya tanaman tidak hanya terhambat pertumbuhannya melainkan bisa
juga mati.

Pada suhu di atas 25 ºC, umur kutu dewasa menjadi pendek.  Pada suhu udara diatas 28 ºC
reproduksi akan terganggu.  Bila kelembaban udaranya secara konstan relatif tinggi, akan
mempengaruhi pertumbuhan kutu muda. Sebab yang diinginkannya adalah kondisi yang
sebaliknya yaitu kelembaban yang rendah. Yang paling ditakuti petani adalah hama tersebut
dianggap sebagai penular (vektor) penyakit PLVR (Potato Leaf Roll Virus), terutama saat
umbi kentang disimpan di gudang.

Kutu Trips atau gurem bergerak lincah.  Ukurannya sangat kecil (1 mm) sehingga sulit dilihat
mata.  Daun yang diserang berkeriput, berbintik-bintik kuning, kaku, menebal.  Sedangkan
bagian bawah daun yang diserang berwarna keperak-perakan.  Serangan pada tanaman yang
sudah tua, daun tampak menggulung dan tanaman tumbuh kerdil.  Selain menyerang daun,
thrips ditemukan juga menyerang tunas baru tumbuh dari umbi kentang (bibit kentang).
Untuk mengendalikan hama ini, langkah langkah yang dapat dilakukan adalah:
a.  Membersihkan lingkungan sekitar dari tumbuhan liar (gulma) dan membakar bagian tanaman
yang diserang.
b.      Menanam tanaman perangkap yang tumbuhnya lebih tinggi dari tanaman kentang, ditanam
di pinggiran lahan.  Jenis tanaman perangkap antara lain tanaman jagung, bunga matahari,
atau tanaman yang bunganya cenderung kuning atau kekuning-kuningan.
c.   Pada serangan yang demikian hebat, setiap daun dapat ditemukan aphis sebanyak 7 ekor.
d.      Penyemprotan pestisida (insektisida) yang sesuai untuk aphis dapat dilakukan jika
diperlukan.

2. Ulat Penggulung daun ( Phthorimaea operculella)


Ulat ini termasuk kedalam Ordo Lepidoptera. Famili Gelechiides.  Lepidoptera berasal dari
kata Yunani yaitu Lepidopteros.  Lepidos artinya sisik, pteros artinya sayap.  Serangga
dewasa tidak menjadi hama, yang menjadi hama adalah Larvanya, larva berbentuk ulat. 
Serangan ulat ini dimulai Serangan dengan perubahan warna daun dari hijau menjadi merah
tua. Kemudian muncul jalinan seperti benang yang didalamnya berisi ulat kecil berwarna
kelabu. Kadang-kadang daun menggulung dan berisi larva. Menggulungnya daun karena
permukaan daun sebelah atas rusak.

Serangan ini tidak hanya terjadi dilapangan, tetapi juga di tempat penyimpanan atau gudang.
Umbi yang diserang ditandai dengana adanya kotoran disekitar mata tunas.

Ulat ini juga juga dikenal dengan nama taromi, selisip, atau selundup atau PTM
(Potato Tuber Mouth) itu, diduga juga sebagai hama yang mengundang datangnya serangan
jamur penyebab penyakit Fusarium. Daur hidup hama ini cukup lama. Di daerah seperti
Bogor (kurang dari 1.000 m dpl) hama tersebut bisa hidup sampai 25 hari. Namun, didataran
1.200 m dpl bisa hidup sampai 40 hari. Pastinya,Phthorimaea operculella tergolong hama
berbahaya karena bisa merusak hasil panen, baik yang lapangan maupun yang disimpan di
gudang.

Pada stadia dewasa, hama berupa kupu-kupu berwarna keabu-abuan. Kupu-kupu tersebut
aktif di malam hari dan tidak aktif pada siang hari. Ia bersembunyi di tempat yang  sulit
dipantau (bagian bawah tanaman) Telurnya kecil sekali , bisa ditemui di bawah daun atau di
atas umbi. Peletakan telur di atas umbi, bila umbi tidak tertutup tanah seluruhnya. Makanya
umbi yang disimpan digudang kerap  dijadikan sasaran.
Setelah telur menetas, keluar ulat yang kemudian merusak daun dan umbi dengan cara
melubanginya. Setelah ulat berubah menjadi pupa, kononnya akan terlihat seperti ditutupi
butiran tanah. Bila di gudang, pupa akan berada di luar umbi atau di atas rak.
Pemberantasan secara mekanis dapat dengan memangkas daun ataupun umbi yang telah
terinfeksi dan yang telah tertempeli telur dan nimfanya. Sedangkan penyemprotan secara
kimia dengan penyemprotan pestisida.
Upaya pengendalian hama yang dilakukan, antara lain:
a.      Hindari penanaman kentang pada musim kemarau.
b.      Hindari terjadinya keretakan tanah karena lewat retakan ini larva akan masuk ke dalam
tanah dan tanah akan merusak umbi.
c.       Seiring melakukan pembumbunan untuk mencegah larva masuk ke dalam tanah.
d.      Umbi yang disimpan di gudang harus diseleksi betul. Untuk itu, guna mengetahui mata
umbi yang baik dan mana yang tidak, biarkan umbi selama dua minggu terhampar dilantai
(yang sudah dibersihkan juga). Bila umbi tetap bersih, berarti bebas hama tersebut. Tapi bila
dua minggu kemudian ternyata permukaan umbi mulai kotor, berarti telur hama tersebut
mulai menetas. Sebaiknya umbi ini langsung dibuang saja.
e.      Bila diperlukan gunakan insektisida yang dianjurkan. Dapat menggunakan insektisida
biologi antara lain Bacillus thuringiensis atau baculovirus.

B.     Penyakit
1.  Penyakit Hawar Daun
Phytophthora infestans termasuk kedalam kelas Oomycetes, Ordo Peronosporalesyang
menyebabkan penyakit hawar daun kentang dan busuk kentang. Organisme yang semula
dianggap sebagai anggota fungi / jamur ini ternyata merupakan protista dan menjadi
penyebab kelaparan besar pada tahun 1845 di Irlandia dan pada tahun 1846 di Dataran Tinggi
Skotlandia, dan menyebabkan emigrasi besar-besaran ke Amerika Serikat.
Miselium P. infestans yang terdiri dari benang-benag hifa yang tidak bersekat dan
mengandung banyak inti yang diploid (Brasier & Sansome, 1975), tumbuh diantara sel-sel
tanaman inang.  Makanan diperoleh dari dalam sel yang diserap oleh kaki miselium.

Sporangiofora bercabang-cabang dengan sifat percabangan simpodial dan


pertumbuhannya indeterminate.  Pada ujung sporangiofora terbentuk sporangia, dan ini
terjadi sebelum cabang baru yang mendesaknya ke samping tumbuh.  Sporangiofora muncul
kepermukaaan jaringan melalui stomata.  Sporangium berbentuk bulat telur atau menyerupai
buah jeruk limau, berpapila, berukuran 27 – 30 x 15 – 20 mikron.  Pada temperatur diatas
20 ºC sporangium berkecambah langsung membentuk buluh kecambah sedang dibawah
temperatur tersebut zoospora.  Jadi sporangium dapat berfungsi sebagai konidium maupun
sebagai zoosporangium, tergantung pada temperatur lingkungannya. Di gudang
penyimpanan, penyakit berkembang dan bila umbi ditanam tuna-tunas yang tumbuh
menunjukan gejala penyakit.

Menurut Sato (1979) infeksi umbi di lapang terjadi pada tanah yang bersuhu 18 ºC atau lebih
rendah.  Di dalam tanah , sporangium tidak dapat bertahan lama.  Pada 20 ºC sporangium
masih tetap hidup selama 5 minggu, sedang pada suhu 30 ºC hanya 7 hari (Suhardi, 1982).
Pada umumnya penyakit busuk  daun kentang dijumpai setelah tanaman berumur 5 – 6
minggu.  Mula-mula serangan penyakit ini hanya dijumpai ada daun-daun bawah, kemudian
merambat ke atas, ke daun-daun yang lebih muda.

Gejala pertama ialah terdapat bercak kebasah-basahan dengan tepian yang tidak teratur pada
tepi daun atau tengahnya.  Bercak kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik yang
berwarna coklat.  Melingkari daerah nekrotik ini terdapat bagian yang berwarna hijau kelabu
yang menghasilkan sporangium berwarna putih.  Penyakit dapat terjadi pada tangkai anak
daun , warna coklat, melingkar, agak mengendap, dan dapat menimbulkan defoliasi.  Pada
ujung batang, penyakit berupa nekrotik yang cepat berkembang pada jaringan tanaman yang
masih muda.  Apabila kelembaban udara rendah bercak-bercak nekrotik cepat mengering dan
jaringan sakit menjadi mengkerut, melengkung, atau memutar.  Kulit umbi kentang yang
berpenyakit melekuk dan agak berair.  Bila dibelah, daging umbi berwarna coklat.

Pengendalian terhadap penyakit lodoh  antara lain dengan sanitasi lahan pertanaman.  Lantas
menanam bibit yang sehat dan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit tersebut.
Selanjutnya, menanam tanaman pagar seperti jagung atau yang lain sebagai penghalang
penyebaran spora dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.  Tanaman penghalang ini
juga sebagai pencegah serangan serangga yang mungkin menjadi vektor penyebar penyakit
tersebut.

2.     Penyakit Kudis
Penyakit kudis disebabkan oleh streptomycetes scabies (Thaxt) Waks & Henrici, yaitu
merupakan termasuk ke dalam kelas  Thallobacteria.  Streptomyces spp. merupakan genus
paling besar dari ordo Actinomycetales yang termasuk gram positif.

Genus ini kebanyakan dapat ditemukan di tanah dan tumbuhan yang


membusuk. Streptomyces spp. memiliki bau khas yang dihasilkan dari metabolisme dan
geosmin yang menguap.

Streptomyces spp. merupakan bakteri penghuni tanah yang membentuk miselium bercabang-


cabang dengan ukuran antara 0,5-2,0 µm dan membentuk rantai spora pada ujung hifa udara
dengan diameter 0,5-2,0 µm. Streptomyces spp. bersifat aerobik, oksidatif, dan sedikit asam
yang diakumulasi dalam medium.

Infeksi berlangsung melalui sel-sel umbi- umbi muda, terutama bila keadaan tanah kering
(Adam & Lapwood, 1978).  Dilaporkan oleh Lewis (1970) bahwa bila tanah dipertahankan
pada potensial air 80 joule per kg pada kedalaman 25 cm selama masa pertumbuhan kentang,
maka banyak terjadi infeksi kudis. Disamping menyerang
kentang, S.scabies menyerang  Turnip, bit dan radish (Hodgson et al., 1974).  Kudis biasanya
tidak terjadi pada pH dibawah 5, tetapi pada pH 6 atau lebih dapat meningkatkan serangan.
Gejala penyakit ini tidak tampak pada bagian di atas permukaan tanah.  Kulit permukaan
umbi terdapat borok-borok kudis yang menonjol keluar dan biasanya berdiameter 5 – 8 mm. 
Mula-mula gejala hanya bercak kecil berupa pecahan seperti bintang, kemudian berkembang
meluas dan berwarna gelap.  Scab banyak berjangkit pada musim kering dengan temperatur
optimum 25 ˚C – 30 ˚C.

Pengendalian penyakit ini yaitu menanam umbi yang sehat dan merotasi kentang denga
leguminosae 3 – 5 tahun.  Pencelupan umbi ke dalam formalin 0,05 persen selama satu jam
akan mencegah penularan penyakit melalui umbi.  Gunakan pupuk yang agak asam seperti
amonium sulfat.  Pertanaman diairi secukupnya dan teratur pada masa awal pertumbuhan.
3.      Layu bakteri.
Penyakit ini masuk ke dalam tanaman melalui akar yang terluka.  Bagian yang terserang
adalah umbinya.  Kulit umbi berbecak cokelat.  Gejala itu menjalar hingga batang.  Kalau
bagian batangnya dipotong dan kemudian ditekan, dari bekas potongan akan mengeluarkan
cairan yang warnanya seperti susu.  Akibat selanjutnya terjadi kelayuan pada seluruh daun
tanaman, yang dimulai dari bagian pucuk.. Kemudian berwarna cokelat, dan biasanya hanya
dalam tempo beberapa hari, tanaman akan mati.
Serangan layu bakteri terbanyak pada musim hujan atau pada udara lembab.  Penularan
penyakit dilapangan terjadi dalam tanah, mungkin lewat rembesan air atau percampuran
dengan tanah yang sudah terinfeksi.  Sedangkan penularan digudang dapat disebabkan karena
tercemarnya gudang oleh umbi yang sudah terjangkiti penyakit ini.

Penyakit layu bakteri dikenal sebagai layu bakteri ralstonia akibat


bakteriPseudomonas (Ralstonia) solanacearum.  Gejala umum serangan, beberapa daun
muda pada pucuk tanaman layu; daun tua dan daun bagian bawah menguning, atau tanaman
layu sebagian atau keseluruhan dengan bagian daun yang menguning lalu mati.  Gejala ini
seperti tanaman yang kekurangan air.  Bila tanaman dicabut tanaman masih kokoh karena
sistem perakarannya tidak terganggu.

Bila umbi yang terinfeksi, ketika dilakukan pemanenan, akan tampak ”lengketan tanah” yang
menempel pada ujung stolon atau bagian mata umbi atau bagian ujung umbi.  Lengketan
tanah ini akibat lendir yang keluar dari bagian yang terinfeksi.  Bila umbi dibelah , maka akan
tampak disklorasi atau warna cokelat disekeliling vaskulernya (melingkar) dan berlendir
berwarna putih susu atau keabu-abuan.

Layu bakteri tersebut menular melalui tanah (soil borne patogen) atau melalui peralatan
pertanian. Sedangkan suhu tinggi dan kelembaban tinggi sangat menguntungkan bagi
bakteri.  Suhu optimum bagi perkembangan bakteri 27 – 37 ˚C dan suhu yang menghambat
pertumbuhannya 8 – 10 ˚C.
Pengendalian penyakit ini meliputi pemakaian umbi yang sehat, melakukan rotasi dengan
tanaman bukan tanaman inang minimal 4 tahun, mengeringkan tanah pada musim kemarau,
mengurangi pelukaan karena mekanis maupun karena nematoda, penyemprotan tanaman
dengan Agrimisin 15/1.5 WP, serta menerapkan tindakan eradikasi dan sanitasi.

4.      Penyakit Layu Fusarium.


Penyebab layu ini disebabkan oleh jamur Fusarium solani (Mart) Sacc, yaitu jamur yang
dapat bertahan di dalam tanah sebagai saprob atau dalam bentuk klamidospora.  Dalam
bentuk klasmidospora patogen dapat bertahan paling tidak selama 5 tahun di dalam tanah
bera (Booth & Waterston).  Jamur ini menghasilkan mikrokonidia bening, silindris,
berukuran 9 - 16 x 2 – 4 mikron.  Makrokonidia berbentuk silindris atau seperti perahu
bersekat-sekat dan berukuran 40 – 100 x 5 – 7,5 mikron.
Menurut Hodsgon, dkk., (1974), penyebab penyakit ini bertahan dalam tanah atau umbi yang
terinfeksi di gudang.  Bila umbi yang terinfeksi ditanam, jamur akanmenginfeksi akar dan
menjalar melalui tanaman ke umbi.

Penyakit ini pada umumnya timbul di daerah yang beriklim kering seperti di Jawa Timur. 
Serangan penyakit ini sering bersama-sama dengan penyakit kanker batang.

Gejala penyakit tersebut diawali dengan pertumbuhan tanaman yang tampak tidak normal,


daun-daun berwarna hijau suram. Dimulai dari daun-daun bawah kelayuan berkembang ke
atas.  Daun-daun yang layu kemudian menguning dan akhirnya mengering.  Daun-daun
pucuk tetap hijau.

Bila batang kentang disayat, tampak kayunya berwarna coklat.  Kadang-kadang pencoklatan


juga dijumpai pada pembuluh tangkai daun.  Pada tanah yang basah dan dingin, bagian
batang di bawah permukaan tanah dapat menjadi busuk, tanaman layu dan mati (Hodgson
dkk., 1974).  Umbi-umbi yang terserang melekuk pada ujung stolon dan terjadi pencoklatan
pembuluh sampai ke kedalaman yang beragam.  Bila mencapai mata umbi, maka tidak akan
membentuk tunas.
Pengendalian penyakit layu fusarium dilakukan sejak awal yaitu, sanitasi lahan dan menanam
bibit yang sehat.  Ketika panen jangan sampai umbi terluka dan sebelum disimpan umbi
direndam dengan fungisida dulu (umbi untuk benih atau bibit).  Ketika panen, umbi betul-
betul berasal dari tanaman yang jaringannya sudah mati.  Kemudian, umbi jangan disimpan
dalam gudang yang lembab.  Sistem pertukaran udara atau ventilasi gudang harus baik. 
Jangan sering menggeser-geser umbi digudang sampai umbi siap tanam.
            Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah :
a.      Melakukan pergiliran tanaman yang bukan tanaman terung-terungan.
b.      Gudang penyimpanan harus dibersihkan dari hama penyakit sebelum digunakan.
c.       Bila diperlukan bisa gunakan pestisida yang dianjurkan.

2.11. Panen.

2.11.1  Ciri dan Umur Panen.

Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman.
Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari; varietas medium 120-150 hari;
dan varietas dalam 150-180 hari.

Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuning-
kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna
kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap panen kulit umbi akan lekat
sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.

2.11.2. Cara Panen.        

Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan
pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar
umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu
kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen.

2.12.Pasca panen.
a.       Penyortiran dan Penggolongan.
Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit.
Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir
berdasarkan ukuran umbi (tergantung varitas).

b.      Penyimpanan.
Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, sebaiknya ruangan tempat
penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri. Simpan di
tempat yang tertutup dan berventilasi.

c.       Pengemasan dan Pengangkutan.


Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus berventilasi
dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan selama pengangkutan.

d.      Pembersihan.
Petani konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi. Untuk memasarkan kentang di
pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus dibersihkan terlebih dulu. Bersihkan umbi dari
segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan perlahan-lahan jangan sampai
menimbulkan lecet-lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air
mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih akan
memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik konsumen.

2.13.        Standar Produksi.
2.13.1.  Klasifikasi dan Standar Mutu.
Menurut ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam.
a.       Kecil: 50 gram kebawah.
b.      Sedang: 51-100 gram.
c.       Besar: 101-300 gram.
d.      Sangat besar: 301 gram ke atas.

Menurut jenis mutunya kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu mutu I dan
mutu II:
a.       Keseragaman warna dan bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
b.      Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c.       Kerataan permukaan kentang: mutu I=rata; mutu II=tidak disyaratkan.
d.      Kadar kotor (bobot/bobot): mutu I=maksimum 2,5%; mutu II=maksimum 2,5%.
e.       Kentang cacat (bobot/bobot): mutu I=maksimum 5%; mutu II=maksimum 10%.
f.       Ketuaan kentang: mutu I=tua; mutu II=cukup tua.

Untuk mendapatkan hasil kentang yang sesuai dengan standar maka dilakukan
pengujian yang meliputi:
a.       Penentuan keseragaman ukuran kentang.
Timbang seluruh cuplikan, kemudian timbang tiap butir dalam cuplikan. Pisahkan butir-butir
yang beratnya diatas/dibawah ukuran berat yang telah ditentukan dan timbanglah semuanya.
Bila presentase berat butir yang diatas/dibawah ukuran berat masing-masing sama/kurang
dari 5% maka contoh dianggap seragam.

b.      Penentuan kerataan permukaan kentang.


Timbang seluruh cuplikan dan ukur benjolan yang terdapat pada tiap butir dalam cuplikan.
Pisahkan butir-butir cuplikan yang mempunyai benjolan lebih dari 1 cm sama/kurang dari
10% jumlah cuplikan maka cuplikan dianggap mempunyai permukaan rata.
c.       Penentuan kadar kotoran.
Timbanglah sampai mendekati 0,1 gram sebanyak lebih kurang 500 gram cuplikan dalam
wadah yang telah ditera sebelumnya dan tuanglah kedalalam sebuah bak kayu yang
disediakan khusus untuk itu. Pilihlah kotoran-kotoran dan timbanglah berat masing-masing.

d.      Penentuan cacat pada kentang segar.


Timbang seluruh cuplikan dan tentukan butir-butir kentang yang cacat. Pisahkan butir-butir
yang cacat dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir-butir yang cacat
sama/kurang dari 50%, maka cuplikan dianggap Mutu I dan bila sama/kurang dari 10% maka
cuplikan dianggap Mutu II.

e.       Penentuan ketuaan pada kentang segar


Timbanglah seluruh cuplikan dan tentukan butir contoh yang tua/cukup tua. Pisahkan butir
yang tua/cukup tua dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir contoh yang
kulitnya mengelupas beratnya lebih dari ¼ bagian permukaannya sama/kurang dari 5%, maka
cuplikan dianggap tua dan bila sama/kurang dari 10%, maka cuplikan dianggap cukup tua.

2.13.2.  Pengemasan
Kentang disajikan dalam bentuk utuh dan segar. Dikemas dengan keranjang/bahan lain
dengan berat netto maksimum 80 kg dan ditutup dengan anyaman bambu kemudian diikat
dengan tali rotan/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan.

Di dalam keranjang atau kemasan diberi label yang bertuliskan :


a.       Nama barang.
b.      Jenis mutu.
c.       Nama/kode perusahaan/eksportir.
d.      Berat netto.
e.       Produksi Indonesia.
f.       Negara/tempat tujuan.

III. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dalam pembuatan makalah ini adalah :


1.      Teknis budidaya tanaman kentang adalah meninjau syarat pertumbuhan tanaman kentang
dari aspek letak strategis, keadaan topografi tanah, dan keadaan suhu dan kelembaban,
keadaan curah hujan, keadaan angin, faktor sinar matahari.
2.      Proses persiapan lahan yaitu mencangkul tanah, menggemburkan tanah, membuat
bedengan, membuat saluran air dan meratakan tanah.
3.      Dengan lahan seluas satu hektar diperlukan bibit kentang sebanyak 1200-1500 kg
yang   berat tiap umbinya antara 30-40 gram.
Setelah lebih kurang 10-12 hari kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas
tanah.
4.      Cara pemberian pupuk buatan adalah diatas pupuk kandang atau diantara umbi bibit dengan
jarak 5cm – 7cm di sebelah kanan dan kiri umbi kentang. Jumlah pupuk buatan untuk
tanaman kentang bervariasi, tergantung pada varietas kentang, jenis tanah, kesuburan tanah,
lokasi, dan musim.
5.      Penyiraman kentang harus diperhatikan, terutama bila tidak turun hujan. Apalagi pada
musim kemarau.
6.      Proses pendangiran dan penyiangan dilakukan agar pertumbuhan tanaman kentang menjadi
lebih baik.
7.      Pembumbunan yang dilakukan tidak boleh terlalu tinggi karena bisa mengganggu
pernapasan tanaman kentang di dalam tanah.
8.      Biasanya pada umur 25 – 30 hari, tanaman kentang mulai mengeluarkan bunga. Oleh
karena itu, bunga sebaiknya dipangkas sebelum mekar.
9.      Dalam ilmu botani, varietas kentang dicirikan dengan bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
10.  Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman.
11.  Proses pasca panen terdiri dari penyortiran dan penggolongan, penyimpanan, pengemasan
dan pengangkutan serta pembersihan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2012. Budidaya Tanaman Kentang. http://bestbudidayatanaman.


blogspot.com/2012/12/Budidaya-Kentang-Budidaya-Tanaman-Kentang-dan-Cara-
Menanam-Kentang.html.  Diakses pada tanggal 22 September 2013 pukul 19.05 WIB.
Anonym. 2011. Cara Menanam Kentang. http://konsultasisawit. blogspot.com/2011/11/makalah-
cara-menanam-kentang-terlengkap.html.Diakses pada tanggal 22 September 2013 pukul
19.53 WIB.
Anonym. 2007. Budidaya Kentang. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-
kentang.html. Diakses pada tanggal 22 September 2013 pukul 20.03 WIB.
Bonus Trubus. 1998. Analisis Komoditas Kebal Resesi. Kanisius:Yogyakarta
Parabowo, Abror Yudi.2007.Budidaya Kentang(terhubung berkala)
Samadi, Budi. 1997. Usaha Tani Kentang. Kanisius:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai