Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 4-XII MIPA 5

Farhan Fadhillah R.(12)


Hagea Sofia A.I (17)
Nasywa Aqilah P (28)
Ransi Raihan M (33)

Di Balik Buku Bumi Manusia

Bumi Manusia adalah novel sejarah karya Pramoedya Ananta Toer dengan judul yang
pernah dilarang Orde Baru (Orba) di bawah rezim Soeharto. Kisah pembuka dari Tetralogi Buru
ini adalah mahakarya sang sastrawan, sekaligus cendera mata budaya juga kesastraan
Indonesia. Buku ini begitu kuat dampaknya, sekuat karisma sekaligus pemikiran seorang
Pramoedya Ananta Toer. Namun karena kekuatan itu pula, ia harus menjadi korban tahanan
politik karena dianggap menyebarkan paham komunisme.
Pramoedya Ananta Toer adalah seorang sastrawan Indonesia yang karyanya sudah
dikenal di berbagai belahan dunia. Lebih dari 50 karyanya telah diterjemahkan ke 42 bahasa
asing. Beliau dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 dan menghembuskan nafas
terakhirnya di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun. Ia merupakan anak sulung dalam
keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya berdagang nasi. Nama asli
Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita
pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer
(nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama
tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya.
Pada 1950-an ia tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya, dan
ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra,
komunitas seniman yang dianggap berhaluan kiri di Indonesia. Beliau juga menulis karya yang
berbentuk fiksi kritik terhadap korupsi pada masa itu dan menimbulkan friksi antara ia dan
Soekarno. Kembali pada Lembaga Kebudayaan Rakyat, komunitas ini memang sempat lekat
dengan PKI, namun lembaga yang menaungi kaum sastrawan dan seniman revolusioner ini tidak
pernah menjadi bagian resmi dari partai politik berhaluan kiri tersebut. Hanya saja oleh rezim
Orde Baru, Lekra disamaratakan dengan PKI yang harus dibasmi. Padahal tak satupun orang
berhasil mem-PKI-kan Lekra, kecuali Soeharto. Itulah alasan mengapa Pramoedya Ananta Toer,
beserta karya-karyanya, membuat penguasa dan pemerintahan Orde Baru marah. Pada tahun
1969 ia ditahan oleh Pemerintahan Soeharto karena dianggap berpandangan pro-komunis.
Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas
pantai Jawa, dan kemudian di Pulau Buru, kawasan timur Indonesia.
Walau Pramoedya mengalami ketidakadilan, mentalnya tak lantas runtuh. Beliau
menjadikan pembuangannya sebagai momentum untuk terus berkarya. Kendati dilarang menulis,
Pram justru mampu menyusun rangkaian naskah yang kelak menjadi mahakaryanya. Di tanah
buangan itulah Bumi Manusia tercipta. Ini merupakan seri pertama dari empat novel yang
terangkai dalam Tetralogi Pulau Buru. Tiga seri lainnya berjudul Anak Semua Bangsa, Jejak
Langkah, dan Rumah Kaca. Tetralogi Pulau Buru mengisahkan tentang perjalanan hidup Minke,
seorang ningrat-intelektual Jawa yang dengan segala daya upaya berusaha menyadarkan rakyat
Indonesia untuk lepas dari belenggu penjajahan. Minke yang merupakan karakter fiksi
Kelompok 4-XII MIPA 5
Farhan Fadhillah R.(12)
Hagea Sofia A.I (17)
Nasywa Aqilah P (28)
Ransi Raihan M (33)

sebenarnya merujuk kepada tokoh nyata, yakni Tirto Adhi Soerjo. Tirto adalah perintis pers
Bumiputera sekaligus pelopor pergerakan nasional di awal abad ke-20.
Apa yang dialami Minke dalam Jejak Langkah dialami juga oleh Tirto, tentu dengan
tambahan imajinasi Pram. Bahkan beliau juga menggunakan inisial T.A.S. sebagai inisial yang
sering Minke gunakan untuk menulis tajuk rencana. Kekaguman Pram tidak hanya menjadikan
Tirto sebagai inspirasi untuk tokoh Minke, ia juga menulis Sang Pemula yang merupakan semi-
biografi Tirto. Di dalamnya diceritakan Tirto tidak banyak membahas tentang orang tuanya. Ia
dibesarkan kakeknya yang merupakan Bupati Bojonegoro. Dalam Bumi Manusia, Minke sempat
disiksa ayahnya yang saat itu akan diangkat menjadi Bupati B. Tidak diketahui apakah ini Blora
atau Bojonegoro. Bumi Manusia dan Sang Pemula menjadi persembahan Pram kepada Tirto
yang tenggelam akibat pendiskreditan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda yang juga
ditambah pengabaian oleh bangsanya sendiri.
Bumi manusia adalah salah satu karya terbaik anak bangsa yang berpengaruh dalam
bidang sastra di Indonesia. Karya ini merupakan persembahan bagi Tirto Adhi Soerjo, dan bagi
perjuangan bangsa Indonesia. Begitu banyak rintangan yang dilewati, tidak membuat Pramoedya
Ananta Toer sebagai penulis karya ini menyerah, bahkan ia menciptakan mahakarya ini di balik
jeruji besi. Pelarangan penjualan karyanya juga tidak membuat buku tersebut hilang dan
dilupakan oleh penikmatnya. Saat ini karyanya telah difilmkan dan sukses meraih hati jutaan
penonton.

ANALISIS TEKS SEJARAH


1. Tema
Tema dalam cerita sejarah “Di Balik Buku Bumi Manusia” adalah proses penciptaan
mahakarya.
“Beliau menjadikan pembuangannya sebagai momentum untuk terus berkarya. Kendati
dilarang menulis, Pram justru mampu menyusun rangkaian naskah yang kelak menjadi
karya masterpiece-nya.” (paragraf 4 kalimat 2)
“Di tanah buangan itulah Bumi Manusia tercipta.” (paragraf 4 kalimat 3)
Terbukti bahwa tema dalam cerita sejarah tersebut memiliki teman proses penciptaan
mahakarya yang dilakukan Pram di masa pembuangannya.

2. Alur
Alur dalam cerita tersebut adalah alur maju.
“Pada 1950-an ia tinggal di Belanda…” (paragraf 3 kalimat 1)
“Pada tahun 1969 ia ditahan oleh Pemerintahan Soeharto…” (Paragram 3 kalimat 5)
Terbukti bahwa alur pada cerita sejarah ini adalah alur maju karena memiliki keterangan
waktu yang terus bertambah melalui penulisan tahunnya.

3. Penokohan
Kelompok 4-XII MIPA 5
Farhan Fadhillah R.(12)
Hagea Sofia A.I (17)
Nasywa Aqilah P (28)
Ransi Raihan M (33)

Pramoedya Ananta Toer pada cerita sejarah ini menjadi protagonis


“Pramoedya Ananta Toer adalah seorang sastrawan Indonesia yang karyanya sudah
dikenal di berbagai belahan dunia.” Orientasi tokoh pada awal jalan cerita merupakan
bukti bahwa tokoh inilah yang sedang diceritakan.

4. Sudut pandang
Sudut pandang orang ke-3 serba tahu
“Beliau dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 dan menghembuskan nafas
terakhirnya di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun. Ia merupakan anak sulung
dalam keluarganya.” Kalimat pada teks menggunakan pronomina beliau dan ia yang
menyatakan bahwa pengarang merupakan orang ke-3 yang serba tahu.

5. Latar
Latar Tempat
“Pada 1950-an ia tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya,
dan ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat atau
Lekra, komunitas seniman yang dianggap berhaluan kiri di Indonesia.”
Latar Waktu
“Beliau dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 dan menghembuskan nafas
terakhirnya di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun.”

UNSUR EKSTRINSIK
1. Fakta Sejarah
● Lebih dari 50 karya Pramoedya Ananta Toer telah diterjemahkan ke 42 bahasa asing.
(Paragraf 2)
● Pramoedya Ananta Toer dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 dan
menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun.
(Paragraf 2)
● Pada tahun 1969 ia ditahan oleh Pemerintahan Soeharto karena dianggap
berpandangan pro-komunis di Nusakambangan di lepas pantai Jawa dan Pulau Buru
di kawasan timur Indonesia. (Paragraf 3)
● Tirto adalah perintis pers Bumiputera sekaligus pelopor pergerakan nasional di awal
abad ke-20. (Paragraf 4)

2. Mitos/Imajinasi Sejarah
Tidak diketahui jika dalam cerita ini terdapat mitos mengenai kisah hidup Pramoedya
Ananta Toer.

3. Unsur Bias
Kelompok 4-XII MIPA 5
Farhan Fadhillah R.(12)
Hagea Sofia A.I (17)
Nasywa Aqilah P (28)
Ransi Raihan M (33)

Kami sebagai penyalin dari kisah hidup Pramoedya Ananta Toer, hanya menuliskan teks
ini dengan kepentingan menuntaskan tugas mata pelajaran bahasa Indonesia. Kami tidak
memiliki kepentingan lain untuk menuliskan teks cerita sejarah dengan menutupi
kenyataan atau menambahkan hal yang belum tentu benar adanya. Maka dari itu, teks
cerita sejarah ini sesuai dengan sejarah yang telah dipublikasikan oleh media.

4. Unsur Politik
“Lembaga Kebudayaan Rakyat, komunitas ini memang sempat lekat dengan PKI, namun
lembaga yang menaungi kaum sastrawan dan seniman revolusioner ini tidak pernah
menjadi bagian resmi dari partai politik berhaluan kiri tersebut.”
Kutipan di atas menunjukkan adanya unsur politik dalam teks cerita sejarah ini.
Dalam pemerintahan Orde Baru, Lekra dianggap memihak Partai Komunis Indonesia
yang sedang dibasmi oleh Presiden Soeharto pada masa itu. Maka dari itu, Pramoedya
Ananta Toer, selaku anggota Lekra tidak diperbolehkan dalam menyebarluaskan
karyanya yang dianggap dapat memengaruhi pemikiran masyarakat Indonesia untuk
berpindah ideologi.

5. Unsur Sosial
“Pada tahun 1969 ia ditahan oleh Pemerintahan Soeharto karena dianggap
berpandangan pro-Komunis. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa
pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan kemudian di Pulau Buru di
Kawasan Timur Indonesia.”
Kutipan di atas merupakan bukti adanya unsur sosial dalam teks cerita sejarah ini.
Pramoedya Ananta Toer tidak mendapatkan keadilan dalam penahanannya. Ia langsung
ditahan tanpa adanya proses pengadilan. Hal ini menunjukkan adanya unsur sosial yaitu
ketidakadilan.

6. Latar Belakang Penulis


Penulis merupakan siswa-siswa SMA Negeri 34 Jakarta yang telah dibekali dengan
pengetahuan konsep pembuatan teks cerita sejarah dan telah melakukan beberapa
penelitian dari sumber resmi untuk menciptakan teks Di Balik Buku Bumi Manusia. Penulis
memiliki rasa ingin tahu tinggi dengan dilatarbelakangi oleh popularitas Novel Bumi
Manusia sesaat setelah Film Bumi Manusia terbit. Atas dasar tersebut penulis berinisiatif
untuk membuat teks cerita sejarah tentang proses pembuatan naskah asli Bumi Manusia
dari pengarang asliny, Pramoedya Ananta Toer.
7. Sejarah
● Lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925
● Tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya
● Menjadi anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra (komunitas seniman yang
dianggap berhaluan kiri di Indonesia)
Kelompok 4-XII MIPA 5
Farhan Fadhillah R.(12)
Hagea Sofia A.I (17)
Nasywa Aqilah P (28)
Ransi Raihan M (33)

● Ditahan oleh Pemerintahan Soeharto karena dianggap berpandangan pro-komunis


● Pelarangan peredaran buku oleh pemerintah
● Ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa
● Ditahan di Pulau Buru, kawasan timur Indonesia
● Menyusun rangkaian naskah saat ditahan, lalu tercipta Bumi Manusia
● Menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun

Anda mungkin juga menyukai