Anda di halaman 1dari 36

AK0043

SEMINAR AKUNTANSI
KEUANGAN
CHAPTER 14
TEORI KEAGENEAN
(AGENCY THEORY)

ACCOUNTING PROGRAM
Objectives
Mahasiswa diharapkan mampu untuk:

1. Memahami bidang-bidang akuntansi yang telah dipelajari


melalui mata kuliah-mata kuliah akuntansi, teori akuntansi
dan asumsi-asumsi dasar dari pengetahuan akuntansi
yang telah diberikan pada kuliah terdahulu, terutama
tentang Teori Keagenan.

2. ahasiswa mampu memahami cara menyelidiki lebih lanjut


terhadap perkembangan ilmu akuntansi melalui penelitian
akuntansi dengan memberikan kritik dan alternatif yang
dikaitkan dengan keadaan yang ada di masyarakat
sehubungan dengan Praktik Teori Keagenan.
Contents
1. Pengertian Agency Theory
2. Asumsi yang Melandasi Agency Theory
3. Masalah yang Berkaitan dengan Agency Theory
4. Hubungan antara Agent dan Principal
5. Pendekatan-pendekatan dalam Agency Theory
6. Agency Theory dalam Praktik Akuntansi
7. Masalah Asimetri Akuntansi
Pengertian Teori Agensi
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori
yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai
selama ini. Teori Agensi berakar dari sinergi teori
ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori
organisasi.

Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan


kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal)
yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang
(agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja
sama yang disebut ”nexus of contract”.
Pengertian Teori Agensi
Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang merupakan
modifikasi dari perkembangan model akuntansi
keuangan dengan menambahkan aspek perilaku
manusia dalam model ekonomi.

Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara


pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer.

Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer


pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya
kepentingan yang saling bertentangan (Conflict of
Interest).
Pengertian Teori Agensi
Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak agar
anggota-anggota dalam perusahaan, dimana prinsipal
dan agen sebagai pelaku utama.
Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat
kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal,
sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat
oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan.
Agen berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan
apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya.
Pengertian Teori Agensi
Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak
kerja yang akan mengatur proporsi hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.
Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang
mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik
yang berupa keuntungan,return maupun resiko-
resiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen.
Pengertian Teori Agensi
Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak
dapat fairness yaitu mampu menyeimbangkan
antara prinsipal dan agen yang secara matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang
optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan
khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen.
Inti dari Agency Theory atau teori keagenan adalah
pendesainan kontrak yang tepat untuk
menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen
dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997).
Asumsi yang Melandasi Agency Theory

Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan


dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:
a)Asumsi tentang sifat manusia
b)Asumsi tentang keorganisasian
c) Asumsi tentang informasi.
Asumsi yang Melandasi Agency Theory

(a) Asumsi tentang sifat manusia


Asumsi tentang sifat manusia menekankan
bahwa manusia memiliki sifat untuk
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki
keterbatasan rasionalitas (bounded rationality),
dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
Asumsi yang Melandasi Agency Theory

(b) Asumsi tentang keorganisasian


Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar
anggota organisasi,efisiensi sebagai kriteria
produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI)
antara prinsipal dan agen.
Asumsi yang Melandasi Agency Theory

(c) Asumsi tentang informasi.


Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi
dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual
belikan.
Masalah yang Berkaitan dengan
Agency Theory
1. Masalah pengawasan (monitoring) yang timbul
karena principal tidak dapat membuktikan
apakah agent telah berperilaku secara tepat;
2. Masalah pembagian risiko (risk sharing)
khususnya dalam kasus pengendalian
outcome yang timbul ketika principal dan agent
bersikap berbeda mengenai risiko.
Tipe Hubungan antara Agent dan Principal
Terdapat dua tipe hubungan antara agent dan principal,
yaitu:
1. Hubungan antara pemilik perusahaan atau
shareholder (the principal) dengan top management
(the agent)
2. Hubungan antara top management yang bertindak
sebagai principal dengan manager unit sebagai
agents. Beberapa studi yang memperluas konsep
hubungan principal-agent pada tipe kedua adalah
hubungan antara superior-subordinate, employer-
employee, manager-worker.
Penerapan Agency Theory
Agency Theory mengimplikasikan adanya
asimetri informasi antara manajer sebagai agen
dan pemilik (pemegang saham) sebagai
prinsipal.
Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih
mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan dimasa mendatang dibandingkan
pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Penerapan Agency Theory
Oleh karena itu prinsipal perlu menciptakan suatu
sistem yang dapat memonitor perilaku agen
supaya bertindak sesuai dengan harapannya.
Aktivitas ini meliputi biaya untuk penciptaan
standar, biaya monitoring agen, penciptaan
sistem informasi akuntansi dan lain-lain. Aktivitas
ini menimbulkan biaya yang disebut sebagai
agency cost.
Penerapan Agency Theory
Biaya keagenan (agency cost), yang menurut
Jensen dan Meckling (1976) terdiri dari :
1. The monitoring expenditures by the priciple
2. The bonding expeditures by the agent.
3. The residual loss.
Penerapan Agency Theory

Biaya keagenan (agency cost):


1. The monitoring expenditures by the priciple
Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal
untuk memonitor prilaku agen, termasuk juga
usaha untuk mengendalikan (control) perilaku
agen melalui budget restriction, compensation
policies.
Penerapan Agency Theory
Biaya keagenan (agency cost):
2. The bonding expeditures by the agent.
The bonding cost dikeluarkan oleh agen untuk
menjamin bahwa agen tidak akan
menggunakan tindakan tertentu yang akan
merugikan prinsipal atau untuk menjamin
bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia
tidak mengambil banyak tindakan.
Penerapan Agency Theory

Biaya keagenan (agency cost):


3. The residual loss
Merupakan penurunan tingkat kesjahteraan
prinsipal maupun agen setelah adanya agency
relationship.
Penerapan Agency Theory
Hubungan antara prinsipal dan agen dikatakan berhasil
apabila agency cost minimal, ada keseimbangan dalam
memaksimalisasi utilitas antara agen dan principal, atau
mencapai pareto optimum dan ada pihak independen
dalam hal ini auditor internal atau eksternal yang mampu
mengendalikan harmonisasi hubungan perinsipal dan
agen.
Kondisi ideal ini sangat sulit dicapai karena yang
memegang peranan dalam pengolahan dan akses
informasi adalah agen sehinga menimbulkan asimetri
informasi, dimana agen lebih tahu banyak dibandingkan
prinsipal.
Pendekatan-pendekatan dalam
Agency Theory

1. Pendekatan Deduktif
2. Pendekatan Induktif
3. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan-pendekatan dalam
Agency Theory
1. Pendekatan Deduktif
Dalam metode ini perumusan teori dimulai dari
perumusan dalil dasar akuntansi (postulat dan
prinsip akuntansi) dan selanjutnya dari rumusan
dasar ini diambil kesimpulan logis tentang teori
akuntansi mengenai hal yang dipersoalkan.
Jadi perumusan dimulai dari dalil umum kepada dalil
khusus
Pendekatan-pendekatan dalam
Agency Theory
1. Pendekatan Deduktif (contd.)
Pendekatan ini dilakukan dalam penyusunan struktur
akuntansi dimana dirumuskan dahulu tujuan laporan
keuangan, rumuskan postulat, kemudian prinsip, dan
akhirnya lebih khusus menyusun teknik akuntansi.
Dalam hai ini, teori diuji dari posisinya dalam
menampung keinginan praktik. Jika pemakai dalam
praktik diterima, dianggap teori ini diterima atau
verified, sebaliknya jika teori ini tidak diterima disebut
falsified.
Beberapa pendukung metode ini adalah: Paton,
Caaning, Sweeney, Macneal, Alexander, Edward and
Bell, Moonitz, dan Sprouse and Moonitz.
Pendekatan-pendekatan dalam
Agency Theory
2. Pendekatan Induktif (contd.)
Dalam metode ini, penyusunan teori akuntansi
didasarkan pada beberapa observasi dan
pengukuran khusus dan akhirnya dari berbagai
sample dirumuskan fenomena yang seragam
atau berulang (informasi akuntansi) dan diambil
kesimpulan umum (postulat dan prinsip
akuntansi).
Pendekatan-pendekatan dalam
Agency Theory
2. Pendekatan Induktif (contd.)
Tahap yang dilalui adalah:
a. Mengumpulkan semua observasi
b. Analisis dan golongkan observasi berdasrkan
hubungan yang berulang-ulang dan sejenis,
seragam, mirip.
c. Ditarik kesimpulan umum dan prinsip akuntansi
yang menggambarkan hubungan yang berulang-
ulang tadi.
d. Kesimpulan umum diuji kebenarannya.
Pendekatan-pendekatan dalam
Agency Theory
2. Pendekatan Induktif (contd.)
Tidak seperti pendekatan deduktif, dalam
pendekatan induktif ini kebenaran dan kepalsuan
dalil tidak tergantung pada dalil lainnya, tetapi
harus melalui pengujian empiris.
Dalam pendekatan induktif, kebenaran suatu dalil
tergantung pada pengamatan terhadap contoh
yang cukup dari hubungan kasus yang berulang-
ulang dan seragam.
Para teoritisi yang menggunakan pendekatan ini
adalah Hatfield, Gilman, Littlelton, Paton and
Littlelton, dan Ijiri.
Pendekatan-pendekatan dalam
Agency Theory
3. Pendekatan Sosiologis
Dalam pendekatan ini, yang menjadi perhatian utama
dalam perumusan teori akuntansi adalah dampak
sosial dari teknik akuntansi. Jadi yang menjadi
perhatian bukan pemakai langsung akuntansi tetapi
juga masyarakat secara keseluruhan.
Pendekatan inilah sebagai embrio socio economic
accounting atau social responsibility accounting.
Pendekatan ini seolah merupakan perluasan dari
konsep etik dimana yang menjadi fokus perhatian
adalah kesejahteraan seluruh masyarakat bukan saja
pemilik.
Pendekatan-pendekatan dalam
Agency Theory
3. Pendekatan Sosiologis (contd.)
Menurut konsep ini, prinsip akuntansi dinilai dari
penerimaan dari seluruh pihak terhadap laporan
keuangan, khususnya yang melaporkan tentang
damapak perusahaan terhadap masyarakat.
Akuntansi dalam model ini harus dapat memberikan
pertimbangan dalam mengambil kesimpulan
terhadap kesejahteraan masyarakat.
Para penulis yang mengkaji isu ini adalah Belkaoi
dan Beams dan Fertig, Ladd, Littlelton, dan
Zimmerman.
Agency Theory dalam Praktik Akuntansi
Teori keagenan memberikan peranan penting bagi
akuntansi terutama dalam menyediakan informasi
setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan
pasca keputusan.
Peranan ini sering diasosiasikan dengan peran
pengurusan (stewardship) akuntansi, dimana seorang
agen melapor kepada prinsipal tentang kejadian-
kejadian dimasa lalu.
Inilah yang memberi akuntansi nilai umpan baliknya
selain nilai prediktifnya.
Agency Theory dalam Praktik Akuntansi
Nilai umpan balik menjelaskan bahwa informasi juga
mempunyai peran penting dalam menguatkan atau
mengoreksi harapan-harapan sebelumnya.
Akuntansi idealnya menyediakan jasa yang sama
bagi investor, dengan memungkinkan mereka untuk
menyesuaikan strategi investasi mereka sepanjang
waktu.
Masalah Asimetri Informasi
Asimmetric Information (AI), yaitu informasi yang tidak
seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi
informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen.
Dalam hal ini prinsipal seharusnya memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat hasil
yang diperoleh dari usaha agen, namun ternyata
informasi tentang ukuran keberhasilanyang diperoleh
oleh prinsipal tidak seluruhnya disajikan oleh agen.
Akibatnya informasi yang diperoleh prinsipal kurang
lengkap sehingga tetap tidak dapat menjelaskan kinerja
agen yang sesungguhnya dalam mengelola kekayaan
prinsipal yang dipercakan kepada agen.
Masalah Asimetri Informasi
Akibatnya adanya informasi yang tidak seimbang
(asimetri) ini, dapat menimbulkan 2 (dua)
permsalahan yang disebabkan adanya kesulitan
prisipal untuk memonitor dan melakukan kontrol
terhadap tindakan-tindakan agen.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
permasalahan tersebut adalah :
1. Moral Hazard
2. Adverse Selection
Masalah Asimetri Informasi
1. Moral Hazard
Yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse Selection
Yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil
oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi
yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai
sebuah kelalaian dalam tugas.
Pembahasan Artikel
Questions and Answers

Anda mungkin juga menyukai