Anda di halaman 1dari 3

Definisi

Menurut Glaeser (2010) definisi Ekonomi aglomerasi adalah hasil dari skala ekonomi
dan ekonomi jaringan yang keduanya muncul ketika perusahaan (dan orang-orang)
mencari di dekat satu sama lain. Mereka dengan demikian berhubungan dengan
kedekatan spasial dan menempatkannya, dapat dirumuskan sebagai pengurangan
biaya transportasi dalam arti luas, yaitu transportasi biaya yang terkait dengan
barang tetapi juga untuk orang dan ide. Aglomerasi terjadi asalkan biaya transportasi
di bawah beberapa ambang kritis, meskipun penurunan lebih lanjut dapat
menghasilkan dispersi beberapa kegiatan karena faktor perbedaan harga. Selain itu,
teknologi kemajuan membawa jenis baru kegiatan inovatif yang paling diuntungkan
diaglomerasi dan, oleh karena itu, cenderung muncul di daerah maju. Akibatnya,
kekayaan atau kemiskinan suatu negara tampaknya semakin terkait pengembangan
klaster industri yang makmur dan kompetitif serta keberadaan wilayah metropolitan
yang besar dan beragam.

Ketujuh penyebab dari sisi mikro tersebut adalah


(Rosenthal, 2004):
1. Natural Advantage. Akses ke sumber daya merupakan pertimbangan penting
dalam penentuan lokasi industri manufaktur. beberapa studi mengatakan bahwa ada
hubungan positif antara variabel sumber daya alam dengan aglomerasi seperti
lokasi bahan tambang batu bara di Sumatera Selatan berkontribusi penting dalam
menciptakan konsentrasi dari industri pengolahan batu bara. Elison & glaeser (1999)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa persentase aglomerasi yang disebabkan
oleh keunggulan sumber daya alam mencapai 20 persen, atau bahkan lebih.
4.12 Ekonomi Perkotaan dan Transportasi 
2. Input Sharing. Penggunaan bersama input oleh perusahaan-perusahaan yang
terkonsentrasi dalam suatu lokasi akan meningkatkan pembelian input. Pada kasus
di mana terdapat skala ekonomi, perusahaan yang tidak terkonentrasi tidak akan
memperoleh keuntungan seperti perusahaan yang terkonsentrasi di suatu lokasi.
Perusahaan yang berlokasi secara terkonsentrasi memperoleh keuntungan karena
mereka dapat memperoleh input dari produsen hingga mencapai skala efisiensi
dalam produksi. Kondisi seperti itu akan menyebabkan banyak perusahaan
melakukan migrasi ke lokasi-lokasi perusahaan yang terkonsentrasi, migrasi
perusahaan tersebut akan menghasilkan intensitas pembelian input yang semakin
meningkat dibandingkan sebelumnya. Dengan adanya input sharing maka
diharapkan pada akhirnya akan ada sejumlah besar pemasok input yang juga akan
terspesialisasi.
3. Knowledge Spillover. Besarnya transfer pengetahuan sangat dipengaruhi oleh
kedekatan jarak antar perusahaan jarak geografis. Peran pekerja menjadi penting
sebagai media transfer pengetahuan, karena sumber awal dari adanya transfer
pengetahuan berasal dari interaksi para pekerja. Adanya transfer pengetahun di sisi
yang lain juga bisa berdampak buruk, berupa meningkatnya peniruan hak cipta.
Bahkan di s alahsatu penelitian Jaffee (1993) dikatakan bahwa peniruan hak cipta
juga akan terkonsentrasi secara spasial dengan tingkat peniruan sebesar 5 - 10 kali
lipat dibandingkan dengan daerah-daerah yang tidak terkonsentrasi.
4. Labour Market Pooling. Adanya konsentrasi pada pasar tenaga kerja
menyebabkan terjadinya kesesuaian (matching) antara permintaan dan penawaran
tenaga kerja khususnya di kota-kota besar atau pada industri yang berlokasi di suatu
daerah tertentu. Ketika tidak terjadi kesesuaian tenaga kerja, maka tingkat
pemberhentian tenaga kerja akan tinggi – dan juga akan meningkatkan proses
pergantian tenaga kerja (turnover). Kesesuaian tenaga kerja yang tinggi
menyebabkan produktivitas yang tinggi karena tenaga kerja akan berspesialisasi di
satu keahlian tertentu saja - kondisi ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Adam
Smith terkait dengan teori division of labor. Oleh sebab itu aglomerasi akan
menciptakan spesialisasi yang tinggi bagi para pekerja.
5. Home Market Effect. Adanya skala ekonomis akibat aglomerasi mengakibatkan
adanya konsentrasi para pekerja mendekati lokasi industri yang terkonsentrasi.
Konsentrasi tenaga kerja akan menciptakan
pasar yang semakin besar, hal ini sejalan dengan adanya penurunan
biaya transpor sebagai akibat pilihan lokasi perusahaan. Konsentrasi para
pekerja dan biaya transportasi yang lebih murah akan mendorong pasar
lokal yang semakin besar, yang pada akhirnya akan memperkuat proses
aglomerasi.
6. Consumption Opportunities. Glaeser mengemukakan ada empat hal yang
menyebabkan konsumsi yang meningkat di kota besar. (1) Ada banyak
barang dan jasa yang dapat diperoleh dengan mudah di kota besar. (2)
Kota besar menyediakan berbagai hal yang menarik. (3) Kota besar
memungkinkan tersedianya barang publik yang tidak tersedia d i kota
kecil. (4) Padatnya pemukiman memungkinkan kecepatan interaksi lebih
besar dibandingkan di kota kecil. Akibatnya di kota besar pasar
memungkinkan barang untuk dibuat sedekat mungkin dengan selera
konsumen, sehingga utility masyarakat akan meningkat yang membuat
kota tumbuh menjadi lebih besar lagi. Pentingnya konsumsi di kota besar
juga terkait dengan besarnya jumlah komuter yang tumbuh. Peningkatan
komuter akan meningkatkan konsumsi, dan akan meningkatkan
aglomerasi.
7. Rent Seeking. Pemburu rente merupakan gejala di mana seseorang
mendapatkan sesuat atas upaya orang lain. Dalam kasus perekonomian
kota, yang dikaitkan dengan rank size rule (lihat Modul 2), sering kali
kota besar akan mendapatkan manfaat yang lebih besar dari kota-kota
satelitnya. Kondisi tersebut terjadi karena backwash effect tarikan ke
kota besar lebih kuat dibandingkan dengan spread effect penyebaran ke
kota satelit (Myrdal, 1957). Penelitian Ades & Glaeser (1995)
menunjukkan bahwa adanya tarif barrier di kota besar akan membuat
kota tersebut semakin berkembang lebih pesat dibandingkan dengan kota
satelitnya. Selain faktor ekonomi, faktor politik juga menjadi penentu
aglomerasi. Masih menurut Ades & Glaeser, sistem politik yagn
tersentralisasi akan membuat konsentrasi kota besar menjadi lebih besar.

Ekonom perkotaan menyimpulkan keberhasilan kota dari upah lokal yang tinggi,
benar-benar kuat harga real, dan pertumbuhan jumlah orang di suatu daerah. Jika
suatu tempatbaik-baik saja, maka pengusaha harus mau membayar lebih untuk
pekerjadi daerah itu, orang harus rela membayar lebih untuk akses ke tempat itu,dan
lebih banyak orang harus pindah ke daerah itu. Tiga bab pertama dalam volume
secara terpisah mempertimbangkan tiga ukuran ekonomi lokal yang berbeda ini
kesejahteraan. Selama empat puluh lima tahun terakhir, keseimbangan spasial
menjadi yang utama alat untuk ekonom perkotaan dan regional yang mencoba
memahami kota. Itu Logika dari keseimbangan spasial adalah bahwa karena orang
dapat bergerak bebas dalam suatu bangsa, mereka harus acuh tak acuh antara
lokal yang berbeda. Ketidakpedulian ini menyiratkan bahwa upah tinggi harus
diimbangi dengan harga tinggi atau fasilitas rendah; jika tidak, orang akan pindah ke
daerah berupah tinggi. Harga perumahan yang tinggi mencerminkan tinggi upah,
fasilitas tinggi, atau keduanya. Namun, konsep keseimbangan spasial hanya
memberi kita setengahnya ekuilibrium pasar tenaga kerja yang menentukan upah
daerah. Setengah lainnya adalah tenaga kerja menuntut — kesediaan perusahaan
untuk membayar pekerja mereka. Jadi, sambil tinggi upah harus mencerminkan
sesuatu yang buruk tentang suatu daerah, seperti harga tinggi atau miskin
fasilitasnya, upah yang tinggi juga harus mencerminkan sesuatu yang baik tentang
suatu daerah itu membuat perusahaan mau mentoleransi biaya tenaga kerja yang
tinggi. Perusahaan tidak akan melanjutkan untuk mencari ke Kota New York atau
wilayah Teluk San Francisco kecuali itu daerah yang cukup produktif untuk
mengimbangi biaya pekerja mahal. Ilmu ekonomi neoklasik memberi tahu kita
bahwa upah mencerminkan produk marjinal

Anda mungkin juga menyukai