A. Teori
Batasan petani kecil menjadi pembicaraan dalam banyak
pertemuan, namun pengertiannya masih tetap kabur (Valdes et al., 1979;
Wharton, 1969a). Walaupun demikian, batasan yang tepat tidak diperlukan
untuk mengakui kenyataan keadaan buruk petani kecil atau peranannya
yang penting dalam pembangunan dunia. Mereka merupakan golongan
terbesar dalam kelompok petani di dunia yaitu dengan ciri-ciri :
1. Berusaha tani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang
meningkat.
2. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup
yang rendah.
3. Bergantung seluruhnya atau sebagian terhadap produksi yang subsisten.
4. Kurangnya memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
pelayanan lainnya.
Di Indonesia, batasan petani kecil telah disepakati pada seminar petani
kecil di Jakarta pada tahun 1979 (BLPP, 1979). Pada pertemuan tersebut
ditetapkan bahwa yang dinamakan petani kecil adalah :
1. Patani yang pendapatannya rendah, yaitu : kurang dari setara 240 kg
beras per kapita per tahun.
2. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu : lebih kecil dari 0,25 hektar
lahan sawah di Jawa atau 0,5 hektar di luar Jawa. Apabila petani tersebut
mempunyai lahan tegal, maka luasnya 0,5 hektar di Jawa dan 1,0 hektar di
luar Jawa.
3. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
4. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik.
1. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :
(1) TRI
= YI . Pyi
Yaitu :
TR
= Total Penerimaan
Y
= Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py
= Harga Y
Bila macam tanaman yang diusahaka adalah lebih dari satu, maka
rumus (1) berubah menjadi
n
(2) TR =
Y . Py
i=1
3. Pendapatan
Pendapatan yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang diperoleh pelaku usaha,
setelah Penerimaan (R) dikurangi dengan seluruh biaya atau Total Biaya
(TC). Oleh karena itu pendapatan usaha disebut juga sebagai Laba Usaha.
Pendapatan atau Laba Usaha dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Pendapatan / Laba Kotor
Adalah penerimaan usaha dikurangi biaya pokok produksi atau biaya tidak
tetap.
Pd
= TR-TC
Yakni :
Pd
= Pendapatan Usahatani
TR
= Total Pendapatan
TC
= Total Biaya
b. Pendapatan / Laba Usaha
Adalah Laba Kotor dikurangi Biaya Usaha dan Biaya Penyusutan.
Laba Usaha= Pendapatan Kotor (Biaya Usaha + Biaya Penyusutan)
c. Pendapatan / Laba Bersih (Benefit)
Adalah Laba Usaha yang telah dikurangi dengan pajak-pajak, bunga bank,
dan pajak lain yang berlaku.
Laba Usaha-(Pajak+Bunga Bank)
B. Studi Kasus
1. Penerimaan
Penerimaan adalah nilai uang diperoleh produsen dari hasil penjualan output,
sehingga penerimaan merupakan perkalian antara total hasil dengan harga.
a. Usahatani Domba Desa Sukmajaya
Hasil survai dilokasi Desa Sukmajaya bahwa penerimaan dari hasil pemeliharaan
ternak domba dengan rataan pemilikan ratarata (6,8) ekor dengan total rataan
penjualan mencapai 3,3 ekor/tahun, dengan nilai penjualan mencapai Rp.
1.885.000/tahun/peternak. Dilihat dari status fisiologis terdiri
dari jantan dewasa rata-rata 1,1 ekor (33,3%) Rp. 990.000/tahun (52,5%), betina
dewasa
rata-rata 0,5 ekor (15,1%) Rp. 360.000/tahun (17,2%), jantan muda rata-rata 0,8
ekor
(24,2%) Rp. 360.000/tahun, betina muda ratarata 0,3 ekor (9,1%) Rp.
120.000/tahun, jantan
anak rata-rata 0,3 ekor (9,1%) Rp. 45.000/tahun. dan betina anak sebanyak ratarata 0,3 ekor
(9,1%) Rp. 45.000/tahun. Proporsi penjualan tertinggi terjadi pada ternak jantan
dewasa.
b. Usahatani Domba PT. Agro Jaya Mulya
Rata-rata penerimaan yang diperoleh perusahaan pada Tahun 2014 dari domba
jantan bertanduk sebesar Rp. 1.542.765 per ekor dengan bobot jual 26,69
kilogram, sedangkan total penerimaan selama satu tahun sebesar Rp. 883.078.367
dengan volume penjualan sebanyak 492 ekor. Rata-rata penerimaan yang
diperoleh perusahaan pada Tahun 2014 dari domba jantan tidak bertanduk sebesar
Rp. 1.071.040 per ekor dengan bobot jual 22,51 kilogram, sedangkan total
penerimaan selama satu tahun sebesar Rp. 291.901.321 dengan volume penjualan
sebanyak 274 ekor.
2. Biaya Usahatani
a. Usahatani Domba Desa Sukmajaya
Biaya tunai terbesar berasal dari biaya variabel atau biaya tidak tetap. Biaya
variabel merupakan komponen biaya tunai terbesar jika dibandingkan biaya
asuransi dan pajak, biaya variabel merupakan biaya yang digunakan untuk
melakukan proses produksi usaha. Besarnya biaya variabel berhubungan dengan
banyaknya populasi, semakin banyak populasi maka semakin besar pula biaya
variabel yang dikeluarkan.
3.
Pendapatan
Rata-rata penerimaan yang diperoleh perusahaan pada Tahun 2014 dari domba
jantan bertanduk sebesar Rp. 1.542.765 per ekor dengan bobot jual 26,69
kilogram, sedangkan total penerimaan selama satu tahun sebesar Rp. 883.078.367
dengan volume penjualan sebanyak 492 ekor. Rata-rata penerimaan yang
diperoleh perusahaan pada Tahun 2014 dari domba jantan tidak bertanduk sebesar
Rp. 1.071.040 per ekor dengan bobot jual 22,51 kilogram, sedangkan total
penerimaan selama satu tahun sebesar Rp. 291.901.321 dengan volume penjualan
sebanyak 274 ekor.
Daftar Pustaka
Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan
Petani Kecil. Jakarta : Universitas Indonesia.
Dewi, Ulwiya, dkk. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Penggemukan Domba
(Studi Kasus Di PT. Agro Jaya Mulya Subang). No. 13, Vol. 5
S. Rusdiana Dan D. Priyanto..
DOMBA
2008.