Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS USAHATANI

Bagian I
1. Pendapatan VS Keuntungan
• Usahatani (di Indonesia) yang identik dengan
usahatani kecil (smallholder) tidak berorientasi
untuk memperoleh keuntungan maksimal
(maximize profit) tetapi untuk memperolah
pendapatan (income) yang sebesar mungkin.
• Secara umum, baik keuntungan maupun
pendapatan merupakan nilai selisih antara
penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
• Apa perbedaan pokok antara konsep
keuntungan dan konsep pendapatan?
• Perbedaan keduanya terletak pada bagaimana
usahatani tersebut memandang unsur nilai produksi
atau penerimaan (revenue) dan biaya (cost)
• Dalam kegiatan usaha (bisnis) yang berorientasi
maximize profit, semua produksi ditujukan untuk dijual
atau dipasarkan.
• Dalam kegiatan usahatani yang umumnya merupakan
usaha keluarga, penggunaan produknya selain untuk
dijual, sebagian produknya juga digunakan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga atau dikonsumsi
sendiri, dan bagian dari input usahatani, misalnya
sebagai benih atau pakan hewan peliharaan, serta
sebagai imbalan bagi input dari luar, misalnya sebagai
upah panen.
• Nilai produk atau penerimaan (revenue) pada kegiatan bisnis
adalah seluruh hasil produksi (output) dikalikan dengan
harga jualnya.
• Pada kegiatan usahatani, penerimaan usahatani merupakan
penjumlahan dari:
1) nilai jual produk yang dipasarkan, yaitu output yang
dijual dikalikan dengan harga jual output (di tingkat
petani)
2) nilai output yang dikonsumsi sendiri, yaitu total output
yang dikonsumsi dikalikan dengan harga beli (di tingkat
konsumen),
3) dan apabila ada produk yang digunakan sebagai benih,
maka nilainya sama dengan jumlah produk yang
digunakan sebagai benih tersebut dikalikan harga benih
(pasaran)
• Dari segi biaya (cost), pada kegiatan bisnis, seluruh biaya,
baik yang benar-benar dikeluarkan maupun biaya yang
tidak benar-benar dikeluarkan (biaya yang diperhitungkan),
misalnya sewa barang modal milik sendiri (sewa lahan milik
sendiri) dihitung sebagai bagian dari biaya total (total cost)
• Dalam kegiatan usahatani, dalam menghitung biaya pada
umumnya hanya memperhitungkan biaya-biaya yang
benar-benar dikeluarkan (explisit cost), seperti: pembelian
benih/bibit, pembelian pupuk, pembelian pestisida dan
upah tenaga kerja dari luar keluarga.
• Nilai sewa dan bunga atas modal milik sendiri, nilai tenaga
kerja keluarga, dll (yang berasal dari dalam keluarga petani)
yang biasanya disebut sebagai inplisit cost tidak
diperhitungkan sebagai unsur biaya usahatani
2. Konsep Pendapatan dan Penerimaan
• Dalam beberapa tulisan atau buku yang membahas tentang
pendapatan, saudara mungkin menjumpai istilah/frase macam-macam
terkait dengan penerimaan dan pendapatan, yaitu: penerimaan,
pendapatan, pendapatan kotor dan pendapatan bersih.
• Pendapatan kotor biasanya dimaknai sebagai total nilai penjualan,
sedangkan pendapatan bersih diartikan sebagai selisih nilai dari
pendapatan kotor dikurangi dengan biaya.
• Untuk menghindari kerancuan dalam penggunaan kata kotor dan bersih
dalam usahatani, kita gunakan istilah yang lebih akurat, yaitu:
1) Untuk total nilai penjualan digunakan kata Penerimaan yang
merupakan terjemahan dari kata Revenue.
2) Selisih nilai antara total nilai penjualan atau penerimaan dengan
total biaya (explisit) disebut sebagai Pendapatan yang meruapakan
terjemahan dari kata Income.
Dengan demikian tidak ada lagi istilah pendapatan kotor dan
pendapatan bersih.
3. Produksi dan Produk
• Dalam penggunaan Bahasa Indonesia sehari-hari
kadang terjadi kerancuan dalam penggunaan kata
produksi dan kata produk.
• Memang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI)-
pun juga didapatkan kerancuan pemaknaan kata
tersebut, dimana produksi selain dimaknakan sebagai
proses mengeluarkan hasil, juga dimaknakan sebagai
hasil.
• Dalam pembahasan Analisis Usahatani ini, kata
produksi dimaknai sebagai proses menghasilkan,
sedangkan kata produk dimaknai sebagai hasil
produksi atau output
• Dalam kegiatan atau proses produksi usahatani akan
dihasilkan berbagai macam produk, baik yang
memiliki nilai ekonomi (nilai jual) maupun yang tidak
memiliki nilai jual tapi masih memberikan manfaat.
• Secara umum produk/output dalam proses prosuksi
ushatani dikelompokkan menjadi produk utama dan
produk sampingan
• Contoh kasus: Apabila kita menaman padi, maka
akan diperoleh hasil atau output berupa:
a. Padi/gabah sebagai produk utama
b. Jerami dan merang sebagai produk sampingan
atau produk ikutan
4. Harga
• Meskipun usahatani tidak berorientasi mencari keuntungan sebesar-
besarnya, namun variabel harga, sebagaimana usaha bisnis yang
berorientasi keuntungan yang maksimal, tetap merupakan variabel
penentu dalam berusahatani.
• Dalam analisis usahatani, harga produk yang dihasilkan dibedakan atas
penggunaan produk tersebut, yaitu:
1) Produk yang dijual dihitung berdasarkan harga jual atau harga di
tingkat petani/produsen.
2) Produk yang dikonsumsi sendiri (termasuk yang disumbangkan)
dihitung berdasarkan harga beli, yaitu harga di tingkat konsumen akhir.
3) Produk yang disimpan sebagai cadangan benih dihitung berdasarkan
harga benih di pasaran
4) Produk yang digunakan sebagai upah (sistem bawon) dihitung
berdasarkan nilai jual di tingkat petani.
5) Produk yang digunakan sebagai pakan ternak dihitung berdasarkan
harga beli pakan
5. Penerimaan (Revenue)
• Penerimaan usahatani adalah seluruh nilai produk yang
dihasikan dalam kegiatan usahatani, baik produk yang dijual
maupun produk yang dikonsumsi oleh keluarga sendiri, berupa
produk utama, maupun produk ikutan yang memiliki nilai jual.
• Semua produk yang mempunyai nilai ekonomi/nilai jual harus
diperhitungkan dalam menghitung penerimaan usahatani.
• Secara matematis penerimaan total (total revenue/TR)
dirumuskan sebagai berikut:
TR = ∑ Yi.Pyi ............................ (1)
Keterangan:
Y = output
Py = harga output
i = jenis output (1, 2, 3.....n)
• Produk atau output yang dijual dinilai berdasarkan harga jual di tingkat
petani, sedangkan nilai output yang dikomasumsi sendiri atau digunakan
sendiri dinilai berdasarkan harga beli di tingkat konsumen akhir atau
harga pengecer.
• Contoh:
- Seorang petani memelihara ternak itik sebanyak 500 ekor yang tediri
atas 90% betina dan 10% jantan.
- Rata-rata jumlah itik yang bertelur sebanyak 80%.
- 70% dari seluruh produksi telurnya dijual,
- 5% telur itiknya dikonsumsi untuk kebutuhan keluarga sendiri
- 25% telur itiknya ditetaskan menjadi DOD dengan tingkat
keberhasilan penetasan 90%
- Harga jual telur itik di tingkat petani sebesar Rp 2.000/ butir,
sedangkan harga jual telur itik di tingkat eceran sebesar Rp
2.500/butir
- Harga DOD adalah Rp 4000/ekor
- Berapa total penerimaan (TR) dari usahatani ternak itik tersebut? (PR)
6. Biaya (Cost)
A. Biaya Tetap (Fixed Cost/FC)
- Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh
produsen dengan jumlah yang tetap (dalam jangka pendek)
yang tidak berhubungan langsung dengan jumlah produk yang
dihasilkan, bahkan mungkin tidak berproduksi sekalipun.
- Beberapa jenis biaya tetap antara lain:
Pajak (PBB)
Sewa lahan
Iuran kelompok
Iuran pengairan
Nilai penyusutan barang modal (alat dan bangunan)
- Biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC)
TFC = ∑ FCk ............................ (2)
- Khusus untuk nilai penyusutan, ada perbedaan persepsi diantara
para ahli ilmu usahatani.
- Untuk usahatani tradisional dengan peralatan yang sederhana
dan terbatas, nilai penyusutan mungkin dapat diabaikan.
Misalnya suatu keluarga tani tradisional yang mengelola lahan
seluas 0,5 ha dengan dengan 5 jenis komoditas yang diusahakan
(padi, jagung, ubi kayu, cabe dan tomat) , hanya memiliki alat-alat
pertanian berupa: 2 buah cangkul; 2 buah sabit/parang; 1 buah
linggis, 1 buah kapak. Nilai beli masing-masing alat tersebut
sebesar Rp 50.000/buah dan umur ekonomisnya 10 tahun.
- Dalam kenyataannya, alat-alat pertanian tersebut juga digunakan
untuk kegiatan yang tidak berkait dengan kegiatan usahatani,
misalnya untuk kerja bakti setiap minggu di kampungnya
- Jika saudara akan menganalis pendapatan usahatani padi dari
keluarga tani tersebut, apakah cukup relevan memperhitungkan
nilai penyusutan alat-alat pertanian tersebut??
• Bandingkan dengan keluarga tani yang relatif modern
yang mengusahakan cabang usahatani khusus, misalnya
petani tebu yang mengusahakan lahan seluas 5 ha
dengan kepemilikan barang-barang modal sebagai beikut:
Jenis Alat/ Jumlah Nilai beli /buah (Rp) Umur ekonomi
barang modal (th)

Hand Tractor 1 25.000.000 5


Hand sprayer 2 500.000 5
cangkul 2 100.000 10
Sabit/parang 2 50.000 10
gudang 1 10.000.000 10

• Apakah cukup relevan untuk memperhitungkan nilai


penyusutan barang-barang modal tersebut?
• Terkait dengan konsep explisit cost dan implisit cost,
biaya penyusutan sebenarnya merupakan bagian
dari inplisit cost, sehingga dalam perhitungan
pendapatan usahatani seharusnya tidak
diperhitungkan sebagai bagian biaya usahatani.
• Terlepas mau diperhungkan sebagai bagian dari
biaya usahatani atau tidak, dalam analisis usahtani
ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
mengitung nilai penyusutan, yaitu:
1) Metoda Garis Lurus (straight-line method)
2) Metode satuan kinerja (Unit Performance
Method)
3) Decreasing Method (sum of the year digit)
4) Declining Balance Method
1) Metode Garis Lurus (straight-line metdhod)
NP = (NB – NS)/UE ........................... (3)
NP : Nilai Penyusutan
NB : Nilai beli baru sekarang (saat analisis
dilakukan)
NS : Nilai sisa
UE : Umur ekonomis  jangka waktu sampai
dengan alat tersebut masih dapat
digunakan (secara ekonomi)
2) Metode satuan kinerja (Unit Performance
Method), pada prinsipnya sama dengan
metode garis lurus, perbedaannya, umur
ekonomisnya diganti dengan satuan kenerja
alat/barang modal tersebut dalam satuan jam
3) Decreasing Method
4) Declining Balance Method
B. Biaya Variabel
• Biaya variabel adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
oleh petani sebagai kompensasi atas jumlah input
yang dipergunakan dalam kegiatan usahataninya.
• Nilai biaya varibel bervariasi sesuai dengan jumlah
input yang digunakan
• Input usahatani pada umumnya berupa:
- Benih
- Pupuk
- Pestisida
- Tenaga kerja
- Pakan
- Obat-obatan, dll.
• Biaya variabel total (Total Variable Cost/TVC)
TVC = ∑ Xj.Pxj ............................ (4)
Keterangan:
X = input
Px = harga input
j = jenis input (1, 2, 3.....n)
C. Biaya Total
• Biaya total (Total Cost/TC) penjumlahan dari biaya
tetap total dan biaya total variabel.
TC = TFC + TVC ...................... (5)
7. Pendapatan Usahatani
• Pendapatan usahatani (farm income) adalah
selisih dari penerimaan total usahatani dengan
biaya total usahatani
I = TR – TC ........................... (6)
• Dengan merujuk pada persamaan-persamaan
sebelumnya, maka persamaan (6) di atas dapat
pula ditulis
I = ∑ Yi.Pyi – (∑ FCk + ∑ Xj.Pxj ) ..........(7)
8. Bermacam Istilah terkait dengan Pendapatan dalam
Usahatani
• Usahatani adalah kegiatan seluruh anggota rumah tangga, di
lain pihak petani dan anggota ruma tangganya mungkin
memiliki kegiatan-kegiatan di luar usahatni.
• Kegiatan on-farm, adalah seluruh kegiatan yang terkait langsung
usahatani.
• Kegiatan off-farm, adalah kegiatan-kegiatan yang masih terkait
dengan bidang pertanian secara umum, tetapi tidak terkait
langsung dengan kegiatan usahatani, misalnya kegiatan
mengolah hasil pertanian, bekerja sebagai buruh tani, dll.
• Kegiatan non-farm, adalah kegiatan rumah tangga petani yang
tidak terkait sama sekali dengan kegiatan usahatani atau
kegiatan pertanian secara umum, misalnya kerjaan sampingan
sebagai tukang kayu, tukang ojek dll.
• Ada bereberapa istilah/pengertian yang terkiat dengan
pendapatan dalam rumah taangga petani antara lain:
1) Pendapatan Petani: merupakan imbalan terhadap

tenaga kerja keluarga, Upah petani sebagai manajer,


bunga modal milik sendiri, dan keuntungan usahatani
2) Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga: merupakan selisih

dari pendapatan petani dikurangi dengan bunga


modal milik sendiri dan keuntungan petani
3) Keuntungan atau Kerugian Petani: merupakan selisih

dari pendapatan petani dikurangi upah keluarga dan


bunga modal sendiri.
4) Pendapatan Rumah Tangga petani, adalah seluruh

pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani


dan kegiatan non-usahatani
9. Revenue Cost Ratio
• Salah satu ukuran usahatani yang merupakan rasio/nisbah
antara penerimaan dan biaya (revenue cost ratio).
• Cara penulisan ukuran ini bermacam-macam, antara lain:
R/C ratio (umum digunakan di IPB); RCR, dan R/C (tidak
menggunakan kata ratio, karena tanda garis bagi sudah
menunjukkan ratio) dan ada pula yang menggunakan
istilah B/C ratio (benefit cost ratio) atau BCR, atau B/C.
• Merujuk pada istilah sebelumnya yaitu yang dibahas
adalah penerimaan (revenue) bukan manfaat (benefit),
maka istilah revenue cost ratio (R/C ratio; RCR; R/C) lebih
tepat
• Nilai dan Makna R/C ratio
R/C ratio > 1: usahatani untung (memberikan
pendapatan positif)
R/C ratio = 1: impas
R/C ratio < 1: rugi
• Nilai R/C ratio juga dapat digunakan untuk
membandingkan tingkat efisiensi usahatani antara
cabang usahatani, misalnya Usahatani A dengan R/C
ratio 2, sementara usahatani B dengan R/C ratio 1,5,
dapat dikatakan bahwa usahatani A lebih efisien
dibanding usahatani B, karena nilai R/C ratio
menunjukkan berapa rupiah dihasilkan dari setiap satu
rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani
tersebut.
• Tetapi nilai R/C ratio tidak tepat digunakan
untuk menghitung/menganalisis efisiensi satu
cabang usahatani, untuk menjawab pertanyan:
Apakah usahatani yang dilakukan sudah
efisien?
• Secara matematis R/C ratio dirumuskan sebagai
berikut:
TR
R/C ratio =
TC
TR = Penerimaan Toal (Total Revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost)

Anda mungkin juga menyukai