Anda di halaman 1dari 8

Memahami perhitungan biaya pengolahan (Harga Pokok

Pengolahan) makanan awetan dari bahan pangan nabati

Menghitung hasil perhitungan biaya pengolahan (Harga


Pokok Pengolahan) makanan awetan dari bahan pangan nabati
Biaya yang harus dihitung dalam perhitungan biaya pengolahan
makanan awetan adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat /
gedung, dan lain sebagainya), serta biaya tidak tetap (biaya bahan baku, tenaga
kerja dan overhead).

Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku
tambahan, serta bahan kemasan. Biaya bahan baku adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membeli bahan baku.

Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada


konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain diluar produksi,
seperti; biaya distribusi dan promosi.

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk


terjadinya produksi barang.
Perhitungan biaya produksi meliputi :
1. Investasi alat dan mesin
Invesatsi alat dan mesin yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin
produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Contoh ; pembelian pisau,
kompor, tabung gas, wajan dan lain-lain (sesuai kebutuhan produksi)

2. Biaya variabel (biaya tidak tetap)


Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah
produksi. Jadi sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya.
Misalkan produksi 50 buah tidak sama biayanya dengan produksi 100 buah.
Maka sifat pembiayaan yang menyesuaikan besaran produksi (artinya tidak
tetap) inilah yang dinamakan sebagai biaya variabel.
Contoh : Segala pembiayaan yang berkaitan dengan bahan baku dan kemasan
produk.

3. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan, yang jumlahnya tetap setiap
bulannya, berapapun jumlah produksinya. Artinya tidak berpengaruh terhadap
besaran produksinya. Misalkan kita produksi sebanyak 50 buah dan/atau 100
buah, maka pembiayaannya tetap seperti itu.
Contoh : Biaya penyusutan alat dan mesin, biaya sewa gedung / tempat usaha,
biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya yang sifatnya tetap.
Catatan : untuk biaya tenaga kerja, di negara kita mengenal istilah tenaga
kerja harian dan kontrak. Untuk tenaga kerja harian yang digaji berdasarkan
jumlah produk yang sanggup dihasilkan maka pembiayaan ini masuk dalam
katagori biaya variabel. Sedangkan kontrak, ini bisa saja masuk ke dalam
biaya tetap.

4. Total biaya produksi


Total biaya produksi adalah jumlah keseluruhan dari biaya tidak tetap
dan biaya tetap (biaya variabel + biaya tetap)

5. Harga Pokok Produksi (HPP)


Harga pokok produksi adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual
dengan harga tersebut, produsen tidak mendapat untung dan juga tidak rugi
(“pulang” modal). Rumus perhitungannya adalah ;
HPP = Total biaya / Jumlah produksi

6. Harga Jual
Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk
mendapat produk tersebut dari produsen.
Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan
keuntungan/laba yang diinginkan serta memperhatikan juga harga jual
pesaing.
Rumus perhitungan harga jual adalah :
Harga jual = HPP + Laba yang diinginkan

Catatan : untuk laba yang dinginkan ini haruslah melihat dan menyesuaikan
dengan harga jual produk pesaing sehingga jangan sampai harga jual
produk kita terlalu tinggi dari harga jual pesaing. Setidaknya diusahakan
harga jual produk kita bisa lebih murah dari pesaing atau minimal sama
dengan harga pesaing. Oleh sebab itu dalam menentukan laba yang
dinginkan haruslah disesuaikan.

7. Penerimaan kotor
Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan
oleh perusahaan dari hasil penjualan produk usaha, sebelum dipotong total
biaya.

8. Pendapatan bersih
Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan
setelah dipotong total biaya. Rumus perhitungannya adalah :
Pendapatan bersih = Penerimaan kotor – Total biaya
a. Asumsi : Memproduksi Kripik Talas skala industri rumahan sebanyak 800 bungkus
b. Modal awal
• Kompor gas satu tungku dan tabung gas 3 kg : Rp 150.000,00
• Wajan penggorengan : Rp 100.000,00
• Mesin perajang talas (slicer) : Rp 600.000,00
• Baskom untuk meniriskan minyak : Rp 50.000,00
• Pisau, peniris minyak dan lainnya : Rp 30.000,00 +
Total Modal : Rp 930.000,00

Peralatan mengalami penyusutan setelah digunakan selama 4 tahun (48 bulan) :


1/48 bulan X Rp 930.000,00 = Rp 19.400,00 / bulan
c. Biaya Oprasional per bulan
Belanja bahan baku perhari kurang lebih Rp 300.000,00 / hari
• Bahan baku per bulan (@ Rp 300.000,00 x 25 hari) : Rp 7.500.000,00
• Tabung gas sebulan (@ Rp 35.000,00 x 8 tabung) : Rp 280.000,00
• Plastik kemasan dan lebel produk : Rp 500.000,00
• Biaya transportasi, listrik dan telpon : Rp 1.000.000,00
• Biaya penyusutan alat : Rp 19.400,00 +
Total Biaya Oprasional (Perbulan) : Rp 9.299.400,00
d. Harga Pokok Produksi (HPP)
HPP = Total biaya / Jumlah produksi
= Rp 9.299.400,00 / 800 bungkus
= Rp 11.624,25
Maka HPP perbungkusnya adalah Rp 11.624,25 dibulatkan Rp 11.600,00 (karena
saat ini tidak ada lagi uang 24,25 rupiah)

e. Harga Jual
Dalam menetapkan harga jual, disamping kita harus mengetahui berapa HPP
produk, kita juga akan menetapkan berapa kira-kira keuntungan / laba yang kita
harapkan dari satu bungkus produk yang akan kita jual. Dalam penetapan harga
jual ini (berkaitan dengan penetapan keuntungan) kita juga harus memperhatikan
harga jual yang ditetapkan oleh pesaing.
Misalkan pesaing menetapkan harga jual Rp 18.000,00 perbungkus untuk
ukuran 250gr. Maka kita bisa memperkirakan berapa keuntungan yang akan kita
tetapkan sehingga harga jual produk kita tidak lebih dari Rp 18.000,00 untuk
ukuran 250gr. Berikut contoh cara penetapan harga jual misalkan keuntungan yang
diharapkan adalah sebesar Rp 5.400,00;
Harga jual = HPP + Laba yang diinginkan
= Rp 11.600,00 + Rp 5.400,00
= Rp17.000,00
Dengan menetapkan keuntungan Rp 5.400,00 perbungkus kita bisa menjual
produk dengan harga yang lebih murah dari pesaing yaitu sebesar Rp 17.000,00.

Anda mungkin juga menyukai