Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Waluh atau labu kuning merupakan salah satu hasil bumi yang ffmemiliki
nilai gizi yang baik bagi tubuh manusia. Data Badan Pusat Statistik dalam Hayati
(2006), menunjukkan hasil rata-rata produksi waluh seluruh Indonesia berkisar
antara 20-21 ton per hektar. Sedangkan konsumsi buah waluh di Indonesia masih
sangat rendah, yakni kurang dari 5 kg per kapita per tahun.
Waluh memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap yaitu vitamin A, vitamin
C, beta karoten, zat besi, dan kalium. Karena kandungan gizinya yang cukup lengkap,
waluh dapat menjadi sumber gizi yang sangat potensial. Keistimewaan lain dari waluh
adalah tidak mudah rusak karena mempunyai kulit tebal dan keras sehingga dapat
bertindak sebagai penghalang laju respirasi. Hal inilah yang menyebabkan waluh
relatif awet dibanding buah-buahan lainnya Waluh dapat disimpan selama enam bulan
tanpa mengalami kerusakan.
Mengingat beberapa kelebihan yang dimilikinya dan harganya yang relatif
murah, labu kuning dapat dimanfaatkan sebagai bahan fortifikasi makanan yang baik.
Untuk tujuan tersebut, labu kuning diolah menjadi produk yang tahan lama disimpan
seperti tepung. Tepung labu kuning merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan gizi, khususnya kekurangan vitamin A . Dengan kandungan gizi yang
dimilikinya, terutama beta karoten (provitamin A) nya yang tinggi, tepung labu
kuning sangat baik untuk fortifikasi. Tepung labu kuning berpotensi sebagai
pendamping terigu dalam berbagai produk olahan pangan sehingga produk olahan
yang ditambah dengan tepung labu kuning mempunyai warna dan rasa yang menarik
(Kamsiati, 2010). Tepung labu kuning dapat ditambahkan pada makanan- makanan
yang digemari oleh masyarakat, salah satunya adalah mie.
Produk olahan mie dari campuran labu kuning merupakan hal yang masih
awam di masyarakat dan hal ini merupakan peluang usaha yang menjanjikan,
mengingat mie adalah produk yang digemari masyarakat. Pola hidup zaman modern
yang menuntut kepraktisan juga mendorong perkembangan makanan siap saji berupa
mie .
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pelaksanaan program kewirausahaan ini,sebagai berikut :
1 Bagaimana cara meningkatkan hasil produktivitas pengolahan walu/labu kuning?
2 Bagaimana cara pembuatan mie dari tepung waluh?
3 Bagaimana strategi pemasaran mie dari tepung waluh?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam pelaksanaan program kewirausahaan ini adalah sebagai berikut :
1 Mengetahui strategi pemasaran dan pengembangan Labu Kuning sebagai
alternatif makanan sehat
2 Untuk memanfaatkan hasil tanaman lokal yang berlimpah menjadi produk olahan
yang bernilai ekonomi tinggi
3 Mengetahui bahwa waluh dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku mie

1.4 Luaran Yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dalam pelaksanaan program kewirausahaan sebagai
berikut :
1 Meningkatkan karya kreativitas inovatif mahasiswa dalam rangka bereksperimen
dan menemukan hasil karya yang bermanfaat dan tepat guna.
2 Terciptanya produk sehat berupa mie waluh yang dapat meningkatkan nilai
ekonomi dari waluh.
3 Meningkatkan nilai jual Labu Kuning/Waluh

1.5 Manfaat Program


Manfaat program kewirausahaan ini adalah sebagai berikut :
1 Meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam melihat berbagai peluang usaha
serta melatih dalam mengembangkan usaha/bisnis
2 Memanfaatkan waluh sebagai hasil bumi yang melimpah untuk diolah sebagai produk sehat
yang bernilai ekonomi
3 Menciptkan peluang usaha baru dari pengolahan waluh.
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

2.1 Prospek Pemanfaatan Labu Sebagai Mie


Labu merupakan sumber pangan , yang tidak asing bagi masyarakat kita.
Dalam hal pengolahan labu kuning masih belum optimal dimasyarakat. Selain itu,
labu juga merupkan sumber serat yang kaya manfaat, terutama bagi Kesehatan
Labu kuning biasanya digunakan petani sebagai tanaman sampingan. Hal ini
disebabkan karena para petani menganggap prospek tanaman labu kuning kurang
menjanjikan. Di masyarakat penggunaan labu hanya sebatas pelengkap sayur dalam
hidangan makan. Belum banyak pemanfaatan lebih lanjut menjadi olahan makanan
yang beredar dipasaran
Pemanfaatan labu kuning yang belum optimal, dapat dijadikan inspirasi untuk
pengelolaan labu kuning menjadi bahan baku pembuatan olahan makanan yang dapat
dinikmati oleh masyarakat. Labu kuning dapat dijadikan sebagai inovasi bisnis dan
inovasi dalam pembuatan mie

2.2 Peluang Pasar


Mie labu kuning memiliki prospek bisnis yang menjamin, hal ini
dikarenakan mie labu kuning masing jarang dipasaran saat ini. Selain itu, mie labu
kuning juga mengandung gizi tinggi yang baik untuk Kesehatan tubuh dan harganya
yang terjangkau

2.3 Analisis Ekonomi Kelayakan Usaha

N Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


O
1. Bahan habis pakai dan peralatan 5.810.000
2. Biaya Penunjang PKM 820.000
3. Biaya Perjalanan 1000.000
4. Biaya Lain-lain 300.000
Total Biaya 7.930.000

1. Proyeksi Pendapatan

Produksi 1 bulan untuk mie labu kuning adalah 600 bungkus dengan harga yang
ditawarkan Rp 3.500/bungkus.

Total penjualan = 600 x 3.500,00


= 2.100.000,00
Keuntungan = 2.100.000,00- 1.325.000
= 775.000
2. Analisis Kelayakan Usaha

-BEP (Break Event Point)


= Total biaya
Harga
= 1.325.000
3500
= 378 bungkus
Jadi tingkat volume produksi 501 bungkus usaha ini berada pada titik impas.

BEP harga produksi


= Total biaya
Volume produksi
= 1.325.000
600
= 2.250

-B/C Rasio
=Hasil penjualan
Total biaya
= 2.100.000
1.325.000
=1,50
Karena B/C> 1 maka usaha ini layak untuk dijalankan, artinya setiap satuan.
Biaya yang dikeluarkan dari penjualan sebesar 1,20 kali lipat.
ROI (return On Investment)
= Keuntungan (ex = 1000x 300)
Total biaya
= 775.000 x 100%
61.325.000
= 58,49%
Usaha ini layak dikembangkan karena setiap pembiayaan Rp.100,00
Diperoleh keuntungan Rp 58,49

3. Perhitungan Pengembangan Modal


Pengembangan Modal = Keuntungan+penyusutan
Jumlah modal awal
= 775.000 + 189.000 x 100%
1.325.000
=72,7 %

Anda mungkin juga menyukai