Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PRODUKSI TERNAK PERAH

”PROSES PEMBENTUKAN SUSU PADA SAPI PERAH”

Disusun Oleh:

Dimas Hadi Prayoga


18741012

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

2020
PROSES PEMBENTUKAN SUSU PADA SAPI PERAH

1.1 Sapi Perah

Sapi perah adalah salah satu hewan ternak penghasil susu.

Produksi susu yang dihasilkan mampu menyuplai sebagian besar

kebutuhan susu di dunia disbanding jenis hewan ternak penghasil

susu lain seperti kambing, domba dan kerbau, maka dari itu sapi

perah mempunyai kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan

susu nasional yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Kebutuhan protein hewani nasional Indonesia dari tahun ke tahun

terus meningkat pesat. Rataan konsumsi protein hewani

masyarakat Indonesia saat ini baru 4,19 gr/kapita/hari sedangkan

standar kecukupan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia

menurut FAO adalah 6 gr/kapita/hari(Mustofa, 2008)

1.2. Susu Sapi

Susu sapi merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang

mengandung gula,garam-garam, mineral dan protein dalam bentuk

koloid(Bukle et al, 1987). Air dalam susu berfungsi sebagai pelarut

dan membentuk emulsi, suspensi koloidal. Flavour pada susu

sanagat di tentukan oleh lemak susu. Lemak susu dalam bentuk

butir-butir disebut globula, yang berada dalam fase disperse.

Masing-masing butir-butir lemak dikelilingi olehy selaput protein

yang sangat tipis atau serum susu yang terkumpul pada permukaan

akibat adsorbsi(Muchtadi, 1992)


1.3 Pembentukan Susu

Ambing adalah suatu kelenjar kulit yang tertutup oleh bulu, kecuali
pada putingnya. Ambing tampak sebagi kantung yang berbentuk
persegi empat. Ambing terbagi menjadi dua bagian kiri dan kanan
terpisahkan oleh satu lekukan yang memanjang, disebut
intermammary groove. Kuarter belakang mertupakan bagian yang
besar dan menghasilkan susu 60% dari total produksi. Sering
dijumpai adanya puting tambaan  (extra teat) di luar empat puting
yang normal dari masing-masing kuarter. Puting tambahan biasanya
berada dibelakang puting belakang atau kadang-kadang diantara
puting depan dan belakang (Prihadi, 1997).

Ambing seekor sapi betina terbagi menjadi empat kuartir yang


terpisah. Dua kuartir bagian depan biasanya berukuran 20% lebih
kecil dari kuartir bagian belakang dan kuartir-kuartir itu bebas satu
sama lain. Sapi perah yang produksi susunya tinggi memiliki sistem
mamae yang besar, ambing melekat mantap, putingnya terletak pada
keempat sudut bujur sangkar uniform/ seragam, pembuluh venanya
menonjol karena jumlah darah yang dibutuhkan untuk produksi serta
bentuk dan ukuran puting kurang bagus (Blakely and Bade,1991).

Proses pembentukan susu sapi sangat dipengaruhi oleh akivitas


alveolus dalam kelenjar ambing sapi. Alveolus terdiri atas selapis sel
epitel membentuk suatu lumen yang dibungkus oleh jaringan
myoepitel dan dikelilingi oleh suatu membrane dasar yang terdiri atas
jaringan ikat. Darah akan mengalir melalui stroma, yaitu ruang inter-
alveolar yang terdiri atas jaringan fibroblast, leukosit, sel adipose, dan
jaringan ikat lain. Setandan alveolus terdiri atas beberapa alveolus
dinamakan lobuli. Beberapa lobuli akan membentuk satu lobus.

Di lumen alveolus akan dibentuk susu yang diambil dari bahan-


bahan asal dari darah. Susu masuk ke lumen alveoli untuk kemudian
masuk ke dalam saluran-saluran halus. Saluran halus dari tiap - tiap
lobuli berkumpul untuk membentuk saluran yang lebih besar dan
akhirnya masuk ke dalam kisterna ambing. Kisterna ambing adalah
suatu ruangan yang berada di bagian bawah kwartir. Selanjutnya susu
dialirkan ke ruangan putting susu atau kisterna puting. Ruangan akhir
penampung susu dihubungkan oleh sebuah saluran menuju lubang
putting susu. Lubang putting susu memiliki otot-otot sirkuler yang
berfungsi membuka dan menutup lubang puting. Adanya rangsangan
syaraf dan tekanan dalam ambing mengakibatkan otot sirkuler
mengendur dan susu dapat keluar. Tiap kisterna terpisah satu sama
lain, sehingga kejadian peradangan hanya terbatas pada satu kwartir
saja.

Alveolus tempat pembentukan susu akan mengambil cairan dan


komponen darah dengan kemampuan daya selektif, yakni
keistimewaan memilih bahan-bahan yang diperlukan serta mengubah
bahan-bahan asal darah menjadi bahan yang lain bentuknya. Susu
akan keluar dari selepitel untuk masuk ke dalam lumen alveoli dengan
cara terjadi ruptura sel. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya
tekanan osmotic sehingga susu dapat memasuki lumen alveol.
Pembentukan satu liter susu dalam ambing baru dapat dipenuhi oleh
aliran darah kurang lebih sebanyak 500 liter, atau ambing
membutuhkan aliran darah sebanyak 6000 – 10000 liter per hari atau
sekitar 300 liter per jam.

Lubang puting susu menjadi terbuka akibat rangsangan syaraf atau

tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna dapat mengalir keluar.

Gerakan menyusui dari pedet, usapan satu basuhan air hangat pada

ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf.

Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam


darah. Hormon oksitosin menyebabkan otak-otak pada kelenjar susu

bergerak dan lubang puting membuka sehingga air susu mengalir ke

luar (Hidayat, dkk, 2002


DAFTAR PUSTAKA

Rahadi.2007.MANAGEMEN SUSU SAPI PERAH Volume


1.Sleman:PT.Sarihusada Generasi Mahardika.

Astuti,Triana Yuni.2002.Buku Ajar Ternak Perah. UNSOED:Purwoketo

Soedono,Adi.1990.Pedoman Beternak Sapi Perah.Dirjen Peternakan:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai