Anda di halaman 1dari 12

KOMERSIALISASI DI LINGKUNGAN JABATAN APARATUR SIPIL

NEGARA (STUDI KASUS DI KABUPATEN KLATEN)

Dosen Pengampu:

Ahmad Zaki Fadlur Rohman, S.IP, M.A

Disusun oleh:

Cindy Dina Laurensia Rusliawan (175120600111044) / No. Absen 10

Mega Khoiru Nissa (175120600111046) / No. Absen 12

Salsabila Kasman (175120601111028) / No. Absen 17

Adinda (175120601111030) / No. Absen 19

Nathania Gracia Sinuraya (175120601111029) / No. Absen 18

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lelang jabatan atau jual-beli jabatan selalu diidentikan dengan barang
atau jasa, sedangkan jabatan bukan termasuk kategori barang dan jasa.
Kemudian diperhalus dan diperjelas maknanya dengan sebutan seleksi dan
promosi jabatan publik secara terbuka. Lelang jabatan yang dilakukan pada
dasarnya seperti menyampaikan sebuah proposal kerja. Lelang jabatan
mempunyai landasan hukum berupa surat edaran (SE) Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) No.
16 Tahun 2012 tentang tata cara Pengisian Jabatan Struktural yang Lowong
secara terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah dan UU Pokok-Pokok
Kepegawaian.
Terdapat pro dan kontra mengenai sistem lelang jabatan dalam proses
pelaksanaannya. Ada pihak yang melihat seleksi jabatan menyebabkan
regenerasi di lingkungan PNS tidak berjalan dengan baik. Karena dianggap
tidak ada lagi keteraturan bagi PNS yang mengantri untuk mendapatkan
kesempatan jabatan yang diinginkannya. Banyak peyimpangan yang terjadi
dalam lelang jabatan atau jual-beli jabatan. Jual-beli jabatan dalam pengisian
jabatan ASN juga memperburuk kualitas ASN itu sendiri karena jabatan ASN
hanya dapat diberikan bagi sebagian orang yang sanggup melakukan transaksi
ilegal dengan mengesampingkan kualitas dan kelayakan seseorang atas
jabatan tersebut. Sehingga hal ini menjadi salah satu permasalahan dalam
hukum kepegawaian di Indonesia saat ini.
Undang-Undang ASN membagi jabatan ASN atas tiga jenis yaitu
Jabatan Administrasi, Jabatan Fungsional dan Jabatan Pimpinan Tinggi.
Secara normatif sebenarnya sudah ada tata cara pengisian masing-masing dari
jabatan tersebut. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi misalnya juga
diatur baik dalam tingkatan pemerintah pusat juga pemerintah daerah. Dalam
Pasal 103 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa Jabatan Pimpinan Tinggi berfungsi
memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN pada instansi pemerintah.
Kemudian dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah tersebut bahwa setiap
pejabat pimpinan tinggi harus menjamin akuntabilitas jabatan. Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) setidaknya menangkap tiga kepala daerah
sepanjang 2017-2018 atas kasus pengisian jabatan pempinan tinggi atau lelang
jabatan, yaitu Bupati Klaten, Bupati Nganjuk dan Bupati Jombang 1.
Berdasarkan catatan KASN salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya
penyimpangan dalam proses lelang jabatan adalah karena minimnya instansi
yang menyelenggarakan seleksi jabatan secara terbuka2.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah memutuskan untuk merevisi
Undang-Undang ASN dimana salah satu materi yang akan direvisi ialah
pembubaran KASN. Badan Legislasi DPR RI menganggap fungsi
pengawasan KASN tidak optimal dan tidak jauh berbeda dari fungsi
Kemenpan-RB. Ketua Panja Revisi Undang-Undang ASN, Arif Wibowo,
mengatakan bahwa pembubaran KASN diusulkan dengan alasan keberadaan
KASN membuat pengisian jabatan pimpinan tinggi di instansi-instansi
pemerintah menjadi tidak efektif, karena setiap pengisian jabatan harus
didahului oleh rekomendasi KASN. Tetapi saat itu Menteri Dalam Negeri,
Tjahjo Kumolo, menilai peran KASN masih diperlukan. Rencana
penghapusan KASN tersebut juga mendapat penolakan dari Ketua KPK, Agus
Rahardjo, meminta agar revisi Undang-Undang ASN tidak berdampak pada
pembubaran KASN. Karena jika KASN dibubarkan secara bersamaan juga
berpotensi menghilangkan sistem seleksi jabatan ASN secara terbuka.

1
Haris Fadhil, 2018 “Sunjaya dan 3 Bupati yang Dijerat KPK Karena Jual-Beli Jabatan” (DetikNews)
https://news.detik.com/berita/d-4271842/sunjaya-dan-3-bupati-yang-dijerat-kpk-karena-jual-beli-
jabatan. Diakses pada tanggal 4 September 2019. Pukul 14.22 WIB.
2
Abdul aziz, 2017 “Jual-Beli Jabatan Marak, DPR Malah Ingin Bubarkan Komisi ASN” (Tirto.id)
https://tirto.id/jual-beli-jabatan-marak-dpr-malah-ingin-bubarkan-komisi-asn-ciCo. Diakses pada
tanggal 4 September 2019. Pukul 15.20 WIB.
1.2. Rumusan Masalah
Seperti apa yang sudah dijabarkan dalam latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana pengawasan terhadap pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi Pratama Aparatur Sipil Negara oleh Komisi Aparatur Sipil
Negara ?
1.2.2. Mengapa jabatan di daerah bisa diperjual belikan?
1.2.3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Komisi Aparatur Sipil
Negara dalam mengawasi pengisian Jabatan Tinggi Pratama
Aparatur Sipil Negara?
1.3. Tujuan
Seperti apa yang sudah dijabarkan dalam latar belakang dan rumusan masalah
di atas, dapat disimpulkan beberapa tujuan sebagai berikut :
1.3.1. Untuk mengetahui dan menganalisis fungsi pengawasan Komisi
Aparatur Sipil Negara terhadap pengisian Jabatan Tinggi Pratama
Aparatur Sipil Negara.
1.3.2. Untuk mengetahui alasan mengapa jabatan dapat diperjualbelikan.
1.3.3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi baik dari segi
kewenangan maupun pelaksanaan fungsi pengawasan Komisi
Aparatur Sipil Negara dalam pengisian Jabatan Tinggi Pratama
Aparatur Sipil Negara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alur Kerangka Regulasi

UU No. 28 Tahun 1999 Pasal 5 ayat 2 huruf J UU


tentang penyelenggaraan ASN tentang “tidak
Negara yang bersih dan menyalahgunakan informasi
bebas dari korupsi, kolusi, intern negara, tugas, status,
dan nepotisme. kekuasaan, dan jabatannya

Surat Edaran Menteri No. 16 Tahun 2012


tentang cara Pengisian Jabatan Struktural.

PP No. 9 Tahun 2003 tentang Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan


Wewenang Pengangkatan, Pemerintah Republik Indonesia
Pemindahan, Pemberhentian Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Pegawai Negeri Sipil. disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Berbagai masalah yang muncul dalam mekanisme pengisian jabatan struktural


secara tertutup mendorong dilakukannya pergeseran sistem sistem pengisian jabatan
struktural menjadi sistem pengisian jabatan struktural secara terbuka. Pengisian
jabatan secara terbuka  artinya setiap pejabat struktural yang memenuhi persyaratan
tertentu memiliki hak untuk mengajukan dirinya dalam seleksi pengangkatan jabatan
struktural tersebut. Hal ini dilakukan guna menampung berbagai kompetensi yang
dimiliki oleh pegawai sehingga nantinya dapat ditempatkanpada posisi atau jabatan
yang sesuai dengan kompetensinya.

1. Di dalam penjelasan UU No. 28 tahun 1999 ini, membahas tentang


penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Mengingat pemerintah merupakan subyek hukum yang mana
memiliki konsekuensi dapat melakukan perbuatan hukum, sehingga
berpotensi untuk melakukan suatu pelanggaran atau penyimpangan hukum
salah satunya adalah melakukan tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi
saat ini tidak hanya terjadi pada Pemerintah Pusat akan tetapi terjadi pula pada
Pemerintah Daerah, seperti halnya kasus Bupati Klaten yang belum lama ini
terjadi. Dalam kasus tersebut, Ibu Sri Hartini di duga melakukan
komersialisasi atau jual beli jabatan yang ada di Kabupaten Klaten untuk
mengisi jabatan dan atau mempertahankan jabatan seseorang agar terjaga
eksistensinya dengan menerima suap berupa sejumlah uang.

2. Pasal 5 ayat 2 huruf J UU ASN. Dapat diketahui pula bahwa perbuatan suap
jual beli jabatan untuk kepentingan pribadi jelas telah melanggar. Adapun
bunyi pasal tersebut adalah “tidak menyalah gunakan informasi intern negara,
tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain”. Akan tetapi
pada implementasinya dalam roda pemerintahan di Kabupaten Klaten telah
terjadi suatu dinasti politik, yang mana hal tersebut merupakan gerbang untuk
terjadinya suatu jual beli jabatan. Dimana Ibu Sri Hartini telah
menyalahgunakan kekuasaan dan jabatan yang dimilikinya untuk kepentingan
pribadi. Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbuatan
melawan hukum oleh penguasa.
3. Surat Edaran Menteri No.16 Th 2012. Ini menjelaskan tentang cara Pengisian
Jabatan Struktural yang lowong secara terbuka di lingkungan instansi
pemerintahan Guna lebih menjamin para pejabat struktural memenuhi
kompetensi jabatan yang diperlukan. Agar dapat menutup adanya celah jual
beli jabatan dapat dilakukan dengan cara memperkuat institusi seperti Komisi
Aparatur Sipil Negara (KASN). Karena dengan keberadaan lembaga
independen seperti KASN diharapkan dapat membuat proses manajemen
Pemerintahan Daerah misalnya dalam hal pengisian jabatan atau recruitment
dan mutasi pejabat tidak didasari oleh kepentingan politik atau pragmatisme
saja.
4. PP No.9 Th 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan,
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipipengangkatan PNS dalam jabatan
struktural harus berdasarkan pada prinsipprofesionalisme. Pengangkatan
dalam jabatan didasarkan atas prestasi kerja, disiplinkerja, kesetiaan,
pengabdian, pengalaman, dapat dipercaya, serta syarat objektif lainnya.
Karena Dalam menjalankan roda pemerintahan, seorang pejabat dituntut
untuk memiliki sikap hati-hati agar tidak mudah untuk tergoda dengan apa
saja yang hendak diberikan kepadanya yang berkaitan dengan jabatan atau
pekerjaan yang diembannya, akan tetapi dalam kasus tersebut Ibu Sri Hartini
menerima sejumlah uang suap terkait dengan kasus komersialisasi jabatan
yang terjadi di Kabupaten Klaten.
5. Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 2010, tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam Pasal 3 ayat 4
dijelaskan bahwa seorang PNS wajib menaati segala ketentuan peraturan
perundang-undangan, akan tetapi dalam kasus ini perbuatan komersialisasi
jabatan merupakan salah satu perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh
peraturan perundang-undangan sehingga dalam hal yang demikian, Ibu Sri
Hartini tidak menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2 Literature Review
2.2.1. Literature 1

“Reformasi Manajemen Aparatur Sipil Negara: Evaluasi Peran Pejabat


Pembina Kepegawaian dan Komisi Aparatur Sipil Negara”

(Ditulis oleh Riris Katharina dalam Jurnal Spirit Publik Volume 13, Nomor 2,
Oktober 2018)

Reformasi birokrasi di Indonesia yang dilakukan melalui Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara hingga saat ini belum
memperlihatkan hasil maksimal. Maraknya kasus jual beli jabatan oleh kepala daerah
menjadi salah satu indikatornya. Sepanjang pejabat pembina kepegawaian masih
diemban oleh pejabat politik, sepanjang itu pula ketergantungan birokrasi kepada
politik sangat besar. Hal ini akan mengakibatkan permasalahan dalam netralitas
politik dan menimbulkan birokrasi yang tidak profesional.

Peran Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) yang diemban oleh kepala daerah
telah membuktikan birokrasi Indonesia sulit melepaskan diri dari intervensi politik.
Model birokrasi Marxis dan Executive Ascendency justru menempatkan birokrasi
Indonesia semakin kuat dalam cengkraman politik. Hubungan patron-klien akan terus
terpelihara. Situasi ini merupakan ancaman bagi upaya menuju birokrasi yang
profesional dan handal serta mampu berkompetisi di dunia global (performance based
bureaucracy).

Presiden dan DPR RI sudah seharusnya melanjutkan langkah reformasi


birokrasi selanjutnya dengan menghilangkan peran politik dalam birokrasi Indonesia
melalui penghapusan peran PPK oleh politisi dan menyerahkannya kepada pejabat
karier birokrasi. Jadi, bukan dengan membubarkan KASN. Kebutuhan akan adanya
kepastian birokrasi akan menjalankan kebijakan politisi dapat diserahkan kepada
KASN. KASN akan menjadi jembatan penghubung antara politik dan birokrasi
Indonesia. Keberadaan KASN sebagai lembaga independen akan dapat memastikan
seluruhnya berjalan dengan baik.
Untuk itu, KASN harus diberi tambahan kekuatan SDM dengan menempatkan
BKN sebagai sekretariat KASN untuk mendukung pelaksanaan tugas KASN terkait
pemberian informasi pegawai ASN. Pengawasan KASN juga tidak hanya khusus
untuk JPT namun dalam setiap jabatan yang ada.

2.2.2. Literature 2
“Penguatan Kedudukan dan Peran Komisi Aparatur Sipil Negara dalam
Mewujudkan Reformasi Birokrasi”

(Ditulis oleh Nurmalita Ayuningtyas Harahap dalam Jurnal Panorama Hukum


Vol 1 No 2 Desember 2016)

Di dalam jurnal ini dijelaskan tentang kedudukan KASN (Komisi Aparatur


Sipil Negara) dalam mewujudkan reformasi birokrasi telah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. KASN merupakan
lembaga non-struktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik yang diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 1 angka 19.

KASN bertujuan melakukan pengawasan manajemen ASN melihat


manajemen dari ASN di daerah tentang system pengisian jabatan dan promosi jabatan
atau yang biasa disebut “lelang jabatan” masih sering dilakukan. Nyatanya lelang
jabatan ini telah mendorong melakukan seleksi terbuka di seluruh intansi pemerintah
pengisian jabatan tinggi. KASN ini berkedudukan di ibukota. Karena perwakilan
KASN di daerah belum dibentuk maka lelang jabatan yang berada selain di ibukota
masih banyak terjadi. Aparatur Sipil Negara dalam mewujudkan reformasi diperkuat
dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 mengenai tugas, wewenang
,dan tujuannya sebagai badan yang memonitoring pelaksanaan system merit dalam
manajemen Aparatur Negeri Sipil agar agenda reformasi birokrasi dapat terwujud.
Kemudian upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah terkait dengan kedudukan
KASN dalam mewujudkan reformasi birokrasis adalah dibentuknya perwakilan
KASN di daerah dengan diperhatikan pula optimalisasi kinerja KASB , agar nantinya
tidak terjadi inefesiensi anggaran negara.
2.2.3. Literature 3

Pengisian Jabatan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang


BerhalanganTetap Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Studi Kasus
Pengisian Jabatan Wakil Bupati Kabupaten Grobogan)

(Ditulis oleh Rahma Aulia dan Fifiana Wisnaeni dalam Jurnal Hukum Jilid 47
No 3 Juli 2018)

Pemilihan Kepala Daerah yang dilaksanakan secara langsung dipastikan


membuka ruang partisipasi politik rakyat untuk mewujudkan kadaulatan dalam
menentukan pemimpin di daerah. Karena tujuan ideal pilkada langsung antara lain
terpilihnya Kepala Daerah yang terpercaya, memiliki kemampuan, kepribadian dan
moral yang baik. Pilkada langsung juga menjadi semacam training ground, yakni
ajang atau arena pelatihan pemimpin dalam rangka menyediakan stok pemimpin
untuk tingkatan lebih tinggi. Pengisian jabatan negara (staatsorganen, staatsambten)
merupakan salah satu unsur penting dalam hukum tata negara. Tanpa diisi dengan
pejabat (ambtsdrager), fungsifungsi jabatan negara tidak mungkin dijalankan
sebagaimana mestinya.

Rekrutmen jabatan negara adalah berasal dari kekuatan politik melalui


pemilihan umum maupun pengangkatan oleh pejabat politik yang dipilih rakyat,
selain itu juga dalam rekrutmen pejabat birokrasi adalah berasal dari pejabat pegawai
negeri yang memenuhi persyaratan pemerintah diangkat oleh pejabat yang berhak
mengangkatnya. Faktor yang mempengaruhi penerapan sistem merit (merit system)
dalam kebijakan promosi jabatan di daerah meliputi regulasi, kontrol eksternal dan
komitmen. Tidak dilakukan pengisian jabatan di Kabupaten Grobogan, permasalahan
politik partai pengusung kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan fokus
utama, karena penyebab tidak dilakukannya pengisian jabatan wakil kepala daerah di
kabupaten Grobogan merupakan konsensus bersama oleh Partai politik pengusung
kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Kekosongan jabatan Wakil Bupati di Kabupaten Grobogan akibat
meninggalnya Edy Maryono sebagai Wakil Bupati terpilih dikarenakan oleh dua hal.
Pertama, di dalam aturannya UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas UU Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
UU Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
Menjadi UU , hanya dibahas mengenai mekanisme penggantian wakil kepala daerah
yang berhalangan tetap. Tidak ada aturan yang menyebutkan keharusan suatu daerah
untuk segera menyelenggarakan pengisian jabatan kepala daerah, serta tidak adanya
penyebutan sanksi kepada daerah yang tidak segera melaksanakan pengisian jabatan
wakil kepala daerah. Oleh karena itu wajar jika banyak daerah yang masih
meremehkan hal pengisian jabatan wakil kepala daerah. Terkait tindakan dari Partai
Koalisi atau Partai Pengusung dalam menetapkan kebijakan yang tepat dalam
pengisian jabatan wakil Bupati yang berhalangan tetap.

Langkah yang perlu dipertimbangkan oleh Partai Kebangkitan bangsa (PKB)


atau partai koalisi pengusung Bupati dan Wakil Bupati (Sri-Edy) terpilih. Pertama:
Menyiapkan kader dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang telah disepakati oleh
Bupati Sri Sumarni dan partai koalisi (Partai Amanat Nasional dan Partai Hanura).
Tentunya dengan persyaratan-persyaratan yang harus ditanggung oleh calon
pengganti baik yang menyangkut komitmen politik maupun cost-politik sepanjang
dapat dirasionalisasi. Kedua : Apabila opsi yang pertama tidak dapat dipenuhi, maka
langkah berikutnya menawarkan kepada pihak partai koalisi baik dari Partai Amanat
Nasional (PAN) maupun dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) untuk menyiapkan
calon pengganti sebagai calon Wakil Bupati Grobogan dengan persyaratan
sebagaimana opsi yang pertama yaitu disetujui Bupati Sri Sumarni dan mengganti
cost-politik yang telah dikeluarkan oleh (alm) Edy Maryono. Tentunya penawaran
untuk menyiapkan calon pengganti Wakil Bupati kepada partai koalisi lebih
mengutakan partai yang kursinya atau jumlah suaranya lebih banyak. Ketiga :
Apabila opsi yang pertama dan kedua tidak terpenuhi, maka perlu mengambil dari
pihak luar (non partai koalisi) yaitu dari masyarakat yang independen dan tidak
sebagai anggota partai politik atau tidak memiliki keberpihakan kepada partai politik.
Seperti pegawai negeri yang berpengalaman (yang dapat diproses pensiun) atau
pihak-pihak yang memiliki ketokohan dan pengalaman. Tentunya mereka yang
disiapkan telah mendapatkan kesepakatan dari partai koalisi pengusung, utamanya
dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai partai yang memiliki hak prioritas.

Anda mungkin juga menyukai