Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TRAUMA ABDOMEN

DI SUSUN OLEH Kelompok 2

Aldini Kamuh (1814201147)

Ignatius Manahulending (1814201027)

Agnes Mustafa (1814201194)

Janet A.T. Fotang (1814201195)

A4 KEPERAWATAN / SEMESTER V

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kelompok kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
tuntunan dan rahmat-Nya, kkami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawata Trauma Abdomen” dengan lancar. Adapun maksud penyusunan makalah
ini untuk memenuhi tugasMata kuliah "Askep Kegawatdaruratan II".

Rasa terima kasih Kami tidak terkirakan kepada teman-teman kami yang telah
mendukung dan memberikan saran dalam penyusunan makalah ini. Harapan saya,
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentangapa itu Asuhan Keperawata Trauma Abdomen.

Kami kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dengan keterbatasan yang saya miliki. Untuk itu, jika ada kritik dan saran dari
pembaca dengan senang hati saya menerimanya demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.

Manado, 12 Oktober2020

kelompok

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang......................................................................................

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................

1.3. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi.................................................................................................

2.2. Etiologi.................................................................................................

2.3. Patofisiologi..........................................................................................

2.4. Patoflow...............................................................................................

2.5. Mamifestasi Klinis...............................................................................

2.6. Pemeriksaan diagnostic........................................................................

2.7. Penatalaksanaan....................................................................................

2.8. Komplikasi............................................................................................

2.9. ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan............................................................................................

3.2. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUANA.

1.1. LATAR BELAKANG

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventraldan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan
sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.Antara cavitas abdominalis
dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai
peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di abdomen
dan menjadi peritoneum visceralis.Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat
berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem
perkemihan.

Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari


saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai
cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar),
kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan
kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).Istilah trauma
abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan
dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhanutama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering beru
tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi
atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.

Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya
jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan
velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.
Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ
multipel.

Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena


injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin
hanya mengenal luka robek atauluka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih
banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.

Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya


lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik
diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini
diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.Trauma abdomen akan ditemukan pada
25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang
lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat
menetapkan diagnosis.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja materi tentang trauma abdomen?

2. Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatandari kasus ini?

1.3. TUJUAN

1. Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.

2. Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer,
2001).Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratandapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).

2.2. ETIOLOGI

Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).


Disebabkan oleh :

a. Luka akibat terkena tembakan

b. Luka akibat tikaman benda tajam

c. Luka akibat tusukan

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).


Disebabkan oleh :

a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

b. Hancur (tertabrak mobil)

c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut

d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olahraga.

2.3. PATOFISIOLOGI

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat


kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–
faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi
berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan
tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan
tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari
permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.Trauma juga tergantung pada
elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan
jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah
kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan.
Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan
dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan
dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme:

1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luarseperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak
benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.

2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae
atau struktur tulang dinding thoraks.

3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya


robek padaorgan dan pedikel vaskuler.
2.4. PATOFLOW

2.5. MANIFESTASI KLINIS

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :

a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ


b. Respon stres simpatis

c. Perdarahan dan pembekuan darah

d. Kontaminasi bakteri

e. Kematian sel

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).

a. Kehilangan darah.

b. Memar/jejas pada dinding perut.

c. Kerusakan organ-organ.

d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding
perut.

e. Iritasi cairan usus.

2.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Foto thoraksUntuk melihat adanya trauma pada thorak.

2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan


terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum
amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
traumapada hepar.

3. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas


retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.

4. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai


hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada
saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan


trauma pada ginjal.

6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam


rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).

a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :

1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

2) Trauma pada bagian bawah dari dada

3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,


cedera otak)

5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang


belakang)

6) Patah tulang pelvis

b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :

1) Hamil

2) Pernah operasi abdominal

3) Operator tidak berpengalaman

4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

7. Ultrasonografi dan CT Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi


dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

Pemeriksaan khusus

1. Abdomonal ParacentesisMerupakan pemeriksaan tambahan yang sangat


berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum.
Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yangkeluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

2. Pemeriksaan LaparoskopiDilaksanakan bila ada akut abdomen untuk


mengetahui langsung sumber penyebabnya.

3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

2.7. PENATALAKSANAAN

1. Pre Hospital

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam


nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik
mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika
ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan
napas.

a. Airway

Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan


teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan
napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

b. Breathing

Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan


menggunakan cara ‘lihat, rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan
apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi
korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).

c. Circulation

Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-


sengal dan tidak adekuat,maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada
tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi
dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2
kali bantuan napas).Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :

o Stop makanan dan minuman


o Imobilisasi

o Kirim kerumah sakit.

Penetrasi (trauma tajam)

a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak
boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.

b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain
ka

c. ssa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.

d. Imobilisasi pasien.

e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.

f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.

g. Kirim ke rumah sakit.

2. Hospital

a. Trauma penetrasi

Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.

b. Skrinning pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis


adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro
peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.

c. Study kontras urologi dan gastrointestinal


Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur.Sumber : (Hudak & Gallo, 2001).

2.8. KOMPLIKASI

1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.

2. Lambat : infeksi

3. Trombosis Vena

4. Emboli Pulmonar

5. Stress Ulserasi dan perdarahan

6. Pneumonia

7. Tekanan ulserasi

8. Atelektasis

9. Sepsis

2.9. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.

Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :

a. Aktifitas / istirahat

Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas

Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera


(trauma).

b. Sirkulasi

Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,


hiperventilasi, dll).

c. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau dramatis)

Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.

d. Eliminasi

Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami


gangguan fungsi.

e. Makanan dan cairan.

Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.

Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen

f. Neurosensori

Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo

Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan


statusmental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh

g. Nyeri dan kenyamanan

Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.

Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.

h. Pernafasan

Data Subyektif : Perubahan pola nafas

i. Keamanan

Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.

Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan

b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi


abdomen.

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan


d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.

f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,


perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.

Kriteria hasil: Kebutuhan cairan terpenuhi

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vitalRasional: untuk mengidentifikasi defisit volume


cairan

2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitaminRasional:


mengidentifikasi keadaan perdarahan

3) Kaji tetesan infusRasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi


kebutuhan cairan.

4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.Rasional: cara


parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.

5) Kolaborasi Tranfusi darahRasional: menggantikan darah yang keluar

b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi


abdomen.

Tujuan : Nyeriteratasi

Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri. Rasional: mengetahui tingkat nyeri klien.

2) Beri posisi semi fowler. Rasional: mengurngi kontraksi abdomen

3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi Rasional: membantu


mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. Rasional: analgetik
membantu mengurangi rasa nyeri.

5) Managemant lingkungan yang nyaman. Rasional: lingkungan yang


nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan

Tujuan : Ansietas teratasi

Intervensi :

1) Perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil


pada waktu lalu. Rasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas
klien.

2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut
dan berikan penanganan. Rasional: mengetahui ansietas, rasa takut klien
bisa mengidentifikasi masalah dan untuk memberikan penjelasan kepada
klien.

3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai


penyakit. Rasional: apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang
akan dilakukan, klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang.

4) Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stres. Rasional: lingkungan


yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi

5) Dorong dan dukungan orang terdekat. Rasional: memotifasi klien

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Dapat bergerak bebas

Intervensi :

1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak. Rasional: mengidentifikasi


kemampuan klien dalam mobilisasi

2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasienRasional: meminimalisir


pergerakan kien3) Berikan latihan gerak aktif pasif. Rasional: melatih
otot-otot klien
3) Bantu kebutuhan pasien. Rasional: membantu dalam mengatasi kebutuhan
dasarklien

4) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi. Rasional: terapi fisioterapi dapat


memulihkan kondisi klien

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.

Tujuan: Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

1) tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

2) luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi:

1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. Rasional :


mengetahui tingkat kerusakan kulit klien

2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
Rasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi

3) Pantau peningkatan suhu tubuh. Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi

4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas. Rasional : membantu proses
penyembuhan luka dan menjaha agar luka kering dan bersih

5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya


debridement. Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara
cepat

6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. Rasional : menjaga


luka agar tidak terpapar mikroorganisme

7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. Rasional : membunuh


mikroba penyebab infeksi

f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,


perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Kriteria hasil :

1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi :

1) Pantau tanda-tanda vital. Rasional : mengetahui keadaan umum klien

2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. Rasional : menjaga agar


luka bersih dan kering

3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter,


drainase luka. Rasional : mencegah terjadi infeksi lebih lanjut

4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti


Hb dan leukosit. Rasional : memberikan data penunjang tentang resiko
infeksi

5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. Rasional : membunuh


mikroorganisme penyebab infeksi.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.Prioritas keperawatan
tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri,
menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi
tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip pengkajian pada trauma
abdomen harus berdasarkan A (Airway), B (Breathing), C (Circulation).

Pada kasus di atas Tn. M mengalami Trauma tembus (trauma perut dengan
penetrasi ke dalamrongga peritonium) akibat luka akibat tusukan. Masalah
keperawatan yang timbul pada klien antara lain: defisit volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan perdarahan intra abdomen;nyeri berhubungan adanya trauma
abdomen atau luka tembus abdomen; resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kontaminasi bakteri dan luka tembus abdomen.

3.2. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam


pembuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan
baik dalam penulisan maupun dalampengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis
berharap kepada semua pmbaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan
dalam pembuatan makalah yang akan dating
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma Life


Support Seventh Edition. Indonesia: Ikabi

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta:


EGCCarpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan
Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

Catherino, Jeffrey M. 2003. Emergency Medicine Handbook. USA: Lipipincott


Williams

Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC

ENA (Emergency Nurse Association). 2000. Emergency Nursing Core Curiculum,


5th. USA: W.B. Saunders Company

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. FKUI: Media


Aesculapius

Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005
-2006, Editor: Budi Sentosa. Jakarta: Prima Medika

Scheets, Lynda J. 2002. Panduan Belajar Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth


Ed.8 Vol.3. Jakarta: EGC.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai