Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kepada allah Swt, karena berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah dalam bidang studi Kurikulum Pembelajaran,
shalawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada Rasullaullah Saw,
keluarga, sahabatnya dan kita semua sebagai umatnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu lulu tunjung biru M,Pd selaku
dosen mata kuliah kurikulum pembelajaran yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
2.3 Interpretasi.............................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 13
3.2 Saran....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
sejalan dengan perkembangan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam
masyarakat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism, bertujuan untuk membentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka
bumi ini.
2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama “Rentjana Pelajaran
Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa
setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum 1964
Setelah tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama “Rentjana
Pendidikan 1964”. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Hamalik, 2004). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi yaitu: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus.Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
6
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif.“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.Metode, materi, dan
tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI).Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar.Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan.Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Leaming (SAL).Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan
instruksional.Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar
kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-
benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan
bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai
siswa.
7. Kurikulum 1994
7
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak.Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
8
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,
dan silabus.Dalam KTSP ini, setiap satuan pendidikan berhak dan diberi otonom
seluas-luasnya untuk mengembangkan kurikulumnya. Sekolah memiliki
wewenang luas untuk mengembangkan secara mandiri sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi masing-masing sekolah.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.Oleh
sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
9. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency).Kompetensi
dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur
pendidikan sekolah.Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada
pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik.Oleh karena itu,
kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat
diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu
kriteria keberhasilan.Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu
peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar
mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.Sesuai dengan konsep
belajar tuntas dan pengembangan bakat.Setiap peserta didik harus diberi
kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
belajar masing-masing. Kurikulum 2013 terutama berorientasi pada perubahan
9
proses pembelajaran (yang semula dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari
tahu) dan proses penilaian (dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian
output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan output).
Penambahan jam pelajaran sebagaimana halnya kecenderngan negara-negara luar
belakangan ini, seperti Knowledge is Power Program (KIPP) dan Massachusettes
Extended Learning Times (MELT).
Dalam implementasi kurikulum 2013 ini guru dituntut secara profesional
merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan
prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan. Intinya dalam hal ini guru hanya bersifat
sebagai fasilitator.
2.3 Interpretasi
10
serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan, dan untuk ini diperlukan evaluasi
yang kontiyu, (3) the vocational curriculum, meliputi keterampilan dan
pengetahuan yang khas yang harus dimiliki sejumlah anak sehubungan dengan
kebutuhan tenaga kerja pada masyarakat tertentu. Kualitasnya diukur atas dasar
dua aspek, yaitu prediksi dan tingkat pencapainya. Sedang dalam pelaksanaanya
perlu diperhitungkan, (a) apa yang diajarkan, (b) bagaimana mengajarkanya, (c)
siapa pelajarnya dan bagaimana mereka belajar, (d) keserasian bahan dengan
kebutuhan ril dari siswa dan masyarakat, (e) efisiensi, efektivitas dan
produktivitas proses pendidikan termasuk perencanaan, organisasi serta
pengelolaanya, dan (f) perubahan-perubahan melalui berbagai inovasi untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang berlangsung terus.
11
Maka, untuk mengurangi masalah-masalah yang sering muncul dalam
pengembangan kurikulum, Othanel Smith dalam Hamalik, menyatakan bahwa
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, beliau menitikberatkan pada, (1)
pemilihan titik tolak pengembangan, (2) analisi kekuatan-kekuatan yang ada
secara selektif, (3) teknik pelaksanaanya, (4) cara yang konvensional dalam
mengusahakan perubahan dan (5) kontrol atau pengawasankurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat sejumlah prinsip dasar yang
dipakai sebagai landasan agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan
keinginan yang diharapkan, baik oleh pihak lembaga, siswa, orangtua dan
masyarakat pengguna lulusan. Untuk itu, perlu menentukan prinsip-prinsip
dasar yang menunjang dan menjadi landasan dasar dalam pengembangan
kurikulum yang dilakukan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya: relevansi,
efektivitas, efisiensi, kesinambungan, fleksibilitas, berorientasi pada tujuan,
prinsip sinkronisasi. Prinsip-prinsip tersebut perlu diketahui oleh semua pihak,
terutama guru sebagai pelaksana di lapangan, dan dapat menerapkanya dalam
proses pembelajaran dengan baik. Dan pengembang kurikulum memahami dan
menghayati secara seksama dan baik.
12
direncanakan. Untuk itu dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, prosedur dan pendekatan strategis. Keberhasilan
pelaksanaan kurikulum terutama sangat ditentukan oleh strategi yang
digunakan, yang meliputi; penangan terhadap faktor-faktor tertentu, misalnya
kesiapan sumber daya, sarana prasarana, strategi belajar mengajar, faktor
masyarakat dan lain sebagainya. Dalam hal ini, satuan pendidikan harus mampu
dan berusaha mencermati berbagai dimensi tersebut.
13
perubahan dan implementasi kurikulum di lapangan. Di tangan guru kegagalan
tersebut menjadi nyata. Posisi dan peran yang terbatas sebagai pelaksana serta
pemahaman konseptualmereka yang sederhana. Walaupun demikian, belum
boleh disimpulkan bahwa guru adalah causa prima kegagalan kurikulum
khususnya, rendahnya kualitas pendidikan pada umumnya. Guru hanya satu
unsur terkait dari mata rantaikegagalan
Dengan demikian, pemerintah harus memfasilitasi guru untuk lebih
memahami dasar-dasar pertimbangan penysusunan kurikulum baru, melibatkan
guru secara aktif dalam kajian, uji coba, dan penilaian berbagai aspek
kurikuler. Selanjutnya memberdayakan guru secara berkelanjutan (continuous
quality improvement)dalam peningkatan kemampuan profesional mereka
sebagai nara sumberkurikulum.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat
dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. Kurikulum memiliki lima komponenutama, yaitu : (1) tujuan; (2)
isi/materi; (3) metode atau strategi pencapain tujuanpembelajaran; (4)
organisasi kurikulum dan (5) evaluasi.
Harapan kita semua bahwa kurikulum yang baru tidak akan mengalami
nasib yang sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Akan tetapi mampu
memberikan pencerahan terhadap perubahan paradigma berpikir para pelaksana
di lapangan, serta mampu memfasilitasi dan membantu meningkatkan
kompetensi peserta didik sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional
maupun internasional dengan bangsa-bangsa yang lain.
3.2 Saran
Makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari pembaca kami harapkan dari perbaikan makalah
ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
BSNP, 2002. Paduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang SD dan SMP. Jakarta : BNSP.
16