Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Dosen Pengampu :

Lulu Tunjung Biru M,Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Maulida Nikris ( 2281190067 )


2. Muhamad Raflia ( 2281190034 )
3. Siti Nurholipah ( 2281190019 )

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah Swt, karena berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah dalam bidang studi Kurikulum Pembelajaran,
shalawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada Rasullaullah Saw,
keluarga, sahabatnya dan kita semua sebagai umatnya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu lulu tunjung biru M,Pd selaku
dosen mata kuliah kurikulum pembelajaran yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, kami menyadari masih
jauh dari kata sempurna makalah ini, oleh karena itu kertik dan saran yang
membangun akan kami nantikan ddemi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 10 September 2020

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

2.1 Sejarah Pengembangan Kurikulum......................................................... 3

2.2 Perubahan Kurikulum............................................................................. 3

2.3 Interpretasi.............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP......................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................. 13

3.2 Saran....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus


sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan
falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak
akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut
sekarang.Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung/selalu
mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan
teknologi.Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab
pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Kurikulum dapat (paling tidak
sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia
menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh
peserta didik.

Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum


yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah. Perubahan kurikulum
dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat pula bersifat
keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum.

Perkembangan ini pun terjadi pada kurikulum di Negara Indonesia.


Sebagai sebuah Negara yang memiliki tujuan berdiri, kurikulum ini dirasa sangat
penting untuk kemudian mengiringi kemajuan Negara. Karenanya, perkembangan
kurikulum ini dianggap menjadi penentu masa depan anak bangsa. Pengembangan
kurikulum sebagai instrumen yang membantu praktisi pendidikan untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat dan juga sebagai
alat bantu guru untuk melakukan tugasnya yaitu mengajar dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Perkembangan kurikulum tidak akan pernah berhenti yang
dimanan perkembangan ini merupakan proses berkelanjutan dan terus menerus

3
sejalan dengan perkembangan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dari pengembangan kurikulum diindonesia?


2. Jelaskan macam-macam kurikulum yang berkembang diindonesia?
3. Bagaimana interpretasi mengenai perkembangan kurikulum di indonesia?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Kurikulum


), dan kurikulum berbasis kompetensi (2004 dan 2006 ). Dalam
perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994,1999 2004, 2006. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya p e r u b a h a n s i s t e m p o l i t i k , s o s i a l
b u d a ya , e k o n o m i , d a n i p t e k d a l a m m a s ya r a k a t , berbangsa dan
bernegara.Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan p e r l u
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
p e r u b a h a n ya n g terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya
pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya. Lebih spesifik, Herliyati (2008) menjelaskan bahwa
setelah indonesia merdeka dalam pendidikan dikenal beberapa masa
pemberlakuan kurikulum yaitu kurikulum sederhana 1947-1964),
pembaharuan kurikulum (1968 dan 1975), kurikulum berbasis keterampilan
proses (1984 dan 1994

2.2 Perubahan Kurikulum


Perubahan kurikulum pasti akan disertai dengan tujuan pendidikan yang
berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan kurikulum tersebut ada suatu tujuan
tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan
kurikulum di dunia pendidikan Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kurikulum 1947
Kurikulum saat itu diberi nama “Rentjana Pelajaran 1947”. Pada saat itu,
kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya.Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem

5
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism, bertujuan untuk membentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka
bumi ini.
2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama “Rentjana Pelajaran
Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa
setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum 1964
Setelah tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama “Rentjana
Pendidikan 1964”. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Hamalik, 2004). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi yaitu: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus.Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk

6
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif.“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.Metode, materi, dan
tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI).Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar.Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan.Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Leaming (SAL).Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan
instruksional.Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar
kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-
benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan
bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai
siswa.
7. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan


dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,

7
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak.Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

8. Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK). Karena arena seluruh proses pendidikan di sekolah
ditetapkan standarnya berdasakan kompetensi yang dikembangkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pendidikan berbasis kompetensi
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi)
tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.
Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to
perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini
mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu
yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah
ditentukan.Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis
kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi
berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta
didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2)
keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya (Puskur,
2002). Tujuan yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupun klasikal.

8. Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum 2006 sering disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) yang merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Sebagaimana dijelaskan oleh BSNP (2006:5 )bahwa KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

8
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,
dan silabus.Dalam KTSP ini, setiap satuan pendidikan berhak dan diberi otonom
seluas-luasnya untuk mengembangkan kurikulumnya. Sekolah memiliki
wewenang luas untuk mengembangkan secara mandiri sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi masing-masing sekolah.

Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.Oleh
sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

9. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency).Kompetensi
dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur
pendidikan sekolah.Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada
pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik.Oleh karena itu,
kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat
diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu
kriteria keberhasilan.Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu
peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar
mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.Sesuai dengan konsep
belajar tuntas dan pengembangan bakat.Setiap peserta didik harus diberi
kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
belajar masing-masing. Kurikulum 2013 terutama berorientasi pada perubahan

9
proses pembelajaran (yang semula dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari
tahu) dan proses penilaian (dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian
output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan output).
Penambahan jam pelajaran sebagaimana halnya kecenderngan negara-negara luar
belakangan ini, seperti Knowledge is Power Program (KIPP) dan Massachusettes
Extended Learning Times (MELT).
Dalam implementasi kurikulum 2013 ini guru dituntut secara profesional
merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan
prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan. Intinya dalam hal ini guru hanya bersifat
sebagai fasilitator.

2.3 Interpretasi

Pengembangan kurikulum merupakan dinamika yang dapat memberi respon


terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maupun globalisasi. Pengembangan kurikulum
sangat dipengaruhi oleh sumber daya pendukung, yaitu SDM memiliki peran
yang sangat dominan terhadap keberhasilan pengembangan kurikulum, untuk itu
pengembangan dan pembinaan SDM harus dilakukan secara berkesinambungan,
baik melalui jalur formal maupun nonformal. Manajemen perguruan tinggi atau
sekolah, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran yang
tersedia, penggunaan strategi dan model-model pembelajaran, kinerja guru dan
dosen, monitoring pelaksanaan pembelajaran dikelas, serta manajemen
peningkatan mutu pendidikan itusendiri.
Beey (1966), menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum: (1) the essential curriculum, meliputi keterampilan dan pengetahuan
yang minimum, yang pencapaianya harus diukur dengan teknik “quality control”,
(2) the potential curriculum, meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dituntut
untuk meliputi setiap anak, selaras dengan perkembangan anak, jenjang sekolah,

10
serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan, dan untuk ini diperlukan evaluasi
yang kontiyu, (3) the vocational curriculum, meliputi keterampilan dan
pengetahuan yang khas yang harus dimiliki sejumlah anak sehubungan dengan
kebutuhan tenaga kerja pada masyarakat tertentu. Kualitasnya diukur atas dasar
dua aspek, yaitu prediksi dan tingkat pencapainya. Sedang dalam pelaksanaanya
perlu diperhitungkan, (a) apa yang diajarkan, (b) bagaimana mengajarkanya, (c)
siapa pelajarnya dan bagaimana mereka belajar, (d) keserasian bahan dengan
kebutuhan ril dari siswa dan masyarakat, (e) efisiensi, efektivitas dan
produktivitas proses pendidikan termasuk perencanaan, organisasi serta
pengelolaanya, dan (f) perubahan-perubahan melalui berbagai inovasi untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang berlangsung terus.

Selanjutnya, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pengembanganya


perguruan tinggi atau sekolah akan menghadapi beberapa faktor penghambat.
Faktor-faktor penghambat yang kemungkinan muncul dalam pengembangan
kurikulum diantaranya:

1. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang terus-menerus


meningkat, yang pada giliranya akan menimbulkan kelangkaan fasilitas
belajar dan personel pembimbing. Sehingga membutuhkan kurikulum
yang lebih sesuai.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut penyesuaian


kurikulum agar masyarakat kita tidak ketinggalan dengan bangsa lain
terutama dalam hubungan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain didunia.

3. Aspirasi manusia semakin berkembang luas, berkat kebebasan berpikir


dan mengeluarkan gagasan dan konsep perlu mendapat penyaluran yang
wajar, agar sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama dan
kebangsaan. Hal ini mendorong perbaikan dan pengembangankurikulum.

4. Dinamika masyarakat yang disebabkan oleh berbagai faktor,


menyebabkan gerakan masyarakat, baik vertikal maupun horizontal
membawa pengaruh besar artinya bagi pengembangan pendidikan.

11
Maka, untuk mengurangi masalah-masalah yang sering muncul dalam
pengembangan kurikulum, Othanel Smith dalam Hamalik, menyatakan bahwa
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, beliau menitikberatkan pada, (1)
pemilihan titik tolak pengembangan, (2) analisi kekuatan-kekuatan yang ada
secara selektif, (3) teknik pelaksanaanya, (4) cara yang konvensional dalam
mengusahakan perubahan dan (5) kontrol atau pengawasankurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat sejumlah prinsip dasar yang
dipakai sebagai landasan agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan
keinginan yang diharapkan, baik oleh pihak lembaga, siswa, orangtua dan
masyarakat pengguna lulusan. Untuk itu, perlu menentukan prinsip-prinsip
dasar yang menunjang dan menjadi landasan dasar dalam pengembangan
kurikulum yang dilakukan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya: relevansi,
efektivitas, efisiensi, kesinambungan, fleksibilitas, berorientasi pada tujuan,
prinsip sinkronisasi. Prinsip-prinsip tersebut perlu diketahui oleh semua pihak,
terutama guru sebagai pelaksana di lapangan, dan dapat menerapkanya dalam
proses pembelajaran dengan baik. Dan pengembang kurikulum memahami dan
menghayati secara seksama dan baik.

Beberapa pendapat di atas, merupakan faktor-faktor yang perlu


diperhatikan secara cermat oleh pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan
kurikulum, agar pengembangan kurikulum yang dilakukan sejalan dengan
maksud dan tujuan yang diharapkan, sehingga pada akhirnya mampu
melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi unggul dan mempunyai daya
saing baik lokal, nasional, dan global.
Secara konseptual bahwa kurikulum yang kita miliki sudah sangat baik.
Namun, kelemahan dari kurikulum kita saat ini ialah pada aspek
implementasi dan mengeyampingkan peran guru dalam perubahan kurikulum,
kita lebih konsen pada aspek isi kurikulum itu sendiri. Perlu disadari bahwa
implementasi kurikulum merupakan bagian integral dalam pengembangan
kurikulum karena ia merupakan bentuk aktualisasi dari kurikulum yang

12
direncanakan. Untuk itu dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, prosedur dan pendekatan strategis. Keberhasilan
pelaksanaan kurikulum terutama sangat ditentukan oleh strategi yang
digunakan, yang meliputi; penangan terhadap faktor-faktor tertentu, misalnya
kesiapan sumber daya, sarana prasarana, strategi belajar mengajar, faktor
masyarakat dan lain sebagainya. Dalam hal ini, satuan pendidikan harus mampu
dan berusaha mencermati berbagai dimensi tersebut.

Pada beberapa kasus, perubahan kurikulum hanya terbatas pada


perubahan materi atau bahan. Namun, pada hakekatnya perubahan juga harus
melibatkan perubahan pada tingkah laku dan pola berpikir guru. Disamping itu,
FulandanPark(1982;24-26) dalam Seller dan Miller, merumuskan makna dari
suatu perubahan yang harus dipahami oleh seluruh komponen yang terlibat
dalam pendidikan, agar perubahan yang dilakukan dapat diimplementasikan
dengan baik.
Implementasi kurikulum diIndonesia, berdasarkan hasil pengamatan sejak
zaman kemerdekaan sampai sekarang, memberi kesan implementasi kurikulum
di lapangan gagal. Sedikitnya ada empat faktor peyebab utama, mengapa
demikian. (1) Faktor yang bersumber dari birokrasi, terutama ada harapan dan
perlakuan yang berlebihan dikalangan birokra tmengenai peran kurikulum dan
unsur guru dinomor duakan. (2) Faktor yang bersumber dari penyusun
kurikulum, terutama karena lemahnya dasar-dasar filosofis dan psikologis
dalam penjabaran kurikulum, sehingga tidak sesuai dengan realita sosial dan
tuntutan perubahan yang ada di masyarakat. (3) Faktor yang bersumber dari
pelaksana kurikulum, terutama karena tingkat kompetensi dan
profesionalisme yang kurang mendukung di kalangan guru. (4) Faktor yang
bersumber dari ekosistem pendidikan, terutama karena tidak kuatnya dukungan
sosial dan ketersedian insdrastruktur pendidikan pada satuan pendidikan,
terutama sekolah- sekolah yang ada didaerah.

Keempat faktor penyebab di atas, merupakan suatu kesatuan yang


bersinergi sebagai gabungan yang memastikan terjadinya kegagalan dalam

13
perubahan dan implementasi kurikulum di lapangan. Di tangan guru kegagalan
tersebut menjadi nyata. Posisi dan peran yang terbatas sebagai pelaksana serta
pemahaman konseptualmereka yang sederhana. Walaupun demikian, belum
boleh disimpulkan bahwa guru adalah causa prima kegagalan kurikulum
khususnya, rendahnya kualitas pendidikan pada umumnya. Guru hanya satu
unsur terkait dari mata rantaikegagalan
Dengan demikian, pemerintah harus memfasilitasi guru untuk lebih
memahami dasar-dasar pertimbangan penysusunan kurikulum baru, melibatkan
guru secara aktif dalam kajian, uji coba, dan penilaian berbagai aspek
kurikuler. Selanjutnya memberdayakan guru secara berkelanjutan (continuous
quality improvement)dalam peningkatan kemampuan profesional mereka
sebagai nara sumberkurikulum.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat
dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. Kurikulum memiliki lima komponenutama, yaitu : (1) tujuan; (2)
isi/materi; (3) metode atau strategi pencapain tujuanpembelajaran; (4)
organisasi kurikulum dan (5) evaluasi.

Harapan kita semua bahwa kurikulum yang baru tidak akan mengalami
nasib yang sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Akan tetapi mampu
memberikan pencerahan terhadap perubahan paradigma berpikir para pelaksana
di lapangan, serta mampu memfasilitasi dan membantu meningkatkan
kompetensi peserta didik sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional
maupun internasional dengan bangsa-bangsa yang lain.

3.2 Saran
Makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari pembaca kami harapkan dari perbaikan makalah
ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
BSNP, 2002. Paduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang SD dan SMP. Jakarta : BNSP.

Hamalik, 2004. Model-model Pengembangan Kurikulum. Bandung : UPI.


Hamalik, 2006. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT
Rosdakarya.
Herliyati, 2008. Kontravesi Sejarah dan Kurikulum Eksperimen. Kompas 26
Maret.

Puskur, 2002. Kurikulum da Hasil Belajar. Jakarta : Balitbang Puskur

16

Anda mungkin juga menyukai