Anda di halaman 1dari 19

ANALISA PROSES HASIL STUDY EKSKURSI DI

PABRIK TEH PTPN IV BAH BUTONG

OLEH :

WITRI GUNARSIH 71180914038

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
M E D A N
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, saya bisa
menyelesaikan makalah tentang “Analisa proses hasil study ekskursi di pabrik teh
PTPN IV BAH BUTONG” untuk penyelesaian tugas dari mata kuliah Sistem
produksi.
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu
pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini bisa selesai dan insya Allah bisa
menjadi pegangan pada pengajaran Sistem produksi. Walaupun makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya berharap kepada Ibu Dosen untuk
memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Sebagai penulis dari makalah ini saya berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih atas
perhatian dari semua pihak.

Universitas Islam Sumatera Utara


Medan, Desember 2019
Penulis

WITRI GUNARSIH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG


Salah satu hasil pengembangan dari konsep pemikiran manusia di bidang
teknologi adalah proses produksi untuk menghasilkan suatu produk.
Seiring  perkembangan zaman, jenis kegiatan produksi itu pun mengalami
perkembangan. Begitu juga kajian manusia di bidang teknologi khususnya bidang
industri. Dari memikirkan sebuah rangkaian sistem proses sederhana dan dapat
dikatakan masih rumit hingga menjadi proses yang sistematis, terorganisasi dan
terstruktur.
Salah satu hal yang dikembangkan para rekayasawan industri adalah
tentang perancangan suatu pabrik atau industri. Adapun hal yang berhubungan
dengan perancangan pabrik itu adalah perencanaan bangunan,susunan tata letak,
peralatan utama dan penunjang, perawatan pabrik, proses produksi, penilaian
teknis, kenyamanan dan keuangan serta keselamatan kerja. Semua hal tersebut
tentunya tidak bisa dihindarkan dalam suatu industri. Oleh karena itu,  diperlukan
suatu pengetahuan atau ilmu tentang perencanaan pabrik.
Mengingat betapa pentingnya ilmu tentang perencanaan instalasi pabrik
ini, maka sangat penting sekali untuk mempelajari dan melakukan observasi
dalam mengkaji instalasi pabrik ini. Sekarang, ilmu perancangan instalasi pabrik
ini telah dipelajari dan dikembangkan di beberapa institusi pendidikan. Walaupun
materi ini telah dipelajari di bangku perkuliahan dan menjadi salah satu mata
kuliah wajib namun hal tersebut masih berupa teori. Oleh karena itu, maka
diadakanlah kegiatan kunjungan industri untuk melengkapi pengetahuan instalasi
pabrik dan melihat langsung aplikasi dari materi yang diperoleh di bangku
perkuliahan.
1.2 TUJUAN KUNJUNGAN INDUSTRI
Adapun tujuan darai kunjungan industry ini, yaitu :
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui Pola Aliran Barang dan Pemindahan Bahan (Material
Handling).
2. Mengetahui Tata Letak Pabrik (Lay Out).
3. Mengetahui Sistem Perawatan Pabrik dan Permesinan.
4. Mengetahui sistem organisasi dan tata kerja diperusahaan.
5. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan
Tujuan Umum:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan Serbuk teh kering berkualitas
2. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang instalasi pabrik.
3. Mengetahui, memahami dan mempelajari secara langsung aplikasi ilmu
yang diperoleh dibangku perkuliahan.
4. Mengetahui masalah-masalah yang timbul didunia industri.
5. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan dunia industri.

1.3 MANFAAT KUNJUNGAN INDUSTRI


Setelah melakukan kunjungan industri, diharapkan mahasiswa akan dapat
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Diantara manfaat yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mendapatkan kesempatan sebesar-besarnya untuk mengenal
aktivitas perusahaan secara umum dan mendalam.
2. Mahasiswa mendapatkan tambahan ilmupengetahuan di luar bidang ilmu
yang di pelajari di dalam bangku perkuliahan dan lingkungan
luar(industri).
     
3.      Mendapatkan kesempatan sebesar-besarnya untuk mengenal aktivitas
perusahaan secara umum dan mendalam
1.4 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN YANG DIPELAJARI DI
TEMPAT KUNJUNGAN
Demi kelancaran dan terfokusnya kegiatan kunjungan ini, maka perlu
dibatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas atau dipelajari selama
melakukan kunjungan, dan ruang lingkupnya adalah:
1.     Pola aliran barang dan pemindahan barang (Material handling).
2.     Tata letak pabrik (lay out).
3.     Sistem perawatan pabrik dan permesinan.
BAB II
DESKRIPSI PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH PERUSAHAAN

  SEJARAH SINGKAT PT PERKEBUNAN IV KEBUN BAH BUTONG


Perkebunan Bah Butong dibuka dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland Hand
Maskapai (NV.NHM). Pabrik pertama didirikan pada tahun 1927 dan mulai
beroperasi sejak tahun 1931.
Secara kelembagaan, tahun 1957 Pemerintah Indonesia melakukan pengambil
alihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, termasuk perusahaan NHM,
melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 229/UM/57, tanggal 10
Agustus 1957 yang diperkuat dengan Undang-Undang Nasionalisasi Nomor.
86/1958.
Tahun 1961, PPN Baru dan Pusat Perkebunan Negara dilebur menjadi Badan
Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX melalui U.U. Nomor, 141
Tahun 1961 Sumut III dan Jo PP Nomor 141 Tahun 1961.
Tahun 1963 Perkebunan Teh Sumatera Utara dialihkan menjadi Perusahaan
Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV) melalui PP Nomor. 27 Tahun 1963.
Tahun 1968 terjadi perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunanan VIII
(PNP VIII) melalui PP Nomor 141 Tahun 1968 Tanggal 13 April 1968.
Perubahan berikutnya mulai tahun 1974 menjadi Persero yaitu PT Perkebunan
VIII (PTP VIII) melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing SH Nomor. 65 Tanggal ;
31 April 1974 yang diperkuat SK Menteri Pertanian Nomor. YA/5/5/23, Tanggal :
07 Januari 1975.
Semenjak tanggal 11 Maret 1996 terjadi restrukturisasi kembali, dimana
Perkebunan Bah Butong masuk dalam lingkup PTP Nusantara IV melalui Akte
Pendirian PTPN IV Nomor. 37 Tanggal 11 Maret 1996 yang mengatur pelebaran
PTP VI, VII, dan VIII menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (PERSERO).
Sejak tahun 1998 s/d 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan modern,
diresmikan Tanggal 20 Januari 2001.
Lokasi Kebun Bah Butong berada di Kecamatan Sidamanik, 26 km dari Kota
Pematang Siantar dan 155 km dari Kantor Pusat yang berada di Kota Medan.
Luas Areal HGU = 2.684.84 Ha dengan luas TM = 428,20 Ha dengan ketinggian
= 890 mdpl. Jenis klon Tanaman teh terdiri dari Tanaman Klonal (Gambung
Group).
Komposisi areal :
Luas areal TM                       :     428.20 Ha
Luas areal TBM-I                  :       66.06 Ha
Luas areal TBM-I K.Sawit    :       11.00 Ha
Luas areal TBM-II                 :      121.94 Ha
Luas areal TB-0                     :      125.04 Ha
Luas areal di berahkan          :      897.65 Ha
Rencana TU 2012                 :      143.70 Ha
Luas areal lain-lain               :      891.25 Ha
PENGOLAHANTEH HITAM
Sistem pengolahan the hitam ada 2 macam yaitu : sistem ORTODOX dan
system CTC. Perkebunan Bah Butong menholah the hitam dengan system
kombinasi ORTODOX – Rotor Vane dengan kapasitas olah : 1.530 kg the
kering per jam dan kapasitas tamping Daun Teh Basah ± 100 Ton. Tahapan
pengolahan the hitam sbb :
I.Stasiun Penerimaan Daun The Basah
Pelayanan DTB dari afdeling dilakukan 3 9tiga) kali sehari. DTB diangkut ke
ruang Pelayuan dan dimsukkan ke WT (withering Trough) dengan alat angkut
MONORAIL, selanjutnya DTB dibeber/dikirap untuk dilayukan.
II.Stasiun Pelayuan
Pelayuan DTB bertujuan untuk menurunkan kandungan air, sehingga DTB
menjadi layu fisik serta member kesempatan terjadinya perubahan senyawa-
senyawa kimia. Untuk membantu proses pelayuan dialirkan udara panas dari
Heat Exchanger dengan suhu 26-300C. Lama pelayuan antara 18 s/d 20 jam.
III. Stasiun Penggulungan
Penggulungan bertujuan untuk memeras/memulas cairan getah daun dan
untuk membentuk pecahan daun menjadi menggulung. Skema penggulungan
yang dipakai OTR-PCR-RV-RV. Pada proses ini dihasilkan Bubuk-I, II, III, IV
dan Badag. Selama proses penggulungan, suhu dan kelembaban ruangan
harus tetap terjaga antara 22-240C dan RH>95%. Untuk mengendalikan suhu
dan RH digunakan alat pengabut air (Humidifier)
IV.Stasiun Fermentasi (Oksidasi Enzimatis)
Fermentasi / Oksidasi Enzimatis bertujuan untuk memberikan kesempatan
terjadinya reaksi Oksidasi Enzymatis dalam bubuk the dan
mengendalikannya sehingga terbentuk kualitas the hitam yang baik.
Negara tujuan Eksport Teh:
1. Negara-negara Timur Tengah : – Mesir, Irak, Iran, Syria.
2. Negara-negara Eropa               : – Jerman, Irlandia, Italia, Belanda,
Prancis, Spayol, Inggris.
3. Negara-negara lain                  : – Amerika, Australia, New Zealand, Fiji,
Taiwan, Singapura,
Malaysia, China, Pakistan
1.2 BAHAN BAKU ( INPUT )
Bahan baku yang digunkan untuk  proses produksi di  PTP Nusantara IV
adalah pucuk teh. Pucuk teh ini didapatkan oleh pabrik dari kebuh teh milik dari
perusahaan yang ada di sekitar danu kembar.baik itu berupa perkebunan inti dan
juga perkebunan plasma  Kebun penghasil dari pucuk teh tersebut terdiri dari dua
bagian, yaitu:
1.       Afdeling A     = 274.13 Ha
2.       Afdeling B     = 281.63 Ha
Total              = 555.76 Ha
Dari kedua perkebunan teh tersebut terdapat tiga jenis temanan teh, yaitu:
1.       Teh Kloon TRI 2024
2.       Teh Kloon TRI 2025
3.       Teh Kloon KA 132

2.4 PROSES PENGOLAHAN (PROCESS)


Tahapan-tahapan yang dilalui oleh sebuah komponen atau unit yang
diproses di perusahaan ini adalah sebagai berikut:
Deskripsi Diagram  Proses
1. Analisa Pucuk Teh
Sebelum melakukan proses produksi,daun teh yg segar harus melawati
suatu tahap Tahap yang harus dilewati oleh daun teh yaitu proses  penganalisaan
kualitas pucuk teh. penganalisaan pycuk teh akan mengambil beberapa sample
untuk diuji.sehingga diketahui teh layak produksi atau tidak
2. Proses Pelayuan
Pucuk teh segar dari perkebunan sebelum diolah pada proses produksi
terlebih dalulu teh tersebut harus dilayukan dilayukan. Proses pelayuan ini
bertujuan untuk merubah senyawa polisacharida dan protein pada daun teh,
sehingga mengakibatkan perubahan gula didalam daun teh. Kandungan asam
amino pada daun teh akan meningkat demikian pula dengan asam - asam organik
lainnya. Semua ini bertujuan unutk meningkatkan mutu dari teh itu sendiri.
Proses pelayuan ini menggunakan suatu alat yang disebut WT. WT ini
berbentuk balok yang terdiri dari dua ruang. Antara penbatas ruang WT ini berupa
plat yang berlobang-lobang kecil tetapi sangat banyak. Untuk menyukan daun teh
ini, pabrik memanfaatkan panas dari uap air. Uap ini diperoleh dari pembakaran
cakang sawit. Disamping pabrik terdapat dapur atau tunggu untuk pembakaran
cangkah sawit tersebut.
Uap air yang dihasilkan disalurkan ke WT yaitu ke ruang WT yang
dibawah, sedangakan ditasnya diletakan daun-daun teh yang telah dipetik. Kerana
pembatas ruang WT berlobang-lobang maka uap akan naik keatas menuju daun
teh, sehingga otomatis daun teh akan layu akibat panas dari uap. Proses pelayuan
ini dilakukan 1 hari sebelum teh diolah selama 16-18 jam. Hasil pelayuan ini akan
menghasilkan daun teh dengan kandungan air sebanyak 50-51 % dan Tase Lazim
49-50 %.
Pada pabrik ini terdapat 22 unit WT. Dari  22 unit WT dapat melakukaan
proses pelayuan daun teh sebanyak 35-45 Ton dalam satu kali proses palayuan.
Spesikasi dari WT adalah sebagai berikur:
a.        Panjang              =   32.48 m
b.        Lebar                  =   1.830 m
c.         Tinggi                 =   0.872 m
d.         Luas                  =   59.43 m2
e.         Isian                   =   1500-2080 kg (30 kg/m2)
f.          FAN                   =   48
g.         CFM                   =   -
h.         RPM                   =   1450

3. Proses pengulungan Sortasi Basah


Setelah dilakukan proses pelayuan yang dilakukan selama 16-18 jam
selanjutnya adalah proses pengulungan dan sortasi basah. Daun teh yang telah
dilayu dimasukan ke  dalam mesin OTR untuk proses penghalusan daun teh.
Untuk memasukan daun teh ke dalam mesin OTR memanfaatkan lobang pipa dari
tingkat tiga ke dalam mesin OTR. Pangkal pipa tersebut tepat berada pada atas
mesin OTR sehingga dengan memasukkan daun teh ke dalam pipa otomatis daun
teh langsung masuk ke dalam mesin OTR.
Tujuan utama penggilingan dalam pengolahan teh adalah: mencacah dan
menggiling seluruh bagian pucuk agar sebanyak mungkin sel – sel daun
mengalami kerusakan sehingga proses fermentasi dapat berlangsung secara
merata. Memperkecil daun agar tercapai ukuran yang sesuai dengan ukuran grade
– grade teh yang telah distandarkan. Memeras cairan sel daun keluar sehingga
menempel pada seluruh permukaan partikel – pertikel teh.
Pada proses pengelingan terdapat tiga jenis mesin yang digunakan yaitu
mesin OTR, mesin PCR dan mesin PV. Mesin penggilingan Open Top
Roller( OTR ) yaitu mesin yang memiliki selinder besar, dimana selinder tersebut
tidak memiliki tutup dan terletak diatas sebuah meja berbentuk linkaran. Selinder
ini berputar spiral jadi putran selinder tersebut tidak melingkar sempurna dangan
kecepatan putarannya 42 rpm. Pada meja mesin dilengkapi dengan jalur – jalur
gigi, kerucut tumpul  pada titik pusatnya,  dan piasau seperti spiral yang berfungsi
unutk mencacah daun teh yang ada dalam selinder. Mesin ini terbuat dari baja
yang tahan karat.
Mesin penggiling Press Cap Roller ( PCR ) yang bentuknya sama dengan
OTR. Hanya saja penggiling atau Open Top Roller untuk memberikan tekanan
pada teh yang sedang digiling. Sedangakan mesin PCR befungsi untuk mencacah
daun teh yang talah dicacah pada mesin OTR lalu disortasi. Hasil dari sortasi
pertama masih banyak meninggalkan daun teh yang kasar, maka daun teh kembali
dicacah. Pada pencachan inilah daun teh dikerjakan pada mesin PCR. Mesin
giling Rotervance ( RV ) yaitu sebuah silinder yang berukuran garis tengah inci
( 20 cm ) yang diletakan horizontal. Di dalam selinder ini terdapat as yang
dilengkapi dengan sirip – sirip spiral pengisi. Pada bagian ujung terdapat plat
pengatur tekanan berbentuk silang. As berputar dengan kecepatan 40 – 46 rpm
tergantung dari kebutuhan.
Skema dari proses pengulungan dan sortasi basah ini adalah dari mesin
OTR menuju mesin PCR lalu menuju mesin RV dan terakhir kembali dikerjakan
pada mesin RV. Waktu yang dibutuhkan dalam setiap proses adalah 40 menit
pada mesin OTR, 30 menit pada mesin PCR, 10 menit pada mesin RV dan
kembali 10 menit pada mesin RV.
Mesin ayak pemecah gumpalan teh atau Ballbreaker sifter ( BBS ). yang
berputar horizontal dengan rpm 140 dilengkapi dengan konveyor pengisi untuk
mengatur kerataan jumlah teh yang diayak.
Pada proses penggulungan dan sortasi basah ini akan menghasilkan lima
jenis bubuk teh yaitu : bubuk – 1, bubuk- 2, bubuk-3, bubuk-4 dan yang paling
kasar disebut badag. Bubuk –1 dihasilkan dari pengayakan hasil pertama dari
gilingan kedua dan demikian selanjutnya. Dengan persentasi bubuk – 1  = 18 %,
bubuk – 2 = 22 %, bubuk – 3 = 23 %, bubuk – 4 = 22 % dan badak = 15
%.  Kapasitas dari proses pengulungan ini adalah 350 kg per sekali proses.

4. Proses Fermentasi Reaksi Oksidasi Ensymatis


Setelah teh selesai disortasi, bubuk teh kemudian difermentasi dengan cara
memdiamkan bubuk teh di sebuah yang terbuat dari stainless stell. Proses
fermentasi dilakukan di tempat produksi.
 Proses ini dilakukan dengan temperatur optimal 26,70 C. Bubuk teh yang
fermentasi adalah bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3 dan bubuk 4.  Waktu yang dibutukan
untuk proses fermentasi ini adalah 65”-30”-15”-5” lansung temperatur atau RH
ruangan 210 C/ >950C.

5. Proses Pengeringan
Pada proses ini,Selain menghentikan proses oksidasi dalam bubuk teh
basah, pengeringan bertujuan pula untuk menurunkan kandungan air didalam teh
sampai +3 % kandungan air yang rendah ini bertujuan agar hasil pengeringan
dapat mempertahankan mutu baiknya.
Mesin pengering konvensional yang hingga sekarang masih banyak
digunakan industri teh hitam, adalah Endles Chain pressure Dryer ( ECP ). Mesin
ini mengeringkan teh diatas rantai – rantai baki. Mesin dengan rantai – rantai baki
2 tingkat disebut “two stage ECP” yang bertingkat 3 disebut “three stage ECP”
dan yang 4 disebut “four stage ECP”. Jenis ECP yang mutakhir yang banyak
digunakan adalah jenis two stage.
Udara panas dengan suhu + 98°C dihembuskan dari bawah melalui lapisan
teh diatas rantai terbawah kemudian keluar melalui lapisan teh diatas rantai baki
paling atas. Suhu udara yang keluar dari mesin pengering ada sekitar 49°C kurang
lebih 20 menit diperlukan untuk mngeringkan teh bubuk hingga kadar airnya
mencapai 3 %.

6. Proses Sortasi
Pada proses ini,tujuan utama sortasi kering ini adalah memisahkan ukuran
– ukuran teh yang terjadi akibat proses penggilingan menjadi kelompok –
kelompok grade teh yang sesuai dengan permintaan pasaran teh sekarang
( Internasional ). Karena teh kering sangat peka terhadap kelembaban udara
(sangat higroskopis) maka proses sortasi kering ini harus dilaksanakan
sesederhana dan secepat mungkin.

Grade – grade ( jenis- jenis ) teh hitam yang dihasilkan sebagian besar
oleh pabrik – pabrik di Indonesia sekarang adalah :
a.        BOP = Broken Orange Pecco
b.       BOPF = Broken Orange Pecco Pannings
c.        PF = Pecco Panings
d.       Dust
e.        BP = Broken Pecco
f.        BT = Broken Tea
Persentase grade pertama ini umumnya dapat mencapai 57,26 % dari
semua teh yang dihasilkan tergantung dari mutu standar petikan dan kondisi
pucuknya. Besar kecilnya ukuran, sehingga sesuai dengan permintaan standar
ukuran pasaran teh hitam, tergantung dari standar petikan, derajat layuan dan
program gilingnya.
Mesin – mesin pengayak yang digunakan dalam sortasi kering, dibedakan
satu dengan yang lainnya oleh jenis geraknya. Rotating sifter adalah mesin ayak
yang gerakannya berputar horizontal. Sedangkan yang gerakannya maju mundur
disebut mesin ayak Reciprocating dan yang naik turun disebut Vibrating Sifter
disamping itu mesin pemisah tulang Electrostatic Stalk Separator. Winnower
adalah mesin pemisah ukuran teh menurut berat jenis dengan menggunakan kipas
penghisap angin.
Mesin ayak yang gerakannya maju mundur digunakan untuk memisahkan
ukuran – ukuran yang bentuknya memanjang dari ukuran – ukuran teh yang
bentuknya bulat. Segera setelah selesai proses sortasi kering ini, semua teh
ditimbang menurut jenis gradenya untuk kemudian dimasukan kedalam peti
penyimpanan ( peti miring atau tea bin ). Dapat dibedakan bahwa sejumlah hasil
timbangan grade-grade teh tersebut akan lebih besar dari pada berat teh keringnya.
Besar kecilnya persentase overweight ini tergantung dari kelembaban udara ruang
sortasi dan lamanya waktu yang diperlukan untuk proses sortasi.
7. Proses Pengepakan
Sebelum dilakukan pengepakan, teh tersebut di masukkan ke dalam ruang
penyimpanan sementara, dengan beberapa sample the siap seduh  dibawa ke
laboratorium untuk melakukan uji mutu kualitas teh dan keamanan teh untuk di
kosumsi oleh manusia. Baru setelah itu teh dimasukan ke dalam kemsanan. Pada
pabrik ini tidak membuat teh siap saji, meraka hanya membuat bubuk teh saja.
Kemasan dari teh ini berbentuk karung seperti karung semen. Dalam bentuk
karungan inilah bubuk teh tersebut akan di ekspor ke luar negeri.

2.5 PRODUK YANG DIHASILKAN (OUT PUT)

Produk yang dihasilkan berupa daun teh yang datang dari petani kemudian
di proses melalui beberapa tahap seperti penimbangan, pelayuan,pengulungan,
fermentasi, pengeringan, sortasi dan pengepakan. kemudian barulah jadi teh yang
siap untuk di konsumsi. Setelah itu teh dieksport keluar kota dan manca negara.

Jenis Produks yang Dihasilkan Pabrik Danau Kembar(INTI)


Ø  Grade  I 57,26 %  = BOP, BOFT, PF, DUST I, BP, BT
Ø  Grade II 37,82 %   = PF II, DUST II, BP II, BT II, DUST II
Ø  Grade III 4,92 %  = FAAN II, FAAN IV, BM, DUST IV, FLUFF.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 POLA ALIRAN BARANG DAN PEMINDAHAN BAHAN


(MATERIAL HANDLING)
Proses pengolahan bahan baku menjadi suatu produk didalam suatu
pabrik harus ditata sedemikian rupa, sehingga proses produksi berjalan dengan
lancar dan aman. Persoalan pengatuan tata letak fasilitas produksi pabrik yang
berkaitan dengan persoalan pemindahan material (materail handling) adalah
tanggung jawab disiplin dari instalasi pabrik.
Mengenai pemindahan bahan atau material handling yang dilakukan dalam
proses produksi pada perusahaan ini secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu:
1. Pengangkutan bahan baku
Tahap pertama dari proses pemindahan bahan adalah pengangkutan daun
teh dari lokasi menuju pabrik. Daun teh diangkut dengan menggunakan truk
menuju lokasi pabrik. Kemudian sebelum memasuki pabrik dilakukan proses
penimbangan, hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa berat daun the yang
telah diambil.
2. Pemindahan bahan dan komponen di dalam lingkungan pabrik
Setelah berada di lokasi pabrik, daun teh diturunkan, dan  diletakkan di
tempat  penampunan. Setelah itu di lakukan proses pelayuan selama satu
hari. Adapun selama proses pemeliharaan berlangsung, untuk pemindahan bahan
di dalam pabrik dibantu dengan beberapa mesin atau peralatan khusus berupa
gantungan yang selalu berputar. Setelah tiba di tujuan maka karyawan memasukan
daun the kedalam tabung pemotong, kemudian baru dilanjutkan dengan proses
selanjutnya

3.2 TATA LETAK PABRIK (LAY OUT)


Sesuai dengan pola aliran barang, tata letak pabrik (lay out) PABRIK TEH
ini menggunakan tata letak fasilitas pabrik berupa “product lay out”, karena
produk yang dihasilkan hanya satu jenis dan dalam jumlah yang besar.
Proses produksi yang digunakan pada pabrik ini adalah “continious
process”, karena proses yang dilakukan berlangsung secara terus-menerus dan
mesin yang digunakan untuk jangka yang lama.

3.3 SISTEM PERAWATAN PABRIK  DAN PERMESINAN


Sistem perawatan yang digunakan oleh perusahaan ini memakai system
perawatan preventive yang tujuannya mencegah mesin agar terhindar  dari
kerusakan dan mampu berproduksi sesuai dengan kapasitasnya.  
Dalam pelaksanaannya,  jenis sistem perawatan preventive yang dilakukan
antara lain :

1. Perawatan preventif rutin


Perawatan preventive rutin ini dilakukan setiap hari sebelum dan
sesudah  mesin dioperasikan. Tindakan yang dilakukan antara lain adalah
pemeriksaan, pembersihan dan penyetelan yang dilakukan oleh  operator.

2. Perawatan preventif periodic


Perawatan preventif periodik dilaksanakan bedasarkan program yang telah
disusun. Perawatan preventif ini dilakukan 1 minggu sekali. Tindakan yang
dilakukan adalah pelumasan dan  penggantian komponen yang sangat sensitif dan
berdampak besar bagi kualitas produksi permesinan. Pekerjaan ini dilakukan oleh
petugas maintenance.
Namun walaupun demikian kerusakan pada mesin juga tidak akan dapat
dihindari, dipengaruhi oleh keterbatasan kemampuan produksi yang dimiliki oleh
asing-masing mesin dan komponen. Oleh karena itu corrective maintenance juga
harus dilakukan apabila terjadi kerusakan yang menyebabkan  mesin tersebut
tidak dapat beroperasi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah pelaksanaan Kunjungan Industri di Pabrik Teh Danau
Kembar  yang bergerak di bidang produksi teh yang di lakukan selama 1 hari ,
dapat di simpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dengan melaksanakan Kunjungan Industri maka mahasiswa
dapat  memperoleh tambahan ilmu pengetahuan selain dari yang di pelajari
di dalam bangku perkuliahan.
2. Dengan pelaksanaan Kunjungan Industri mahasiswa dapat melihat dan
mempelajari langsung ilmu yang didapat di bangku perkuliahan untuk
menganalisa kondisi perusahaan secara umum.
3.      Pelaksanaan Kunjungan Industri  merupakan salah satu cara yang baik
dalam usaha untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengetahui struktur organisasi dari sebuah perusahaan.
4.       Dengan adanya pelaksanaan Kunjungan Industri, mahasiswa
dapat  memperoleh pengalaman di dunia industri khususnya di industri
produksi daun teh.
5. Dalam proses penggilingan mesin OTR berjumlah 6 unit dan bekapasitas
375 Kg dalam waktu 40 menit
6. Dalam proses pengayakan di mesin RV selama 20 menit dalam 6 ayakan
dalam berbagai jenis ayakan dan meloloskan 125 Kg teh
7. Dalam proses penggilingan di mesin PTR selama 20 menit dan
berkapasitas 250 Kg

4.2    Saran
Dari pengalaman selama melakukan kunjungan industri selama 1 hari,
maka untuk masa yang akan datang disarankan :
1. Dalam melakukan kunjungan industri hendaknya dilakukan dengan serius
dan sungguh-sungguh sehingga tujuan manfaat kunjungan industri bisa
tercapai.
2. Dalam memilih perusahaan di harapkan, hendaknya memilih perusahaan
yang dekat supaya tidak menganggu mata kuliah yang lain.
3. Dalam hal pemilihan tempat pelaksanaan kunjungan industri, sebaiknya
dipilih perusahaan yang dapat memberikan ilmu pengetahuan yang akan
menunjang perkuliahan nantinya.
4. Dalam kunjungan pabrik seharusnya yang mendapingi adalah asisten
pabrik bukan satpam
DAFTAR PUSTAKA

Pinat, M. Thaufiq.1999. Perencanaan Instalasi Pabrik, Teknik  Mesin FT


UNP : Padang.

Suryanto, suherman. 1970. Petunjuk kerja dan tempat. Jilid


I,  Departemen pendidikan kebudayaan: Jakarta.
PTPN4.Unit Usaha Danau Kembar.Selayang Pandang. Maret 2014
http://khairuldevils.blogspot.com/2017/03/sejarah-singkat-pt-perkebunan-iv-
kebun.html

Anda mungkin juga menyukai