Anda di halaman 1dari 10

ANALISA KELELAHAN KERJA OPERATOR STERILIZER

SHIFT 1 DAN SHIFT 2 DENGAN MENGGUNAKAN


METODE WORK SAMPLING STUDY KASUS
DI PTPN IV UNIT KEBUN MAYANG

Intan Syahdila Febriandini, Abdurrozzaq Hasibuan


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara
intansyahdila45@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menghitung kelelahan operator sterilizer dengan menggunakan
metode work sampling, agar mengetahui kelelahan dan beban kerja operator di PTPN IV Unit
Kebun Mayang, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Data dikumpulkan dengan
menggunakan metode dokumentasi, wawancara, dan analisis menggunakan metode work
sampling untuk mengetahui beban kerja operator. Dari penelitian yang telah dilakukan, maka
hasil yang didapat adalah waktu standar operator pada shift 1 adalah 1,1 menit/siklus, dan
persentasi beban kerjanya adalah 78%. Sedangkan waktu standar operator pada shift 2 adalah
1,37 menit/siklus, dan beban kerjanya adalah 87%.
Kata Kunci : Waktu Standar Kerja, Work Sampling, Beban Kerja
Abstract
The purpose of this study is the fatigue of the sterilizer operator by using the work sampling
method, so that fatigue and operator workload at PTPN IV Kebun Mayang Unit, Simalungun
Regency, North Sumatra Province. Data were collected using the method of documentation,
interviews, and analysis using the work sampling method to determine the operator's workload.
From the research that has been done, the results obtained are the standard operator time on shift
1 is 1.1 minutes/cycle, and the percentage of workload obtained is 78%. Meanwhile, the operator's
standard time in shift 2 is 1.37 minutes/cycle, and the workload is 87%.

Keywords: Standard Working Time, Work Sampling, Workload


1. Pendahuluan
Pada Pabrik Kelapa Sawit, Kualitas buah yang diterima oleh pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis Tenera, jenis pasifera, dan
jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah di
stasiun penerimaan TBS. Kata rebusan dan sterilizer biasanya disamakan, sehingga mengandung
arti seolah-olah sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (online) kata rebusan
artinya sesuatu yang direbus. Berarti ada sesuatu yang direbus, yaitu: Tandan Buah Sawit Segar
(TBS).
Asam lemak bebas adalah salah satu parameter mutu minyak sawit (CPO) yang harus
dipenuhi. Syarat penerimaan mutu dari pembeli adalah di bawah 5%. Bagi pembeli minyak sawit
yang akan mengolah lanjut CPO nya menjadi minyak goreng akan sangat fokus terhadap syarat
mutu ALB ini. ALB yang melebihi syarat mutu akan mempengaruhi mutu minyak goreng yang
akan dihasilkan, yaitu: minyak goreng akan beraroma tengik (tidak nyaman). Keberadaan ALB
ini dipicu oleh aktifitas enzim lipase maka harus dinonaktifkan, yaitu: dengan metode pemanasan .
Waktu dan tingkat kelelahan operator dalam melakukan atau mengoperasikan perebusan atau
sterilizer sangat berat, dan memerlukan kekuatan fisik yang besar
Karena itu beban kerja pada setiap proses produksi dibuat sesuai bobot di setiap satu jenis
Stasiun agar tidak mengakibatkan kerugian dan pemborosan dari segi biaya produksi. Penempatan
tenaga kerja pada PTPN Unit Kebun Mayang untuk setiap proses produksi hanya bedasarkan kuota
sehingga yang terjadi adalah kekurang akuratan jumlah tenaga kerja.
Permasalahan yang terjadi adalah ketidak sesuaian waktu siklus dan jumlah tenaga kerja
yang ada pada PTPN Unit Kebun Mayang. Ketidak sesuaian ini terjadi karena kurangnya jumlah
tenaga kerja pada stasiun Sterilizer.Upaya penanganan yang dilakukan adalah penghitungan waktu
baku dan waktu standar yang digunakan dan menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja untuk
mengoptimalkan waktu pengerjaan perebusan. Pada hal ini, penghitungan waktu standar dan
tingkat kelelahan dilakukan dengan metode Work Sampling.
A. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Permasalahan yang terjadi adalah ketidak
sesuaian waktu siklus dan jumlah tenaga kerja yang ada pada PTPN Unit Kebun Mayang. Untuk
itu perlu dilakukan perhitungan waktu kerja di stasiun sterilizer, agar diketahui waktu standar dan
tingkat kelelahan dalam kegiatan perebusan buah dan kapasitas kagiatan perebusan oleh pekerja.
B. Batasan Masalah
Batasan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran waktu standar dan tingkat kelelahan yang dilakukan secara langsung
menggunakan Work Sampling.
2. Pengukuran hanya dilakukan pada stasiun perebusan.
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui waktu standar dan tingkat kelelahan operator bagian perebusan atau
sterilizer.
2. Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses perebusan pada.
D. Manfaat Penelitian
Batasan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran waktu standar dan tingkat kelelahan yang dilakukan secara langsung
menggunakan Work Sampling.
2. Pengukuran hanya dilakukan pada stasiun perebusan.
E. Kerangka Berfikir
Untuk melalukan penelitian, kita harus membuat kerangka penelitian agar penelitian kita
lebih terarah. Berikut adalah kerangka berfikir penelitian.

Gambar 1 Kerangka Berfikir

2.Tinjauan Pustaka
A. Stasiun sterilizer
Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik
menggunakan capstand hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan
umumnya yaitu bejana tekan horisontal yang bisa menampung 10 lori per unit (25-27 tonTBS).
Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135○ 𝐶 dan
tekanan 2,0-2,8 kg/cm2 selama 80-95 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap
dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal.
Pada dasarnya, keberhasilan dalam proses perebusan ini akan mendukung kemudahan-
kemudahan dalam proses selanjutnya, baik di stasiun Thressing, Press, Digester dan lain-lain.
Adapun fungsi dari Sterilizer adalah untuk melakukan proses Sterilisasi buah TBS sebelum di
proses menjadi minyak. Proses sterilisasi TBS bertujuan diantaranya untuk.
Gambar 2 Sterilizer
B. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja umumnya disebabkan oleh rendahnya kualitas dan kuantitas tidur
disamping karena bekerja pada waktu yang tidak normal yang seharusnya pergi tidur atau
karena aktivitas fisik dan mental yang berlebihan di tempat kerja.
Kelelahan kerja tentu dapat menimbulkan dampak buruk pada pekerjaan, seperti prestasi kerja
yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak
serta semangat kerja yang menurun maka pengendalian kelelahan kerja perlu diprioritaskan.
Dan ternyata kelelahan kerja memberi kontribusi lebih dari 60 % untuk kejadian kecelakaan
kerja.
Manajemen pengendalian kelelahan kerja harus diawali secara personal diikuti oleh
perbaikan lingkungan kerja maupun lingkungan hidup, yaitu:
1. Membiasakan diri tidur dengan waktu yang cukup (7 – 8 jam /hari).
2. Menyiapkan diri secara baik khususnya pada hari pertama giliran tugas malam.
3. Tidak mengkonsumsi alkohol maupun obat-obat yang berbahaya.
4. Mengatur gizi seimbang dengan konsumsi sayur dan buah-buahan lima porsi perhari.
5. Melakukan olahraga secara teratur disamping manajemen stress, tidak merokok dan tidak
terpapar asap rokok.
6. Melakukan medical check-up secara teratur.
7. Mengupayakan perbaikan lingkungan kerja agar menjadi lingkungan kerja yang tidak
berbahaya namun nyaman.
C. Penyebab Kelelahan Kerja
Menurut analisis multivariat, kelelahan kerja dipengaruhi langsung oleh konflik kerja,
stres kerja, lingkungan fisik, dan kapasitas kerja. Secara tidak langsung, kelelahan kerja
dipengaruhi motivasi melalui stres kerja dan melalui beban kerja dan stres kerja, beban kerja
melalui stres kerja dan melalui kapasitas kerja.
D. Definisi Waktu Standar
Menurut Sutalaksana dkk (2006:P131) waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara
wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam
sistem kerja terbaik. Menurut Danang & Wahyudi (2011:P110) waktu baku atau waktu standar
adalah waktu yang diperlukan seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas
tertentu, bekerja pada tingkat kecepatan yang berlanjut, serta menggunakan metode, mesin,
peralatan material dan pengaturan tempat kerja tertentu. Menurut Stevenson (2014:P379) waktu
Standar (standard time) atau waktu baku merupakan jumlah waktu yang harus di ambil oleh
pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan sebuah tugas spesifik, bekerja pada tingkat
yang berkelanjutan, menggunakan metode, alat dan perlengkapan, bahan baku, dan pengaturan
tempat kerja yang sudah ada (Astuti, Lusia, dan Khairunnisa, 2019)
Secara umum waktu baku dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Di
sini sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan
kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. Dengan demikian maka waktu baku yang
dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini akan dapat digunakan sebagai alat untuk
membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan itu harus
berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa pula jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
3.Metode
A. Work Sampling
Work Sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan
terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator.
Secara garis besar metode sampling kerja digunakan untuk (Santoso dan Supriyadi, 2010) :
1. Mengukur ratio delay dari sejumlah mesin, karyawan, atau fasilitas lainnya.
2. contoh ialah menentukan persentase dari jam kerja atau orang-orang yang terlibat dalam
aktifitas kerja, dan prosentase dimana sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan
(menganggur atau Idle)
3. Menetapkan Performance Level dari seseorang selama waktu kerjanya berdasarkan waktu
dimana orang ini bekerja atau tidak bekerja terutama sekali untuk pekerjaan pekerjaan manual.
4. Menentukan waktu baku untuk suatu proses atau operasi kerja seperti halnya yang biasa
dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.
Metode sampling kerja ini dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas, karena
itulah maka pengamatan suatu obyek tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi)
melainkan cukup dilakukan dengan menggunakan contoh atau sampel yang diambil secara
acak. Suatu sampel yang diambil secara acak dari suatu grup populasi yang besar akan
cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki grup populasi tersebut.
Apabila sampel yang diambil cukup besar, maka karakteristik yang dimiliki oleh sampel tidak
akan jauh berbeda dibandingkan dengan karakteristik dari grup populasinya.
4.Analisa Dan Pembahasan
A. Uji Kecukupan Data
Untuk mencari berapa data yang seharusnya dikumpulkan (N’), perlu dilakukan
penghitungan yang melibatkan jumlah pengamatan (N) dan data tiap individu. Selain itu, perlu
juga ditentukan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian.
Tingkat keyakinan adalah seberapa besar keyakinan terhadap pembacaan alat ukur yang
digunakan dalam penelitian. Sementara tingkat ketelitian adalah besarnya penyimpangan
maksimum dari hasil yang sebenarnya. Tanda data telah mencukupi adalah ketika jumlah N'<N.
Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka data perlu ditambah dan diuji kembali Idealnya
pengukuran harus dilakukan dalam jumlah banyak, bahkan sampai jumlah yang tidak terhigga
agar data hasil pengukuran layak untuk digunakan. Berikut adalah rumus uji kecukupan data:
𝑘 2 (1 − 𝑝̅ )
𝑁′ =
𝑠 2 . 𝑝̅
Dimana : K = Tingkat Keyakinan
P̅ = Persentasi rata-rata produktif
S = Derajat ketelitian
∑ 𝑝̅ 𝑖 125
̅
𝑃= = = 0,80 = 80 %
∑𝑝 156

𝑘 2 (1 − 𝑝̅ ) 22 (1 − 0,80)
𝑁′ = = = 20
𝑠. 𝑝̅ 0.05. 0,80
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa N’ < N, yaitu 20 < 156, maka data yang digunakan cukup.
Tabel 1 Uji kecukupan Data
Shift Jumlah Jumlah Keterangan
Data Pengamatan
1 20 156 Cukup
2 10 156 Cukup
B.Uji Keseragaman Data
Setelah Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa produktivitas kerja pada operator
Sterilizer di PTPN IV Unit Kebun Mayang dengan menggunakan metode Work Sampling. Work
Sampling sendiri merupakan suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan
terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses pekerja atau operator. Setelah data diperoleh melalui
proses observasi secara langsung maupun dari beberapa buku referensi/jurnal, kemudian
dilakukan pengolahan data. Agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan mudah serta
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka diperlukan langkah pemecahan yang baik. Dalam
pelaksanaan penelitian kali ini, khususnya untuk mengamati produktivitas dan beban kerja
karyawan penulis menggunaan metode work sampling yaitu:
a. Digunakan untuk pengukuran waktu kerja bagi pekerja langsung, dan mesin.
b. Pengamatan dilakukan secara random (acak).
c. Sangat cocok untuk pekerjaan yang sifatnya tidak berulang.
d. Urutan pekerjaannya tidan menentu.
e. Waktu penyelesaiannya relatif panjang.
 Batas Kontrol Atas (BKA)
Sebuah grafik atas yang memberi gambaran tentang prilaku proses. Batas kontrol ini digunakan
untuk memahami apakah sebuah proses manufakturing berjalan dalam kondisi yang terkontrol,
seragaman dan tidak melebihi batas kontrol atas. Berikut adalah rumus BKA:
𝑝(1−𝑝)
BKA = ̅
𝑃𝑖 + 3 √
𝑛
Dimana:
𝑃̅ =Persentase rata-rata produktif
k = Tingkat keyakinan
n = Ukuran sample/data
 Batas Kontrol bawah (BKB)
Sebuah grafik atas yang memberi gambaran tentang prilaku proses. Batas kontrol ini
digunakan untuk memahami apakah sebuah proses manufakturingberjalan dalam kondisi
yang terkontrol, seragaman dan tidak melebihi batas kontrol bawah. Berikut adalah
rumus BKB:
𝑝(1−𝑝)
̅𝑖 − 3 √
BKA = 𝑃 𝑛
Dimana:
𝑃̅ = Persentase rata-rata produktif
k = Tingkat keyakinan
n = Ukuran sample/data
𝑝(1−𝑝)
̅𝑖 + 3 √
BKA = 𝑃
𝑛

0,80(1−0.80)
BKA = 0,80 + 3 √ = 0,96
52

𝑝(1−𝑝)
̅𝑖 − 3 √
BKB = 𝑃 𝑛

0,80(1−0.80)
BKB = 0,80 − 3 √ = 0,64
52

Perhitungan diatas diketahui bahwa data diatas sudah seragaman.


Tabel 2 Uji keseragaman Data
Shift BKA BKB Keterangan
1 0,96 0,64 Seragam
2 1,01 0,76 Seragam
Berikut adalah contoh diagram keseragaman data :

BKA BKB Frekuesi Rata-Rata

1,2

1 0,96 0,96 0,96


0,8 0,80
0,78 0,80 0,80

0,6 0,64 0,64 0,64

0,4

0,2

0 Operator
1 2 3

Gambar 3 Grafik Keseragaman data


C.Perhitungan Waktu Standar
1. Jumlah pengamatan
N = N1+N2+N3
N = 156
2. Jumlah Kegiatan Produktif
= ̅𝑝 X N
= 0,89 X 156
= 140

3. Jumlah Menit pengamatan


= (Ʃ hari X Ʃ Jam Kerja X 60 Menit ) – (60 menit/istirahat X 1 hari )
= ( 1 X 8 X 60 ) – ( 60 )
= 420 Menit = 7 Jam

4. Jumlah menit produktif


= 𝑝̅ X Jumlah Menit pengamatan
= 0,89 X 420 menit = 374 menit

5. Perhitungan waktu siklus


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
Ws = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
374
Ws = 480 = 0,8 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠

6. Perhitumgan Waktu Normal


Wn = Ws X Rf
Wn = 0,8 X 1,10
Wn = 0,80 Menit/Siklus

7. Perhitungan Waktu Standar


𝑊𝑛
Ws = 1−𝑎𝑙𝑙
0,80
Ws = 1−0,30 = 1,14 Menit/Siklus
Berikut adalah rekapitulasi waktu standar operator Sterilizer :
Tabel 3 Waktu standar Pekerjaan
Shift Ws Wn Wb
1 0,7 0,77 1,1
2 0,8 0,80 1,14
D.Perhitungan Beban Kerja
1. Perhitungan Beban Kerja
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑋 𝑗𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎/𝐻𝑎𝑟𝑖
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 80% 𝑋 8 𝐽𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 80% 𝑋 8 𝐽𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 6,4 𝐽𝑎𝑚
2. Persentasi Beban Kerja
𝐽𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑋 100%
𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
6.4 𝐽𝑎𝑚
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑋 100%
8 𝐽𝑎𝑚
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 80 %

Berikut adalah rekapitulasi beban kerja operator Sterilizer :

Tabel 4 beban Kerja Pekerjaan


Shift Beban Persentasi
Kerja Beban Kerja
1 6,4 Jam 80%
2 7,1 Jam 0,80
E.Analisa Data
Dari Pengolahan yang telah dilakukan, maka hasil yang didapat adalah waktu standar operator
pada shift 1 adalah 1,1 menit/siklus, dan persentasi beban kerjanya adalah 78%. Sedangkan
waktu standar operator pada shift 2 adalah 1,37 menit/siklus, dan beban kerjanya adalah 87%.
Dari penjelasan diatas, maka shift 2 (malam) yang lebih kelelahan dalam kerja.
Jika tidak ada buah atau pabrik tidak mengolah, maka shift yang lebih lelah adalah shift 1 (pagi),
karena setiap masuk di shift 1 ini, wajib melakukan pembersihan setiap stasiun.
5.Kesimpulan Dan saran
A.Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data di bab sebelumnya, didapat beberapa kesimpulan yaitu :
1. Waktu standar yang diperlukan untuk mengoperasikan sterilizer pada shift 1 dengan 3
operator adalah 1,1 menit/siklus, dan persentasi beban kerjanya 78%. Dari hasil yang
didapat persentasi produktif lebih besar dari pada 75% yaitu persentasi produktif normal
pada beban kerja dengan metode work sampling dengan total jam kerja 11 jam dari total
jam kerja yaitu 12 jam/hari.
2. Waktu standar yang diperlukan untuk mengoperasikan sterilizer pada shift 2 dengan 3
operator adalah 1,37 menit/siklus, dan persentasi beban kerjanya 89%. Dari hasil yang
didapat persentasi produktif lebih besar dari pada 87% yaitu persentasi produktif normal
pada beban kerja dengan metode work sampling dengan total jam kerja 11 jam dari total
jam kerja yaitu 12 jam/hari.
3. Karena pekerja melakukan lembur setiap hari, maka beban kerja terlalu besar yaitu
melebihi beban kerja normal.
4. Dari penjelasan nomor 1 dan 2, maka shift 2 (malam) yang lebih kelelahan dalam kerja.
5. Jika di tiadakan lembur, maka shift yang lebih lelah adalah shift 1 (pagi), karena setiap
masuk di shift 1 ini, wajib melakukan pembersihan setiap stasiun.
B.Saran
Dari hasil pengolahan data di bab sebelumnya, didapat beberapa saran yaitu :
1. Karena beban yang telah melebihi batas normal di shift 1 dan shift 2, maka penulis
menyarankan untuk melakukan penambahan karyawan pada stasiun sterilizer.
2. Melakukan jadwal kegiatan istirahat yang baik untuk meminimalisir kelelahan dalam
bekerja.
3. Menyediakan vitamin untuk menjaga kesehatan karyawan.
4. Menambahkan 1 shift lagi, agar mendapatkan beban kerja yang sesuai.
6.Daftar Pustaka
1) Depkes RI, Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja, Jakarta: Kesehatan
Kerja, , 2003.
2) Ervil, Riko, MT, Ernita, Tri, ST, MP, Nofriadiman, ST, M.Kom, Fitri, Meldia, ST,
MP, Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND), Padang, 2010.
3) Ernita, Tri, ST, MP, Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi, Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND), Padang, 2012.
4) Hermanto, MT, Analisis Produktifitas Pekerja Di Lantai Produksi Pada PT. XACTI
Depok Jawa Barat Dengan Menggunakan Metode Work Sampling, Universitas
Indraprasta, 2015.
5) Sutalaksana, Iftikar Z, Teknik Tata Cara Kerja, ITB, Bandung, 1979. Sutalaksana,
Iftikar Z, Anggawisastra, Ruhana, Tjakraatmadja, Jann H, Teknik Perancangan
Sistem Kerja, ITB, Bandung, 2006.

6) Tarwaka, Solichul, H. Bakri, A. Sudiajeng, L. Ergonomi Untuk Kesehatan dan


Keselamatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA, Surakarta, 2015.
7) Wickens, Christopher D., Lee, John., Liu, Yuli., & Becker, Sallie Gordon. An
8) Introduction to Human Factors Engineering. New Jersey: Peason Prentice Hall. 2004.
9) Wingjosoobroto, Sritomo, Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu Teknik Analisis Untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja, Surabaya, 2000.
10) Wignjosoebroto, Sritomo, Teknik tata cara dan pengukuran kerja, penerbit ITS,
Surabaya, (1989).

Anda mungkin juga menyukai