Anda di halaman 1dari 50

BAB 4

ANALISIS KINERJA DAN PERMASALAHAN

4.1 Analisis Kinerja dan Permasalahan pada Transesterification


4.1.1 Instruksi Kerja dan Manual Prosedur Transesterification (Start up
Normal)
Sebelum memulai start-up, seluruh karyawan harus memastikan hal-hal
berikut ini:
1. Sistem pemadam kebakaran sudah ready.
2. Utilities: Steam, air demin, udara instrument, gas nitrogen,cooling water dan
power/ listrik sudah tersedia dalam jumlah yang cukup.
3. Periksa dan pastikan Vessel-vessel dan sistem perpipaan berikut ini betul-betul
kering dari air :
a. Reaktor pertama 510D01, reaktor kedua 510D03, separator pertama
510D02, separator kedua 510D04 dan pipa-pipa penghubung,
b. Receiver Methanol 510F01, jalur pipa methanol incoming dari tangki
metanol, jalur pipa metanol ke masing-masing reaktor dan jalur pipa
metanol keluaran 510G30 ke methanol daily tank 510F01,
c. Receiver Catalyst 510F02, jalur pipa katalis incoming dari tangki katalis
dan jalur pipa katalis ke masing-masing reaktor,
d. Jalur pipa incoming oil (RBDPO/Gliserida) dari tangki feed.
4. Nitrogen Blanketing. Seluruh equipment dan pipa penghubung antar equipment,
yang mengandung metanol dan katalis selama plant operasi dipurging
(dibersihkan) dengan gas nitrogen sebelum metanol dan katalis bisa diisikan ke
plant.
Persiapan Oil (RBDPO/Gliserida) Feeding ke reaktor
1. Seluruh manual valves dalam posisi tertutup
2. Seluruh control dibuat dalam posisi MANUAL
3. Seluruh output signals ke control valve & frekwensi drives motor-motor diset
ke -0
4. Seluruh actuator valve kecuali KV-51001 dibuat keposisi MANUAL dan
dalam posisi tertutup.

34
5. Seluruh steam tracing dibuka/dioperasikan.
6. Bahan baku minyak, katalis, metanol dan bahan kimia (HCl dan NaOH) sudah
tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam masing-masing storage tank dan
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan.
7. Tangki HCl pekat 510F04 diisi dengan membuka actuator valve KV-51002 dan
mengaktifkan LIRSALH-51009. Keduanya diset pada posisi AUTO dan
jalankan pompa HCl pekat dari tangki penyimpanannya. Setelah levelnya
cukup, maka pengisian berhenti dengan sendirinya (otomatis).
8. Pengsian HCl encer ke dalam tangki 510F03. Valve suction dan jalur discharge
pompa 510G16 dan 510G18 dibuka. Masukan nilai konsentrasi HCl pekat dari
tangki timbun atau 510F04, dan nilai HCl encer yang diinginkan pada monitor.
agitator 510G26 dijalankan ketika cairan HCl encer menyentuh agitator.
LIRSALH 51010 dan KV 51004 diset ke posisi AUTO. Pengisian berhenti
dengan sendirinya (automatis) ketika level di 510F03 sudah cukup. Jangan
tutup valve suction dan jalur discharge pompa 510G16 dan 510G18 ketika
pengisian telah selesai (untuk pengisian berikutnya).
9. Receiver 510F05 untuk air washing diisikan air demin dengan membuka
actuator valve KV 51003 dan mengaktifkan LIRSALH-51011 dan menjalankan
pompa air demin water di tangki demin water. Keduanya diset keposisi AUTO.
Setelah levelnya cukup maka pengisian berhenti dengan sendirinya (otomatis).
10. Washing column 510D08 diisi air demin, menggunakan pompa 510G13.
Hentikan pengisian ketika indikasi interface LDIRCALH-51011 menunjukkan
kira-kira 5 %.

Oil (RBDPO/Gliserida) Feeding ke Reaktor


1. Buka cooling water supply ke Exhaust Air Condenser 510E06.
2. Receiver 510F01 untuk Methanol diisi sebanyak 50 % dengan membuka level
control valve LV- 51008 dan jalankan pompa metanol di tangki metanol.
Kemudian LV-51008 dibuat keposisi AUTO dan setpoint pada LIRCS51008
dibuat pada 50 %.
3. Receiver Catalyst Sodium Methylate 510F02 diisi dengan membuka actuator
valve KV-51001 dengan mengaktifkan LIRSALH-51007. Keduanya diubah ke

35
posisi AUTO. Setelah high level maka pengisian terhenti dengan sendirinya
(otomatis).
4. Setelah receiver 510F02 sudah terisi kurang lebih 20%, pompa Metanol
510G12 dijalankan / disirkulasikan. Set point untuk pengatur flow FIRCQAHL-
51003 diset pada 1612 kg/jam. (40% kapasitas RBDPO) atau 1.612 kg/jam
(40% kapasitas Gliserida mode) dan diubah keposisi AUTO.
5. Bersamaan dengan langkah 4, Pompa Katalis 510G11 dijalankan dan dibuat
keposisi AUTO. Pengatur Flow FIRCQAL-51005 diset pada 140.2 kg/jam
(40% kapasitas RBDPO mode) atau 140.2 Kg (40% kapasitas RBDPS mode)
dan diubah keposisi AUTO mode.
6. Pompa RBDPO/Gliserida di tank farm dijalankan. Setpoint untuk
FV-51001/FV-51002 dibuat pada 18.333 kg/jam (40% kapasitas).
FV-51001/FV-51002 diubah keposisi AUTO.
7. Steam supply dan condensate untuk heater 510E01 dibuka. Setpoint untuk
pengontrol temperatur TV-51001 diset pada 62.5ºC. TV-51001 diubah pada
posisi AUTO.
8. Agitator 510G19/20/21 dijalankan ketika masing-masing agitator telah
digenangi oleh minyak dalam masing-masing chambernya. Level minyak
dalam masing-masing chamber reaktor dimonitor melalui sight glass di bagian
samping atas reaktor.
9. Ketika reaktor pertama 510D01 difeeding (minyak mengisi sampai memenuhi
ketiga chamber reaktor pertama dan kemudian overflow kebagian akhir
reaktor), kemudian feeding RBDPO/Gliserida, metanol dan katalis dihentikan
kira-kira 2 jam untuk mencapai kesetimbangan reaksi. Sample dari outlet
reaktor I 510D01 diambil terutama saat pertama kali start up plant untuk
melihat/mengamati pemisahan light phase dan heavy phase, serta ester content.
10. Setelah 2 (dua) jam, alirkan cooling water ke cooler 510E02. Temperature
controller TIRC-51003 dikeluaran 510E02 diset ke 50°C dan dan diubah
keposisi AUTO.
11. Saat separator pertama 510D02 berisi ± 80% (amati sight glass di separator
pertama 510D02), pengisian feed RBDPO/Gliserida, metanol dan katalis

36
dihentikan kira-kira 30 menit untuk pemisahan glycerine (fase berat) dengan
Methylester oil (fase ringan/jernih).
12. Pengontrol Interface LDIRCAL-51002 diset pada 40% dan diubah keposisi
AUTO.
13. Jalankan kembali feeding ke reaktor pertama 510D01 seperti yang diterangkan
pada langkah 4 - 7 diatas.
14. Pengatur flow FIRCQAL-51006 diset pada 171 Kg/h (40% kapasitas RBDPO
mode) atau 171 Kg/h (40% kapasitas Gliserida mode) dan dibuat keposisi
AUTO mode.
15. Bersamaan dengan langkah 14, Metanol difeeding ke dalam reaktor kedua
510D03 dengan setting pengatur flow FIRCQAL-51004 pada 1970 kg/jam
(40% kapasitas RBDPO mode) atau 1970 kg/jam (40% kapasitas Gliserida
mode) dan diset keposisi AUTO mode.
16. Jalankan pompa 510G03, kemudian control valve LV-51003 dibuka.
Pengontrol level LIRC-51003 diset pada 50% dan diubah keposisi AUTO.
17. Agitator 510G23/24/25 dijalankan ketika agitator telah digenangi oleh
campuran material (methylester/minyak/metanol/katalis) pada masing-masing
chambernya. Level isi di chamber reaktor bisa dimonitor melalui sight glass
samping atas reaktor.
18. Ketika ketiga chamber di reaktor kedua 510D03 telah terisi dan melimpah
kebagian chamber outlet reaktor, feeding RBDPO/Gliserida, metanol dan
katalis dihentikan kira-kira 2 jam untuk mencapai kesetimbangan reaksi.
Sample outlet reaktor kedua 510D03 diambil terutama saat pertama kali start
up plant untuk melihat kesempurnaan reaksi transesterifikasi.
19. Alirkan cooling water ke cooler 510E04. Pengontrol Temperatur TIRC-51006
diset pada 40°C dan dibuat keposisi AUTO
20. Yakinkan bahwa kandungan total glyceride pada crude ester di outlet reactor
kedua ≤ 1%. Lakukan feeding RBDPO/Gliserida, katalis dan metanol ke
reaktor pertama dan katalis serta metanol ke reaktor kedua secara bersamaan
dengan laju aliran masing-masing seperti dilangkah sebelumnya (kapasitas
40%).

37
21. Jalur suction dan discharge pompa transfer 510G04 serta control valve LV-
51004 dibuka. Pengontrol Level LIRCSALH-51004 diset pada 50% dan dibuat
pada posisi AUTO. Jalankan pompa transfer 510G04.
22. Saat separator kedua 510D04 berisi ± 80% (amati sight glass diseparator kedua
510D04), pengisian feed RBDPO/Gliserida, metanol dan katalis dihentikan
kira-kira 30 menit untuk pemisahan glycerine (phase berat) dengan Methylester
(phase ringan/jernih).
23. Setelah itu feeding kembali RBDPO/Gliserida, metanol dan katalis dijalankan
kembali secara terus-menerus pada 40% nominal kapasitas, ikuti langkah
sebelumnya.
24. Amati interface level di separator kedua 510D04. Saat interface level tercapai
25%, buka valve suction dan discharge pompa 510G05, jalankan pompa
510G05 untuk memompakan phase berat (glycerine + katalis + metanol) ke
reaktor pertama.

4.1.2 Analisis Kinerja Lapangan pada Transesterification Section


Seperti yang telah dijelaskan pada Bab III mengenai uraian proses industri
biodiesel di PT. Permata Hijau Palm Oleo Belawan, pada Transesterification Section
meliputi proses reaksi transesterifikasi antara RBDPO atau Glyceride dengan
methanol (CH3OH) dan sodium methylate (CH3ONa). Hasil reaksi transesterifikasi
dilakukan pemisahan antara Crude Methylester dengan Glycerine dan sabun di
separator. Adapun analisis kinerja lapangan di Transesterification Section adalah
sebagai berikut:

4.1.2.1 Analisis Feeding Sebelum Masuk ke Reaktor Pertama (510D01)


Dalam pengolahannya di unit PHPO-Belawan, bahan baku yang digunakan
yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan Reesterfied Oil/
Glyceride. Bahan baku ini diumpankan dari Tank Farm yang dimana dipanaskan
menggunakan Steam Coil yang terdapat pada Tank Farm. Tujuan dari adanya Steam
Coil ini untuk menjaga umpan agar tidak beku pada ambien. Suhu umpan pada Tank
Farm 40-60 oC. Kemudian umpan dipompakan menuju Biodiesel Plant dan masuk ke
Oil Preheater (510E01). Namun sebelum umpan menuju Oil Preheater (510E01),
terdapat jalur by pass yang berfungsi apabila flowrate umpan RBDPO/Glyceride

38
tidak tercapai, maka jalur ini dibuka. Pada bagian ini terdapat Pneumatic Valve yang
dapat beroperasi secara AUTO. Selain itu juga terdapat Valve manual juga yang akan
dibuka atau ditutup oleh operator lapangan.
Adapun Oil Preheater (510E01) dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1. Oil Preheater (510E01)

Prinsip Kerja:

Pada Oil Preheater (510E01) ini terjadi pemanasan umpan RBDPO/Glyceride di


dalam plat-plat exchanger. Suhu pemanasan pada oil preheater ini diset 62 oC. Media
pemanas umpan ini berupa Steam dengan tekanan ±3 Bar. Sehingga terjadi
pertukaran panas antara umpan RBDPO/Gliceride dengan steam melalui dinding
plat. Plat-plat yang ada pada Oil Preheater ini disusun secara berselang-seling antara
umpan dengan steam sehingga terjadinya perpindahan panas yang melalui dinding
plat. Keluaran dari Oil Preheater ini adalah RBDPO/Glyceride dengan suhu yang
meningkat dan steam yang terkondensasi. Tipe aliran fluida pada Oil Preheater ini
yaitu Cross Current. Apabila pada suatu keadaan tertentu suhu RBDPO/Glyceride
tidak tercapai, maka kemungkinan terjadi masalah pada:
1. Pemanasan pada saat minyak berada pada tangki timbun di area Tank Farm.
Hal ini diduga steam coil yang mengalami kebocoran maupun pasokan steam
yang tidak terpenuhi.

39
2. Adanya scaling pada dinding plat untuk steam. Hal ini mengakibatkan
perpindahan panas yang tidak sempurna.

Aktual di lapangan, justru pre heater oil ini jarang dipakai secara maksimal,
karena temperatur umpan masuk sering kali sudah tinggi atau mencapai target.

4.1.2.2 Analisis Feeding dan Reaksi Transesterifikasi Pada Reaktor Pertama


(510D01)
Umpan RBDPO/Glyceride yang telah dipanaskan pada Oil Preheater
kemudian masuk ke reaktor pertama (510D01) melalui bagian puncak reaktor. Pipa
yang menyalurkan RBDPO/Glyceride ini berada pada bagian puncak reaktor.
Reaktor pertama yang digunakan berbentuk silinder horizontal yang dilengkapi
dengan agitator sebanyak tiga buah. Pada reaktor pertama terdiri dari tiga chamber
dengan tiga sekat dan setiap chamber memiliki satu buah agitator (510G19/20/21).
Adapun reaktor pertama (510D01) dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 Reaktor 510D01

Prinsip Kerja:
 Pada saat start up awal, masing-masing agitator ini dijalankan apabila daun
impeller telah terendam oleh minyak dalam chamber-nya masing-masing.
Pada bagian reaktor ini, operator lapangan mengamati/memonitor level dalam
masing-masing chamber reaktor melalui Sight Glass yang terletak pada
bagian samping atas reaktor, jika impeller pada agitator telah terendam fluida
maka operator/pembantu operator lapangan menginformasikan ke operator
DCS melalui HT agar agitator dihidupkan.

40
Adapun agitator-agitator pada reaktor pertama (510D01) dapat dilihat pada
Gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3 Agitator pada reaktor 510D01

 Metanol beserta katalis CH3ONa (Sodium Methylate) diumpankan melalui


tangki intermediate/Receiver masing-masing chemical. Secara overall,
jumlah metanol yang digunakan pada Biodiesel Plant ini adalah sebesar 16-
19 % dari flowrate umpan RBDPO/Glyceride. Namun, persentase metanol
yang diumpankan ke reaktor pertama sebesar 40% dari total metanol yang
digunakan secara overall. Sedangkan penggunaan katalis CH3ONa (Sodium
Methylate) secara overall yaitu sebesar 1,6-1,9 % dari flowrate umpan
RBDPO/Glyceride. Persentase catalyst yang diumpankan ke reaktor pertama
sebesar 40% dari total catalyst yang digunakan secara overall. Adapun
methanol intermediate/Receiver tank dan catalyst intermediate/receiver tank
dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan 4.5 berikut:

41
Gambar 4.4 Methanol Receiver (510F01) Gambar 4.5 Catalyst Receiver (510F02)
 Metanol dan catalyst ini dipompakan dengan masing-masing pompa hingga
kedua bahan kimia ini masuk ke reaktor. Metanol dipompakan dengan
menggunakan Methanol Feed Pump (510G12). Adapun Methanol Feed
Pump (510G12) dapat dilihat pada Gambar 4.6 sebagai berikut:

Gambar 4.6 Methanol Feed Pump (510G12)

42
 Campuran methanol dan catalyst ini kemudian didosingkan ke reaktor
pertama dan pipa masuk melalui puncak reaktor pertama. Catalyst yang
dipompakan ke reaktor pertama menggunakan Catalyst Feed Pump ke reaktor
I (510G11). Adapun Catalyst Feed Pump ke reaktor I (510G11) dapat dilihat
pada Gambar 4.7 sebagai berikut:

Gambar 4.7 Catalyst Feed Pump (510G11)

 Pada reaktor pertama ini memiliki jalur venting yang berfungsi untuk
keluaran gas atau uap pada reaktor. Uap ini akan dikondensasikan pada
Exhaust Air Condenser (510E06).
 Pada reaktor pertama ini, operator lapangan selalu mengecek/memonitor
suara motoran pada masing-masing agitator. Hal ini dikarenakan untuk
antisipasi bila mengalami aus atau mati mesin, dapat segera diatasi.
 Reaksi utama yang terjadi pada reaktor pertama adalah reaksi
transesterifikasi. Sedangkan reaksi samping berupa reaksi hidrolisis dan
reaksi saponifikasi yang diakibatkan adanya FFA dan air pada minyak.

Parameter-parameter yang diperhatikan adalah:


1. Temperatur reaksi
2. Komposisi reaktan dan flowrate katalis
3. Agitasi (pengadukan dalam reaktor)

43
4.1.2.3 Analisis Produk Hasil Transesterifikasi di Cooler/Mixture Reactor
(510E02)

Adapun Cooler / Mixture Reactor (510E02) dapat dilihat pada Gambar 4.8
sebagai berikut:

Gambar 4.8 Cooler (510E02)

Prinsip Kerja:
 Hasil reaksi transesterifikasi pada reaktor pertama (510D01) kemudian
overflow dari chamber ketiga dan kemudian masuk ke pipa menuju
Cooler/Mixture Reactor (510E02). Cooler/Mixture Reactor ini bertipe Shell
and Tube Exchanger yang dimana hasil reaksi melewati Shell sedangkan air
pendinginnya melalui Tube. Pada shell-nya terdapat sekat-sekat yang
bertujuan untuk memperlama waktu kontak hasil reaksi dengan dinding tube
yang berisi air pendingin. Selain itu, dengan adanya sekat ini memungkinkan
bahan baku untuk bereaksi kembali.
 Adapun kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Cooler ini adalah:
1. Kebocoran pada tube yang dapat mengakibatkan meningkatnya
kandungan air yang dapat menyebabkan reaksi hidrolisis pada saat di
reaktor transesterifikasi dan akan berdampak dengan meningkatnya
Acid Value.
2. Adanya scaling dan endapan lumpur pada shell yang dapat
diakibatkan oleh penggunaan air pendingin yang masih mengandung
logam dan lumpur.

44
 Jika Biodiesel Plant dalam keadaan Shut Down, operator lapangan beserta
pekerja bagian mekanik membantu untuk membersihkan bagian tube Cooler
untuk menghilangkan kotoran-kotoran berupa lumpur yang berasal dari air
pendingin (jika ada).

Aktual dilapangan, kemungkinan pada point pertama pernah terjadi.


Terdapat 6 tube bocor, yang menyebabkan terbentuknya FFA dan sabun.
Penyelesaiannya adalah dengan menutup mati/ tidak menggunakan lagi ke-6 tube
tersebut. Hal ini berdampak pada temperature di oulet cooler ini tidak pernah
mencapai target (setpoint) yang ditunjukkan warna merah pada sensor/instrument
TRCALH51003 di DCS.

4.1.2.4 Analisis Pemisahan Produk di Separator Pertama (510D02)

Produk hasil reaksi transesterifikasi yang telah didinginkan pada Cooler


kemudian masuk Phase Separator 1 (510D02). Pada unit operasi ini, terjadi
pemisahan produk utama dengan produk samping dari reaksi transesterifikasi dengan
menggunakan prinsip pemisahan secara gravitasi. Phase Separator 1 ini memiliki
spesifikasi, panjang 8,920 meter, lebar 2,591 meter, dan tinggi 2,356 meter.

Adapun Phase Separator 1 (510D02) dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut:

Gambar 4.9 Phase Separator-I (510D02)

Prinsip Kerja:

45
 Umpan yang masuk ke Phase Separator ini terpisah secara gravitasi
membentuk tiga lapisan. Lapisan paling bawah disebut heavy phase yang
berupa glycerine. Lapisan tengah merupakan heavy phase yang berupa sabun.
Sedangkan lapisan paling atas disebut light phase yang berupa produk utama
Crude Methylester. Kemudian light phase dipompakan menggunakan
Methylester Transfer Pump (510G03). Adapun Methylester Transfer Pump
(510G03) dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut:

Gambar 4.10 Methylester Transfer Pump (510G03)


 Prinsip pemisahan pada Phase Separat or ini adalah dikarenakan perbedaan
densitas, solubility, dan polaritas dari tiap-tiap komponen hasil reaksi
transesterifikasi beserta reaksi samping di reaktor transesterifikasi.
 Parameter-parameter yang diperhatikan adalah:
1. Level interphase
2. Level separator
3. Temperatur
 Operator lapangan mengecek/memonitor tebal lapisan glycerine dan sabun
melalui sight glass dan menginformasikan kepada operator DCS (Dystributed
Control System) dengan menggunakan Handy Talky (HT).
 Operator DCS mengatur setpoint sekitar 1,5 % untuk level interphase melalui
LDIRC51002 yang akan bersinergi dengan valve LV51002.

46
4.1.2.5 Analisis Reaksi Transesterifikasi Tahap Kedua di Reaktor Kedua
(510D03)

Produk utama yeng berupa Crude Methylester dipompakan ke Reaktor kedua


(510D03). Crude Methyester yang berasal dari Phase separator 1 masuk melalui pipa
yang berada pada bagian puncak reaktor kedua (510D03). Adapun reaktor kedua
dapat dilihat pada Gambar 4.11 sebagai berikut:

Gambar 4.11 Reaktor 510D03

Prinsip Kerja:
 Tujuan dilakukan proses reaksi kembali adalah untuk proses penyempurnaan
Reaksi Transesterifikasi
 Metanol dan katalis CH3ONa (Sodium Methylate) diumpankan ke dalam
reaktor kedua bersamaan dengan umpan crude methylester dari phase
separator 1.
 Persentase metanol yang digunakan untuk reaktor kedua sebesar 60% dari
total metanol yang digunakan secara overall. Sedangkan persentase katalis
CH3ONa (Sodium Methylate) yang digunakan juga sama dengan persentase
metanol, yaitu 60% dari jumlah catalyst yang digunakan secara overall.
Metanol dipompakan dengan menggunakan pompa yang sama pada reaktor
pertama. Sedangkan catalyst dipompakan menggunakan Catalyst Feed Pump
ke Reactor II (510G11).
 Apabila tiap-tiap chamber pada reaktor kedua telah terisi dan merendam
agitator, lalu agitator (510G23/24/25) dioperasikan pada masing-masing

47
chamber-nya. Adapun Agitator (510G23/24/25) dapat dilihat pada Gambar
4.12 sebagai berikut:

Gambar 4.12 Agitator pada Reaktor 510D03


 Operator lapangan memantau/memonitor level isi di chamber reaktor kedua
melalui sight glass yang berada pada samping atas reaktor kedua. Operator
lapangan juga selalu mengecek suara motoran pada masing-masing agitator.
Hal ini dikarenakan untuk antisipasi bila mengalami aus atau mesin mati,
dapat segera diatasi.
 Hasil reaksi akan overflow melalui chamber outlet dan akan masuk ke pipa
outlet dan dipompakan dengan pompa Methylester and Glycerine Transfer

Pump (510G04) menuju ke Cooler (510E04). Adapun pompa Methylester


and Glycerine Transfer Pump (510G04) dapat dilihat pada Gambar 4.13
sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.13 (a) Methylester & (b) Glycerine Transfer pump

48
 Parameter-parameter yang diperhatikan adalah:
1. Temperatur reaksi.
2. Komposisi flow reaktan dan flowrate catalyst.
3. Agitasi (pengadukan dalam reaktor).
4. Level reaktor.

4.1.2.6 Analisis Pendinginan Crude Methylester di Cooler (510E04)


Hasil reaksi transesterifikasi kedua pada reaktor kedua kemudian didinginkan
pada Cooler (510E04). Jenis Cooler ini berbentuk Plate Heat Exchanger.

Pendinginan
Gambar 4.14 Cooler (510E04)

49
ini bertujuan untuk memudahkan proses pemisahan antara produk utama
(Methylester) dengan produk samping (Glycerine dan Sabun). Adapun Cooler
(510E04) dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Prinsip Kerja:
 Hasil reaksi dari Reaktor Kedua (510D03) didinginkan hingga memiliki suhu
antara 40-50oC dengan tujuan untuk memudahkan proses pemisahan produk
secara gravitasi pada Phase Separator 2.
 Umpan yang berupa campuran Methylester dan Glycerine beserta sabun
masuk ke plat-plat pada Cooler. Air pendingin masuk ke plat-plat yang lain
sehingga plat yang berisi campuran produk dan air pendingin terisi secara
selang-seling. Perpindahan panas akan terjadi melalui dinding plat pada
Cooler yang dimana air pendingin menjadi lebih panas dan campuran produk
menjadi lebih dingin.
 Permasalahan yang mungkin dapat terjadi pada Cooler (510E04) ini adalah
tidak tercapainya suhu yang diinginkan pada campuran produk. Hal ini
dikarenakan terjadinya block pada plat yang berisi air pendingin. Block ini
disebabkan oleh adanya lumpur pada air pendingin yang terakumulasi pada
plat. Sehingga solusi untuk mengatasi permasalahan ini yaitu operator
lapangan melakukan blowing ataupun flushing dengan tujuan untuk
mengeluarkan lumpur dari plat pada Cooler tersebut.

4.1.2.7 Analisis Pemisahan Produk di Separator 2 (510D04)


Campuran produk yang telah didinginkan pada Cooler (510E04) kemudian
masuk ke Phase Separator 2 (510D04) untuk memisahkan produk utama dengan
produk samping. Adapun Phase Separator 2 dapat dilihat pada Gambar 4.15.
Prinsip Kerja:
 Pada umumnya Phase Separator 2 ini memiliki prinsip kerja yang sama
dengan Phase Separator 1.
 Pemisahan pada Phase Separator 2 (510D04) ini menghasilkan lebih sedikit
produk samping yang berupa Glycerine dan Sabun.
 Prinsip pemisahannya yaitu pemisahan secara gravitasi yang didasarkan atas
perbedaan densitas, kelarutan, dan polaritas dari campuran produk.

50
 Pada Phase Separator 2 ini terdapat dua buah sight glass yang berfungsi
untuk mengecek/memonitoring lapisan produk dari produk samping.
Operator lapangan yang bertugas untuk melaporkan ketebalan lapisan
Glycerine dan Sabun kepada Operator DCS dengan menggunakan Handy
Talky (HT).
 Parameter-parameter yang diperhatikan adalah:
1. Level interphase
2. Level separator
3. Temperatur

Gambar 4.15 Phase Separator-II (510D04)

 Setelah seluruh campuran terpisah, maka produk utama Crude Methylester


dibawa ke Heater (510E05) dengan menggunakan Crude Methylester
Transfer Pump (510G06) untuk selanjutnya dilakukan pencucian di Washing
Column (110D08). Adapun Crude Methylester Transfer Pump (510G06)
dapat dilihat pada Gambar 4.16.
 Sedangkan fase Glycerine dipompakan dengan pompa Glycerine Phase
Pump (510G05) ke Reactor tahap l (510D01).
 Permasalahan yang mungkin dapat terjadi meliputi permasalahan Quality
produk Methylester terhadap parameter Acid Value dan kadar Monogliserida
yang sering Outspec. Sehingga operator DCS melakukan trial pada

51
pemakaian metanol dan katalis, ini dilihat melalui hasil analis Lab pada
sampling 510G06.

Gambar 4.16 Crude methylester Transfer Pump (510G06)

Adapun Glycerine Phase Pump (510G05) dapat dilihat pada Gambar 4.17
berikut:

Gambar 4.17 Glycerine Phase Transfer Pump (510G06)

52
4.1.2.8 Analisis Pendinginan Crude Methylester di Cooler (510E05)

Crude Methylester dari Phase Separator 2 dipanaskan kembali pada Heater


(510E05) sebelum diinjeksikannya larutan HCl diluted pada pipa sebelum menuju ke
Static Mixer (510D06). Cooler ini memiliki tipe Plate Heat Exchanger dengan
pendingin berupa Cooling Water. Adapun Crude Methylester Cooler dapat dilihat
pada Gambar 4.18 berikut:

Gambar 4.18 Cooler (510E05)

Prinsip Kerja:

 Crude Methylester dipanaskan menggunakan Cooler dengan tipe Plate Heat


Exchanger. Dimana Crude Methylester masuk ke plat pada Cooler melalui
plat-plat, dan begitu juga dengan cooling water yang masuk pada pipa ke plat
Cooler di sisi lainnya. Plat yang berisikan Crude Methylester dan plat yang
berisikan air pendingin tersusun secara berseling antara keduanya. Sehingga
terjadi perpindahan panas secara Cross Current.
 Perpindahan panas terjadi melalui dinding plat yang berisikan fluida. Dimana
nantinya Crude Methylester menurun suhunya sedangkan air pendingin akan
meningkat suhunya.

53
 Permasalahan yang mungkin dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1. Tidak tercapainya suhu yang diinginkan. Hal ini dapat disebabkan karena
adanya scaling (kerak) ataupun lumpur pada dinding plat yang berisi air
pendingin. Sehingga solusinya adalah plat-plat pada Cooler ini harus
dicek pada saat plant dalam keadaan shut down. Cara untuk mengeluarkan
lumpur dari plat yaitu dengan melakukan blowing atau flushing.
2. Adanya kebocoran pada pipa maupun pada dinding plat yang dapat
berakibat pada quality product yang buruk.

54
4.2 ANALISIS KINERJA DAN PERMASALAHAN PADA WASHING
SECTION
4.2.1 Instruksi Kerja dan Manual Prosedur Washing Section (Start up
Normal)
Persiapan Feeding ke Wahing Column
1. HCl sudah tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam storage tank dan
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan.
2. Tangki HCl pekat 510F04 diisi dengan membuka actuator valve KV-51002
dan mengaktifkan LIRSALH-51009. Keduanya diset pada posisi AUTO dan
jalankan pompa HCl pekat dari tangki penyimpanannya. Setelah levelnya
cukup, maka pengisian berhenti dengan sendirinya (otomatis).
3. Pengsian HCl encer ke dalam Tangki 510F03. Valve suction dan jalur
discharge pompa 510G16 dan 510G18 dibuka. Masukan nilai konsentrasi
HCl pekat dari tamgki timbun atau 510F04, dan nilai HCl encer yang
diinginkan pada monitor. Agitator 510G26 dijalankan ketika cairan HCl
encer menyentuh agitator. LIRSALH 51010 dan KV 51004 diset ke posisi
AUTO. Pengisian berhenti dengan sendirinya (automatis) ketika level di
510F03 sudah cukup. Jangan tutup valve suction dan jalur discharge pompa
510G16 dan 510G18 ketika pengisian telah selesai (untuk pengisian
berikutnya).
4. Receiver 510F05 untuk air washing diisikan air demin dengan membuka
actuator valve KV 51003 dan mengaktifkan LIRSALH-51011 dan
menjalankan pompa air demin water di tangki demin water. Keduanya diset
keposisi AUTO. Setelah levelnya cukup maka pengisian berhenti dengan
sendirinya (otomatis).
5. Washing column 510D08 diisi air demin, menggunakan pompa 510G13.
Hentikan pengisian ketika indikasi interface LDIRCALH-51011
menunjukkan kira-kira 5 %.

Feeding ke Washing Column


1. Alirkan cooling water ke cooler 510E05, dengan membuka inlet dan outlet
valvenya.

55
2. Standbykan jalur pipa dari suction pompa 510G06 sampai ke inlet Maturing
Reator 510D12. Jalankan pompa 510G06 dan set pengontrol level LIRC-
51006 50% pada posisi AUTO.
3. Standbykan jalur pipa dari suction 510G17 sampai Static Mixer 510D06. Set
pengatur flow FIRC-51009 = 183 kg/h, kemudian jalankan pompa 510G17
untuk menginjeksikan HCl encer ke dalam aliran raw methylester.
4. Jalankan segera pompa 510G08 setelah cukup crude methyl ester didalam
chamber overflow maturing reaktor 510D12, untuk mengisi/mengalirkan
crude methylester ke dalam washing kolom 510D08. Pengontrol level LIRC-
51012 diset 50% dan dibuat pada posisi AUTO.
5. Jalankan pompa 510G13, laju aliran air washing diatur ke 2585 kg/h dengan
membuat pengontrol flow FIRC-51011 keposisi AUTO.
6. Buka semua block valve dicontrol valve LV-51013 dan dipengukuran pH
QIR-51001. Pengontrol interface LDIRC-51051013 diset pada ± 15% dan
dibuat keposisi AUTO untuk mengeluarkan air cucian yang mengandung
glycerine/methanol/soap/garam ke dalam collecting vessel 510F08.
7. Crude methylester masuk melalui bawah dan keluar sebelah atas washing
kolom 510D08 (berlawanan arah dengan aliran air demin pencuci), saat raw
methylester keluar sebelah atas washing kolom dan sudah tercuci dengan
sempurna yang selanjutnya dinamakan methylester after washing, mengalir
masuk ke dalam collecting vessel 511F01. Periksa sight glass pada jalur pipa
methylester after washing 510P19 untuk melihat apakah ada emulsi yang ikut
keluar washing kolom 510D08. Ambil sample methylester after washing
untuk memeriksa Acid Value (AV) 0,3 max dan Sediment Formation 1%
max.
8. Naikkan kapasitas secara bertahap kekapasitas maximum (100%), ikuti table
Flow Capacity Adjustments Biodiesel Plant RBDPO mode (Form No. PHPO-
PBA-01) dan table Flow Capacity Adjustments Biodiesel Plant Gliserida
Mode (Form No.PHPO-PBA-02), dengan mempertimbangkan kelancaran dan
kesanggupan seksi 511-Methylester Drying dan seksi 512-Glycerine Water
Pretreatment.

56
57
4.2.2 Analisis Kinerja Lapangan pada Washing Column Section
Crude methylester yang telah dipisahkan dari produk samping kemudian
dilakukan pencucian dan pengeringan pada Washing Section. Adapun analisis
kinerja lapangan pada Washing Section adalah sebagai berikut:

4.2.2.1 Analisis Penginjeksian Larutan HCl 3% Pada Static Mixer (510D06)


Crude methylester yang telah didinginkan pada Cooler (510E05) kemudian
diinjeksikan larutan HCl diluted. Hal ini bertujuan untuk membuat crude methylester
dalam suasana asam agar pada saat pencucian pada washing column (510D08) tidak
terjadi emulsi dan terbentuknya sabun di dalam washing column. HCl diluted ini
diinjeksikan pada pipa Crude Methylester sebelum Static Mixer. Kemudian
dihomogenkan dengan Static Mixer (510D06).
Adapun Static Mixer dapat dilihat pada Gambar 4.19 sebagai berikut:

Gambar 4.19 Static Mixer (510D06)


Prinsip Kerja:
 Crude Methylester yang telah diinjeksikan larutan HCl encer pada pipa
kemudian diaduk pada static mixer.
 Pada static mixer terdapat pengaduk dengan beberapa bilah (berjenis Helical)
yang berfungsi untuk menghomogenkan campuran Methylester dengan
larutan HCl encer. Larutan HCl encer yang digunakan berasal dari Diluted
Acid Tank (510F03) yang dapat dilihat pada Gambar 4.20.
 Alat ini berada dalam bagian suatu pipa khusus dengan panjang kurang lebih
1,1 meter.
 Bilah-bilah ini berputar karena adanya gaya dorongan dari fluida yang
dipompakan.

58
 Larutan HCl encer dipompakan dengan Hydrocloric Acid Pump (510G17)
yang dapat dilihat pada Gambar 4.21 sebagai berikut:

Gambar 4.20 Diluted Acid Tank (510F03)

59
Gambar 4.21 Hydrolic Acid Pump 510G17

4.2.2.2 Analisis Penyempurnaan Reaksi HCl dengan Crude Methylester Pada


Maturing Reactor (510D12)

Crude Methylester yang telah homogen dengan HCl encer kemudian


dimatangkan/disempurnakan reaksinya pada Maturing Reactor (510D12). Adapun
Maturing Reactor (510D12) dapat dilihat pada Gambar 4.22 sebagai berikut:

Gambar 4.22 Maturing Reaktor (510D12)

Prinsip Kerja:
 Pada prinsipnya, campuran Methylester dengan HCl dimasukkan ke
Maturing Reactor (510D12) untuk memperlama waktu tinggal dan waktu
reaksi.
 Level crude methylester pada Maturing Reactor dapat dilihat pada sight glass
yang ada pada sisi Maturing Reactor.
 Pada waktu - waktu tertentu, operator lapangan juga memonitor/mengecek
kondisi pada Maturing Reactor dan mengecek pH campuran dengan larutan
HCl.
 Parameter - parameter yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1. Flowrate dosing HCl (Flow Transmitter).
2. Level Receiver Diluted Acid Tank (Level Transmitter).
3. Level Crude Methylester di Maturing Reactor (Level Transmitter).
4. Cek Level Crude Methylester (Sight Glass).
5. Cek Level Water Trap (Water Trap).

60
 Apabila terdapat endapan berupa fat dan adanya air pada Water trap, maka
tindakan yang dilakukan adalah melakukan drain fat dan drain air ke
Collecting Vessel (510F08).
 Selanjutnya Crude Methylester dipompakan menuju Washing Column
(510D08) dengan menggunakan Methylester Transfer Pump (510G08).
Adapun Methylester Transfer Pump (510G08) dapat dilihat pada Gambar
4.23 sebagai berikut:

Gambar 4.23 Methylester Transfer Pump (510G08)

4.2.2.3 Analisis Pencucian Crude Methylester Pada Washing Column (510D08)


Crude Methylester yang telah dimatangkan reaksinya dengan HCl kemudian
dilakukan pencucian pada Washing Column (510D08). Tujuan dilakukan pencucian
ini adalah sebagai berikut:
1. Menghentikan reaksi.
2. Mengikat gum - gum maupun metanol sisa yang terkandung dalam Crude
Methylester.
3. Memurnikan Crude Methylester dari zat pengotor (impurities), gliserol yang
terbawa, dan larutan HCl. Adapun Washing Column (510D08) dapat dilihat pada
Gambar 4.24.
Prinsip Kerja:
 Sistem pencucian yang digunakan pada Washing Column ini adalah sistem
Counter Current. Pada prinsipnya, umpan yang memiliki massa jenis yang

61
lebih kecil diumpankan dari dasar Washing Column. Sedangkan umpan yang
memiliki massa jenis yang lebih besar diumpankan dari puncak Washing

Column. Dalam hal ini, umpan yang memiliki massa jenis yang lebih kecil
adalah Crude Methylester. Sedangkan umpan yang memiliki massa jenis
yang lebih besar adalah Demin Water.

 Hal ini dilakukan agar pencucian dapat terjadi dengan maksimal. Dimana
demin water yang diumpankan dari puncak Washing Column akan turun ke
dasar. Sedangkan crude methylester yang diumpankan dari dasar akan
menuju ke puncak Washing Column dikarenakan perbedaan massa jenis
antara keduanya. Demin water yang digunakan berasal dari Washing Water
Receiver (510F05) yang dapat dilihat pada Gambar 4.25.
 Air pencuci yang digunakan memiliki suhu 40 oC. Hal ini karena air hangat
dapat mencegah pengendapan ester asam lemak jenuh, serta menghambat
pembentukan emulsi, fungsi ini sama dengan adanya penambahan HCl.
 Pada Washing Column terdapat mallapack yang memiliki fungsi sebagai
packing untuk memperluas area kontak antara air dengan methylester.
 Pencucian ini mengakibatkan terlepasnya molekul lemak dari methylester
yang dikenal dengan Sterol Glucoside. Senyawa ini merupakan fluida semi
padat yang terlihat seperti krim.

62
 Operator lapangan mengecek sight glass dan menginformasikan kepada
operator DCS melalui Handy Talky apakah terdapat emulsi yang terikut pada
aliran ME after washing.
 Selain itu, operator lapangan juga menyampling methylester yang sedang
dicuci dari bagian tengah Washing Column yang telah dilengkapi dengan
valve sebagai sampling point. Hal ini bertujuan untuk melihat level interphase
(maksimal 55%, idealnya 10-20 %) pada light phase dan heavy phase.

Gambar 4.25 Washing Water Receiver (510F05)

 Demin water yang digunakan sebagai air pencuci dengan flowrate antara
6300-6500 kg/jam.
 Air pencuci yang telah digunakan diharapkan memiliki pH antara 1,5-3. Hal
ini sebagai parameter telah tercucinya larutan HCl dengan sempurna pada
methylester.
 Methylester yang telah dicuci kemudian overflow dari puncak Washing
Column dan kemudian masuk ke Washing Receiver (511F01), mengurangi
jumlah air pada bagian top washing column.
 Operator DCS mengecek level pada LDIRC51013, nilai itu harus berkisar 15
%, jika lebih maka flow out Glycerine water dibesari (untuk mengurangi

63
jumlah air pada bagian top washing column), hal ini bertujuan agar kadar air
pada flow out Methylester tidak besar, sehingga kerja drier pada section 510
dapat normal atau tidak terlalu berat.

4.2.2.4 Analisis Receiver Crude Methylester Washing (511F01)

Overflow methylester dari puncak washing column kemudian masuk ke


tangki penampung sementara methylester yang telah dicuci yaitu Receiver Crude
Methylester Washing (511F01) yang dapat dilihat pada Gambar 4.26 sebagai berikut:

Gambar 4.26 Receiver Crude Methylester Washing (511F01)

Prinsip Kerja:
 Level methylester yang masuk pada Receiver Crude Methylester Washing
(511F01) ini dijaga melalui Ruang Kontrol/DCS.
 Terdapat level transmitter untuk mengontrol level pada tangki dengan
norma/persyaratan antara 5-90%.
 Selain itu juga terdapat temperatur transmitter yang menjaga suhu pada
tangki dengan norma/persyaratan antara 42-48oC.

64
 Methylester pada tangki dianalisis mutunya dengan parameter analisis yang
meliputi Acid Value dan Water Content. Methylester di-sampling melalui
sampling point pada pompa 511G07.
 Masalah-masalah dan solusi (penanganan) pada Receiver Crude Methylester
Washing (511F01):
1. Saat nilai Acid Value (0.50 max) mengalami outspect, maka diperlukan
untuk mengatur flow HCl 3% yang digunakan pada saat pencucian.
2. Saat nilai Water Content (1.50 max) mengalami outspect, maka diperlukan
untuk menyesuaikan dengan level Interphase dan Drain Water.
3. Saat level tidak tercapai, maka periksa sistem interlock.

4.3 ANALISIS KINERJA DAN PERMASLAHAN PADA RECTIFICATION


SECTION
4.3.1 Instruksi Kerja dan Manual Prosedur pada Retification Section (Start up
Normal)
Persiapan Feeding ke Methanol Recovery Column
1. Bahan kimia HCl sudah tersedia dalam jumlah yang cukup di storage tank
dan memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan.
2. Tangki HCl pekat 510F04 diisi dengan membuka actuator valve KV-51002
dan mengaktifkan LIRSALH-51009. Keduanya diset pada posisi AUTO dan
jalankan pompa HCl pekat dari tangki penyimpanannya. Setelah levelnya
cukup, maka pengisian berhenti dengan sendirinya (otomatis).

Feeding ke Methanol Recovery Column


1. Jalankan steam heating ke heater 510E09 dengan membuka valve manual
valve outlet condensatenya, set pengntrol temperatur TIRC-51010 ke 75°C.
2. Buka valve suction dari feed pompa 510G27 dan valve discharge ke column
510D07. Set pengatur flow FIRC-51013 ke 6000 kg/h dan buat keposisi
AUTO. Jalankan pompa 510G27, actuator valve KV-51006 akan terbuka
degan sendirinya (automatis).

65
3. Buka valve suction dan discharge pompa HCl 510G15. Buka valve isolasi
dari pengontrol pH QIRCALH-51002 dan diset pH pada 2.0 - 2.5 dan dibuat
keposisi AUTO. Kemudian jalankan pompa 510G15.
4. Lanjutkan pengisian kolom methanol recovery 510D07 sampai pengontrol
level LIRCSALH-51017mengindikasikan level 65%. Hentikan pompa
510G27 dan 510G15 setelah level ini dicapai.
5. Jalankan cooling water ke kondensor 510E07. Pastikan bahwa semua manual
valve disisi discharge pompa bottom product 510G29 ditutup.
6. Pastikan software switch HS-51003 pada posisi “Total Reflux”, yang artinya
bahwa semua kondensat methanol akan dialirkan kembali ke atas dari kolom
Methanol Recovery ketika pompa 510G30 dijalankan. Ini berarti control
valve LV-51016 tertutup dan flow valve FV-51014 terbuka.
7. Buka heating steam control valve PV-51002 dan jalur pipa drain kondensat
510SCL04 di reboiler 510E11. Buka secara manual PV-51002 mulai dari 5%
untuk membuang kondensat terlebih dahulu kemudian naikkan perlahan
hingga mendapatkan tekanan 1 barg.
8. Monitor dengan seksama temperatur didasar kolom 510D07, PV-51002
dibuka perlahan-lahan pada 2% tiap step utuk memanaskan kolom 510D07
perlahan-lahan sampai pemanasan diatas colom 510D07 tercapai, dan uap
metanol terkondensasi di 510E07 serta kondensat metanol direceiver 510F06
mulai ada.
9. Saat level di 510F06 telah mencapai 50%, jalan pompa 510G30. Set
pengontrol level LIRCSALH-51016 ke 50% dan dan dibuat keposisi AUTO.
LIRCSALH-51016 sekarang mengontrol FV-51014 dengan control level di
510F06 dana LV-51016 kondisi tertutup. Kolom 510D07 sekarang beroperasi
secara total reflux.
10. Jika level di kolom 510D07 turun sampai dibawah 55% (seperti ditunjukkan
LIRCSALH-51017, pompa 510G27 dan 510G15 harus dijalankan kembali
untuk memfeeding kolom 510D07 sampai level mencapai kira-kira ± 60%.
11. Ketika temperatur di top column 510D07 telah dicapai 64.7°C, sample dari
pompa 510G30 bisa diambil. Sample di analisa untuk menentukan kandungan
air pada metanol.

66
12. Saat konsentrasi air maximum 0.05% telah diperoleh di sample 510G30,
arahkan/belokkan sebagian metanol ke methanol receiver 510F01 dengan
mengklik software hand switch dilayar DCS computer keposisi “Normal
Position”. Set aliran reflux FIRC-51012 ke 3000 kg/h. LIRC-51016
mengatur LV-51016 dan FIRC-51014mengontrol FV-51014. Jika aliran
reflux FIR-51014 terlalu rendah, tambahkan heating steam ke kolom 510D07
sampai aliran reflux yang diperlukan tercapai.
13. Jalankan kembali pompa 510G27 dan pompa 510G15, set FIRC-51013 pada
6000 kg/h. Atur steam supply ke reboiler 510E11 sampai aliran reflux yang
dibutuhkan tercapai dan temperature didasar kolom 510D07 tercapai kira-kira
105°C. Set pengontrol tekanan PIRC-51002 keposisi AUTO.
14. Saat temperature bottom Kolom Methanol Recovery 510D07 mencapai 105ºC
(berhubungan dengan konsentrasi metanol di produk bawah kira-kira 0.05%),
discharge glycerine water ke Unit 512 bisa dijalankan. Buka jalur suction
510G29 dari 510D07. Satu dari 2 strainer yang dioperasikan sedangkan yang
lainnya distandbykan. Buka jalur discharge 510G29 melalui 510E08 ke
512D02, bypasskan 510E10. Juga buka jalur sirkulasi 510P34 kembali ke
Kolom Methanol Recovery 510D07. Set pengatur level LIRCSALH-51017ke
60% dan dibuat keposisi AUTO.
15. Pengontrol temperature TIRCAH-51009 diset pada 85ºC dan dibuat keposisi
AUTO.
16. Pada waktu pompa 510G29 dijalankan seharusnya valve bypass 510E08
terbuka 50% dan valve isolasi valve melalui heat exchanger 510E08 terbuka
50%.
17. Seksi 512 harus segera dijalankan setelah keluaran glycerine water dari
510D07 berlangsung.

4.3.2 Analisis Kinerja Lapangan pada Rectification/Methanol Recovery Section


Produk samping dari reaksi transesterifikasi yang berupa glycerine kemudian
dilakukan treatment. Glycerine ini bercampur dengan air yang berasal dari kondensat
pada peralatan di Biodiesel Plant dan sisa metanol yang terkumpul pada Collecting
Vessel (510F08). Campuran ini kemudian dipisahkan antara metanol, water

67
glycerine, dan fatty matter yang terbentuk. Adapun analisis kinerja pada peralatan
yang terlibat pada section ini dapat diuraikan pada setiap poin sebagai berikut:

4.3.2.1 Analisis Kinerja Collecting Vessel (510F08)


Collecting Vessel (510F08) merupakan suatu wadah/tangki penampungan
untuk glycerine, sisa metanol, sabun yang terbentuk, dan air yang berasal dari

kondensat pada jalur venting. Gambar wadah/tangki ini dapat dilihat pada Gambar
4.27. Wadah/tangki penampungan ini bertipe Vertical Vessel dengan material
penyusunnya berupa FRP (Fiberglass Reinforced Plastic)
Gambar 4.27 Collecting Vessel (510F08)

Adapun prinsip kerja dari Glycerine Collecting Vessel (510F08) adalah


sebagai berikut:
 Tangki ini sebagai sumber umpan/feeding untuk section methanol
recovery/rectificfation column berupa campuran raw glycerine-water,
metanol, dan sabun.
 Seluruh produk samping beserta cairan kondensat yang berasal dari jalur
venting dari proses pembuatan biodiesel berkumpul pada wadah/tangki ini
sehingga tangki ini juga disebut sebagai tempat pengumpulan Raw Glycerine
Pre-treatment.
 Proses atau kegiatan yang terjadi pada tangki ini meliputi:

68
1. Pengumpulan raw glycerine pre-treatment
2. Feeding raw glycerine
3. Injeksi HCl pekat
 Pada tangki ini dilakukan pemantauan terhadap:
1. Temperatur Vessel yang diukur dengan alat temperatur transmitter.
2. Kandungan Fat yang dapat dilihat dan dikontrol melalui sight glass yang
berada pada dinding sebelah atas dari tangki.
3. Level Vessel yang diukur dengan level indikator dengan
norma/persyaratan antara 60-90 %.
4. Flow Rate yang diukur dengan alat flow meter dengan norma/persyaratan
sekitar 15.000 kg/jam
5. pH raw glycerine yang diukur dengan pH meter dengan
norma/persyaratan antara 2-5.
6. Level Receiver yang diukur dengan level transmitter dengan
norma/persyaratan antara 20-80%.
7. Pada tangki ini terdapat jalur sirkulasi dari 510G27 kembali ke dalam
tangki yang ditambahkan/dicampurkan dengan aliran HCl.
 Solusi yang dilakukan apabila terjadi permasalahan seperti:
1. Apabila level cairan pada tangki telah melebihi level yang telah
disyaratkan, maka diatur flow rate yang masuk dan melakukan drain fat
ke tangki 512F03.
2. Apabila flow rate feeding raw glycerine tidak tercapai, maka diatur sistem
interlock.
3. Apabila pH dan level injeksi HCl pekat, maka diatur inverter dosing
pump 510G15.
 Selanjutnya dipompakan ke economizer (510E08) dengan menggunakan
Glycerine Water Feed Pump (510G27).
Adapun Glycerine Water Feed Pump (510G27) dapat dilihat pada Gambar
4.28 sebagai berikut:

69
Gambar 4.28 Glycerine Water Feed Pump (510G27)
4.3.2.2 Analisis Kinerja Pemanasan Feeding Pada Economizer (510E08)

Sebelum diumpankan ke Rectification Column (510D07), umpan yang


berasal dari Glycerine Collecting Vessel (510F08) dipanaskan terlebih dahulu di pada
economizer (510E08). Adapun economizer (510E08) dapat dilihat pada Gambar 4.29
sebagai berikut:

Gambar 4.29 Economizer (510E08)

Prinsip Kerja:
 Pada economizer (510E08) terjadi pertukaran panas antara glycerine-water-
methanol yang berasal dari 510F08 dengan glycerine-water-fatty matter yang
berasal dari Rectification Column (510D07).
 Economizer (510E08) ini memiliki tipe plate heat exchanger yang
memudahkan terjadinya pertukaran panas antara kedua fluida melalui dinding
plat.
 Permasalahan yang mungkin dapat terjadi pada Economizer (510E08)
adalah:
1. Terjadinya kebocoran karena gasket yang rusak.
2. Tidak tercapainya suhu yang diinginkan.
 Solusi yang dilakukan adalah:
1. Melakukan pemeriksaan dan penggantian gasket.

70
71
2. Apabila suhu tidak tercapai, maka operator DCS bertugas mengatur flow
inlet dari masing-masing fluida.
 Kemudian outlet dari economizer (510E08) yang berupa glycerine-water-
methanol masuk ke Glycerine-Methanol Preheater (510E09).

4.3.2.3 Analisis Kinerja Glycerine-Methanol Preheater (510E09)


Pada Glycerine-Methanol Preheater (510E09) fluida dipanaskan kembali
untuk mencapai suhu yang diinginkan sebelum diumpankan ke Rectification Column.
Pemanas ini bertipe sama dengan economizer (510E08) yaitu bertipe plate heat
exchanger. Adapun Glycerine-Methanol Preheater (510E09) dapat dilihat pada
Gambar 4.30 sebagai berikut:

Gambar 4.30 Preheater (510E09)

Prinsip Kerja:
 Umpan berupa campuran Glycerine-Water-Methanol yang berasal
economizer (510E08) dipanaskan dengan pemanas steam 3 Barg.
 Glycerine-Methanol Preheater (510E09) ini bertipe plate heat exchanger
yang dimana pertukaran panas terjadi melalui dinding plat.
 Permasalahan yang sering terjadi yaitu:

72
1. Terjadinya kebocoran pada pipa inlet yang menuju plat.
2. Tidak tercapainya suhu yang diinginkan.
 Solusi yang dilakukan adalah:
1. Melakukan pemeriksaan dan maintenance secara berkala untuk
memperbaiki kebocoran dengan cara dilakukan pengelasan (welding) oleh
Mekanik.
2. Apabila suhu tidak tercapai, maka operator DCS bertugas mengatur flow
inlet dari masing-masing fluida.
 Kemudian outlet dari Glycerine-Methanol Preheater (510E09) melewati
Static Mixer (510D05).
 Aktual, Preheater ini tidak digunakan karena bocor.

4.3.2.4 Analisis Kinerja Pencampuran pada Static Mixer (510D05)


Campuran Glycerine-Methanol beserta substansi lainnya seperti air, sabun,
dan zat pengotor lainnya kemudian diinjeksikan larutan HCl pekat dengan tujuan
untuk menetralkan sisa katalis Sodium Methylate (CH3ONa) di dalam campuran dan
menjaganya dalam kondisi asam dengan pH berkisar antara 2-3. Selain itu, larutan
HCl juga berfungsi untuk memisahkan Fatty Matter di dalam campuran Glycerine-
Water-Methanol. Adapun Static Mixer (510D05) dapat dilihat pada Gambar 4.31
sebagai berikut:

Gambar 4.31 Static Mixer (510D05)

Prinsip Kerja:
 Umpan yang telah diinjeksikan larutan HCl pekat dihomogenkan pada Static
Mixer (510D05).

73
 Static Mixer ini memiliki bilah-bilah pengaduk (berjenis helical) yang
berfungsi sebagai alat untuk menghomogenkan antara larutan HCl pekat
dengan campuran glycerine-water-methanol.
 Alat ini terdapat pada bagian dalam suatu pipa khusus dengan panjang kurang
lebih 60 cm.
 Pada saat umpan masuk ke dalam pipa dan bersinggungan dengan static
mixer ini, maka bilah-bilah pengaduk akan berputar dan melakukan
pengadukan pada umpan di dalam pipa.

4.3.2.5 Analisis Kinerja Rectification Column (510D07)


Umpan glycerine-water-methanol beserta substansi lain yang terkandung
pada campuran tersebut kemudian masuk ke Rectification Column (510D07). Pada
alat ini akan diuapkan metanol yang terkandung dalam campurannya. Adapun
Rectification Column (510D07) dapat dilihat pada Gambar 4.32 sebagai berikut:

Gambar 4.32. Rectification Column

Prinsip Kerja:
 Pada umumnya, Rectification Column (510D07) ini juga disebut Kolom
Methanol Recovery.

74
 Prinsip kerja dari alat ini yaitu melakukan pemisahan secara distilasi
(berdasarkan perbedaan titik didih) dari umpan yang berupa campuran
glycerine-water-methanol dengan tujuan utama menguapkan metanol yang
terkandung pada campuran tersebut.
 Sumber panas berasal dari Reboiler yang dimana menggunakan steam 3 Bar
sebagai media pemanas. Steam 3 Bar ini memanaskan campuran melalui
Shell pada Reboiler.
 Pada Rectification Column ini terdapat tray-tray dengan jumlah sebanyak 24
plate. Plate ini bertujuan untuk memperluas bidang kontak antara uap pada
Rectification Column. Sehingga uap-uap yang tidak diinginkan seperti uap air
dapat terembunkan/terperangkap kembali pada plate tersebut.
 Adapun parameter-parameter yang dipantau beserta peralatan dan
norma/persyaratan yang berlaku pada Rectification Column / Methanol
Recovery (510D07) ini adalah:
1. Temperatur Bottom Column, dipantau menggunakan temperatur
transmitter dengan norma antara 100-105oC.
2. Temperatur Middle Column, dipantau menggunakan temperatur
transmitter dengan norma antara 64,5-100oC.
3. Temperatur Top Column, dipantau menggunakan temperatur transmitter
dengan norma antara 63,9-64,5oC.
4. Level Column, dipantau menggunakan level transmitter dengan norma
antara 50-80%
5. Flow Rate Methanol Reflux, dipantau dengan menggunakan flow
transmitter FIRC51014 dengan norma antara 1.000-14.000 kg/jam,
tergantung kebutuhan.
 Permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi beserta tindakan
perbaikan yang dilakukan antara lain:
1. Tidak tercapainya temperatur yang diinginkan pada tiap-tiap bagian
Rectification Column/Methanol Recovery. Tindakan yang dilakukan
apabila temperatur tidak tercapai sesuai norma/persyaratan, maka
dilakukan pencucian pada Reboiler (510E01). Hal ini diduga adanya
kerak ataupun scaling pada bagian Reboiler yang dapat disebabkan oleh

75
adanya kandungan garam maupun logam pada campuran umpan. Selain
itu, tindakan yang dapat dilakukan lainnya adalah dengan meng-set point
steam 3 Bar agar temperatur yang diinginkan tercapai.
2. Level umpan pada Rectification Column di luar batas norma. Maka hal
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki ini adalah dengan cara
mengatur kembali flowrate umpan glycerine-water-methanol.
3. Flowrate umpan tidak sesuai norma. Maka tindakan yang dapat dilakukan
adalah memeriksa sistem interlock.
4. Jika temperatur tiap-tiap bagian kolom tidak tercapai, sementara reboiler
dalam keadaan baik serta suhu pada bottom tercapai, maka yang
dilakukan adalah mengatur flow reflux. Jika top column terlalu panas,
maka flow reflux dibesarkan (Normal 5.500 kg/jam) secara perlahan
untuk menghindari methanol recovery habis. Harus diperhatikan flow
methanol ke 510F01, dengan cara memperhatikan seberapa persen bukaan
valve pada transmitter LV51016 yaitu minimal 30 %, jika lebih maka
methanol yang direcovery sedikit dan akan berefek pada kebutuhan
metanol baru yang lebih banyak dan tidak sesuai budget.
5. Jika pH yang ditampilkan pada QIRCS51002 basa, maka harus diperiksa
system dosing HCl ke 510D05, apakah terjadi masalah pada pompa atau
flow rate yang tidak sesuai. pH yang basa/tinggi akan mengakibatkan,
terbentuknya busa/buih pada bagian bawah kolom, sehingga akan
menyulitkan kinerja reboiler untuk mencapai temperatur setpoint pada
bottom column. Hal ini karena, buih akan mengurangi area perpindahan
panas.

4.3.2.6 Analisis Kinerja Pemanasan Pada Reboiler (510E11)

Sumber pemanas pada Rectification Column/Methanol Recovery (510D07)


berasal dari Steam 3 Bar yang masuk melalui Shell pada Reboiler (510E11). Prinsip
kerjanya sama dengan Heat Exchanger. Adapun Reboiler (510E11) dapat dilihat
pada Gambar 4.33 sebagai berikut:

76
Gambar 4.33 Reboiler (510E11)

Prinsip Kerja:
 Steam 3 Bar masuk pada bagian Shell dari Reboiler (510E11). Sehingga
terjadi pertukaran panas antara umpan campuran glycerine-methanol-water
dengan steam melalui dinding tube-tube Reboiler.
 Temperatur yang diinginkan pada Bottom Rectification Column antara 100-
105 oC. Hal ini bertujuan untuk mendidihkan air dan menguapkan metanol
yang terkandung pada campuran.
 Reboiler ini merupakan alat untuk sirkulasi umpan campuran pada
Rectification Column.
 Parameter yang dipantau pada Reboiler ini adalah tekanan steam low heating
Reboiler yang dipantau menggunakan pressure transmitter dengan
norma/persyaratan tekanan maksimal sebesar 3,25 Bar. Apabila terjadi
permasalah berupa tidak tercapainya tekanan yang diinginkan, maka tindakan
yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan pada sistem interlock
informasi ke kamar mesin.

77
4.3.2.7 Analisis Kinerja Pengondensasian Metanol Pada Methanol Condenser
(510E07)

Uap-uap metanol yang berhasil diuapkan pada Rectification


Column/Methanol Recovery (510D07) kemudian dikondensasikan menggunakan
Methanol Condenser (510E07). Perlu diketahui, bahwa titik didih metanol adalah
64,5oC. Sedangkan temperatur Top Rectification Column juga antara 63,9-64,5oC.
Sehingga dapat dipastikan bahwa yang teruapkan hanyalah uap metanol saja. Adapun
Methanol Condenser (510E07) dapat dilihat pada Gambar 4.34 sebagai berikut:

Gambar 4.34 Methanol Condenser (510E07)

Prinsip Kerja:
 Uap-uap metanol yang telah teruapkan kemudian masuk ke jalur pipa menuju
Methanol Condenser (510E07).
 Uap-uap metanol masuk melalui tube-tube pada Methanol Condenser.
Sedangkan air pendingin (Cooling Water) masuk melalui Shell pada
Methanol Condenser.
 Pada Methanol Condenser tersebut terjadi perubahan fasa dari metanol yang
berfasa gas ke metanol yang berfasa cair.
 Uap-uap tersebut dikondensasikan melalui pertukaran panas antara uap
dengan air pendingin melalui tube-tube pada Methanol Condenser.
 Parameter yang dipantau pada Methanol Condenser ini adalah temperatur
Cooling Water Inlet yang dipantau menggunakan temperatur indikator.

78
79
4.3.2.8 Analisis Kinerja Pada Methanol Receiver (510F06)

Metanol yang telah dikondensasikan dari Methanol Condenser (510E07),


kemudian mengalir ke Methanol Receiver/ Methanol Reflux (510F06). Alat ini
berupa tangki dengan bentuk silinder horizontal dengan tutup elipsoidal. Tangki ini
memiliki 2 jalur. Jalur pertama menuju Intermediate Methanol Receiver (510F01)
dan jalur kedua menuju ke Rectification Column kembali sebagai reflux. Adapun
Methanol Receiver/Methanol Reflux (510F06) dapat dilihat pada Gambar 4.35

sebagai berikut:

Gambar 4.35 Methanol Receiver (510F06)

Prinsip Kerja:
 Methanol Receiver ini menampun methanol yang telah terkondensasi pada
Metanol.
 Sebagian metanol yang telah terkumpul pada methanol receiver ini ada yang
dikembalikan ke Rectification Column sebagai reflux dan ada yang dialirkan
menuju Intermediate Methanol Receiver (510F01).
 Methanol Receiver ini dilengkapi dengan sight glass.
 Parameter yang dipantau pada Methanol Receiver ini adalah level Receiver
yang dipantau dengan menggunakan level transmitter. Norma dari level
receiver ini antara 20-80%. Biasanya di setpoint 30 %

80
 Jika terjadi permasalahan pada level receiver, maka tindakan yang dilakukan
adalah memeriksa sistem interlock.

81
4.4 Instruksi Kerja Pada Operasi Normal dan Shut-down Normal
Berdasarkan IK (Instruksi Kerja), maka prosedue pada operasi normal dan
Shut-down Normal adalah sebagai berikut:
Operasi Normal.
1. Parameter-parameter proses operasi yang penting, seperti : laju alir, temperatur,
level dan nilai pH yang terindikasi di DCS komputer harus diperiksa secara
berkala.
2. Kesesuaian hasil analisa laboratorim seperti yang tercantum dalam tes plan
(Form No. PHPO-QA-QP-01) harus dimonitor secara berkala dan terus
menerus, ketidaksuaian hasil yang diperoleh mengharuskan penyetelan ulang
proses parameter plant.
3. Periksa konsentrasi HCl pekat dan HCl encer masing-masing di 510F03 dan di
510F04 secara berkala.
4. Periksa separator pertama 510D01 dan separator kedua 510D02 secara berkala,
pembentukan fasa lumpur di interface. Fasa Lumpur mengindikasikan
pembentukan sabun disebabkan oleh kelebihan air didalam recycle methanol
atau kelebihan air atau FFA didalam feed oil (RBDPO/Gliserida).
5. Periksa akumulasi lapisan Fatty Matter didalam 510F08 dan drain fatty matter
tersebut ke 512F03 melalui pipa 510P41.

Shut-down Normal.
Shut-Down Sementara Reaksi Transesterifikasi
1. Hentikan feed RBDPO/Gliserida ke reaktor pertama 510D01. Set pengontrol
flow FIRC-51001/51002 ke 0 kg/h dan buat keposisi MANUAL.
2. Hentikan pompa Metanol 510G12 dan pompa katalis 510G11. Buat pengatur
flow FIRC-51003,51004,51005 dan FIRC-51006 ke MANUAL dan set ke 0%.
3. Hentikan pompa-pompa 510G01, 510G03, 510G04, 510G05, 510G06,
510G08 dan 510G13. Secara serentak matikan juga pompa 510G17.
4. Tutup valve isolasi manual disetiap pompa.
5. Buat pengatur flow FIRC-51010 keposisi MANUAL dan set ke 0%.
6. Buat pengontrol interface LDIRC-51013 keposisi MANUAL dan set pada 0
%.

82
7. Semua settingan pengontrol level untuk reaktor pertama 510D01, reaktor
kedua 510D03, separarator pertama 510D02 dan reaktor kedua 510D04 dijaga
pada posisi sebelumnya. Semua agitator di reaktor pertama 510D01 dan
reaktor kedua 510D03 tetap dirunningkan (dijalankan).
8. Hentikan steam pemanas ke preheater 510E01.

Shut-Down Sementara Kolom Methanol Recovery 510D07


Pengoperasian kolom Methanol Recovery selama Plant Shutdown tergantung
dari level-level di receiver 510F01 dan 510F08.
 Jika level receiver 510F08 masih tinggi dan masih cukup ruang
penyimpanan di receiver 510F01, maka lanjutkan pengoperasian kolom
Methanol Recovery sepanjang metanol di receiver 510F01 masih muat.
 Jika level receiver 510F08 dibawah 30% atau tidak ada lagi space
penyimpanan di receiver 510F01, kolom Methanol Recovery harus
dioperasikan secara “Total Reflux”.
Pengoperasian Kolom Methanol Recovery 510D07 dengan “Total Reflux”.
1. Hentikan pompa feed 510G27 dan pompa dosing HCl 510G15. Actuator
valve KV-51006 akan menutup dengan sendirinya (automatis).
2. Buat pengontrol temperatur TIRCAH-51010 keposisi MANUAL dan set
pada 0 %.
3. Software Hand switch dilayar komputer DCS diklik ke “Total Reflux”
4. Hentikan pompa pengeluaran produk bawah kolom 510G29. Buat pengontrol
level LIRC-51017 keposisi MANUAL dan set 0% (tutup).
5. Tutup semua valve isolasi dijalur pipa keluaran pompa 510G27 dan pompa
510G29.
6. Kurangi penyuplaian steam pemanas ke reboiler 510E11 dengan mengurangi
pembukaan control valve PV-51002 sambil mempertahankan temperatur
diatas kolom methanol recovery 510D07 pada 64.7°C dan temperatur dasar
kolom methanol recvery 510D07 pada 105 °C.

83

Anda mungkin juga menyukai