yang memungkinkan siswa berlatih mengembangkan pendekatan saintifik, yang akan berdampak
pada meningkatnya cara berpikir siswa. Namun dalam kenyataannya di SMP Negeri 1
Dukupuntang pembelajaran matematika yang dilaksanakan masih konvensional belum
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Hal ini membuat rendahnya kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dalam pembelajaran yang berdampak pada kemampuan
berpikir siswa juga. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai penerapan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
dan berpikir kreatif siswa siswa.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam proses pembelajaran matematika yang belum menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik.
Dijelaskan dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Ahkam Zubair bahwa “pendekatan saintifik
sangat relevan dengan tiga teori belajar, teori Burner, teori Piaget, dan teori Vygotsky”.
1. Teori Belajar Bruner
b. Tahap kedua membuat perencanaan yakni memilih rencana pemecahan masalah yang sesuai
dan bergantung dari seberapa sering pengalaman siswa menyelesaikan masalah sebelumnya.
Untuk merencanakan pemecahan masalah siswa dapat mencari kemungkinan- kemungkinan
yang dapat terjadi atau mengingat kembali masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki
kemiripan sifat/pola dengan masalah yang akan dipecahkan. Kemudian baru siswa menyusun
prosedur penyelesaiannya.
c. Tahap melaksanakan pererencanaan dimana langkah ini lebih mudah daripada merencanakan
pemecahan masalah, yang harus dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat
dengan ketekunan dan ketelitian untuk mendapat penyelesaian.
d. Tahap memeriksa kembali, pada kegiatan ini adalah menganalisis dan mengevaluasi apakah
strategi yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada strategi lain yang lebih
efektif , apakah yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan maslah sejenis, atau strategi
dapat dibuat generalisasinya. Ini bertujuan untuk menetapkan keyakinan dan memantapkan
pengalaman untuk mencoba masalah baru yang akan datang.
Halper menjelaskan bahwa berpikir kreatif sering pula disebut berpikir divergen, artinya adalah
memberikan bermacam-macam kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang sama. Menurut
Langrehr, terdapat tiga jenis informasi yang disimpan atau diingat dalam otak. Ketiga jenis
informasi itu adalah : (1) Isi (content) yaitu apa yang dipikirkan tentang berbagai simbol, angka,
kata, kalimat, fakta, aturan, metode, dan sebagainya; (2) Perasaan (feelings) tentang isi; (3)
Pertanyaan (questions) yang digunakan untuk memproses atau untuk mempergunakan isi. Oleh
karena itu seorang anak dapat memiliki tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan isi, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan memproses. Manurut Silver 1997 menjelaskan bahwa untuk menilai
berpikir kratif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torance Tests of Creative
Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT
adalah kefasihan (Fluency), fleksibilitas dan kebaruan (Novelty). Kefasihan mengacu pada
banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada
perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide
yang dibuat dalam merespon perintah. Gagasan ketiga aspek berpikir kreatif tersebut diadaptasi
oleh beberapa ahli dalam matematik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuralam dan Eliyana (2017) dapat
disimpulkan bahwa:1) kemampuan pemecahan masalah lebih tinggi yang diajarkan melalui
pendekatan saintifik daripada kemampuan pemecahan masalah yang diajarkan dengan
Pendekatan Matematika Realistik pada materi trigonometri, dan 2) respon siswa terhadap
pembelajaran matematika setelah diajarkan dengan pendekatan saintifik sangat positif dengan
skor rata-rata 3,21.Disarankan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu
dikemukakan beberapa saran yaitu: 1) diharapkan kesadaran setiap guru matematika agar
dapat menggunakan berbagai macam pendekatan pembelajaran yang sesuai dalam
pembelajaran matematika, sehingga minat siswa untuk belajar matematika semakin meningkat
dan 2) bagi peneliti lainnya yang berniat melakukan penelitian ini lebih lanjut agar dapat
memvariasikan Pendekatan Saintifik dengan pendekatan lainnya sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erny, Saleh Haji, Wahyu Widada (2017) dapat
disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh positif pembelajaran dengan pendekatan saintifik
terhadap kemaampuan pemecahan masalah siswa pada materi persamaan linear tiga variabel
di kelas X IPA SMA Negeri 1 Kepahiang. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang
pembelajarannya menerapkan pendekatan saintifik lebih tinggi dari pada kemampuan
pemecahan masalah siswa yang menerapkan pembelajaran kontekstual, dengan nilai rata-rata
posttest pada kelas eksperimen diperoleh sbesar 85,0270 dan kelas kontrol sebesar
79,6944.Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa pada materi persamaan linear tiga variabel di kelas X SMA Negeri 1
Kepahiang sebesar 97,5% sedang pada kelas kontrol sebesar 96,9%. 2. Terdapat pengaruh
positif pembelajaran dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa pada materi persamaan linear tiga variabel di kelas X IPA SMA Negeri 1 Kepahiang.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang pembelajarannya menerapkan pendekatan
saintifik lebih tinggi dari pada kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang menerapkan Jurnal
Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 pembelajaran kontekstual, dengan
nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen diperoleh sbesar 84,4595 dan kelas kontrol
sebesar 79,1667. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa pada materi persamaan linear tiga variabel di kelas X SMA Negeri 1
Kepahiang sebesar 97,4% sedang pada kelas kontrol sebesar 96,7%. 3. Terdapat hubungan
timbal balik antara kemampuan pemecahan masalah matematika dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dan berpikir tingkat tinggi pada
materi persamaan linear tiga variabel di kelas X SMA Negeri 1 Kepahiang yaitu sebesar 0,588.
Interprestasi tingkat hubungan ini termasuk kategori cukup kuat. Hal ini berarti semakin tinggi
tingkat kemampuan pemecahan maslah yang dimiliki siswa maka akan semakin tinggi pula
tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Dan sebaliknya semakin tinggi tingkat
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki siswa maka akan semakin tinggi pula tingkat
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Kepahiang pada materi
persamaan linear tiga variabel.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yurniawati (2015) dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendekatan Saintifik berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan
masalah dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. 2. Pendekatan Saintifik
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan koneksi matematis dibandingkan dengan
pembelajaran secara konvensional. 3. Terdapat hubungan positif antara kemampuan koneksi
matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis.