S2 = 12 = a + b = a + (2-1)b Sn = a + (n – 1)b
S3 = 17 = a + 2b = a + (3-1)b
S4 = 22 = a + 3b = a + (4-1)b a = suku pertama atau S1
S5 = 27 = a + 4b = a + (5-1)b b = Pembeda
S6 = 32 = a + 5b = a + (6-1)b n = indeks suku
Berdasarkan rumus diatas, dapat menghitung nilai-
nilai suku tertentu. Sebagai contoh nilai suku ke-10
dan suku ke-23 dari derte hitung ini masing-masing:
S10 = a + (n-1)b = 7 + (10-1)5 = 52
S23 = a + (n-1)b = 7 + (23-1)5 = 117
Jumlah n Suku Deret Hitung
Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku tertentu
tak lain adalah jumlah nilai suku-sukunya, sejak suku
pertama (S1 atau a) sampai dengan suku ke-n yang
bersangkutan
Dengan Demikian untuk menghitung jumlah deret hitung
sampai dengan suku tertentu n, terdapat empat bentuk
rumus yang bisa digunakan
n
n
Jn Si Jn 2a (n 1)b
i 1 2
n n
Jn ( a sn ) Jn na (n 1)b
2 2
Dalam contoh 1 deret hitung diatas, jumlahnya sampai
dengan suku ke-10 adalah
n 10
Jn ( a Sn ); J 10 ( 7 S 10 ); 5 ( 7 52 ) 295
2 2
Sedangkan untuk contoh 2 deret hitung diatas,
jumlahnya sampai dengan suku ke 10 adalah
n 10
J n na (n 1)b; J10 (10)(93) (10 1)(10) 480
2 2
DERET UKUR/GEOMETRI
Deret Ukur; ialah deret yang perubahan suku-sukunya
berdasarkan perkalian terhadap suatu bilangan
tertentu atau perbandingan antara satu suku dengan
suku sebelumnya.
Bilangan yang membedakan suku-suku sebuah deret
ukur dinamakan rasio, yakni merupakan hasil bagi
nilai suatu suku terhadap nilai suku didepannya.
Contoh :
1) 5, 10, 20, 40, 80, 160 (Rasio 2)
2) 512, 256, 128, 64, 32, 16 (Rasio 0,5)
Suku ke n dari Deret Ukur
Untuk dapat membentuk rumus perhitungan suku
tertentu dari sebuah deret ukur, lihat contoh 1 yang
disajikan dalam bentuk lain :
S1 = 5 = a
s2 10 ar ar 21 n 1
31
S n ar
S3 20 arr ar ar
2
S 4 40 arrr ar 3 aar=4suku
1
pertama
5 1
S 5 80 arrrr ar 4 r=arrasio
S6 160 arrrrr ar 5n=arindek
6 1 suku
Berdasarkan rumus diatas , nilai suku ke 10 dari deret
ukur dalam contoh 1) dan 2)
S n ar n 1 ; S10 (5)(2)101 (5)(512) 2560
a (r n 1Digunakan
) untuk r>1
Jn
r 1
a(1 rDigunakan
n
) untuk r < 1
Jn
1 r
Untuk kasus contoh No.10 Dimana a = 5 dan r = 2 (>1),
jumlahnya sampai suku ke 10 adalah :
5( 210 1) 5(1023)
J10 5115
2 1 1
Sedangkan contoh No.2) dimana a = 512 dan r =0,5(<1)
jumlah dari sepuluh suku pertamanya adalah :
512(1 0,510 ) 512(0,000976563)
J10 1023
1 0,5 0,5
APLIKASI EKONOMI
Model Perkembangan Usaha
Jika Perkembangan variabel-variabel tertentu dalam
kegiatan usaha misalnya produksi, biaya, pendapatan,
penggunaan tenaga kerja, atau penanaman modal
berpola seperti deret hitung, maka prinsip-prinsip
deret hitung dapat digunakan untuk menganalisis
perkembangan variabel tersebut
Berpola seperti deret hitung maksudnya ialah bahwa
variabel yang bersangkutan bertambah secara konstan
dari satu periode ke periode berikutnya
Kasus 1, Perusahaan genteng “Abadi”
menghasilkan 3.000 buah genteng pada bulan
pertama produksinya. Dengan penambahan
tenaga kerja dan peningkatan produktivitas,
perusahaan mampu menambah produksinya
sebanyak 500 buah setiap bulan. Jika
perkembangan produksinya konstan, berapa
buah genteng yang dihasilkannya pada bulan
kesepuluh? Berapa buah yang telah dihasilkan
sampai dengan bulan tersebut?
Diketahui a = 3.000
b = 500
n = 10
Sn = a + (n – 1)b
S10 = 3.000 + (10 – 1)500 = 7.500
n 5
Jn ( a sn ); J 5 (3000 7500 ) 52 .500
2 2
Jadi jumlah produksi pada bulan keaepuluh adalah
7.500 buah, sedangkan jumlah genteng yang
dihasilkan sampai dengan bulan tersebut 52.500 buah
Kasus 2 Besarnya penerimaan PT “ARIL”
dari hasil penjualan barangnya Rp 720 juta
pada tahun kelima dan Rp 980 juta pada
tahun ketujuh. Apabila perkembangan
penerimaan penjualan tersebut berpola
seperti deret hitung berapa perkembangan
penerimaannya pertahun? Berapa besar
penerimaan pada tahun pertama dan pada
tahun keberapa penerimaannya sebesar Rp
1.370.000.000?
Jawab:
Dalam jutaan S7 = 980; a + 6b = 980
S5 = 720; a + 4b = 720
2b = 260
260
b 130
2
Perkembangan penerimaan pertahun Rp 130 juta
a + 4b = 720; a = 720 – 4b; a = 720 – 4(130) = 200
Jadi penerimaan pada tahun pertama = Rp 200 jt
Sn = a + (n – 1)b
1.370 = 200 + (n – 1)130
1.370 = 200 + 130n – 130
1.300 = 130 n, n = 10
Penerimaan sebesar Rp 1.370.000.000 diterima pada tahun
kesepuluh
Model Bunga Majemuk
Model bunga majemuk merupakan penerapan deret
ukur dalam kasus simpan pinjam dan kasus investasi.
Dengan model ini biasanya dapat dihitung misalnya:
besarnya pengembalian kredit di masa datang
berdasarkan tingkat bunganya. Atau sebaliknya untuk
mengukur nilai sekarang dari suatu jumlah hasil
investasi yang akan diterima di masa akan datang.
Jika misalnya Modal pokok sebesar p dibungakan secara
majemuk dengan suku bunga pertahun setingkat i,
maka jumlah akumulatif modal tersebut dimasa datang
setelah n tahun (Fn), dapat dihitung sebagai berikut:
Dengan demikian jumlah dimasa datang dari suatu
jumlah sekarang adalah :
P = jumlah sekarang
Fn = Jumlah pada tahun ke n
F P (1 i ) n
i n= tingkat bunga pertahun
n = Jumlah tahun
Dalam rumus diatas tersirat bunga dibayarkan satu kali
dalam setahun, Apabila bunga diperhitungkan
dibayarkan lebih dari satu kali (misalnya m kali,
masing-masing i/m pertermin) dalam setahun maka
jumlah masa datang menjadi :
i mn
Fmn P(1 ) Pembayaran bunga
= Frekuensi
m
dalam setahun
Suku (1+i) dan (1 + i/m) dalam dunia bisnis dinamakan
“faktor bunga majemuk” (compounding interest
faktor), yaitu suatu bilangan lebih besar dari 1 yang
dapat dipakai untuk menghitung jumlah di masa
datang dari suatu jumlah sekarang
Dari rumus diatas, dengan perhitungan matematis,
dapat pula dihitung besarnya nilai sekarang apabila
yang diketahui jumlahnya di masa datang. Nilai
sekarang (persent value) dari suatu jumlah uang
tertentu dimasa datang adalah :
1
P atau .Fn P 1
(1 i / m ) mn
.Fn
(1 i ) n
Suku 1 /(1 i ) n dan1 /(1 i / m) mn dinamakan “faktor
diskonto” (discount factor), yaitu bilangan lebih kecil
dari 1 yang dapat dipakai untuk menghitung nilai
sekarang dari suatu jumlah di masa datang.
1
P .532.400 400.000
(1 0,1) 3
= 2.305.359
Soal
1. Di kota A pada tahun 2000 total penduduknya sebesar
2.000.000 jiwa dan menurut historis perhitungan tingkat
pertumbuhan penduduk sebesar 2% pertahun.
Berapakah total penduduk di kota A pada tahun 2004
dan 2009?
2. Sebuah dealer sepeda motor baru setahun membuka
usahanya Bulan pertama stok persediaan sepeda motor
10 buah. Pada akhir tahun dievaluasi ternyata rata-rata
jumlah permintaan sepeda motor sebanyak 7 buah.
Berapakah jumlah stok persediaan bulan ketujuh, berapa
total persediaan sepeda motor pada tahun pertama?
3. Tuan Abdurrahman kredit mobil Toyota Innova
dengan uang muka Rp 50.000.000,- sisanya kredit
yaitu Rp 200.000.000,- dengan suku bunga kredit 2%
perbulan dalam jangka waktu 3 tahun.
a. Berapakah total kredit setelah jatuh tempo
pelunasan?
b. Berpakah total harga perolehan mobil Toyota Innova
Tuan Abdurrahman?