Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

KONSEP DASAR ASMA

DOSEN PENDAMPING

Ns. Andi Mursyidah, M.Kes


DISUSUN OLEH

KELAS B

KELOMPOK 4

Wahyudin N. Hasan 841419044


Retno Wulan Sutantio Rahim 841419086
Nurafni Biga 841419083
Sukma Ranti Pulumoduyo 841419051
Zulqamaria Agustina A. Lamusu 841419076
Fadila Aulia Matoka 841419080
Fitriyani Gani 841419050
Fajrah Abas 841419069

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah I ”KONSEP DASAR ASMA”.

Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini khususnya kepada Ns. Andi
Mursyidah, M.Kes selaku dosen pendamping.

Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak kami harapkan.

Gorontalo, 16 Oktober 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
KONSEP MEDIS...............................................................................................................1
A. Definisi...................................................................................................................1
B. Etiologi...................................................................................................................1
C. Maninfestasi Klinis.............................................................................................2-3
D. Patofisiologi/Patomekanisme..............................................................................3-4
E. Klasifikasi..............................................................................................................4
F. Prognosis................................................................................................................4
G. Pemeriksaan penunjang.......................................................................................4-5
H. Penatalaksanaan..................................................................................................5-6
I. Komplikasi..........................................................................................................6-7
J. Pencegahan.............................................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
KONSEP KEPERAWATAN.............................................................................................8
A. Pengkajian.........................................................................................................8-16
B. Pathway................................................................................................................17
C. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................18
D. Rencana Intervensi Keperawatan....................................................................19-30
E. Implementasi Keperawatan.............................................................................31-40
F. Evaluasi...........................................................................................................31-40
G. Dokumentasi.........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................iii

ii
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Definisi asma menurut beberapa ahli antara lain :
1. Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara (Nurarif, 2012).
2. Asma merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran nafas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat
menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak nafas, dan dada terasa berat terutama
pada malam hari yang pada umumnya bersifat reversible baik dengan atau
tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009).

B. Etiologi
Sebagai pemicu timbulnya serangan serangan dapat berupa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu,
tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat),
makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji bijian, tomat) obat
(aspirin) kegiatan fisik (olah raga berat, tertawa terbahak-bahak), dan emosi
(Nurarif, 2012).
Menurut Andra & Yessi (2013) etiologi asma di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang di sebabkan oleh alergen yang di ketahui masanya sudah
terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu
halus, binatang dan debu.
2. Asma intrinsik/idopatik
Asma yang tidak di temukan factor pencetus yang jelas, tetapi adanya
factor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi yang sering
memicu serangan asma. Asma ini sering muncul atau timbul sesudah usia 40
tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang traceobronkial.
3. Asma campuran
Asma yang terjadi atau timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik.
1
C. Manifestasi Klinis
Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak di
dada, di sertai dengan pernafasan lambat, mengi dan laborius. Ekspirasi selalu
lebih susah dan panjang di bandingkan dengan inspirasi, yang mendorong pasien
untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan. Jalan
nafas yang tersumbat akan menyebabkan dispnea, batuk awalnya susah dan
kering, tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat.
Selain itu juga terdapat tanda-tanda seperti takikardi,.
Serangan asma dapat berlangsung sekitar 30 menit sampai dengan beberapa
jam dan dapat hilang dengan spontan. Meski serangan asma jarang yang fatal
tetapi sering terjadi reaksi kontineu yang lebih berat, yang di sebut asmatikus.
Kondisi ini yang dapat mengancam hidup. Serangan asmatik dapat terjadi secara
periodik setelah pemajanan terhadap alergen, seperti obat-obat tertentu, latihan
fisik yang berlebih dan kegairahan emosional (Andra & Yessi, 2013).

Tanda dan gejala asma

Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di
timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak
napas/susah bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau mengi), dispnea, dan
gangguan tidur karena batuk atau sesak napas. Gejala ini terjadi secara reversibel
dan episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2011). Gejala asma dapat diperburuk
oleh keadaan lingkungan, seperti berhadapan dengan bulu binatang, uap kimia,
perubahan temperature, debu, obat (aspirin, beta-blocker), olahraga berat, serbuk,
infeksi sistem respirasi, dan asap rokok (GINA, 2004). Gejala asma dapat menjadi
lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga
bertambahnya gejala terhadap distress pernapasan yang di biasa dikenal dengan
Status Asmaticus (Brunner & Suddarth, 2011). Status Asmatikus yang dialami
penderita asma dapat berupa pernapasan whizing, ronchi ketika bernapas (adanya
suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan
labored (pepanjangan ekshalasi), perbesaran vena leher, hipoksemia, respirasi
alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea.
Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara whizing dapat hilang dan
biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2011).
Begitu bahayanya gejala asma (Dahlan, 1998). Gejala asma dapat mengantarkan

2
penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat penting sekali penyakit
ini dikontrol dan di kendalikan untuk kepentingan keselamatan jiwa penderitanya
(Sundaru, 2008; Dahlan, 1998).

D. Patofisiologi/patomekanisme
Mekanisme perjalanan penyakit asma bronkhial adalah individu dengan
asma yang mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan. Antibodi
yang di hasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan
ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi,
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,
brakidinin dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat.
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar
jalan nafas, bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan
mukus yang sangat banyak (Smeltzer & Bare, 2008).
Sistem saraf otonom mempersaraf paru. Tonus otot bronkial di atur dalam
impuls saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idopatik atau non
alergi ketika ujung saraf pada jalan nafas di rangsang oleh saraf faktor seperti
infeksi, latihan dingin, merokok, polusi, emosi. Jumlah asekitolin yang di
lepaskan meningkat. Pelepasan asetilkotin ini secara langsung menyebabkan
bronkostriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang di bahas di
atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon
parasimpatis.
Setelah pasien terpajan alergen atau penyebab atau faktor pencetus, segera
akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus beridiri atau duduk
dan berusaha penuh menggerakan tenaga untuk bernafas. Kesulitan utama terletak
pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama
inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkhiolus yang
sempit mengalami edema dan terisi mukus yang dalam keadaan normal akan
berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat ekspirasi.
Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi
hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang
merupakan ciri khas penyakit asma, sewaktu pasien berusaha memaksakan udara
keluar. Serangan asma saat udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat
berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti dengan batuk produktif

3
dengan sputum berwarna keputih-putihan (Padila, 2012). Asma yang timbul
akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasanya terjadi pada malam
hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul
dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur (Amin Huda Nurarif &
Hardhi Kusuma, 2015)

E. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2012) asma di bedakan menjadi 2 jenis yaitu asma
bronchial dan asma kardial :
1. Asma bronchial
Penderita asma broncial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu, bulu binatang, asap dan bahan lainya yang
menyebabkan alergi. Gejala kemunculnnya sangat mendadak sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Apabila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa terjadi. Gangguan asma bronkial
bisa di sebabkan karena adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot
polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan
lendir yang berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang di sebabkan karena adanya kelainan organ jantung.
Gejalanya biasanya terjadi pada malam hari saat sedang tidur, di sertai dengan
adanya sesak napas yang hebat biasa di sebut nocturnal paroxymul.

F. Prognosis
Prognosis asma umumnya baik apabila terkontrol. Apabila asma tidak
terkontrol, maka dapat timbul komplikasi seperti penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK). (Gibson, 2014)

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nirmalasari, 2017) pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Sinar X (ro.torak): terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diagprama
mendatar.
4
b. Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat kompilkasi, maka
kelainan yang di dapat adalah sebagai berikut :
Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak dihilus akan
bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka
terdapat gambaran infiltrate pada paru bila terjadi pneuomonia
mediastinum pneumotoraks, dan pneumoperikadium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. Hasil pemeriksaan elektro
kardiografi. Perubahan aksis jantung yakni pada umumnya terjadi reighate
axsis defiasi dan clok wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi
jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right Bundle Branch Block) tanda-tanda
hipokasemia, yakni terdapatnya sinus tacikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
c. Tes fungsi paru
1) Menentukan penyebab dyspnea
2) Volume residu meningkat
3) FEV1/ FVC: rasio volume respirasi kuat dan kapasitas vital.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. GDA
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada fase awal
seragam, terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO2<mmHg) Kemudian
pada stadium yang lebih berat PaCO2 justru mendekati normal sampai
normokapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat terjadi hiperkapnia
(PaCO2 ≥45 mmHg), hipoksemia, dan asidosis respiratorik (Sundaru,
2001).
b. PaCO2 normal/menurun
c. pH normal/meningkat (7,38 – 7,42)
d. Sputum(lab): menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa
disertai infeksi.

H. Penatalaksanaan
5
Menurut Nurarif (2015) tujuan utama penatalaksanaan asma adalah
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar orang yang mempunyai
penyakit asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Program penatalaksanaan asma menurut Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI) meliputi 7 komponen, yaitu :
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiliti dan mortaliti. Edukasi
tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai faktor antara lain:
a) Gejala dan berat asma berubah sehingga membutuhkan perubahan terapi.
b) Pejanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya.
c) Daya ingat (memori) dan motifasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus.
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang. Penatalaksanaan
asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka yang panjang terdapat 2 hal yang penting
di perhatikan yaitu :
a) Tidak lanjut (follow-up) teratur
b) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a) Meningkatkan kebugaran fisik
b) Berhenti atau tidak merokok
c) Lingkungan kerja yang berpotensi dalam menimbulkan asma

I. Komplikasi
6
Menurut surandro, (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada asma bronkial
apabila tidak segera ditangani, adalah :
1. Dispnea
2. Bronkhitis
3. Fraktur iga (patah tulang rusuk)
4. Pneumotoraks (penimbunan udara pada rongga dada disekeling paru yang
menyebabkan paru-paru kolaps)
5. Pneumodiastinum penimbunan dan emfisema subkitus
6. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
7. Atelektasis

J. Pencegahan
Upaya pencegahan asma dapat dibedakan menjadi 3, dengan cara
1. Pencegahan primer
Ditunjukkan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan resiko asma
(orang tua asma), dengan cara :
 pengindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembangan bayi/ anak
 diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan/ dengan syarat diet tersebut tidak
menggangu asupan janin
 pemberian asi eksklusif sampai usaia 6 bulan
 diet hipoalergenik ibu menyusui
2. Pencegahan sekunder
Ditunjukan untuk mencegah imflamasi pada anak yang terlah
tersentisusasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen
dalam ruangan terutama tungai debu rumah
3. Pencegahan tersier
Ditunjukkan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah
menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multisenter yang
dikenal dengan nama ETAC study (early treatment of atopic children)
mendapatkan bahwa pemberian setirizin 18 bulan pada anak atopi dengan
dermatitis atopi dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (pollen) dan tungaw
debu rumah menurunkan kejadian asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan

7
bahwa pemberian seterizin pada penelitian ini sebagai pengendali asma
(controller).

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di
lakukan secara akurat dan sistematis untuk menentukan status kesehatan,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat di peroleh
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), asuhan keperawatan dengan asma
meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, ras, dll
b. Informasi dan diagnosa medik yang penting
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu: pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis
pada ujung jari.
e. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu dan tidak bergairah,
pucat, tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan
nafas.
2) Sesak setelah melakukan aktivitas/ menghadapi suatu krisis
emosional.
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu.
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.

8
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga (+) asma
2) Riwayat keluarga (+) menderita penyakit alergi, seperti rinitis
alergi, sinustis, dermatitis, dll.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi
duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
4) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar,
lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis,
skoliosis, dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
6) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung pernapasan
diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
7) Kelainan pada bentuk dada. Observasi kesemetrian pergerakan
dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
8) Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama inspirasi,
yangdapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keaadaan
kulit,dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : mata, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara
c. Perkusi . Suara perkusi normal.:

9
1) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringanparu normal.
2) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas
bagianjantung, mamae, dan hati.
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang
berisiudara. Suara perkusi abnormal : a) Hiperrsonan
(hipersonor) :berngaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbulpada bagian paru yang berisi darah. b) Flatness : sangat
dullness.Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat didengar
pada perkusidaerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi
jaringan.
d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal), dan suara.
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, , pleural friction rub, dan
crackles.
3. Data dasar pengkajian klien
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala:
1) Keletihan, kelelahan, malaise
2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernafas
3) Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
4) Dispnea pada saat istirahat, aktivitas, dan hiburan
b. Sirkulasi
Gejala: pembengkakan pada ekstremitas bawah
c. Integritas ego
Gejala:
1) Peningkatan faktor resiko
10
2) Perubahan pola hidup
d. Makanan dan cairan
Gejala:
1) Nafsu makan menurun
2) Ketidakmampuan untuk makan

e. Pernafasan
Gejala:
1) Bradikardi, dada rasa tertekan dan disnea
2) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan
Tanda:
1) Takikardi, fase ekspirasi biasanya memanjang
2) Penggunaan otot bantu pernafasan
3) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau
tidak adanya bunyi nafas
f. Keamanan
Gejala : riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat
g. Seksualitas
Penurunan libido
b. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data
subjektif dan data objektif.

Tabel: Analisa Data


PERMASALAHAN ETIOLOGI SYMPTOMP
Gejala dan Tanda Mayor Infeksi, Polusi udara, Bersihan Jalan Napas
DS: Tidak Efektif
Inhalasi alergen
(D.0001)
1. Sesak napas
2. Batuk berlendir
Masuk saluran
DO :
pernapasan
1. Batuk tidak efektif

11
atau tidak mampu Iritasi mukosa saluran
batuk pernapasan
2. Sputum berlebih/
obstruksi di jalan Peningkatan dan
napas / mekonium di penebalan pernapasan
jalan napas (pada
neonatus) Obstruksi saluran
3. Mengi, wheezing pernapasan
dan/atau ronkhi
kering Suplai O2 menurun

Gejala dan Tanda Minor Dispnea


DS:
1. Dispnea Peningkatan Produksi
2. Sulit bicara sekret
3. Ortopnea
DO: Batuk tidak efektif
1. Gelisah
2. Sianosis
Bunyi napas tambahan
3. Bunyi napas menurun
(ronkhi, mengi, wheezing
4. Frekuensi napas
berubah
Bersihan Jalan Napas
5. Pola napas berubah
tidak Efektif

Gejala dan Tanda Mayor Infeksi, Polusi udara, Gangguan


Pertukaran Gas
Inhalasi alergen
DS: (D.0003)
1. Dispnea
DO:
Masuk saluran
1. PCO2
meningkat/menurun pernapasan
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri Iritasi mukosa saluran
meningkat/menurun
5. Bunyi napas pernapasan

12
tambahan

Gejala dan Tanda Minor Peningkatan dan


penebalan pernapasan
DS:
1. Sesak napas
Obstruksi saluran
DO:
1. Sianosis pernapasan
2. Pola napas abnormal
(cepat/lambat)
Suplai O2 menurun

Dispnea

Penurunan ventilasi

PCo2 meningkat, PO2


menurun

Pola napas abnormal

Takikardia

PH meningkat

Gangguan Pertukaran
Gas

Gejala dan Tanda Mayor Infeksi, Polusi udara, Pola Napas Tidak
Efektif (D.0005)
Inhalasi alergen
DS:
1. Dispnea
Masuk saluran
DO:
1. Penggunaan otot pernapasan
bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi
memanjang Iritasi mukosa saluran

Gejala dan Tanda Minor pernapasan

13
DS:
1. Ortopnea Peningkatan dan
DO: penebalan pernapasan
1. Ventilasi semenit
menurun
Obstruksi saluran
pernapasan

Suplai O2 menurun

Dispnea

Penurunan ventilasi

Penggunaan otot bantu


napas

Ekspirasi memanjang

Pola Napas Tidak


Efektif

Gejala dan Tanda Mayor Infeksi, Polusi udara, Defisit Nutrisi


(D.0019)
Inhalasi alergen
DS:
1. Nafsu makan
menurun
Masuk saluran
DO: pernapasan
1. Berat badan menurun
minimal 10%
dibawah rentang ideal Iritasi mukosa saluran

Gejala dan Tanda Minor pernapasan

DS:
1. Cepat kenyang setelah Peningkatan dan
makan penebalan pernapasan
2. Kram/nyeri abdomen
DO:
1. Otot menguyah lemah
14
2. Otot menelan lemah Obstruksi saluran
3. Membram mukosa
pernapasan
pucat

Suplai O2 menurun

Dispnea

Nafsu makan menurun

Penurunan masukan oral

Defisit nutrisi

Gejala dan Tanda Mayor Infeksi, Polusi udara, Intoleransi Aktivitas


(D.0056)
Inhalasi alergen
DS:
1. Mengeluh lelah
Masuk saluran
DO:
1. Frekuensi jantung pernapasan
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
Iritasi mukosa saluran
Gejala dan Tanda Minor
pernapasan
DS:
1. Dispnea saat /setelah
aktivitas Peningkatan dan
2. Merasa tidak nyaman penebalan pernapasan
setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Obstruksi saluran
DO:
1. Tekanan darah pernapasan
berubah >20% dari
kondisi istirahat
2. Sianosis Suplai O2 menurun

Dispnea

Sianosis

15
Kelemahan

Intoleransi Aktifitas

Gejala dan Tanda Mayor Infeksi, Polusi udara, Gangguan Pola Tidur
(D.0055)
Inhalasi alergen
DS:
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering
Masuk saluran
terjaga
3. Mengeluh pola tidur pernapasan
berubah
4. Mengeluh istirahat
tidak cukup Iritasi mukosa saluran

DO: pernapasan
Tidak tersedia

Gejala dan Tanda Minor Peningkatan dan


penebalan pernapasan
DS:
1. Mengeluh
kemampuan Obstruksi saluran
beraktivitas menurun
pernapasan
DO:
Tidak tersedia
Suplai O2 menurun

Dispnea

Sering terjadi pada


malam hari

Kebutuhan tidur tidak


efektif

Gangguan pola tidur

16
15
B. Pathway

Infeksi (paramfluenza Polusi udara (asap Inhalasi alergen (debu,


virus, pneumonia, rokok,asap kendraan,uap serbuk-serbuk, dan bulu
mycoplasma) kimia ) binatang)

Masuk saluran pernapasan

Iritasi mukosa saluran pernapasan

Peningkatan dan penebalan pernapasan

Obstruksi saluran pernapasan

Suplai O2 menurun

Dispnea

Penurunan Peningkatan Nafsu makan Sering terjadi


ventilasi Sianosis
Produksi sekret menurun pada malam hari

PCo2 meningkat, Penggunaan otot Batuk tidak Kelemahan Penurunan Kebutuhan tidur
PO2 menurun bantu napas efektif masukan oral tidak efektif
Pola napas Bunyi napas
abnormal Ekspirasi tambahan Intoleransi Defisit nutrisi Gangguan pola
memanjang (ronkhi, mengi, Aktifitas tidur
Takikardia wheezing
Pola Napas
Tidak Efektif Bersihan Jalan
PH meningkat
Napas

Gangguan
Pertukaran Gas

17
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
2. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
3. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
4. Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Cairan dan Nutrisi
5. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
6. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
Kategori : fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat

18
D. Rencana Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL


O
1. Bersihan Jalan Napas Bersihan Jalan napas Manajemen Jalan Napas Observasi :
Tidak Efektif (D.0001) setelah di lakukan tindaka Observasi: 1. Untuk
Kategori: Fisiologis nkeperawatan selama 1. Monitor pola napas (frekuensi, mengetahui
Subkategori: Respirasi 3x24 jam masalah kedalaman, usaha napas) frekuensi dan
Definisi: terhadap bersihan jalan 2. Monitor bunyi napas tambahan kedalaman
Ketidakmampuan napas dapat teratasi (mis. Gurgling, napas klien
membersihkan secret atau dengan indikator : mengi,wheezing,ronkhi kering) 2. Untuk
obstruksi jalan napas untuk 1. Batuk efektif 3. Monitor sputum mengidentifikasi
mempertahankan jalan 2. Produksi sputum (jumlah,warna,aroma) apakah ada
napas tetap paten. menurun bunyi napas
Terapeutik:
3. Frekuensi napas tambahan
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
Gejala dan Tanda Mayor normal 3. Untuk
DS: dengan head-tlit dan chin-lift (jaw-
4. Pola napas normal mengetahui
1. Sesak napas thrust jika curiga trauma servikal)
2. Batuk berlendir apakaha warna
DO : 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
dan jumlah
1. Batuk tidak efektif 3. Berian minum hangat
sputum klien
atau tidak mampu 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
normal atau
batuk 5. Lakukan penghisapan lender

19
2. Sputum berlebih/ kurang dari 15 detik tidak
obstruksi di jalan 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
napas / mekonium penghisapan endotrakeal Terapeutik :
di jalan napas (pada 7. Keluarkan sumbatan bendda padat 1. agar pasien
neonatus) dengan forsep McGill dapat
3. Mengi, wheezing 8. Berikan oksigen, jika perlu menangani rasa
dan/atau ronkhi sesak dengan
Edukasi:
kering tepat dan
1. Anjjurkan asupan cairan
nyaman
2000ml/hari, jika tidak
Gejala dan Tanda Minor 2. agar pasien
kontraindikasi
DS: merasa lebih
2. Ajarkan teknik batuk efektif
1. Dispnea nyaman
2. Sulit bicara Kolaborasi : sehingga
3. Ortopnea 1. Kolaborasi pemberian mengurangi rasa
DO: bronkodilator,ekpektoran,mukolitik sesak
1. Gelisah , jika perlu
2. Sianosis
3. Bunyi napas
menurun
Edukasi :
4. Frekuensi napas

20
berubah 1. agar pasien
5. Pola napas berubah dapat batuk
secara efektif

kolaborasi
1. untukmeredakan
sesak yang
dirasakan pasien
2. untuk
mengeluarkan
sputum

2 Gangguan Pertukaran Gangguan Pertukaran Pemantauam Respirasi Observasi


Gas (D.0003) Gas Observasi 1. Untuk mengetahui
Kategori: Fisiologis setelah di lakukan tindaka 1. Monitor frekuensi, irama, kedalam frekuensi napas
Subkategori: Respirasi nkeperawatan selama dan upaya nafas pasien
Definisi: 3x24 jam masalah 2. Monitor pola nafas seperti 2. Untuk mngetahui
Kelebihan atau kekurangan terhadap gangguan (bradipnea, takipnea, hiperventilasi, adanya pola napas
oksigenasi dan/eliminasi pertukaran gas dapat kussmatul, cheyne-stokes, biot, abnormal pada pasien
karbondioksida pada teratasi dengan indikator : ataksik) 3. Untuk mengetahui
membrane alveolus-kapiler. 1. dyspnea menurun 3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas adanya sumbatan

21
2. PCO2 normal 4. Monitor hasil X-Ray toraks jalan nafas
Gejala dan Tanda Mayor 3. PO2 normal Terapeutik Terapeutik
DS: 4. Nadi normal 1. Atur interval pemantuan respirasi 1. Memposisikan
1. Dispnea 5. pH arteri normal sesuai kondisi pasien pasien dengan posisi
DO: 6. Tidak ada bunyi 2. Dokumentasikan hasil pemantaun nyaman
1. PCO2 napas tambahan edukasi Edukasi
meningkat/menuru Edukasi 1. Untuk
n 1. Jelaskan tujuan dan prosedur menjelaskan tujuan
2. PO2 menurun pemantauan dan prosedur
3. Takikardia 2. Informasikan hasil pemantauan jika pemantauan kepada
4. pH arteri perlu pasien
meningkat/menuru 2. Untuk
n menginformasikan
5. Bunyi napas hasil pemantauan jika
tambahan perlu
Kolaborasi : -
Gejala dan Tanda Minor
DS:
1. Sesak napas

22
DO:
2. Sianosis
3. Pola napas
abnormal
(cepat/lambat)

3 Pola Napas Tidak Efektif Pola Napas Dukungan ventilasi spontan Observasi
(D.0005) setelah di lakukan tindaka Observasi 1. Untuk mengetahui
Kategori: Fisiologis nkeperawatan selama 1. Identifikasi adanya kelelahan otot adanya otot bantu
Subkategori: Respirasi 3x24 jam masalah bantu napas napas atau tidak
Definisi: terhadap pola napas tidak 2. Identifikasi efek perubahan posisi 2. Untuk mengetahui
Inspirasi dan/atau eksiprasi efektif dapat teratasi terhadap status pernapasan status RR dan
yang tidak memberikan dengan indikator: 3. Monitor status respirasi dan Oksigenasi pasen
ventilasi adekuat 1. Pasien sudah tidak oksigenasi (Mis. Frekuensi dan Terapeutik
terasa sesak kedalaman napas,penggunaan otot 1. Untuk membuat
Gejala dan Tanda Mayor 2. Pasien sudah tidak bantu napas, bunyi napas tambahan, pasien dalam posisi
DS: menggunakan otot saturasi oksigen) nyaman
1. Dispnea bantu pernapasan Terapeutik 2.Untuk mengurangi
3. Fase ekspirasi normal 1. Pertahankan kepatenan jalan napas sesak pada pasien
DO: 2. Berika posisi semi fowler atau fowler Edukasi

23
1. Penggunaan otot bantu 3. Fasilitasi mengubah posisi senyaman 1.Agar pasien
pernapasan mungkin mengetahui teknik
2.Fase ekspirasi 4. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan melakukan napas
memanjang ( mis. Nasal kanul, masker wajah, dalam
masker rebreathing atau non 2. Agar pasien dapat
Gejala dan Tanda Minor rebhreathing) mengubah posisi
DS: Edukasi nyaman secara
1. Ortopnea 1. Ajarkan melakukan teknik relaksasi mandiri
DO: napas dalam Kolaborasi
1. Ventilasi semenit 2. Ajarkan mengubah posisi secara 1. Untuk mengobati
menurun mandiri secara
Kolaborasi farmakologi
1. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika perlu
4 Defisit Nutrisi (D.0019) Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisis Observasi
Kategori : Fisiologis setelah di lakukan Observasi 1. Untuk
Subkategori : Nutrisi dan tindakan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi mengetahui status
cairan selama 3x24 jam 2. Monitor asupan makanan nutrisi pasien
Definisi: masalah terhadap deficit 3. Monitor berat badan 2. Untuk
Asupan nutrisi tidak cukup nutrisi dapat teratasi 4. Monitor hasil pemeriksaan mengetahui berat

24
untuk memenuhi kebutuhan dengan indikator : laboraturium badan ideal
metabolisme 1. nafsu makan Terapeutik pasien
meningkat 1. lakukan oral hygniene sebelum Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor 2. berat badan ideal makan,jika perlu 1. Agar area mulut
DS: 3. kram/nyeri abdomen 2. Sajikan makanan sacara menarik pasien bersih
1. Nafsu makan menurun dan suhu sesuai 2. Agar kecukupan
menurun 4. kekuatan otot 3. Berikan makanan tinggi serat untuk nutrisi pasien
DO: mengunyah mencegah konstipasi terpenuhi
1. Berat badan meningkat 4. Berikan makanan tinggi kalori dan Edukasi
menurun minimal 10% 5. kekuatan otot tinggi protein 1. Untuk membuat
dibawah rentang ideal meningkat 5. Berikan sublemen makanan,jika pasien dalam
6. warna membran perlu posisi nyaman
Gejala dan Tanda Minor mukosa normal. Edukasi Kolaborasi
DS: 1. Anjurkan posisi duduk,jika mampu 1. Melakukan
1. Kram/nyeri abdomen 2. Ajarkan diet yang di programkan kolaborasi dengan
DO: ahli gizi untuk
1.Otot menguyah lemah mengetahui angka
2.Otot menelan lemah kecukupan gizi
3.Membram mukosa pucat Kolaborasi pasien
1. Kolaborasikan pemberian medikasi

25
sebelun makan (mis.pered
nyeri,antiemetik) jika perlu
2. Kaloborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan jika perlu
5 Gangguan Pola Tidur Pola tidur Dukungan Tidur Observasi :
(D.0055) setelah di lakukan tindaka Observasi: 1. Untuk
Kategori : fisiologis nkeperawatan selama 1. identifikasi pola aktifitas dan tidur mengidentifikasi
Subkategori: 3x24 jam masalah 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur pola aktifitas dan
Aktivitas/Istirahat
terhadap gangguan pola (fisik,dan/atau psikologis) tidur
Definisi: tidur dapat teratasi 3. Identifikasi makanan dan minuman 2. Untuk mengetahui
Gangguan kualitas dan dengan indikator: yang mengganggu tidur (mis. Kopi, faktor pengganggu
kuantitas waktu tidur akbat 1. keluhan sulit tidur the , alcohol, makan mendekati tidur
faktor eksternal. menurun tidur, minum banyak air sebelum
Terapeutik :
2. keluhan sering terjaga tidur)
1. Agar pasien
menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
nyaman
3. pola tidur teratur dikonsumsi
2. agar pasien dapat
Gejala dan Tanda Mayor 4. istirahat cukup
Terapeutik: beristirahat dengan
DS: 5. tidak merasa sesak saat
1. Modifikasi lingkungan (mis. aman
1. Mengeluh sulit tidur beraktivitas
Pencahayaan, kebisingan,suhu,

26
2. Mengeluh sering 6. kemampuan matras,dan tempat tidur) Edukasi :
terjaga beraktivitas meningkat 2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 1. Agar pasien
3. Mengeluh pola tidur 7. tidak merasa lelah 3. Fasilitasi menghilangkan stress dapat
berubah 8. tekanan darah normal sebelum tidur menghindari
4. Mengeluh istirahat 9. tercukipnya oksigen 4. Tetapkan jadwal tidur rutin makanan yang
tidak cukup dalam tubuh 5. Lakukan prosedur untuk dapat
DO: 1. meningkatkan kenyamanan (mis. mengganggu
Tidak tersedia Pijat, pengaturan posisi, terapi tidur
akupresur) 2. Agar pasien
Gejala dan Tanda minor 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat mngetahui faktor
DS: dan/atau tindakan yang menunjang yang
1.Dispnea saat siklus tidur-terjaga mengganggu
/setelah aktivitas
Edukasi: Kolaborasi
2.Merasa tidak
1. Anjurkan hindari makan/minum 1. Agar pasien
nyaman setelah
yang mengganggu tidur mengetahui
beraktivitas
2. Anjurkan menggunakan obat tidur faktor yang
3.Merasa lemah
yang tidak mengandung supresor menyebabkan
DO:
terhadap tidur REM gangguan tidur
1. Tekanan darah
3. Ajarkan faktor-faktor yang 2. Agar pasien
berubah >20% dari

27
kondisi istirahat berkonstribus terhadap gangguan mengetahui
2. Sianosis pola tidur (mis. Psikologis, gaya makanan yang
hidup, sering berubahshift bekera) dapat
7. Ajarkan relaksasi otot autogenic mengganggu
atau cara nonfarmakologi lainnya tidur

6 Intoleransi Aktivitas Toleransi aktivitas Menajemen Energi Observasi :


(D.0056) setelah di lakukan Observasi: 1. Untuk
Kategori : Fisiologis tindakan keperawatan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh mengetahui
Subkategori : selama 3x24 jam masalah yang mengakibatkan kelelahan faktor yang
Aktivitas/Istirahat terhadap intoleransi 2. Monitor kelelahan fisik dan menyebabkan
Definisi: aktivitas dapat teratasi emosional intoleransi
Ketidakcukupan energy dengan indikator: 3. Monitor pola tidur dan jam tidur aktifitas
untuk melakukan aktivitas 1. Sudah tidak mengeluh 4. Monitor lokasi dan ketidak
sehari – sehari lelah nyamanan selama melakukan
2. Frekuensi jantung aktifitas
Gejala dan Tanda Mayor normal
Terapeutik: Terapeutik :
DS: 3. Tidak merasa sesak
1. Sediakan lingkungan nyaman dan 1. Untuk membuat
1. Mengeluh lelah setelah aktivitas
rendah stimulus ( mis. pasien lebih
DO: 4. .kemampuan
Cahaya,suara,kunjungan) nyaman
1. Frekuensi jantung beraktivitas meningkat

28
meningkat >20% 5. sudah tidak merasa 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif Edukasi :
dari kondisi istirahat lemah dan/atau aktif 1. Agar pasien dapat
6. tekanan darah normal 3. Berikan aktivitas distraksi yang mengetahui strategi
Gejala dan Tanda Minor i. menenangkan koping untuk
DS: 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, mengatasi
1. Dispnea saat /setelah jika tidak dapat berpindah atau kelelahan
aktivitas berjalan
Kolaborasi :
2. Merasa tidak nyaman
Edukasi: 1. Agar asupan gizi
setelah beraktivitas
1. Anjurkan tirah baring pasien dapat
3. Merasa lemah
2. Anjurkan melakukan aktivitas tecukupitercukupi
DO:
secara bertahap
1. Tekanan darah
3. Anjurkan hubungi perawat jika
berubah >20% dari
tanda dan gejala kelelahan tidak
kondisi istirahat
berkurang
Sianosis
4. Ajarkan strategi koping unruk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

29
cara meningkatkan asupan makanan

E. Implementasi Keperawatan

No. HARI/TANGGAL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVELUASI


Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif (D.0001)  Memonitor pola napas (frekuensi,

30
kedalaman, usaha napas)
 Memonitor bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling,
mengi,wheezing,ronkhi kering)
 Memonitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
 Memertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tlit dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma
servikal)
 Memposisikan semi-fowler atau
fowler
 Memberikan minum minuman
hangat
 melakukan fisioterapi dada, jika
perlu
 Melakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
 Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan endotrakeal

31
 Mengeluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
 Memberikan oksigen, jika perlu
 Menganjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Mengjarkan teknik batuk efektif
 Melakukan kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekpektoran,mukolitik
, jika perlu

Gangguan Pertukaran Pemantauam Respirasi


Gas (D.0003)  Memonitor frekuensi, irama,
kedalam dan upaya nafas
 Memonitor pola nafas
seperti (bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmatul,
cheyne-stokes, biot, ataksik)
 Memonitor adanya
sumbatan jalan nafas

32
 Memonitor hasil X-Ray
toraks
 Mngatur interval pemantuan
respirasi sesuai kondisi
pasien
 Mendokumentasikan hasil
pemantaun edukasi
 Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 8. Menginformasikan hasil
pemantauan jika perlu
Pola Napas Tidak Efektif Dukungan ventilasi spontan
(D.0005)  mengidentifikasi adanya kelelahan
otot bantu napas
 mengidentifikasi efek perubahan
posisi terhadap status pernapasan
 Memonitor status respirasi dan
oksigenasi (Mis. Frekuensi dan
kedalaman napas,penggunaan otot
bantu napas, bunyi napas tambahan,

33
saturasi oksigen)
 Mempertahankan kepatenan jalan
napas
 Memberikan posisi semi fowler
atau fowler
 Memfasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
 Memberikan oksigenasi sesuai
kebutuhan ( mis. Nasal kanul,
masker wajah, masker rebreathing
atau non rebhreathing)
 mengajarkan melakukan teknik
relaksasi napas dalam
 mengajarkan mengubah posisi
secara mandiri
 melakukan kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika perlu
Defisit Nutrisi (D.0019) Manajemen Nutrisi
 mengidentifikasi status nutrisi
 Memonitor asupan makanan

34
 Memonitor berat badan
 Memonitor hasil pemeriksaan
laboraturium
 melakukan oral hygniene sebelum
makan,jika perlu
 menyajikan makanan sacara
menarik dan suhu sesuai
 memberikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 memberikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
 memberikan sublemen
makanan,jika perlu
 menganjurkan posisi duduk,jika
mampu
 mengajarkan diet yang di
programkan
 melakukan Kolaborasi pemberian
medikasi sebelun makan (mis.pered

35
nyeri,antiemetik) jika perlu
 2. melakukan kaloborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang di
butuhkan jika perlu
Intoleransi Aktivitas Menajemen Energi
(D.0056)  Mengidentifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
 Memonitor kelelahan fisik dan
emosional
 Memonitor pola tidur dan jam tidur
 Memonitor lokasi dan ketidak
nyamanan selama melakukan
aktifitas
 Menyediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus ( mis.
Cahaya,suara,kunjungan)
 Melakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif

36
 Memberikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Memfasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
 Menganjurkan tirah baring
 Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Menganjurkan hubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Mengajarkan strategi koping unruk
mengurangi kelelahan
 Melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Gangguan Pola Tidur Dukungan Tidur
(D.0055)  Mengidentifikasi pola aktifitas dan
tidur
 Mengidentifikasi faktor

37
pengganggu tidur (fisik,dan/atau
psikologis)
 Mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur
(mis. Kopi, the , alcohol, makan
mendekati tidur, minum banyak air
sebelum tidur)
 Mengidentifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
 Memodifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan,suhu,
matras,dan tempat tidur)
 Membatasi waktu tidur siang, jika
perlu
 Memfasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
 Menetapkan jadwal tidur rutin
 Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis.
Pijat, pengaturan posisi, terapi

38
akupresur)
 Menyesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan yang
menunjang siklus tidur-terjaga
 Menganjurkan hindari
makan/minum yang mengganggu
tidur
 Menganjurkan menggunakan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
 Mengajarkan faktor-faktor yang
berkonstribus terhadap gangguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup, sering berubahshift bekera)
 Mengajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

F. Dokumentasi

39
40
DAFTAR PUSTAKA

Bachrudin. 2016. Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta Selatan: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia

Nirmalasari dan Novita. 2017. Keperawatan Medikal Bedah I tentang Penyakit Asma.
Tasikmalaya : Universitas Muhamadia Tasikmalaya

PPNI. 2017. Standar Diagnosis KeperawatanIndonesia,Edisi 1 CetakanIII. Jakarta:


DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,Edisi 1 CetakanII. Jakarta:


DPP PPNI

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia,Edisi 1 CetakanII. Jakarta: DPP


PPNI

Sasfao. 2019. Jurnal “Asuhan Keperawatan Pada An. M.S dengan Asma Bronchial
Diruang Kenanga Rsud Prof. Dr Wz Johannes Kupang”. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang: Kementrian Kesehatan Republic Indonesia

iii

Anda mungkin juga menyukai