Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULAUN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

1. Konsep Kebutuhan
1.1. Definisi
Oksigen merupakan kebutuahan fisiologis yang paling penting. Tubuh
bergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup
beberapa jaringan, seperti otot skelet, dapat bertahan beberapa waktu tanpa
oksigen melalui metabolisme anaerob, sebuah proses diamana jaringan ini
menyediakan energi mereka sendiri tanpa adanya oksigen , jaringan yang
melakukan hanya metabolisme aerob, prosesnye membentuk energi
dengan adanya oksigen , bergantung secara total pada oksigen untuk
bertahan hidup. Oksigen harus secara adekuat diterima dari lingkungan
kedalam paru-paru, pembuluh darah, jaringan. Pada beberapa titik dalam
kehidupannya , klien beresiko untuk tidak dapat memenuhi kebutuahn
oksigen mereka.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan


untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas bergaia oragan atau sel. (A. Aziz Alimul H. Hal:2)

Oksigen diperlukan untuk menopang kehidupan. Sisitem jantung dan


pernapasan menyediakan kebutuhan oksigen tubuh. Darah teroksigenasi
melalui kemanisme fentilasi, ferpusi dan tranfortasi gas resfirasi. Persarafan
dan regulator kimia mengontrol kecepatan dan kedalaman respirasi dalam
memberikan respons terhadap perubahan kebutuhan oksigen jaringan.
(Patricia A. Potter & Potter, Anne G. Perry hal:2)

1.2. Fisiologi Sistem/fungsi normal sistem pernapasan


Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antra individu dan
lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar
dapat uraikan oleh sel-sel tubuh dan megelurkan CO2 yang dihasilkan oleh
sel.

Sistem pernapasan atas:


1. Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi buu lyang kasar dan
bermuara ke rongga hidung dan rongga yang dilapisi oleh selaput lendir
yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dengan
penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh buu yang ada
dalam ventibulum (bagian rongga hidung), kemudain dihangatkan serta
dilembabkan.
2. Faing
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tengkorak sampai esopagus yang terletak di belakang laring (laringo
faring)
3. Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama lugamen dan membran,
terdiri atas dua lamina yang bersambungan di garis tenngah.
4. Epiglitis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.

Sistem pernapaan bawah:


1. Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tengkorak, memiliki
panjang kurang lebih sembilan seentimeter yang dimulai dari laring
sampai kira-kira ketinggian vetebra torakalis kelima. Trakea tersusun
atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa
cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atass epitelium bersilia yang
dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea
yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih
pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas,
tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bangian
kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
3. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.

1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Oksigenasi


1) Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini
dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neuorotransmiter
(untuk simaptis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh
pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruhi pada bronkhokontriksi) kerana pada
saluran pernapasan terdapat rescptor adrenergik dan rescptor
kolinergik.
2) Hormon dan Obat
Semua hormon termasuk derivat cateckolaminedapat melebarkan
saluran pernapasan obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfas
atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran nafas,
sedangakan obat yang menghambat adrenergik tipa beta (khususnya
beta 2), seperti obat yang tergolong penyakit beta nonselektif, dapat
mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi).
3) Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa penafasan, bulu binatang, serbuk benang sari
bunga, kapuk, makanan, dl. Faktor-faktor ini menyababkan bersin
bila terdapat rangsangan didaerah nasal: batuk bila disaluran
pernapasan bagian atas: bronkhokontriksi pada asma bronkhiale: dan
rehinitis bila terdapat disaluran pernapasan di saluran bernapasan di
bagian bawah.
4) Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia
perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu
adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Seyrelah
anak tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga
brkembang seiring tambahnya usia.
5) Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu.
6) Perilaku
Faktor perilaku yang dapat mengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah
perilaku dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi). Sebagai
contoh, obesitas dapat memengaruhi proses perkembangan paru ,
aktvitas dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan
oksigenasi, merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada
pembuluh darah dll.

1.4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada pernapasan


a) Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen ataupun peningkatan
penggunaan oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya warna
kebiruan pada kulit (sianosis). Secara umum, terjadi hipoksia
disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari
alveoli kedalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan
ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
b) Perubahan pola pernapasan
1. Takipneu, merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih
dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan
atelektaksis atau terjadinya emboli.
2. Bradipneu, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang
dari 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan
penngkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau sedatif.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih
cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan
denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya
kosentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan
adanya infeksi, keseimbangan asam basa, atau gangguan
psikologis. Hipertensi dapat menyebabkan hipokapnea,yaitu
berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal, sehingga
rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.
4. Kusmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang
dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
5. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi
alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai
dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,
atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat
atelektaksis, lumpuhnya otot-otot pernapasan, depresi pusat
pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan
jaringan paru dan toraks, serta penurunan compliance paru dan
toraks. Keadaan demikian akan menyebabkan hiperkapnea yaitu
retensi CO2 dalam tubuh sehingga pCO2 meningkat (akibat
hipoventilasi). Dan mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
6. Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat pernapasan. Hal
ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam
darah/jaringan, kerja berat/berlebihan dan pengarus psikis.
7. Ortofnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang
yang mengalami kongestif paru.
8. Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9. Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai
dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari
keadaan normal,sering di temukan pada keadaan atelektaksis.
10. Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan
cheyne stokes,tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering
dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang
meningkat, trauma kepala , dan lain-lain.
11. Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadinya karena
penyempitan pada saluran pernapasan. Pola ini pada umumnya
ditemukan pada kasus spasme trackea atau obstruksi laring.

c) Obstruksi jalan nafas


obstruksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi
pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara
efektif, dpat di sebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat
penyakit infeksi , imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif
karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA),
efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda Klinis:
1. batuk tidak efektif
2. tidak mampu menegeluarkan sekresi di jalan napas.
3. Suara napas menunjukan adanya sumbatan.
4. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

d) Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun
karbondioksida antara aveoli paru dan sistem vaskular, dapat
disebabkan oleh serkresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit
sistem saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. Terjadinya
gangguan pertukaran gas ini menunjukan kapasitas difusi menurun,
antara lain disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi,
penebalan membran alveolar kapirel, tergantungnya pengangkutan O2
dari paru ke jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia ,
keracunan O2 dan tergantungnya aliran darah.
Tanda Klinis:
1. Dispnea pada usaha napas.
2. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
3. Agitasi.
4. Lelah, letargi
5. Meningkatnya tahanan vaskuler paru.
6. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya pCO2.
7. Sianosis.

2. Rencana Asuhan klien dengan gangguan kebutuhan Oksigenasi


2.1. Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen
meliputi: ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan
(gangguan hidung atau tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi
akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker),
obstruksi nasal (kondidi akibat polip, hipertropi tulang hidung,
tumor dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan
gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari
hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluham nyeri pada
tenggorokan, kenaikan suhu, lemas, akut paru hingga muntah-
muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah, dan adanya
edema.
2.1.2 Pemeriksaan Fisik: data fokus
Pemeriksaan inspeksi paru

Inspeksi Normal Abnormal


Penampilan umum  Pernapasan tenang.  Bibir monyong ketika menghirup
 Duduk atau bangun napas
bersandar tanpa  Tampak resah dan gelisah,
kesulian. condong kedepan dengan tangan
 Kulit stranlusen, atau siku diatas lutut
tampak kering  Kulit : berkeringat, sedikit pucat,
 Bidang kuku merah atau agak kemerahan.
muda  Sianosis : kulit atau membrane
 Membrane mukosa mukosa tampak kebiruan
merah muda dan  Sianosis sentral : akibat
lembab penurunan oksigenasi darah
 Sianosis atau pucat  Sianosis perifer : akibat
dikaji dengan vasokontriksi setempat atau
menetapkan nilai dasar penurunan curah jantung
individual sebelumnya.  Kuku tabuh : perbesaran falang
terminal tanpa nyeri yang
berkaitan dengan hipoksia
jaringan kronis

Trachea  Bagian tengah leher


 Deviasi trachea : pergeseran
tempat baik lateral,
anterior/posterior
 Distensi vena jugularis
 Batuk : kuat/lemah,
kering/basah,
produktif/nonproduktif
 Pembentukan sputum : jumlah,
Frekuensi Eupneu : 12-20 x
warna, bau, konsistensi.
 Takipneu : frekuensi >20x/menit
 Bradipneu : frekuensi
Pola pernapasan  Upaya inspirasi <10x/menit
minimal : paif,
ekspirasi tenang
 Rasio  Hiperpneu : peningkatan
inspirasi/ekspirasi = kedalaman pernapasan
1:2  Pernapasan dengan otot-otot
 Pria : pernafasan aksesorius
diaghfrahma  Apneu : tidak ada pernapasan
 Wanita : pernapasan total
toraks  Biot : irama tidak teratur dengan
periode apneu
 Cheyne-stokes : napas dalam dan
dangkal bersiklus, diikuti dengan
periode apneu
 Kussmaul : pernapasan cepat,
dalam dan teratur
 Paradok : bagian dinding dada
bergerak kedalam selama
inhalasi dan ekhsalasi
 Stridor : bunyi yang terdengar
Konfigurasi thoraks  Tampak simetris
keras, jelas, tidak nyaring selama
 Diameter
inhalasi dan ekhsalasi
antereroposterior (AP)
lebih kecil dari
 Ekspansi dada tidak sama
diameter transversal
 Perkembangan muskular
 Tulang belakang lurus
asimetris
 Scapula pada bidang
 Dada tong : diameter AP
horizontal yang sama
meningkat dalam hubungannya
dengan diameter transversal
 Kifosis : fkesi ekstensif tulang
belakang
 Skoliosis : peningkatan
lengkung lateral
 Letak scapula asimetris

 Pemeriksaan palpasi paru


Palpasi Normal Abnormal
Kulit dan dinding  Kulit tidak nyeri  Kulit lembab atau terlalu kering
dada tekan, lembut hangat  Krepitus-berbunyi yajam ketika
dan kering. kulit di palpasi yang disebabkan
 Tulang belakang dan oleh kebocoran udara dari paru-
iga tidak nyeri tekan paru kedalam jaringan subkutan
 Nyeri tekan setempat

 Simetris, vibrasi  Peningkatan fremitus-akibat


Fremitus ringan teraba pada vibrasi melalui media padat,
dinding dada selama seperti pada tumor paru
bersuara  Penurunan fremitus-akibat
vibrasi melalui peningkatan
ruang dalam dada, seperti pada
pneumotoraks/obesitas
 Fremitus asimetris merupakan
suatu kondisi yang selalu tidak
normal

Ekspansi dada  Ekspansi simetris 3-  Ekspansi kurang dari 3 cm, nyeri


lateral 8 cm atau asimetris

 Pemeriksaan perkusi paru


Perkusi Normal Abnormal
Bidang paru  Bunyi resonan,  Hiperesonan : akan terdengar
tingkat kenyaringan pada pengumpulan udara atau
rendah, menggaung pneumotoraks
mudah terdengar,  Pekak atau datar : terjadi akibat
kualitas sama kedua penurunan udara di dalam paru-
sisi. paru (tumor, cairan)

Gerakan dan posisi  Letak diafragma pada  Posisi tinggi-distensi lambung


diafragma vertebra torakik ke- atau kerusakan saraf frenikus
10.  Penurunan atau tanpa gerakan
pada kedua hemodiafragma
 Setiap
hemidiafragma
bergerak 3-6 cm.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


 Penilaian ventilasi dan oksigenasi :
- uji fungsi paru : lihat pada asma. TLC menurun,
kapasitas inspiratori menurun, dan volume residual
meningkat
- pemeriksaan gas darah arteri : PaO 2 menurun, PaCO2
normal/meningkat, pH normal/asidosis, respiratori
alkolisis ringan sekunder akibat hiperventilasi.
- Oksimetri

 AGD normal :
- PH : 7, 35-7, 45
- PaCO2 : 35-45mmHg
- PaO2 : 80-100 mmHg
- SaO2 : 95-99 %
- Kadar bikarbonat : 22-26 mEq/L
 Tes struktur system pernapasan : sinar-x dada (menunjukan
hiperinflasi paru, pendataran retostrenal ; menurun marking
vasikular/bullae),
 EKG : disritmia atrium, gel P tinggi, memuncak pada lead II,
III, AVF.

2.1.4 Diagnosa Keperawatan yang muncul:


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (0001)
No Diagnosis Intervensi
1 Bersihan jalan Latihan Batuk Efektif
nafas tidak efektif Definisi: Melatih pasien yang tidak
(0001) memiliki kemampuan batuk secara efektif
Definisi: untuk membersihkan laring, trakhea dan
Ketidakmampuan bronkiolus dan sekret atau benda asing di
membersihkan sekret jalan napas
atau obstruksi jalan
napas untuk Observasi:
mempertahankan - Identifikasi kemampuan batuk
jalan napas tetap - Monitor adanya retensi sputum
paten - Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran napas
Gejala dan tanda
mayor - Monitor input dan output cairan (mis.
Subjektif: Jumlah dan karakteristik)
(tidak tersedia)
Terapeutik:
Objektif: - Atur posisi semi fowler atau fowler
- Batuk tidak - Pasang perlak dan bengkok
efektif atau tidak dipangkuan pasien
mampu batuk
- Buang sekret pada tempat sputum
- Sputum
berlebih/
obstruksi di jalan Edukasi:
napas/ - Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
mekonium efektif
dijalan napas - Anjurkan tarik napas dalam melalui
(pada neonatus) hidung selama 4 detik, ditahan selama
- Mengi, 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
wheezing,
dengan bibir mencucu (dibulatkan)
dan/atau ronkhi
kering selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas
Gejala dan tanda dalam hingga 3 kali
minor - Anjurkan batuk dengan kuat langsung
Subjektif:
setelah tarik napas dalam yang ke-3
- Dipsneu
- Sulit bicara
- Ortopnea Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
Objektif: ekspektoran, jika perlu
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas
menurun
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas
berubah

2. Pola napas tidak efektif (0005)


No Diagnosis Intervensi
1 Pola nafas tidak Manajemen jalan napas
efektif (0005) Definisi: mengidentifikasi dan mengelola
Definisi: inspirasi kepatenan jalan napas
dan/atau ekspirasi
yang tidakObservasi:
memberikan - Monitor pola napas (frekuensi,
ventilasi adekuat kedalaman
- Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gejala dan tanda
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
mayor
Subjektif: kering)
Dipsneu - Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Objektif:
- Penggunaan otot Terapeutik:
bantu - Pertahankan kepatenan jalan napas
pernapasan dengan head-thilt dan chin-lift (jaw
- Fase ekspirasi
thrust jika curiga cedera trauma
memanjang
- Pola napas servikal)
abnormal (mis. - Posisikan semi fowler atau fowler
Takipneu, - Berikan minum hangat
bradipneu, - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
hiperventilasi, - Lakukan penghisapan lendir kurang
kussmaul, dari 15 detik
Cheyne-Stokes)
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Gejala dan tanda penghisapan endotrakeal
minor - Keluarkan sumbatan benda padat
Subjektif:
dengan forsep McGill
- Ortopnea
- Berikan oksigen, jika perlu
Objektif:
- Pernapasan Edukasi:
pursed-lip - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
- Pernapasan jika tidak kontraindikasi
cuping hidung - Ajarkan teknik batuk efektif
- Diameter
thoraks anterior-
Kolaborasi:
posterior
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
meningkat
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
- Ventilasi
semenit
menurun
- Kapasitas vital
menurun
- Tekanan
ekspirasi
menurun
- Tekanan
inspirasi
menurun
- Ekskursi dada
berubah

3. Gangguan pertukaran gas (0003)


No Diagnosis Intervensi
1 Gangguan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis
(0003) data untuk memastikan kepatenan jalan
napas dan keefektifan pertukaran gas
Definisi: kelebihan
atau kekurangan Observasi:
oksigenasi dan/atau - Monitor frekuensi, irama, kedalaman
eliminasi dan upaya napas
karbondioksida pada - Monitor pola napas (seperti bradipneu,
membran alveolus-
takipneu, hiperventilasi, Kussmaul,
kapiler
Cheyne-stokes, Briot, ataksik)
Gejala dan tanda - Monitor kemampuan batuk efektif
mayor - Monitor adanya produksi sputum
Subjektif: - Monitor adanya sumbatan jalan napas
Dipsneu - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
Objektif: - Monitor saturasi oksigen
- PCO2 - Monitor nilai AGD
meningkat/menu
- Monitor hasil X-ray toraks
run
- PO2 menurun
- Takikardia Terapeutik:
- pH arteri - Atur interval pemantauan respirasi
meningkat/menu sesuai kondisi pasien
run - Dokumentasikan hasil pemantauan
- bunyi napas
tambahan Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur
Gejala dan tanda
pemantauan
minor
Subjektif: - Informasikan hasil pemantauan, jika
- Pusing perlu
- Penglihatan
kabur Terapi Oksigen
Definisi: memberikan tambahan oksigen
Objektif: untuk mencegah dan mengatasi kondisi
- Gelisah kekurangan oksigen jaringan
- Sianosis
- Diaforesis Observasi:
- Napas cuping - Monitor kecepatan aliran oksigen
hidung - Monitor posisi alat terapi oksigen
- Pola napas - Monitor aliran oksigen secara periodik
abnormal dan pastikan fraksi yang diberikan
(cepat/lambat,
cukup
reguler/ireguler,
dalam/dangkal) - Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
- Warna kulit Oksimetri, AGD), jika perlu
abnormal (mis. - Monitor kemampuan melepaskan
Pucat, kebiruan) oksigen saat makan
- Kesadaran - Monitot tanda-tanda hipoventilasi
menurun
- Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen

Terapeutik:
- Bersihkan sekret pada mulut, hidung,
dan trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas pasien

Edukasi:
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah

Kolaborasi:
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

Daftar Pustaka
Hidayat , A. Aziz Alimul (2012). Kebutuhan dasar manusia: aplikasi
konsep dan kebutuhan proses keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2007). Kebutuhan dasar Manusia : teori &
aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC.
Potter, A.P., & Perry, G. A. (2005). Buku ajar fundamental: konsep, proses,
dan praktik. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Potter, A.P., & Perry, G. A. (2010). Buku ajar fundamental: konsep, proses,
dan praktik. Ed. 7. Jakarta: EGC.
Tamsuri, Anas. (2008) Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan

Indonesia. Jakarta Selatan. DPP PPNI.

Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan

Indonesia. Jakarta Selatan. DDPI.

Anda mungkin juga menyukai