Ada 2 syarat dalam melakukan pendekatan tersebut yaitu pertama hrus ditujukan
kepada perilaku bisnis dari pada situasi pasar, kedua yaitu adanya identifikasi secara
cepat dan mudah mengenai jenis praktik atau batasan perilaku yang terlarang. Meskipun
demikian terdapat juga segi positif atas penerapan per se illegal yaitu:
a. Adanya larangan yang tegas untuk memberikan kepastian hukum pada pelaku
usaha/pengusaha. Apakah perbuatan yang dilakukan oleh pelaku usaha itu
merupakan perbuatan yang sah atau tidak
b. Jika ada suatu yang pasti bagi mereka dalam perbuatan, mereka pada akhirnya
dapat merencanakan atau melakukan kegiatan usaha dengan nyaman dana man
c. Segi positif lainnya jauh jauh hari si pelaku usaha sudah berupaya untuk
mencegah perbuatan yang berpotensi merusak persaingan usaha
d. Penerapan per se illegal ini sejak awal akan memberitahukan kepada si pelaku
usaha perbuatan apa saja yang dilarang, serta menjauhan mereka untuk tidak
mencoba melakukannya
Pendekatan rule of reason adalah pendekatan yang digunakan oleh lembaga otoritas
persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau kegiatan
usaha tertentu, guna menentukan apakah perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat
menghambat atau mendukung persaingan. Pendekatan rule of reason ini memungkinkan
pihak pengadilan melakukan interprestasi terhadapt UU antimonopoly,yang dimana
penerapannya bergantung pada akibat yang ditimbulkan apakah si pelaku usaha tersebut
telah menimbulkan praktik monopoli atau tidak.
Salah satu contoh perkara yang termasuk yaitu putusan KPPU No 7/KPPU-
L/2007 didalam pemeriksaannya tidak menerapkan pasal 27 secara per se illegal namun
dengan rule of reason sehingga putusan diberikan dengan memperhatikan ada tidaknya
dampak tindakan kepemilikian silang tersebut terhadap pasar