Anda di halaman 1dari 2

Nama : Putu Yoga Utama Putra

Nim/ matkul/ kelas : 1704552198/ Hukum Persaingan Bisnis/ Y

A. PENDEKATAN PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PERSAINGAN BISNIS


1. Pendekatan Yuridis
a. Pendekatan Per Se Illegal

Pendekatan per se illegal merupakan pendekatan yang sifatnya sederhana yang


berarti apabila terdapat dugaan pelaku usaha melanggar hukum persaingan usaha maka
peraturan perundang-undangan langsung diterapkan sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan.

Berkaitan dengan proses peradilan, prilaku yang ditetapkan oleh pengadilan


sebagai per se illegal hanya akan dilaksanakan setelah pengadilan memiliki pengalaman
yang memadai terhadap perilaku tersebut seperti bahwa perilaku tersebut hamper selalu
tidak pernah membawa manfaat sosial. Dalam sudut proses administrasi pendekatan
tersebut adalah mudah karena metode ini membolehkan pengadilan untuk menolak
melakukan penyelidikan secara rinci yang biasanya memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang mahal guna mencari fakta di pasar yang bersangkutan.

Ada 2 syarat dalam melakukan pendekatan tersebut yaitu pertama hrus ditujukan
kepada perilaku bisnis dari pada situasi pasar, kedua yaitu adanya identifikasi secara
cepat dan mudah mengenai jenis praktik atau batasan perilaku yang terlarang. Meskipun
demikian terdapat juga segi positif atas penerapan per se illegal yaitu:

a. Adanya larangan yang tegas untuk memberikan kepastian hukum pada pelaku
usaha/pengusaha. Apakah perbuatan yang dilakukan oleh pelaku usaha itu
merupakan perbuatan yang sah atau tidak
b. Jika ada suatu yang pasti bagi mereka dalam perbuatan, mereka pada akhirnya
dapat merencanakan atau melakukan kegiatan usaha dengan nyaman dana man
c. Segi positif lainnya jauh jauh hari si pelaku usaha sudah berupaya untuk
mencegah perbuatan yang berpotensi merusak persaingan usaha
d. Penerapan per se illegal ini sejak awal akan memberitahukan kepada si pelaku
usaha perbuatan apa saja yang dilarang, serta menjauhan mereka untuk tidak
mencoba melakukannya

Terdapat beberapa perjanjian dan kegiatan yang dilarang UU No 5 Tahun 1999


secara per se illegal yaitu perjanjian harga, persengkokolan untuk menghambat
perdagangan, penyalahgunaan posisi dominan, pemboikotan, pemilik saham mayoritas.
Sedangkan perjanjian dan kegiatan yang dilarang secara rule of reasin adalah obligasi ,
perjanjian pembagian wilayah, kartel. Trust, oligopsoni, intergrasi vertical, monopoli,
monopsony dan yang lainnya

b. Pendekatan Rule of reason

Pendekatan rule of reason adalah pendekatan yang digunakan oleh lembaga otoritas
persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau kegiatan
usaha tertentu, guna menentukan apakah perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat
menghambat atau mendukung persaingan. Pendekatan rule of reason ini memungkinkan
pihak pengadilan melakukan interprestasi terhadapt UU antimonopoly,yang dimana
penerapannya bergantung pada akibat yang ditimbulkan apakah si pelaku usaha tersebut
telah menimbulkan praktik monopoli atau tidak.

Menurut A.M.Tri Anggraini ada 3 tahapan yang harus ditempuh untuk


menerapkan pendekatan rule of reason untuk membuktikan adanya kegiatan atau
perjanjian pertama adalah membuat definisi mengenai pasar, kedua adalah membuktikan
pasar geografis, ketiga adalah menentukan dominasi pasar, keempat harus membuktikan
apakah tindakan pelaku usaha itu mendorong atau menghambat atau mematikan pesaing.

Dan berdasarkan ketentuan dalam UU No 5 Tahun 1999 adapun pasal-pasal yang


mengandung ruloe of reason yaitu; Pasal 1 ayat 2 Pasal 4,11,12,13,16,17,18,19,20,26 dan
28 ayat 1, Pasal 7,8,21,22,23,Pasal 9,Pasal 14,Pasal 28 ayat 2 dan pasal 10 ayat 2

Salah satu contoh perkara yang termasuk yaitu putusan KPPU No 7/KPPU-
L/2007 didalam pemeriksaannya tidak menerapkan pasal 27 secara per se illegal namun
dengan rule of reason sehingga putusan diberikan dengan memperhatikan ada tidaknya
dampak tindakan kepemilikian silang tersebut terhadap pasar

Anda mungkin juga menyukai