Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPARAWATAN MATERNITY

HYPEREMESIS GRAVIDARUM

Di susun Oleh:

OTI NOVIANTI

433131490120062

PRODI STUDI PROFESI NERS REGULER


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kharisma Karawang

Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang, Jawa Barat 413116,
Indonesia

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali dalam 24
jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari – hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi ( Mansjoer, 2008).
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan. (Ben-zion, 2010).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil karena
intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester
pertama (Sarwono,2008)

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, Frekuensi kejadian
adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang yang dikemukakan :
a) Faktor organik
karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat kehamilan serta resustensi yang menurunkan dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
janin.
b) Faktor psikologik
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi hamil
atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
c) Faktor endokrin
Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain. (Mansjoer, 2008)

C. Tingkatan dan tanda gejala hiperemesi gravidarum


Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu :
a) Tingkat I ( Ringan )
- Mualmuntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
- Ibu merasa lemah.
- Nafsu makan tidak ada.
- Berat badan menurun.
- Merasa nyeri pada epigastrium.
- Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
- Tekanan darah menurun.
- Turgor kulit berkurang.
- Mata cekung.
b) Tingkat II ( Sedang )
- Penderita tampak lemah dan apatis.
- Turgor kulit mulai jelek.
- Lidah mengering dan tampak kotor.
- Nadi kecil dan cepat.
- Suhu badan naik (dehidrasi).
- Mata mulai ikteris
- Berat badan turun dan mata cekung.
- Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
- Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
c) Tingkat III ( Berat )
- Keadaan umu lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma).
- Dehidrasi berat.
- Nadi kecil, cepat dan halus.
- Suhu meningkat dan tensi turun.
- Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepalopati
wernicke, dengan gejala nigtasmus, diplopia, dan penurunan mental.
- Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.
-
D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi
pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan korbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida bitirik, dan
aseton dalam darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan
homokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik
yang toksit. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan
akibat perdarahan gastrointestinal. (Sarwono, 2008)
E. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan pada organ
tubuh, diantaranya kelainan organ hepar, jantung, otak dan ginjal. Adapun kelainan organ
pada hepar menyebabkan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis; pada jantung
menyebabkan jantung atrofi, kecil dan biasa; pada otak menyebabkan perdarahan bercak
dan pada ginjal menyebabkan pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontroli. (Kusuma,
2015)
F. WOC

Peningkatan hormon vili khriales masuk


psikologis
estrogen dan progesteron kesirkulasi maternal

Peningkatan HCG Stres kurang suport

Penurunan peristaltik gaster

Peningkatan tekanan gaster

Hiperemesis gravidarum

Kehilangan cairan Pengeluaran Sekresi asam lambung Intake nutrisi


yg berlebihan nutrisi berlebihan bikarbanat tidak menurun
seimbangseimbang

Ketidak seimbangan Metabolisme


Penurunan Iritasi mukosa
nutrisi kurang dari tubuh menurun
volume cairan
kebutuhan tubuh
Merangsang
Pemecahan
SSP
Dehidrasi Hemokonsentrasi cadangan protein
dan lemak tidak
Nyeri sempurna
Aliran darah ke
Defisit jaringan menurun
volume cairan Pemecahan
cadangan protein
Penurunan dan lemak tidak
kesadaran sempurna

Resiko ketidak efektifan ketosis


perfusi jaringan cerebral
ketosis

kelemahan

Intoleransi aktifitas
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah,
tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita
hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada
kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH.
Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi
Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda
dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen,
kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya
kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa. (Mochtar, 2008).

H. Penatalaksanaan
a) Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4
bulan.
b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makana dalam
jumlah kecil tapi sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Hindari makanan berminyak
dan berbau lemak.
d. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun terlalu
dingin.
e. Usahakan defekasi teratur.
b) Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak
berkurang diperlukan pengaobatan :
a. Tidak memberikan obat yang teratogen.
b. Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
c. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
d. Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
e. Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokloride atau
khlorpromasin.
c) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap dirumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran
darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja
yang boleh masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan
gejala ini tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan
fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
c. Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambahkan kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena. (Kusama, 2015)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM

A. Pengkajian
a) Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama:biasanya pada pasien dengan HG pasien mual muntah yg hebat
pada pagi hari atau setelah makan, nyeri epigastrik, tidak nafsu makan, merasa
haus
c. Riwayat Obstetri
- Riwayat perkawinan
Meliputi usia pernikahan
- Riwayat kehamilan dan persalinan
meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal, dan komplikasi,
kehamilan sebelumnya pernah mengalami emesis gravidarum maupun hiperemis
gravidarum
- Riwayat menstruasi
Meliputi siklus menstruasi teratur atau tidak teratur
d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan
muntah, kaji warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah
dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi,
kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar
dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, dll
g. Riwayat diet: khususnya intake cairan
h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen
i. Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
b) Pengkajian Data Objektif
Pemeriksaan Head toe toe :
1. Kepala dan rambut
Inspeksi
Penyebaran rambut, warna rambut, warna kulit samakah dengan kulit sekitar,
bagaimana kebersihannya
Palpasi
Adakah nyeri tekan, keadaan rambut klien, benjolan abnormal
2. Hidung
Inspeksi
Melihat ada tidaknya pernafasan cuping hidung, warna kulit dan kesimetrisan
lubang hidung, polip dll
Palpasi
Mengkaji ada tidaknya benjolan abnormal dan nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi
Kesimetrisan telinga dextra dan sinistra, ada tidaknya tanda – tanda inflamasi dan
hygiene telinga
Palpasi
Mengkaji ada tidaknya benjolan abnormal dan nyeri tekan
4. Mata
Inspeksi
Melihat konjungtiva klien anemis/tidak, kesimetrisan dan keadaan sclera klien,
pupil isokor / anisokor, mata cowong atau tidak
Palpasi
Mengkaji adakah nyeri tekan dan benjolan abnormal
5. Mulut, gigi, lidah tonsil dan pharing
Inspeksi
Mengkaji mukosa bibir klien, stomatitis, hygiene lidah dan pembesaran tonsil
Palpasi
Ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal
6. Leher dan tenggorokan
Inspeksi
Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid tanda – tanda inflamasi dan
penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi
Ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal

7. Dada/thorak ( pemeriksaan paru )


Inspeksi
Bentuk, postur dan kesimetrisan ekspansi, serta keadaan kulit, dan untuk melihat
frekuensi pernafasan
Palpasi
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji keadaan kulit dinding dada adanya nyeri
tekan, masa peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil fremitus
Perkusi
Biasanya suara/bunyi pada paru – paru orang normal adalah resonan yang
terdengar dug,dug,dug
Auskultasi
Auskultasi berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkial dan
mengetahui adanya sumbatan aliran udara dengan mendengarkan suara nafas
tambahan ex. Ronchi, wheezing
8. Dada/thorak ( pemeriksaan jantung )
Inspeksi
Mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan ictus kordis misalnya tidak Nampak
pada ICS V midclavikula sinistra namun teraba
Palpasi
ictus kordis nampak pada ICS V midclavikula linea sinistra
Perkusi
Batas kanan atas ICS II linea para sternalis dextra
Batas kanan bawah ICS IV linea para sternalis dextra
Batas kiri atas ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas ICS IV linea midclavikula sinistra
Auskultasi
Normal BJ 1 dan BJ II “lup dup”
9. Dada/thorak ( payudara )
Inspeksi
Keadaan payudara simetris atau tidak, terdapat hiperpigmentasi atau tidak pada
areola mamae, putting mamae menonjol atau tidak
Palpasi
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan , benjolan abnormal atau tidak, bonjolan
abnormal pada palpasi kemungkinan adanya ca mamae
10. Pemeriksaan obdomen
Inspeksi
Untuk mengetahui bentuk, warna, adanya strie serta adakah luka bekas operasi
atau tidak
Auskultasi
Dilakukan untuk mendengarkan DDJ, bising usus
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mendengarkan / mendeteksi adanya gas, cairan atau msa
didalam abdomen
Palpasi
Untuk mengetahui bentuk, ukuran dan konsistensi organ serta struktur di dalam
abdomen
11. Genetalia dan anus
Inspeksi
Penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, perhatikan bila ada tanda kemerahan ,
bengkak nodular, lochea
Palpasi
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan benjolan abnormal pada genetalia
B. Diagnosa keperawatan
a) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea
dan vomitus yang menetap.
b) kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus
dan asupan cairan yang tidak adequat.
c)  Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung, peningkatan asam lambung.
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi sekunder.
e) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan
aliran 02
C. Intervensi keperawatan
a) Dx : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nausea dan vomitus yang menetap.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria hasil :
- Klien mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang adequat.
- Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
- Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.
Intervensi:
1. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak
R/ Dapat menstimulasi mual dan muntah
2. Anjurkan makan sedikit namun sering
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan pertumbuhan janin
3. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah
R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi.
4. Observasi keluhan mual muntah klien
R/ untuk mengetahui frekuensi mual dan intake output klien
5. Pantau TFU dan DJJ
R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan mengakibatkan
kemunduran perkembangan janin
6. Timbang BB tiap hari
R/ penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
b) Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat
vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan
terpenuhi
Kriteria hasil :
- turgor kulit normal
- membran mukosa lembab
- berat badan stabil
- tanda-tanda vital dalam batas normal
- elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin akan berada
dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji status intake dan output cairan
R/ untuk mengetahui jumlah intake dan output cairan pada klien
2. Timbang BB sebelum dan sesudah sakit
R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
3. Kaji turgor kulit
R/ untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan menentukan intervensi selanjutnya
4. Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa
5. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
R/ Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien
6. Kolaborasi dengan laboratorium dalam pemeriksaan elektrolit, serum,
hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin
R/ untuk mengetahui hasil pemeriksaan dan acuan tindakan keperawatan
selanjutnya
c) Dx : Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung, peningkatan asam lambung.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri
hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
- Klien tampak rileks
- Nyeri hilang atau berkurang
- Skala nyeri 1-3
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri
R/ Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan rencana tindakan selanjutnya
2. Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan
R/ Dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal
3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi (nafas dalam)
R/ untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative
R/ Mengurangi muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius FKUI
Mochtar, Rustam. 2008. Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1, Jakarta : EGC
Ben-Zion. 2010.Obstetri Fisiologi. Bandung : Elstar Offset.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi IV Cet. 1. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
Kusama, Hardhi dkk. 2015. Aplikasi Askep NIC NOC. Jilid 2. Jogjakarta : Medi Action

Anda mungkin juga menyukai