Fix 3 PDF
Fix 3 PDF
Bambang Supriyatno
Abstrak: Asma merupakan penyakit respiratorik yang sering dijumpai. Tatalaksana asma dibagi
menjadi dua kelompok yaitu saat serangan asma dan di luar serangan asma. Tujuan tatalaksana
serangan asma adalah menghilangkan hipoksemia dan gejala sesegera mungkin tergantung
derajat serangannya yaitu serangan ringan, sedang, dan berat. Pemberian kombinasi agonis
beta-2 dan ipratropium bromida mempunyai peran pada serangan asma sedang dan serangan
asma berat sedangkan pada serangan asma ringan tidak berbeda dengan pemberian agonis
beta-2 saja. Efek samping pemberian kombinasi beta -2 agonis dan ipratropium bromida
dibandingkan agonis beta-2 sendiri tidak ada perbedaan yang bermakna.
Kata kunci: Kombinasi terapi, serangan asma, anak
Bambang Supriyatno
dan alergi pada pasien atau keluarganya”. Serangan asma adalah obat langsung menuju sasaran, awitannya cepat, dosis
didefinisikan sebagai episode peningkatan yang progresif minimal, dan efek samping minimal.2 Pada serangan asma
(perburukan) dari gejala-gejala batuk, sesak napas, mengi, terjadi keadaan bronkokonstriksi sehingga penanganan awal
rasa dada tertekan atau berbagai kombinasi dari gejala adalah pemberian bronkodilator, selain pemberian oksigen
tersebut.1,2 bila terjadi hipoksemia. Bronkodilator yang digunakan adalah
agonis beta-2 seperti salbutamol, terbutalin, prokaterol, dan
Klasifikasi lain lain. Bronkodilator tersebut harus segera diberikan untuk
Serangan asma dibagi dalam 3 kelompok yaitu serangan
a menghindari dampak hipoksemia lama yang akan meng-
asma ringan, serangan asma sedang, dan serangan asma akibatkan sekuele di kemudian hari.9
berat. 1,2,6 Pembagian itu diperlukan untuk menentukan Pada keadaan tertentu pemberian bronkodilator jenis
tatalaksana selanjutnya. Untuk menentukan klasifikasi agonis beta-2 saja kurang efektif sehingga perlu ditambahkan
tersebut diperlukan beberapa parameter seperti kemampuan jenis bronkodilator lain seperti ipratropium bromida atau
mengucapkan kalimat atau kata, posisi duduk atau berbaring, golongan xanthine.1 Ipratropium bromida adalah suatu
adanya peningkatan usaha napas, sianosis, dan pemeriksaan antikolinergik yang merupakan antagonis kompetitif
penunjang seperti analisis gas darah dan uji fungsi paru asetilkolin yang bekerja dengan cara berikatan di reseptor
(lihat tabel 1).1,2 kolinergik sehingga menghambat efek asetilkolin.10-12 Reseptor
b
Parameter tersebut tidak selalu tepat sehingga sering kolinergik yang dihambat adalah reseptor di otot polos dan
sulit menentukan derajat serangan asma. Sebagai pedoman, kelenjar submukosa sehingga mencegah peningkatan
apabila sulit menentukan derajat serangan maka ditentukan konsentrasi cyclic guanosine monophosphate (cyclic GMP)
derajat yang lebih tinggi. Apabila terdapat kesulitan intraselular yang terjadi akibat interaksi asetilkolin dengan
membedakan serangan asma ringan atau sedang maka reseptor muskarinik pada otot polos bronkus. Dengan
dilakukan penanganan sebagai serangan sedang demikian demikian dapat menghambat kontraksi otot polos dan
pula pada saat kesulitan menentukan serangan sedang atau mengurangi sekresi kelenjar submukosa saluran napas.13,14
berat maka dianggap sebagai serangan berat. Ipratropium bromida merupakan derivat atropin yang
dikenal sebagai kuartener amonium sintetik (lihat gambar 1).
Patofisiologi Serangan Asma Secara makroskopik ipratropium bromida adalah zat kristal
Serangan asma terjadi apabila terpajan alergen sebagai putih, sangat larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol,
pencetus. Pajanan alergen tersebut menyebabkan terjadinya tapi tidak larut dalam pelarut lipofilik seperti eter, kloroform,
bronkokonstriksi, edema dan hipersekresi saluran napas dan flurokarbon.8,15
dengan hasil akhir berupa obstruksi saluran napas bawah
sehingga terjadi gangguan ventilasi berupa kesulitan napas
pada saat ekspirasi (air trapping).1
Terperangkapnya udara saat ekspirasi mengakibatkan
peningkatan tekanan CO2 dan pada akhirnya menyebabkan
penurunan tekanan O2 dengan akibat penimbunan asam laktat
atau asidosis metabolik. Adanya obstruksi juga akan
menyebabkan terjadinya hiperinflasi paru yang meng-
akibatkan tahanan paru meningkat sehingga usaha napas
meningkat. Usaha napas terlihat nyata pada saat ekspirasi
sehingga dapat terlihat ekspirasi yang memanjang atau
wheezing.
Adanya peningkatan tekanan CO2 dan penurunan
tekanan O2 serta asidosis dapat menyebabkan vasokon-
striksi pulmonar yang berakibat pada penurunan surfaktan. Gambar 1. Struktur Kimia Ipratropium Bromida. 8
Penurunan surfaktan tersebut dapat menyebabkan keadaan
atelektasis. Selain itu, hipersekresi akan menyebabkan
terjadinya sumbatan akibat sekret yang banyak (mucous Ipratropium bromida tidak menembus sawar darah otak
plug) dengan akibat atelektasis.1 dan mukosa gastrointestinal sehingga efek sistemiknya mini-
mal, yaitu di bawah 1%. Meskipun ipratropium bromida
Tatalaksana mempunyai efek bronkodilator, tetapi efek bronkodilatasinya
Tatalaksana serangan asma bertujuan untuk meng- lebih lemah dan awitan kerjanya lebih lambat bila di-
hilangkan gejala dan hipoksemia sesegera mungkin.1,7,8 Untuk bandingkan dengan agonis beta-2. Ipratropium bromida
mengatasi hal tersebut maka yang paling tepat adalah mempunyai waktu paruh yang cukup panjang dibandingkan
pemberian obat secara inhalasi. Keuntungan terapi inhalasi dengan agonis beta-2 sehingga penambahan ipratropium
bromida memperpanjang masa kerja obat bronkodilator dibandingkan agonis beta-2 sendiri memberikan hasil yang
secara keseluruhan. Ipratropium bromida sangat jarang lebih baik dalam hal penurunan skor gejala, penurunan uji
digunakan sebagai bronkodilator secara tunggal.16,17 Dengan fungsi paru, dan rerata saturasi oksigen. Hasil metaanalisis
penambahan kedua obat tersebut didapatkan awitan kerja yang dilakukan Rodrigo et al,9 mendapatkan bahwa pemberian
yang cepat dan masa kerja yang lama. ipratropium bersama agonis beta-2 dibandingkan agonis beta-
Seperti umumnya obat bronkodilator, ipratropium 2 sendiri mempunyai hasil yang bermakna dalam hal
bromida mempunyai efek samping mulut kering, mual, tremor, peningkatan uji fungsi paru: (FEV1) yaitu sebesar 16,3% (IK
dan iritasi mata. Keluhan palpitasi dijumpai pada sebagian 95% 8,2 sampai 24,5%) dan peningkatan PEFR sebesar 15%
kecil pengguna ipratropium bromida. Meskipun ipratropium (IK 95% 5 sampai 24%) serta penurunan angka perawatan di
bromida termasuk derivat atropin tetapi tidak dijumpai efek rumah sakit dengan RR 0,73 (IK 95% 0,63 sampai 0,85). Dengan
samping retensi urin, gangguan penglihatan dan agitasi demikian terlihat bahwa terdapat kecenderungan keberhasilan
seperti pada atropin.18-20 penggunaan kombinasi agonis beta-2 dan ipratropium bromida
dibandingkan agonis beta-2 sendiri pada serangan asma
Aplikasi Pemberian Agonis beta-2 dan Ipratropium Bro- sedang.
mida pada Serangan Asma
Serangan Asma Berat
Beberapa peneliti menggunakan kombinasi agonis beta-
2 dan ipratropium bromida pada serangan asma baik ringan, Pada tatalaksana serangan asma berat penggunaan
sedang, maupun berat. Dosis agonis beta-2 yang digunakan agonis beta-2 bersama ipratropium bromida menjadi
adalah 2,5 mg sedangkan dosis ipratropium adalah 250 keharusan karena mempunyai beberapa keuntungan.1,2,6,7,17
mikrogram. Dengan penambahan ipratropium bromida pada inhalasi
dengan agonis beta-2 mempunyai perbedaan yang cukup
Serangan Asma Ringan bermakna dalam hal peningkatan uji fungsi paru, yaitu PEFR
Dalam Pedoman Nasional Penanganan Asma Anak (peak expiratory flow rate) dan FEV1 (forced expiratory vol-
(PNAA), pemberian bronkodilator cukup dengan agonis beta- ume in 1 second). Pada tahap awal (kurang dari 30 menit
2 saja karena penambahan obat lain tidak menimbulkan pasca inhalasi) terlihat tidak ada perbedaan bermakna antara
perbedaan yang bermakna.2 Hal tersebut sejalan dengan pemberian agonis beta-2 sendiri dengan penambahan
penelitian yang dikemukakan Storr dan Lenny,13 yang ipratropium bromida, tetapi setelah lebih dari 60 menit (1 jam)
menyatakan bahwa efektivitas penggunaan terapi kombinasi terlihat adanya peningkatan uji fungsi paru secara bermakna
agonis beta-2 dan ipratropium bromida tidak berbeda dalam baik PEFR maupun FEV1.6,9,17
hal penurunan skor gejala, perbaikan uji fungsi paru, dan Selain itu penambahan ipratropium bromida dapat
angka perawatan di rawat inap dibandingkan dengan memperbaiki obstruksi saluran napas kecil yang dibuktikan
pemberian beta-agonis sendiri saja pada serangan ringan. dengan peningkatan FEF25-75 (forced expiratory flow pada
Dengan dasar tersebut direkomendasikan bahwa pada 25-75% vital capacity) setelah 60 menit pasca pemberian
serangan asma ringan tidak diperlukan penambahan inhalasi. Pada awal inhalasi tidak terdapat perbedaan uji fungsi
ipratropium bromida.2 paru FEF25-75 antara agonis beta-2 sendiri dengan penambahan
ipratropium bromida tetapi setelah lebih dari 60 menit terlihat
Serangan Asma Sedang perbedaan secara bermakna. 17 Penelitian meta-analisis
Pada serangan asma sedang diberikan inhalasi agonis mendapatkan bahwa penggunaan agonis beta-2 bersama
beta-2, steroid sistemik, dan oksigen serta penggantian ipratropium bromida dibandingkan agonis beta-2 sendiri
cairan bila diperlukan. Inhalasi yang diberikan cukup agonis meningkatkan uji fungsi paru (FEV1) sebesar 9,8% (IK 95%
beta-2 saja dan tidak diperlukan penambahan ipratropium 6,5 sampai 13,1%) dan menurunkan angka perawatan di rumah
bromida.1,2 Namun pada penelitian-penelitian terakhir, sakit dengan OR 0,62 (IK 95% 0,38 sampai 0,99). Tidak
disebutkan adanya keuntungan yang didapat pada peng- didapatkan perbedaan efek samping antara keduanya baik
gunaan kombinasi agonis beta-2 dengan ipratropium tremor, nausea dan muntah.8
bromida pada serangan asma sedang.9,18,20,21 Penatalaksanaan serangan asma berat sesuai standar
Beberapa penelitian mengenai penggunaan terapi harus dilakukan bukan hanya pemberian kombinasi agonis
kombinasi pada serangan asma sedang mendapatkan hasil beta-2 dan ipratropium bromida saja. Penambahan terapi yang
yang baik namun ada juga yang tidak bermakna. Penelitian lain seperti pemberian oksigen, kortikosteroid sistemik,
yang dilakukan oleh Schuch,6 mendapatkan hasil yang tidak aminofilin, dan suportif seperti penggantian cairan, koreksi
berbeda bermakna antara pemberian agonis beta-2 saja asam basa dan elektrolit harus diperhatikan.1,2
dengan penambahan ipratropium bromida, baik dalam hal
penurunan skor gejala, uji fungsi paru, maupun angka Kesimpulan
kejadian perawatan. Penelitian lain oleh Kartiningsih et al.,21 Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa
mendapatkan bahwa penambahan ipratropium bromida pemberian kombinasi agonis beta-2 dan ipratropium bromida
mempunyai peran pada serangan asma sedang dan asma 11. Zorc JJ, Pusic MV, Ogborn CJ, Lebet R, Duggan AK. Ipratropium
berat sedangkan pada serangan asma ringan menghasilkan bromide added to asthma treatment in the pediatric emergency
department. Pediatrics. 1999;103:748-52.
efek yang tidak berbeda dengan pemberian agonis beta-2 12. Lanes SF, Garrett JE, Wentworth CE, Fitzgeralc JM, Karpel JP.
saja. Efek samping pemberian kombinasi agonis beta-2 dan The effect of adding ipratropium bromide to salbutamol in the
ipratropium bromida dibandingkan agonis beta-2 sendiri tidak treatment of acute asthma. A pooled analysis of three trials.
berbeda bermakna. Chest. 1998;114:365-72.
13. Storr J, Lenney W. Nebulised ipratropium and salbutamol in
asthma. Arch Dis Child. 1986;61:602-3.
Daftar Pustaka 14. Plotnick LH, Ducharme FM. Acute asthma in children and ado-
1. Lenfant C, Khaltaev N. Global Initiative for Asthma. NHLBI/ lescents. Should inhaled anticholinergics be added to beta2- ago-
WHO Workshop Report 2006. nist?. Am J Respir Med. 2003;2:109-15.
2. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman nasional asma 15. Sharma A, Madaan A. Nebulized salbutamol Vs salbutamol and
anak. Jakarta: UKK Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indo- ipratropium combination in asthma. Indian J Pediat. 2004;
nesia; 2004. 71:121-4.
3. O’Byrne P. Pathogenesis. Dalam: O’Byrne PM, Thomson NC, 16. Potnick LH, Ducharme FM. Should inhaled anticholinergics be
editor. Manual of asthma management. Edisi ke-2. London: WB. added to beta2-agonist for treating acute childhood and adoles-
Saunders; 2001.hal.27-40. cent asthma? A systematic review. Br Med J. 1998;317:971-7.
4. Martinez G. Round table: severe asthma in pediatrics: treatment 17. DeStefano G, Bonetti S, Bonizzato C, Valletta EA, Piacentini GL,
of acute crises. Allergol Immunopathol.1999;27:53-62. Boner AL. Additive effect of albuterol and ipratropium bromide
5. Gibbs MA, Camargo CA, Rowe BH, Silverman RA. State of the in the treatment of bronchospasm in children. Ann Allergy.
Art: Therapeutic controversies in severe acute asthma. Acad 1990;65:260-2.
Emerg Med.2000;7:800-15. 18. Watanasomsiri A, Phipatanakul W. Comparison of nebulized
6. Schuh S, Johnson DW, Callahan S, Canny G, Levison H. Efficacy ipratropium bromide with salbutamol vs salbutamol alone in acute
of frequent nebulized ipratropium bromide added to frequent asthma exacerbation in children. Ann Allergy Asthma Immunol.
high-dose albuterol therapy in severe childhood asthma. J 2006;96:701-6.
Pediatr.1995;126:639-45. 19. Anthracopoulos MB, Karatza AA, Davlouros PA, Chiladakis JA,
7. Qureshi F, Pestian J, Davis P, Zatisky A. Effect of nebulized Manolis AS, Beratis NG. Effects of two nebulization regimens on
ipratropium on the hospitalization rates of children with asthma. heart rate variability during acute asthma exacerbations in chil-
N Engl J Med. 1998;339:1030-5. dren. J Asthma. 2005;42:273-9.
8. Aaron SD. The use of ipratropium bromide for the management 20. Qureshi F, Zaritsky A, Lakkis H. Efficacy of nebulized ipratropium
of acute asthma exacerbation in adults and children: A system- in severely asthmatic children. Ann Emerg Med. 1997;29:205-
atic review. J Asthma 2001;38:521-30. 11.
9. Rodrigo GJ, Castro-Rodriguez JA. Anticholinergics in the treat- 21. Kartiningsih L, Setiawati L, Makmuri MS.Comparison of clinical
ment of children and adults with acute asthma: a systematic efficacy and safety between salbutamol-ipratropium bromide nebu-
review with meta-analysis. Thorax. 2005;60:740-46. lization and salbutamol alone in children with asthmatic attack.
10. Rodrigo GJ, Rodrigo C. The role of anticholinergics in acute Pediatr Indones. 2006;46:241-5.
asthma treatment. An evidence-based evaluation. Chest. 2002;
121:1977-87. ZD