Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA ASMA


DI BR. TIBUBENENG CANGGU BADUNG

OLEH :
NI LUH PUTU VELINIA WIJAYANTI
Nim. P07120018130 / 3.4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA ASMA
DI BR. TIBUBENENG CANGGU BADUNG

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian Keperawatan
I. Identitas

a) Data Umum

Berisikan Nama kepala keluarga (KK), Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,


Komposisi keluarga
b) Genogram
c) Tipe keluarga

d) Suku dan Bangsa

e) Agama

f) Status sosial ekonomi keluarga

g) Aktifitas rekreasi keluarga

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan saat ini

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3. Riwayat keluarga inti

4. Riwayat keluarga sebelumnya

III. Lingkungan

1. Karakteristik rumah
a. Berisikan denah rumah beserta keterangan dan kondisi rumah dan
lingkungan sekitar.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga+interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga

IV. Struktur keluarga


1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
3. Struktur peran (formal & informal)
4. Nilai & norma keluarga

V. Fungsi keluarga
1. Keluarga afektif
2. Fungsi sosial
3. Fungsi perawatan keluarga
 Kemampuan keluarga mengenal masalah
 Kemampuan keluarga mengambil keputusan
 Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
 Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat
 Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
VI. Stres dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
2. Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor
3. Strategi koping yang digunakan
4. Strategi adaptasi disfungsional
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) yang
meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
VIII. Harapan Keluarga
Harapan yang diinginkan keluarga terhadap kesembuhan anggota keluarganya yang
sakit.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dalam asuhan keperawatan keluarga ini
adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Umum/Jangka Tujuan Khusus/Jangka Kriteria Hasil/Evaluasi


Keperawatan Panjang pendek kriteria Standar Intervensi
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan pertemuan 1 x 60 menit
nafas tidak efektif
selama 1 minggu/ 2 diharapkan keluarga :
berhubungan minggu/ ... keluarga 1. Mempunyai motivasi Kognitif / afektif 1. pelayanan Menjelaskan
mampu memelihara untuk mendapatkan kesehatan tentang manajemen
dengan
kesehatan secara efektif pelayanan kesehatan 2. macam rumah sehat :
ketidakmampuan pelayanan pengertian, ciri,
kesehatan cara
keluarga merawat
3. manfaat
anggota keluarga pelayanan
kesehatan
yang sakit
4. mengungkapkan
motivasi untuk
menggunakan
yankes

Psikomotor Keluarga akan Mendorong


2. Menggunakan dan mengungkapkan keluarga untuk
memanfaatkan kesiapan terhadap melakukan
fasilitas kesehatan rencana penataan rumah
pemeliharaan rumah yang sehat
(rumah yang sehat)

Menurunkan asma
Afektif/psikomotor yang kambuh : 1. Gali
3. Mengatur program verbal - Duduk tegak pengetahuan
- Tetap tenang keluarga untuk
- Perbaiki nafas menyebutkan
- Hindari pemicu cara tradisional
munculnya asma mengatasi asma
2. Jelaskan cara
mengatasi asma
secara alami
3. Beri
reinforcement
keluarga untuk
mengulang
4. Beri
reinforcement
positif pada
keluarga

1. Bawa ketempat 1. Gali


Verbal pelayanan pengetahuan
4. Keluarga mengenal (puskesmas) keluarga untuk
pengobatan asma 2. Bawa kebidan mengenal cara
(tempat pengobatan
pelayanan asma
kesehatan lain) 2. Jelaskan cara
pengobatan
asma
3. Beri motivasi
pada keluarga
untuk
mengulang
4. Beri
reinforcement
positif pada
keluarga
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Asma merupakan suatu kondisi yang mana jalan udara dalam paru-paru meradang
hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang menyebabkan jalannafas
terhambat sehingga menimbulkan rasa sesak saat bernafas.
Asma adalah gangguan radang kronik saluran nafas. Saluran nafas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif (responsibilitas yang berlebihan)
sehingga apabila terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan nafas menjadi tersumbat
dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mucus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan yang mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara waktu. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan
dapat timbul disemua usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan ( Saheb, 2011)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas
yang menyebabkan hipeaktifitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodic berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di
dada terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik
dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009)
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa, asma merupakan suatu penyakit jalan nafas
obstruktif yang disebabkan oleh berbagai stimulus (pemicu) yang menyebabkan
hiperaktivitas yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat
pada dada.

2. Penyebab
Ada beberapa faktor penyebab timbulnya serangan asma sebagai berikut :
 Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaiamana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, maka penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor
pemic/pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya juga
dapat diturunkan.
 Allergen
Yang mana allergen dapat dibagai menjadi 3 jenis yakni :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan, seperti debu, bulu
binatang, serbuk bungam spora jamur, bakteri dan polusi
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti makanan, minumanm
dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak langsung dengan kulit,
seperti perhiasan, logam dan jam tangan
 Perubahan cuaca
Cuaca yang dengan kelembaban tinggi dan pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, kemarau, dan musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angina serbuk bunga dan debu.
 Stress
Stress/gangguan emosional dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami gangguan emosional/stress perlu diberikan wejangan/nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana ia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratoriumhewan, industry tekstil, pabrik asbes polisi lalu libtas.
Gejala ini dapat membaik saat penderita cuti atau waktu libur.
 Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas dan olahraga yang berat. Lari cepat paling mundah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera
setelah selesai aktifitas tersebut.

3. Pohon Masalah dan Patofisiologi


Suatu serangan akut asma akan disertai dengan perubahan dijalan nafas yang
menyebabkan penyempita, edema dan peradanfan selaput lendir, penebalan
membrane basa, hipersekresi kelenjer mucus dan yang lebih ringan kontraksi otot
polos. Perubahan histologi yang sama dapat dijumpai pada keadaan tanpa serangan
akut akibat pajanan kronik derajat rendah ke satu atau lebih pemicu asma. Mellaui
berbagai jalur, zat-zat pemicu tersebut merangsang degranulasi sel mast dijalan nafas
yang menyebabkan pembebasan berbagai mediator yang bertanggung jawab untuk
perubahan yang terjadi. Mediator yang terpenting adalah mungkin leukotrein C, D,
dan E tetapi terdapat bukti bahwa histamine, PAF, neuropeptide, zat-zat kemotaktik,
dan berbagai protein yang berasal dari eosinophil juga berperan penting dalam
proses ini. Obstruksi mengakibatkan terjadinya resistensi jalan nafas (terutama pada
fase ekspirasi karena terjadi penutupan jalan nafas saat ekspirasi terlalu dini),
hiperinflasi paru, penurunan elastisitas dna frekuenis- dependent compliance paru,
peningkatan usaha bernafas dan dyspnea, serta gangguan pertukaran gas oleh paru.
Obstruksi yang terjadi secara tiba-tiba besar kemungkinan disebabkan oleh
penyempitan jalan nafas besar, dengan sedikit keterlibatan jalan nafas halus, dan
biasanya bersespon baik terhadap bronkodilator. Asma yang menetap dan terjadi
setiap hari hampir selalu memiliki komponen atau fase lambat yang menyebabkan
penyakit jalan nafas halus kronik dan kurang bersepon terjadap terapi bronkodilator
saja. Eosinofil diperkirakan merupakan sel efektor utama pada pathogenesis gejala
asma kronik, dimana beberapa mediatornya menyebabkan kerusakan luas pada sel-
sel epitel bronkus serta perubahan-perubahan inflammatory. Walaupun banyak sel
mungkin sitokin (termasuks sel mast, epitel, makrofag dan eosinophil itu sendiri)
yang mempengaruhi diferensiasi, kelangsungan hidup, dan fungsi eosinophil, sel T
tipe TH2, dianggap berperan sentral, karena sel ini mampu mengenali antigen secara
langsung. Obstruksi pada asma biasanya tidak sama, dan defek ventilasi-perkusi
menyebabkan penurunan PO2. Pada eksaserbasi asma terjadi hiperventilasi yang
disebabkan oleh dyspnea, pada awalnya banyak keluar dan PCO2 mungkin rendah
namun, seiring dengan semakin parahnya obstruksi, PCO2 meingkat karena
hipoventilasi alveolus. Efek obstruksi berat yang timbul mencakup hipertensi
pulmonaris, dan peregangan ventrik.

Pohon Masalah

Pencetus : Pelepasan
mediator
Genetic Respon imun
Allergen humoral :
menjadi aktif
Cuaca, Histamine,
Stress, SRS-A,
Olahraga Serotonin,
berat Klinin

Edema dinding
Ekspirasi
Penghambat bronkiolus
kortikosteroid
Menekan sisi luar
Spasme otot polos bronkioulus
bronkioulus
Diameter bronkioulus
mengecil
Gangguan Pola Tidur Sekresi mucus berlebihan
Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
Kemampuan aktivitas menurun Dispnea

1. Klasifikasi
Gangguan Pertukaran Gas Perfusi paru tidak cukup mendapat ventilasi
Berdasarkan derajat penyakit diklasifikasikan sebagai berikut :

No Derajat Gejala Gejala Malam Faal Paru Pengobatan


Asma
1 Intermitten Gejala <1x/minggu Kurang lebih 2x VEP1 APE 380% Inhalasi agonis B-2
Tanpa gejala antar sebulan Variabilitas jangka pendek
serangan APE <20%
Seranga singkat
2 Persisten Gejala >1x/minggu >2 kali sebulan VEP1 APE 380% Bronkodilator jangka
Ringan tetapi<1x/hari Variabilitas pendek + obat anti
Serangan dapat APE 20%-30% inflamasi
mengganggu aktivitas
dan tidur
3 Persisten Gejala setiap hari >2x sebulan VEP1 atau APE Setip hari memakai
Sedang Serangan 60-80% agnosi B-2 jangka
mengganggu aktivitas Variabilitas pendek, bronkodilator
dan tidur APE> 30% jangka pendek
+kortikosteroid,
inhalasi+bronkodilator
jangka panjang (asma
malam)

4 Persisten Gejala terus menerus Sering VEP1 atau APE


Berat Sering kambuh kurang lebih
Aktivitas fisik 60%
terbatas (Depkes RI,
2009)
Berdasarkan derajat serangan, diklasifikasin sebagai berikut :

Parameter Klinis, Ringan Sedang Berat Ancaman Henti


fungsi Faal Paru, Nafas
Laboratorium
Sesak (Breathless) Aktivitas : Aktivitas : Aktivitas :
Berjalan Berbicara Istirahat
Bayi : Bayi : Tangis Bayi : tidak mau
Menangis pendek, dan makan minum
lemah, kesulitan
menetek/makan
Posisi Bisa Lebih suka duduk Duduk bertopang
berbaring lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Sianosis Tidak ada Ada Ada Nyata
Wheezing Sedang, Sulit/ tidak Ya
sering terdengar
hanya pada
akhir
ekspresi
Penggunaan otot Biasanya Biasanya iya Dalam ditambah, Gerakan Paradok
bantu nafas tidak nafas cuping torako abdominal
hidung
Retraksi Dangkal, Sedang, ditambah Takikardia Takipnea
retraksi retraksi
intercostal suprasternal
Frekuensi Nadi Normal Takikardia Takikardia Kurang lebih 90%

4. Gejala Klinis
a. Gejala awal berupa :
 Batuk teruatama pada malam hari atau dini hari
 Seska nafas
 Nafas berbunyi( mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
nafas
 Rasa berat didada
 Daha sulit keluar
 Belum ada kelainan bentuk thoraks
 Ada peningkatan eosinophil darah dan IG E
 BGA belum patologis
b. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa atau
disebut juga stadium kronik. Yang termasuk gejala yang berat adalah :
 Serangan batuk yang hebat
 Sesak nafas yang berat
 Sianosis
 Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
 Kesadaran menurun
 Thorak tarikan otot sternokleidomastoideus
 BGA PO2 kurang dari 80%
 Suara nafas melemah bahkan tak terdengar ( silent chest)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)

Sedangkan menurus Smeltzer & Bare, 2002 manifestasi klinis dari asma diantaranya :

 Tiga gejala umum asma adalah batuk, dyspnea, dan mengi. Serangan asma
biasanya bermulai mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada,
disertai dengan pernafasan lambat, mengi dan laborious
 Sianosis karena hipoksia
 Gejala retensi CO2 : diaphoresis, takikardia, pelebaran tekanan nadi.

5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dijumpai nafas menjadi cepat dan dangkal, terdengar
bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya
tidak lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernafas)
2. Pemeriksaan Fungsi Paru
a) Spirometer
Spirometer adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa
(KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).
Pemeriksaan ini sangat tergantung kepada kemampuan pasien
sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan kooperasi
pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi
dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan nafas diketahui dari nilai
VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP <75%.
Selain itu, dengan spirometer dapata mengetahui reversibilitas asma,
yaitu adanya perbaikan VEP> 15% secara spontan atau setelah inhalasi
bronkodilator (uji bronkodilator) atau setelah pemberian bronkodilator
oral 10-14 hari atau setelah pemeberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2
minggu. Pemeriksaan spirometer tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan.
b) Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)
Sumbatan jalan nafas diketahui dari nilai APE , 80 % nilai prediksi.
Selain itu juga dapat memeriksa reversibilitas, yang ditandai dengan
perbaikan nilai APE >15% setelah inhalasi bronkodilator atau seletah
pemberian bronkodilator oral 10-14 hari atau setelah kortikosteroid
(inhalasi/oral) 2 minggu
Cara pemeriksaan variabilitas APE
APE malam- APE pagi
Variabilitas harian = …………. X 100%
½ (APE malam + APE pagi)

3. Pemeriksaan Tes Kulit (Skin Test)


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

4. Pemeriksaan Darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada
penderita dengan serangan asma berat atau status asmatikus.

6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah kekambuhan
b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
d. Menghindari efek samping obat asma
e. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible
Strategi pengobatan asma bronchial terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengobatan non farmakologis
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O2 bila diperlukan

2. Pengobatan farmakologis
a. Bronkodilator ( obat yang berfungsi untuk melebarkan
saluran nafas dibagai menjadi 2 golongan yakni :
 Simpatomimetik/andreenergik ( Adrenalin dan
efedrin) ( Orsiprenalin, Fenoterol, Terbutalin)
Obat-obat golongan ini tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan maupun semprotan. Yang
berupa semprotan : MDI (Metered Dose Inhaler)
 Santin ( Teofilin)
Nama obat : Aminofilin, Euphilin retard, Teofilin
(Amilex) efeknya sama dengan obat
simpatomimetik namun cara kerjanya berbeda.
Sehingga apabila kedua obat ini disatukan akan
dapat memperkuat efeknya. Obat ini tersedia dalam
bentuk suntikan, diminum secara langsung namun
diminum setelah makan, da nada juga bentuk
supositoria.
 Kromalin
Kromalin bukan merupakan bronkodilator tetapi
merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan
bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya

7. Komplikasi
Adapun komplikasi dari asma adalah :
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
b. Chronic persisten bronchitis
c. Bronchitis
d. Pneumonia
e. Empisema
f. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinyu
yang lebih berat yang disebut status asmatikus, yang mana kondisi ini
mengancam hidup seseorang. (Smeltzer & Bare, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Asthma UK. 2018. Women and asthma.


Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Friedman, M. Marilyn. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.Edisi
ke-5. Jakarta : EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Kris Buana Devi, Anakardian. 2017. Anatomi Fisiologi & Bikomia Keperawatan.Yogyakarta :
PUSTAKABARUPRESS
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba
Medika
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A
DENGAN MASALAH UTAMA ASMA PADA Ny. B
DI BR. TIBUBENENG CANGGU BADUNG

OLEH :

NI LUH PUTU VELINIA WIJAYANTI


Nim. P07120018130

TINGKAT 3.4
D III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2020

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A


DENGAN MASALAH UTAMA ASMA PADA Ny. B
DI BR. TIBUBENENG CANGGU BADUNG

A. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. A
b. Alamat : Br. Dinas Tibubeneng Canggu Badung
c. Telepon : 081335245783
d. Pekerjaan : Swasta
e. Pendidikan : D1
f. Komposisi Keluarga :

Status Imunisasi Ket


J Umu Campa
No Nama Hub Pend Polio DPT Hepatitis
K r BCG k
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn.A L Suami 55 th D1
2 Ny.B P Istri 48 th SMA
3 An.P P Anak 17 th SMA            Lengkap
4 An.S P Anak 15 th SMP            Lengkap
2. Genogram :

Keterangan :

= laki-laki = klien

= perempuan = hubungan dengan keluarga

= meninggal

= tinggal satu rumah

3. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. A termasuk tipe keluarga besar (extended family) yaitu didalam suatu
rumah terdapat satu keluarga terdapat inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah Tn. A ( ayah ), Ny. B (istri), An. P, An. S.
4. Suku dan Bangsa
Bahasa yang digunakan Tn. A bahasa Bali dan bahasa indonesia karena berasal dari
Bali. Dalam keluarganya salah satu ada yang tidak boleh makan daging sapi
5. Agama
Keluarga Tn. A beragama Hindu dan taat menjalankan ibadah, biasanya dilakukan
bersama-sama di rumah.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. A dengan pendapatan
Perbulan + Rp 1.500.000, dan dibantu oleh istrinya (Ny.B). Tn. A bekerja sebagai
pedagang. Tn.A mengatakan mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.
7. Aktifitas rekrasi keluarga
Menurut penuturan keluarga, keluarga Tn. A jarang meluangkan waktu untuk
berekreasi. Keluarga Tn. A hanya memiliki sarana hiburan seperti televisi.

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap Perkembangan Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A adalah dalam tahap keluarga dengan anak
sekolah, dimana tugas perkembangannya yaitu mensosialisasikan untuk
meningkatkan prestasi, mempertahankan hubungan perkawinan dan memenuhi
kebutuhan fisik anggota keluarga.
2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Keluarga Tn. A tampak dapat memenuhi tugas perkembangan keluarganya, terbukti
keluarga Tn. A mensosialisasikan anakanya untuk meningkatkan prestasi, Tn. A
juga masih mempertahankan hubungan perkawinan dengan istrinya dan Tn. A telah
memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarganya.
3. Riwayat Keluarga Inti
Dalam keluarga Tn. A tidak ada yang memiliki penyakit keturunan dan semua sehat-
sehat. Apabila dalam keluarga Tn. A ada yang sakit dia selalu mengunakan fasilitas
kesehatan
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Istri Tn. A memiliki penyakit asma sampai sekarang tapi anak-anaknya tidak ada
yang memiliki penyakit asma.
C. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Denah Rumah :

B B

D C

Keterangan :
A : Ruang Tamu

B : Kamar Tidur

C : Dapur

D : WC

Rumahnya terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur dan satu dapur yang menyatu
dengan WC/ kamar mandi. Diluar rumah kondisinya relatif bersih karena tidak
terdapat kandang ternak dan tidak ada sampah yang berserakan. Didalam rumah,
penyinaran matahari tidak masuk sehingga keadaan ruangan kurang terang. Ventilasi
rumahpun kurang dari 12% luas rumah dan pemanfaatan ventilasi / jendela tidak
dibuka/ ditutup. Sumber ventilasi dan penyinaran hanya berasal dari jendela kecil
didinding atas.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Lingkungan Tn. A merupakan daerah hunian yang terdiri dari keluarga-keluarga
dengan jenis pekerjaan yang heterogen. Dilingkungan Tn. A masih ada kebiasaan
gotong royong seperti jumsih dan masyarakatnya masih ramah tamah.
3. Mobilitas geografis keluarga
Anggota keluarga Tn. A tinggal dalam komunitas dan lingkungan rumah yang sama
selama kehidupan mereka (menetap). Rumah Tn. A berada deket dengan jaln raya,
mudah dijangkau oleh sepeda motor maupun kendaran roda 4. Ny.S kalau membeli
nahan perlengkapan masakan/belanja kebutuhan sehari-hari membeli di warung karena
aksesnya deket dan cukup dengan jalan kaki.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga Tn. A cukup dikenal dikalangan masyarakat, istri Tn. A selalu aktif
mengikuti acara yang diadakan banjar. Apabila ada anggota keluarganya yang sakit,
selalu ada orang yang menjenguknya baik itu tetangganya maupun sanak saudaranya.

5. Sistem pendukung keluarga


Apabila dalam keluarga Tn.A ada yang sakit, keluarga selalu menggunakan fasilitas
kesehatan dan saling tolong menolong antar anggota keluarga.

D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan komunikasi terbuka, tiap keluarga bebas untuk
mengungkapkan pendapatnya masing-masing hal ini dapat dilihat pada waktu
perawat melakukan pengkajian.
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah sedangkan Ny. B hanya
mengikuti saja hasil dari musyawarah, semua anggota keluarga berperan sesuai
perannya masing-masing, dan apabila masalah tidak teratasi maka keputusan ada di
tangan Tn. A.
3. Struktur peran (formal & informal)
a. Formal
1) Tn. A sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya disamping itu Tn. A sebagai pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman pada keluarganya.
2) Ny. B berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, Ny. B sebagai ibu
rumah tangga memiliki peran untuk mengurusi rumah dan mendidik anak-
anaknya.
3) An. P dan An. S berperan sebagai anak sekolah yang harus belajar dan patuh
pada kedua ortunya.
b. Informal
1) Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi yang
lain
4. Nilai & norma keluarga
Dalam budaya Bali anak laki-laki harus mempunyai tanggung jawab kepada keluarga,
keluarga Tn. A selalu mematuhi aturan-aturan dan norma yang berhubungan dengan
agama dan masyarakat.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Ekonomi
Menurut pengakuan keluarga, penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari dan pengahsilannya selalu diamanfaatkan seefesien mungkin.

2. Fungsi Mendapatkan Status Sosial


Tn. A selalu beusaha berprilaku baik dengan masyarakat supaya memperoleh status
social yang baik dimasyarakat tempat tinggalnya.

3. Fungsi perawatan keluarga


 Kemampuan kel mengenal masalah
Keluarga Tn. A mengatakan bahwa Ny. B memang mempunyai riwayat asma dan
keluarga Tn.A tahu apa yang harus dilakukan apabila asma Ny.B kumat.
 Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Tn. A selalu mengambil keputusan secara tepat seperti halnya kalau Ny. B sakit
ia segera membawa ke puskesmas.
 Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Tn. A dengan keluarga akan merawat anggota yang sakit sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya
 Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat
Tn. A tidak mengerti cara memelihara rumah sehat dan pengaruhnya pada
keluarga
 Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdekat dari rumahnya adalah puskesmas dan bidan,
keuntungan mengunakan fasilitas kesehatan adalah kesehatan kami dapat teratasi
dan kami kepuskesmas kaerena terjangkau oleh kami

4. Fungsi Pendidikan
Menurut penuturan Tn. A, Tn. A menginginkan anakanya sekolah sampai sarjana.

5. Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menekankan bagaimana berperilaku sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dirumah dan lingkungan
tempat tinggalnya.

6. Fungsi Religius
Keluarga selalu mengerjakan Sembahyang 3 kali sehari di merajan , selain itu Ny. B
selalu mengikuti kegiatan ngayah yang selalu diadakan tiap upacara keagamaan.

7. Fungsi Rekreasi
Keluarga jarang meluangkan waktunya untuk berekreasi keluar rumah secara
bersama-sama. Jiak ada waktu mereka hanya bisa berkumpul saja dirumah.
8. Fungsi Reproduksi
Keluarga mengatakan tidak ingin punya anak lagi. Ny. B saat ini tidak mengikuti
program KB, karena sudah merasa sudah tua. Menurut penuturan Tn. A, meskipun
sedang sakit kadang-kadang masih berhubungan suami istri.

9. Fungsi Afeksi
Tn. A mengatakan dirinya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga tidak mampu
mendidik anaknya yang remaja, tetapi sewaktu-waktu memberikan teguran apabila
anak-anaknya telah diperingatkan oleh ibunya tetap tidak mau. Keluarga mengajarkan
agar anak tertuanya selalu memperhatikan keadaan adiknya yang masih remaja untuk
membantu keluarga. Sikap saling menghormati antar anggota keluarga masih tetap
diajarkan oleh keluarga.

F. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
Sejak 6 bulan yang lalu, penyakit asmanya kumat lagi sehingga membuat aktifitas
berdagang Ny. B terganggu, Tn. U tidak mempunyai uang lebih untuk memriksakan
kesehatannya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat

2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor


Keluarga merasa pasrah karena sedang mendapat cobaan dan berharap pada anak
tertuanya untuk bekerja lebih giat lagi sehingga dapat membantu keluarga.

3. Strategi Koping Yang Digunakan


Keluarga menerima keadaan ini apa adanya dan selalu melibatkan anak tertuanya
untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi keluarga.

4. Strategi Adaptasi Disfungsional


Dalam menghadapi suatu masalah harus ikhlas dan berdoa selebihnya tuhan yang
akan membalas sesuai dengan karma kita masing-masing.
Pemeriksaa
Tn. A Ny. S An. P An. S
n fisik
Tekanan 120/80 120/80 110/80 110/80
darah mmHg mmHg mmHg mmHg
G. Pemeriksaan
Nadi Fisik
84x/mnt 75x/mnt 75x/mnt 75x/mnt
Suhu 360C 360C 360C 360C
RR 22x/mnt 26x/mnt 22x/mnt 24x/mnt
BB 70 kg 62 kg 58 kg 48 kg

Kepala Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal


Rambut Hitam bersih Hitam bersih Hitam bersih Hitam bersih
Kulit Sawo Sawo Sawo Sawo
matang, matang, matang, matang,
turgor baik turgor baik turgor baik turgor baik
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
dan sklera dan sklera dan sklera dan sklera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
baik baik baik baik
Hidung Bersih, fungsi Bersih, fungsi Bersih, fungsi Bersih, fungsi
penghidu penghidu penghidu penghidu
baik baik baik baik
Mulut & Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
tenggorokan berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
telan telan telan telan
Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik, tidak baik, tidak baik, tidak baik, tidak
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
alat bantu alat bantu alat bantu alat bantu
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tiroid tiroid tiroid tiroid
Dada Tidak ada wheezing Tidak ada Tidak ada
wheezing wheezing wheezing
H. Harapan Keluarga
Harapan yang diinginkan keluarga Tn. A yaitu menginginkan agar anggota keluarganya
tidak ada yang sakit-sakitan dan keluarga berharap kedatangan mahasiswa poltekkes
khususnya jurusan keperawatan dapat memberikan informasi kesehatan sehingga anggota
keluarga dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

I. Analisa Data
Nama Klien : Ny. B

Data Fokus Masalah Penyebab


No
1 DS : - Ny. B mengatakan susah batuk Bersihan Jalan Ketidakmampuan
dan mengeluh sesak Nafas Tidak keluarga merawat
Efektif anggota keluarga
yang sakit
DO :

- Pasien tampak ingin batuk namun


tidak mampu batuk
- Tampak sputum berlebih
- Terdapat wheezing
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sulit bicara

J. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit

K. Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat masalah. Skala :


aktual 3 Aktual, karena Ny. B

Resiko 2 3 1 3/3 x1=1 sudah terkena asma ±


1 tahun
Potensial 1

2. Kemungkinan
masalah dapat diubah. Hanya sebagian,

Skala :Mudah 2 karena Ny. B hanya


1 2
½ x2=1 berobat jika asmanya
Sebagian 1 sudah kambuh

Tdk dapat 0

3. Potensial masalah Tinggi, karena


untuk dicegah menurut Ny. B jika
Skala : Tinggi 3 sesak nafasnya
3 1 3/3x1=2/3
Cukup 2 dibiarkan maka Ny. B
akan meninggal
Rendah 1

4. Menonjolnya 1 2/2x1=1 Masalah berat harus


masalah. ditangani, karena Ny.
Skala : masalah berat
harus segera di
tangani 2
2 B sadar jika asmanya
Ada masalah tp tdk kambuh ia harus
perlu ditangani 1 segera berobat.

Masalah tidak
dirasakan 0
Jumlah skor = 3 2/3
L. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Umum/Jangka Tujuan Khusus/Jangka Kriteria Hasil/Evaluasi
Keperawatan Panjang pendek kriteria Standar Intervensi
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan pertemuan 1 x 60 menit
nafas tidak efektif
selama 1 minggu/ 2 diharapkan keluarga :
berhubungan minggu/ ... keluarga 5. Mempunyai motivasi Kognitif / afektif 5. pelayanan Menjelaskan
mampu memelihara untuk mendapatkan kesehatan tentang manajemen
dengan
kesehatan secara efektif pelayanan kesehatan 6. macam rumah sehat :
ketidakmampuan pelayanan pengertian, ciri,
kesehatan cara
keluarga merawat
7. manfaat
anggota keluarga pelayanan
kesehatan
yang sakit
8. mengungkapkan
6. Menggunakan dan motivasi untuk
memanfaatkan menggunakan
fasilitas kesehatan yankes

Psikomotor Keluarga akan Mendorong


mengungkapkan keluarga untuk
kesiapan terhadap melakukan
rencana penataan rumah
7. Mengatur program pemeliharaan rumah yang sehat
(rumah yang sehat)

Afektif/psikomotor Menurunkan asma 5. Gali


verbal yang kambuh : pengetahuan
- Duduk tegak keluarga untuk
- Tetap tenang menyebutkan
- Perbaiki nafas cara tradisional
- Hindari pemicu mengatasi asma
munculnya asma 6. Jelaskan cara
mengatasi asma
secara alami
7. Beri
reinforcement
keluarga untuk
mengulang
8. Beri
reinforcement
positif pada
keluarga
8. Keluarga mengenal
pengobatan asma 5. Gali
3. Bawa ketempat pengetahuan
pelayanan keluarga untuk
Verbal (puskesmas) mengenal cara
4. Bawa kebidan pengobatan
(tempat asma
pelayanan 6. Jelaskan cara
kesehatan lain) pengobatan
asma
7. Beri motivasi
pada keluarga
untuk
mengulang
8. Beri
reinforcement
positif pada
keluarga
M. Implementasi

No Diagnosa Implementasi Respon Keluarga


1. Bersihan jalan nafas - Mengucap salam S :
tidak efektif - gali pengetahuan -
Menjawab salam
berhubungan dengan keluarga untuk -
Tn. A mengatakan
ketidakmampuan menyebutkan jika Ny.B sakit
keluarga merawat penatalaksanaan asma dibawa kepuskesmas
anggota keluarga secara alami O : Keluarga kooperatif
yang sakit

- Menjelaskan cara S : Keluarga mengatakan


mengatasi asma secara yaitu :
alami - Duduk tegak
- Memberi motivasi - Tetap tenang
keluarga untuk - Perbaiki nafas
mengulang - Hindari pemicu
- Memberi reinforcement munculnya asma
(+) pada keluarga O : Tersenyum

- Menggali pengetahuan S : Keluarga mengatakna


keluarga untuk tidak tau
menyebutkan O : Mendengarkan
penatalaksanaan asma
apabila sudah tidak
tahan

- Menjelaskan S : Keluarga mengatakan


pengobatan asma kalau sudah tidak bisa
apabila sudah tidak menahan sakit beliau
tertahan bawa ke puskesmas
- Beri motivasi pada O : Tersenyum
keluarga untuk
mengulang
- Reinforcement (+) pada
keluarga
N. Evaluasi

N
Tgl/ Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
o

1 Rabu , Bersihan jalan nafas tidak S : - Klien mengatakan rasa


efektif berhubungan dengan sesaknya berkurang
28/10/202
ketidakmampuan keluarga
0 - Keluarga mengatakan cara
merawat anggota keluarga
(12.00 menurunkan asma yang
yang sakit
wita) kambuh:
1. duduk tegak
2. tetap tenang
3. mengatur nafas
4. hindari pemicu
munculnya asma
- Keluarga mengatakan
kalau keluarga sakit di
bawa ke puskesmas, bidan
O : - Keadaan umum lemah
- Keluarga dapat
menyebutkan cara
penatalaksanaan asma
secara alami
- Keluarga mampu
menyebutkan apa yang
harus dilakukan apabila
asmanya kambuh
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
Denpasar, …………………….20…..

Mengetahui
Pembimbing Klinik/ CI Mahasiswa

(……………………….) (Ni Luh Putu Velinia Wijayanti)

NIP: NIM: P07120018130

Clinical Teacher/CT 1

(Ketut Sudiantara, S.Kep.,Ns.,M.Kes.)


NIP : 196808031989031003

Anda mungkin juga menyukai