Anda di halaman 1dari 2

1.

Jelaskan yang dimaksud dengan “BUMN BERSIH” dan sebutkan 13 keriteria indicator
penilainnya

Jawab

 Jadi, merujuk pada penggunaan istilah, yang namanya “gerakan bersih-bersih BUMN” itu
mestinya adalah sebuah tindakan yang terencana, bersifat rutin, berangkat dari cetak biru (blue
print), atau memiliki SOP (standard operating procedure). Skala pengertiannya benar-benar
bersifat preventif sehingga jika ada direksi BUMN dicokok aparat penegak hukum, terus yang
bersangkutan kemudian diberhentikan oleh Kementerian BUMN, tindakan pemecatan semacam
itu jelas agak jauh pengertiannya dari sifat “tindakan yang terencana” tadi.

 BUMN Bersih. Upaya ini tentunya didukung oleh para stakeholders, salah satunya Forum Hukum
BUMN yang menjadi wadah diskusi bagi unit kerja dan/atau Pejabat yang menangani fungsi
hukum di lingkungan BUMN guna meningkatkan kualitas di bidang hukum, dan memberikan
saran/masukan dalam penyelesaian permasalahan hukum yang dihadapi oleh BUMN maupun
antar BUMN.

 Upaya untuk mewujudkan BUMN bersihtentu harus didukung oleh semua pihak. Prof. Erman
Rajagukguk, dalam makalah “Peranan Hukum dalam Mendorong BUMN Meningkatkan
Pendapatan Negara dan Kesejahteraan Rakyat”, menyatakan bahwa hukum memiliki peranan
yang signifikan dalam mendorong BUMN meningkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan
rakyat melalui sinergitas antara ketiga unsur dalam sistem hukum yaitu substansi, aparatur, dan
budaya hukum. Sayangnya, bila menilik substansi atau regulasi yang mengatur BUMN dan/atau
memiliki titik singgung dengan keberadaan BUMN, sebagian kalangan menilai regulasi di
Indonesia justru rentan menyeret tindakan BUMN ke ranah korupsi.

 Sebut saja UU Keuangan Negara, UU Perbendaharan Negara, dan UU Tipikor yang secara nyata
mengatur mengenai keuangan negara. Perbuatan yang merugikan keuangan negara sangat erat
kaitannya dengan tindak pidana korupsi. Lalu bagaimana dengan keuangan atau kekayaan
negara yang terdapat dalam BUMN? Pemahaman terhadap aset BUMN apakah merupakan
keuangan negara atau bukan, memang masih menimbulkan perdebatan. Bila melihat
karakteristik BUMN, khususnya yang berbentuk Persero, Pasal 11 UU No. 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) menyebutkan bahwa terhadap Persero berlaku
segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas sebagaimana diatur
dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Hal ini berarti bahwa di
dalam BUMN juga berlaku pemisahan harta kekayaan badan hukum dari harta kekayaan pemilik
dan pengurusnya. Dengan demikian penyertaan saham, yang mulanya dimilki negara, apabila
kemudian disertakan dalam BUMN Persero secara demi hukum telah menjadi kekayaan Persero.
[1]

 Konsep BSC muncul karena adanya hipotesa yang kemudian berhasil dibuktikan oleh Kaplan dan
Norton (1992) yang menyatakan bahwa pengukuran kinerja organisasi tidak cukup hanya
menggunakan satu perspektif saja yaitu perspektif financial. Jika selama ini kinerja organisasi
hanya dilihat dari hasil analisa laporan keuangannya saja, maka menurut Kaplan dan Norton hal
tersebut belumlah memadai. Seharusnya kinerja organisasi diukur dari segi masa lampau, masa
sekarang, dan masa yang akan datang dengan cara mengukur kinerjanya secara komprehensif
terhadap semua perspektif yaitu perspektif financial, customer, internal process, dan learning &
growth. Menurut Kaplan dan Norton (1992), inti dari konsep Balanced Scoredcard adalah suatu
sistem manajemen kinerja yang bisa membantu organisasi untuk mewujudkan visi dan stategi
organisasi menjadi sebuah tindakan nyata dengan cara melakukan pengukuran terhadap seluruh
aspek strategis organisasi yang meliputi 4 (empat) perspektif yaitu perspektif keuangan
(financial), pelanggan (customer), proses internal (internal process), dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth), sehingga menghasilkan output,
outcomes, dan atau impact yang diinginkan organisasi.

 Pengukuran kinerja dari sudut pandang yang komprehensif tersebut sering kali tidak disadari
oleh pelaku bisnis bahwa pada dasarnya konsep pengukuran kinerja tersebut bukan hanya
sebagai alat ukur kinerja saja, tetapi sebenarnya merupakan bagian dari strategi yang dijalankan
oleh organisasi (Kaplan dan Norton, 1993). Hal ini sejalan dengan transformasi konsep BSC yang
terus dikembangkan oleh para ahli. Jika BSC pada awalnya hanya merupakan alat ukur kinerja
sekaligus merupakan bagian dari strategi organisasi, dalam perkembangannya kemudian BSC
berubah menjadi suatu sistem manajemen strategis (strategic management system). Hal ini
disebabkan dengan menggunakan scorecard memungkinkan para manajer organisasi dapat
menjalankan empat jenis proses manajemen, yaitu: 1) Translating the vision, 2) Communicating
and linking, 3) Business planning, dan 4) Feed back and learning (Kaplan dan Norton, 1996

Anda mungkin juga menyukai